Pembimbing :
dr. Bambang Pamungkas, Sp.JP
Disusun Oleh :
Kurnia Ayu Dwi Jayanti
01.210.6202
2015
LEMBAR PENGESAHAN
CONGESTIVE HEART FAILURE
Oleh :
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat
mengikuti ujian kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RST Dr. Soedjono
Magelang
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan
LAPORAN KASUS
Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti kegiatan
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RST Tingkat II dr. Soedjono Magelang
serta menjadi bahan kajian ilmu penyakit dalam.
Pada kesempatan ini penulis turut mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu penyusunan makalah laporan kasus ini, kepada :
1. dr. Bambang Pamungkas, Sp.JP sebagai dokter pembimbing
2. Teman-teman dokter muda kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam
Penulis menyadari bahwa penulisan makalahini masih memiliki keterbatasan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangatlah penulis harapkan. Besar harapan
penulis, laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Magelang, 5 Desember 2015
Penulis
: Tn.AR
: Laki-laki
: 42 tahun
: Menikah
: Islam
: Indonesia
: Seniman
: Koripan RT 05/RW 05,Dawung
: 10 November 2015
: 14 November 2015
: 119162
: Bougenvile
I.2 Anamnesis
I.2.1 Keluhan
Utama
: Nyeri dada
: diakui
:diakui(ibu pasien memiliki penyakit jantung)
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
.I.3
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
BB : 60 kg
TB : 168 cm
IMT : 21,2 (gizi buruk)
Vital sign
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
Status Generalis
Bentuk kepala : Mesocephal, simetris, tanda radang (-)
Rambut
: Warna rambut kanitis senilis, tidak mudah dicabut
Mata
: Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (+/+), sklera
Telinga
Hidung
Mulut
Gigi
Leher
Thorax :
Pulmo
Inspeksi
jejas (-)
Palpasi
: Vokal fremitus hemitoraks kanan sama dengan hemitoraks kiri
Perkusi
: Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+/+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: Bentuk perut datar, hernia umbilicalis (-), luka bekas operasi (-), jejas
(-)
: Bising usus (+) Normal
: Timpani
: Supel, undulasi (-), nyeri tekan ulu hati (+)
Hepar : tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ekstremitas
Superior
: Edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-), petekie (-/-), gambaran
Inferior
Objektif
12. Tekanan darah 150/70mmhg.
13. Mata : Konjungtiva anemis.
14. Leher
: JVP meningkat (5+3)
15. Perkusi
: Pelebaran batas kiri jantung sela iga V garis axillaris anterior
16. Auskultasi : Bunyi jantung I II lebih keras,S3 (+), murmur sistolik (+)
17. Palpasi
: nyeri tekan ulu hati (+)
I.5 Hipotesis
1. CHF (1,2,3,6,8,9,10,11,12,13,14,15)
2.
3.
4.
5.
Bronkitis ( 2,3,4,5)
Dispepsia (4,5,6,7)
Hipertensi (7,12)
Anemia (7,8,13)
Diagnosis
Diagnosis Utama : .
Congestive heart failure
Hipertensi
Diagnosis
Penyerta
:aorta
regurgitasi,aneurisma
aorta
ascendens,hipertensi,bronkitis,anemia.
Diagnosis Pencetus : riwayat keturunan dari ibu yang juga memiliki penyakit
jantung, perokok dan makan sembarangan.
Diagnosis Anatomi : -
I.6 Planning
a. Diagnostik
-
EKG
Darah lengkap
Foto rontgen thorax PA
Echocardiografi
b. Planning Terapi
-
a.
b.
c.
d.
Furosemide
ISDN
Bisoprolol
Adalol
c. Monitoring
-
d. Edukasi
-
Jenis
% Lym
% Mid
% Gra
Hasil
28,3%
7,4 %
64,3%
Hasil
6,1 x 103/mm3
4,48 x 106/uL
12,9 g/dL
36,9 % (L)
82,3 um3
28,8 pg
35,0 g/dl
174 x 103/mm3
12,5 %
8,6 um3
15,9 %
0,21%
Diff Count
Referensi
Jenis
15-50
# Lym
2-15
# Mid
35-80
# Gra
Referensi
3,5-10
3,50-5,50
11,5-16,5
35,0-55,0
75 100
25 35
31-38
100-400
11-16
8,0-11,0
10,0 18,0
0,20 0,50
Hasil
1,7 103/mm3
0,5 103/mm3
4,0 103/mm3
Referensi
1,2-3,2
0,1-0,8
2,0-7,8
Kesan :
Left ventrikel Hipertrophy
Prolonged QT
Kesan :
Kardiomegali
Corakan bronkovaskuler meningkat
11/11/15
sedang
: Tampak sakit sedang
Vital sign
Tekanan
90/60mmhg
Nadi : 67x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36c
Darah
83x/meniRR
: 26x/menitSuhu
: 36oC
Status Generalis
Thorax :
Cor
CHF
hipertensi
Terapi :
Infus RL
Lasix inj 3x2 amp
Captopril 3x25mg
Bisoprolol -0-0
Isdn 3x10
Amlodipin 0-1-0
Asam folat 2x1
B1 3x10mg
Monitoring :
KU, VS
Edukasi :
-Menjelaskan
mengenai penyakit
pasien, cegah
perburukan
Rawat Inap
jantung
sela
iga
garis
axillaris anterior
Auskultasi
: Bunyi jantung
I II lebih keras, S3 (+), murmur
sistolik
(+)
Abdomen
Palpasi: nyeri tekan ulu hati (+)
Ekstremitas : dbn
12/11/15
Keadaan Umum :
Tampak sakit sedang
CHF
hipertensi
Tekanan
90/50mmhg
Nadi : 68x/menit
RR : 21x/menit
Suhu : 36c
Darah
83x/meniRR
: 26x/menitSuhu
: 36oC
Status Generalis
14.00
P
Terapilanjut :
- Infus RL
Lasix inj 3x2 amp
Captopril 3x25mg
Bisoprolol -0-0
Isdn 3x10
Amlodipin 0-1-0
Asam folat 2x1
B1 3x10mg
Monitoring :
KU, VS
Edukasi :
-Menjelaskan
mengenai penyakit
pasien, cegah
perburukan
Thorax :
Cor
sela
iga
garis
axillaris anterior
Auskultasi
: Bunyi jantung
I II lebih keras, S3 (+), murmur
sistolik
(+)
Abdomen
Palpasi: nyeri tekan ulu hati (+)
Ekstremitas : dbn
13/11/15
Keadaan Umum :
Tampak sakit sedang
: Tampak sakit sedang
Vital sign
Tekanan
90/50mmhg
Nadi : 65x/menit
RR : 21x/menit
Suhu : 36c
Darah
83x/meniRR
: 26x/menitSuhu
: 36oC
Status Generalis
P
Diagnostic :
-echocardiografi
Terapi :
Infus RL
Lasix inj 3x2 amp
Captopril 3x25mg
Bisoprolol -0-0
Isdn 3x10
Amlodipin 0-1-0
Asam folat 2x1
B1 3x10mg
Monitoring :
KU, VS
Edukasi :
-Menjelaskan
mengenai penyakit
pasien, cegah
perburukan
Thorax :
Cor
sela
iga
garis
axillaris anterior
Auskultasi
: Bunyi jantung
I II lebih keras, S3 (+), murmur
sistolik
(+)
Abdomen
Palpasi: nyeri tekan ulu hati (+)
Ekstremitas : dbn
Kesan ekokardiografi :
LV dilatasi (EHD 87,7 cm)
RA dilatasi (EPSS > 2cm)
Fungsi sistemik LV menurun (EP 45%)
Terdapat aneurisma Aorta Ascendens (732mm )
IVC 22mm
S
-Nyeri dada
berkurang
-sesek nafas
berkurang
-badan lemes
berkurang
Keadaan Umum :
Tampak sakit sedang
CHF
Hipertensi
Tekanan
90/60mmhg
Nadi : 67x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36c
Darah
Monitoring :
KU, VS
83x/meniRR
: 26x/menitSuhu
: 36oC
Status Generalis
Thorax :
Cor
sela
iga
garis
axillaris anterior
Auskultasi
: Bunyi jantung
I II lebih keras, S3 (+), murmur
sistolik
(+)
Abdomen
Palpasi: nyeri tekan ulu hati (+)
Ekstremitas : dbn
P
Terapi :
Infus RL
Lasix inj 3x2 amp
Captopril 3x25mg
Bisoprolol -0-0
Isdn 3x10
Amlodipin 0-1-0
Asam folat 2x1
B1 3x10mg
Edukasi :
-Menjelaskan
mengenai penyakit
pasien, cegah
perburukan
S
-Nyeri dada
berkurang
-sesek nafas
berkurang
-badan lemes
berkurang
Keadaan Umum :
Tampak sakit sedang
Chf
hipertensi
Tekanan
90/60mmhg
Nadi : 67x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36c
Darah
83x/meniRR
: 26x/menitSuhu
: 36oC
Status Generalis
Thorax :
Cor
sela
iga
garis
axillaris anterior
Auskultasi
: Bunyi jantung
I II lebih keras, S3 (+), murmur
sistolik
Abdomen
(+)
P
terapi :
Captopril 3x25mg
Isdn 3x10
B1 3x10mg
16 November 2015
Pasien datang ke poli untuk kontrol,dan kemudan di rujuk ke rumah sakit Sarjito jogja.
Lembar surat Rujukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
CONGESTIVE HEART FAILURE
II.1. Congestive Heart Failure
II.1.1. Definisi
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat
memompakan cukup darah ke jaringan tubuh. Gangguan fungsi jantung dapat berupa
gangguan fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian
preload dan afterload. Gagal jantung kongestif (congestive heart failure) merupakan
kegagalan ventrikel kiri dan atau kanan dari jantung yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memberikan cardiac output yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan, menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik
II.1.2. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi tersering dari segala jenis penyakit jantung
kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung
meliputi :
1. Meningkatkan beban awal
Keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan cacat
septum ventrikel.
Kelainan Mekanik
1. Peningkatan Beban Tekanan
a. Sentral (Stenosis aorta)
b. Perifer (hipertensi sistemik)
1. Peningkatan Beban Volume (Regurgitasi katup, peningkatan
beban awal)
2. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitral atau
trikuspidal)
3. Tamponade Perikardium
4. Pembatasan Miokardium atau Endokardium
5. Aneurisme Ventrikel
6. Dissinergi Ventrikel
B.
Kardiomiopati
Miokarditis
Kelainan Metabolik
Toksisitas (Alkohol, Kobalt)
Presbikardia
b.
c.
d.
e.
C.
Kelainan Metabolik
Peradangan
Penyakit Sistemik
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Tenang (Standstill)
Fibrilasi
Takikardia atau bradikardia ekstrim
Asinkronitas listrik, gangguan konduktif
II.1.3. Epidemiologi
Diperkirakan terdapat 23 juta orang mengidap gagal jantung di seluruh dunia.
America Heart Association memperkirakan terdapat 4,7 juta orang menderita gagal
jantung di Amerika Serikat pada tahun 2000 dan dilaporkan terdapat 550.000 kasus
baru setiap tahunnya. Prevalensi gagal jantung di Amerika dan Eropa sekitar 1 2%.
Diperkirakan setidaknya ada 550.000 kasus gagal jantung baru didiagnosis setiap
tahunnya.
Meningkatnya harapan hidup disertai makin tingginya angka survival setelah
serangan infark miokard akut akibat kemajuan pengobatan dan penatalaksanaan.
Akibatnya angka perawatan di rumah sakit karena gagal jantung dekompensasi juga
ikut meningkat. Dari survey registrasi di rumah sakit didapatkan angka perawatan
pasien yang berhubungan dengan gagal jantung sebesar 4,7% untuk perempuan dan
5,1% untuk laki-laki. Secara umum angka perawatan pasien gagal jantung di Amerika
dan Eropa menunjukkan angka yang semakin meningkat.
Gagal jantung merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Gagal jantung
kongestif (Congestive Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup
tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung
umur/agedependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45
tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 - 84 tahun.
Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, akan didapati prevalensi
dari CHF yang meningkat juga. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yang
mempunyai hipertensi mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain itu semakin
II.1.4. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup dan
meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya volume akhir diastolik
ventrikel, terjadinya peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri. Akibatnya
terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri karena atrium dan ventrikel berhubungan
langsung selama diastol. Peningkatan tekanan atrium kiri diteruskan ke belakang
kedalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru.
Apabila tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik
pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial sehingga terjadilah
edema interstisial. Peningkatan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke
dalam alveoli dan terjadilah edema paru.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan vena
paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan.
Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada
jantung kanan, dimana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme primer yang dapat
terjadi yaitu :
1. Peningkatan aktifitas adrenergik simpatik.
Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon
simpatis kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik merangsang
pengeluaran katekolamin dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal.
Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah
jantung. Selain itu, juga terjadi vasokonstriksi arteri perifer untuk menstabilkan
tekanan arteri dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke
3. Hipertrofi ventrikel.
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium
atau bertambah tebal dinding miokardium. Hipertrofi akan meningkatkan jumlah
sarkomer dalam sel-sel miokardium sehingga dapat meningkatkan kekuatan
kontraksi ventrikel sehingga curah jantung aka meningkat.
Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada
tingkat normal atau hampir normal pada awal perjalanan gagal dan pada keadaan
istirahat. Namun, kelainan kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung
biasanya tampak saat beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung, maka
kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.
II.1.5. Klasifikasi
Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan.
Gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal jantung kronis
dekompensasi, serta gagal jantung kronis. Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan
pada penderita infark miokard akut, dengan pembagian:
kongesti (adanya ortopnea, distensi vena juguler, ronki basah, refluks hepato jugular,
edema perifer, suara jantung pulmonal yang berdeviasi ke kiri, atau square wave blood
pressure pada manuver valsava) dan kecukupan perfusi (adanya tekanan nadi yang
sempit, pulsus alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas dingin dan penurunan
kesadaran). Pasien yang mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak disebut
kering (dry). Pasien dengan gangguan perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak
disebut panas (warm). Berdasarkan hal tersebut penderta dibagi menjadi empat kelas,
yaitu:
Kelas I (A)
Kelas II (B)
Kelas III (L)
Kelas IV (C)
Kelas I
: Tanpa keluhan
Para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam
kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit
jantung seperti cepat lelah, sesak nafas atau berdebar-debar,
apabila mereka melakukan kegiatan biasa.
Kelas II
: Ringan
Penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik.
Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi
kegiatan fisik yang biasa menimbulkan gejala-gejala
insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar,
sesak nafas atau nyeri dada.
Kelas III
: Sedang
Penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan
dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu
istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan
biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung
seperti yang tersebut di atas.
Kelas IV
: Berat
Penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun
tanpa menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat
menimbulkan
gejala-gejala
bertambah apabila
mereka
insufisiensi
jantung,
yang
melakukan kegiatan
fisik
dari sirkulasi splanchnik dan ektremitas bawah kedalam sirkulasi pusat selama
berhenti sementara.
Gejala serebral
Pasien dengan gagal jantung dapat pula datang dengan Gejala serebral, seperti
disorientasi, gangguan tidur dan mood, dapat pula diamati pada pasien dengan
gagal jantung berat, terutama pasien lanjut usia dengan arteriosclerosis
serebral dan perfusi serebral yang menurun. Nocturia umum terjadi pada gagal
jantung dan dapat berperan dalam insomnia
Keluhan gastrointestinal.
Anorexia, nausea, dan perasaan penuh yang berkaitan dengan nyeri abdominal
merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan dapat berkaitan dengan edema
pada dinding usus dan/atau kongesti hepar.
Edema perifer
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial. Edema mula-mula
tampak pada bagian tubuh yang bergantung seperti palpebra pada pagi hari.
Siangnya edema akan tampak pada ekstremitas terutama tungkai akibat
gravitasi.
f. Faktor Keturunan
II.1.8. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksan
penunjang.
A. Anamnesis
Manifestasi klinis
Gagal jantung ringan dan moderat :
Perasaan tidak nyaman jika berbaring pada permukaan yang datar
berat
Peningkatan aktivitas adrenergic menyebabkan :
Sianosis pada bibir dan kuku
Sinus takikardi (merupakan tanda nonspesifik)
Tekanan nadi dapat berkurang atau menghilang menandakan adanya
B. Pemeriksaan fisis
Meliputi inspeksi perut bisa membuncit, palpasi dapat ditemukan
hepatomegali, perkusi, dan auskultasi bising usus biasanya normal
C. Pemeriksaan penunjang :
1. Foto toraks
2. EKG
Untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infark miokard dan
aritmia. Hipertropi ventrikel kiri dimana S d V1 + R di V5/V6 35 mm ,
aritmia misalnya terdapat fibrilasi atrium dimana jarak R ke R tidak
seragam.
D. Pemerikasaan penunjang
Meliputi pemeriksaan Hb, elektrolit, ekokardiografi untuk kelainan
katup , angiografi, fungsi ginjal, dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.
Laboratorium :
1. Faal ginjal :
a. Urin :
a. Berat jenis <
b. Volume urin menurun
c. Na urin menurun, rennin meningkat aldosteron
b. Darah :
a. Ureum meningkat dan kreatinin clearance menurun, maka
menunjukkan gagal jantung yang berat.
b. Na, Bl dan albumin menurun, sehingga meningkatkan
volume darah dan cairan udema karena rennin dan
aldosteron meningkat.
LED turun
3. Faal paru
Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosa ditegakkan gagal jantung
kongestif, yaitu ditemukan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria mayor :
Kardiomegali
Gallop S3
Refluks hepatojugular
Kriteria minor :
Edema ekstremitas
Dyspneu deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Takikardi (>120x/menit)
II.1.9. Penatalaksanaan
1. Aktivitas
Walaupun aktivitas fisik berat tidak dianjurkan pada gagal jantung, suatu
latihan rutin ringan terbukti bermanfaat pada pasien gagal jantung dengan NYHA
kelas I-III. Pasien euvolemik sebaiknya didorong untuk melakukan latihan rutin
isotonic seperti jalan atau mengayuh sepeda ergometer statis, yang dapat ditoleransi.
Beberapa penelitian mengenai latihan fisik memberikan hasil yang positif dengan
berkurangnya gejala, meningkatkan kapasitas latihan, dan memperbaiki kualitas dan
durasi kehidupan.
2. Diet
Diet rendah garam (2-3 g per hari) dianjurkan pada semua pasien gagal
jantung.
3. Diuretik
Diuretik
adalah
satu-satunya
agen
farmakologik
yang
dapat
mengendalikan retensi cairan pada gagal jantung berat, dan sebaiknya digunakan
untuk mengembalikan dan menjaga status volume pada pasien dengan gejala
kongestif (sesak napas, orthopnea, dan edema) atau tanda peningkatan tekanan
pengisian (rales, distensi vena jugularis, edema perifer). Furosemide, torsemide, dan
bumetanide bekerja pada loop of Henle (loop diuretics) dengan menginhibisi
reabsorbsi Na+, K+,dan Cl pada bagian asendens pada loop of henle; thiazide dan
metolazone mengurangi reabsorbsi Na+ dan Cl- pada bagian awal tubulus kontortus
distal, dan diuretic hemat kalium seperti spironolakton bekerja pada tingkat duktus
koligens.
4. Vasodilator
Vasodilator diindikasikan pada gagal jantung akut sebagai first line theraphy,
apabila hipoperfusi padahal tekanan darah adekuat dan tanda-tanda kongesti dengan
diuresis sedikit, untuk membuka sirkulasi perifer dan mengurangi pre-load. Contoh
vasodilator Gliseril trinitrat 5-mononitrat, Isosorbid dinitrat, Nitropusid, dan
Nesitirid.
ACEI. Akan tetapi, penting untuk mengurangi dosis diuretic selama awal pemberian
ACEI dengan tujuan mengurangi kemungkinan hipotensi simptomatik. ACEI
sebaiknya dimulai dengan dosis rendah, diikuti dengan peningkatan dosis secara
bertahap jika dosis rendah dapat ditoleransi.
Efek samping yang kebanyakan terjadi berkaitan dengan supresi sistem renin
angiotensin. Penurunan tekanan darah dan azotemia ringan dapat terjadi selama
pemberian terapi dan biasanya ditoleransi dengan baik sehingga dosis tidak perlu
diturunkan. Akan tetapi, jika hipotensi diikuti dengan rasa pusing atau disfungsi
renal menjadi lebih berat, maka penting untuk menurunkan dosisnya. Pada retensi
potassium yang tidak berespon dengan diuretic, dosis ACE juga perlu diturunkan.
8. Antagonis Aldosteron
Walaupun dikategorikan sebagai diuretic hemat kalium, obat yang memblokir
efek aldosteron (spironolakton atau eplerenon) memiliki efek bermanfaat yang
independent dari efek keseimbangan sodium. Walaupun ACEI dapat menurunkan
sekresi aldosteron secara transient, dengan terapi jangka panjang, kadar aldosteron
akan kembali seperti sebelum terapi ACEI dilakukan. Maka dari itu, pemberian
antagonis aldosteron dianjurkan pada pasien dengan NYHA kelas III atau kelas IV
yang memiliki EF yang menurun (<35%).
Permasalahan utama pemberian antagonis aldosteron adalah peningkatan
resiko hyperkalemia, dimana lebih cenderung terjadi pada pasien yang menerima
terapi suplemen potassium atau mengalami insufisiensi renal sebelumnya. Antagonis
aldosteron tidak direkomendasikan jika kreatinin serum >2.5 mg/Dl.
Penatalaksanaan dengan warfarin dianjurkan pada pasien dengan HF, fibrilasi atrial
paroxysmal, atau dengan riwayat emboli sistemik atau pulmoner, termasuk stroke
atau transient ischemic attack (TIA). Pasien dengan iskemik kardiomyopati
simptomatik atau asimptomatik dan memiliki riwayat MI dengan adanya thrombus
LV sebaiknya diatasi dengan warfarin dengan permulaan 3 bulan setelah MI, kecuali
terdapat kontraindikasi terhadap pemakaiannya.
Aspirin direkomendasikan pada pasien HF dengan penyakit jantung iskemik
untuk menghindari terjadinya MI dan kematian. Namun, dosis rendah aspirin (75
atau 81 mg) dapat dipilih karena kemungkinan memburuknya HF pada dosis lebih
tinggi.
III
ANALISA HASIL
Anamnesis
Keluhan
Utama
: Nyeri dada
yang dipersarafi oleh lima saraf interkostalis teratas dan oleh saraf brachialis interkostal (T2)
akan terkena.didalam ssp tentunya terjadi sejumlah penyebaran impuls nyeri karena nyeri
kadang kadang terasa di leher dan rahang.
Sesak nafas
Katup jantung mengalami penyempitan sehingga membuat aliran darah ke seluruh tubuh juga
terhambat aliran darah ke sistem pernafasan terganggu sesak nafas
Batuk
Jika kemampuan memompa jantung terganggu kongesti paru cairan didalam paru paru
dan jantung dapat menimbulkan gejala seperti batuk.
Mual muntah
Sebagian besar orang dengan gagal jantung kronik merasa nyeri apabila melakukan kerja
fisik atau mengalami perubahan emosi yang akan meningkatkan metabolisme jantung atau
mengkontriksikan pembuluh darah koroner untuk sementara waktu akibat sinyal saraf
vasokonstriktor simpatis. Disisi lain, kerja simpatis tersebut menekan saraf parasimpatis yang
memicu pergerakan di organ pencernaan akibatnya gerak peristaltic menurun dan akumulasi
cairan di saluran pencernaan menjadikan rasa penuh di lambung dan menjadi pusat mual atau
muntah sampai nyeri ulu hati
Nyeri ulu hati
kerja simpatis tersebut menekan saraf parasimpatis yang memicu pergerakan di organ
pencernaan akibatnya gerak peristaltic menurun dan akumulasi cairan di saluran pencernaan
menjadikan rasa penuh di lambung dan menjadi pusat mual atau muntah sampai nyeri ulu
hati.
Pusing
Katup jantung mengalami penyempitan sehingga membuat aliran darah ke seluruh tubuh juga
terhambat aliran darah ke kepala berkurang pusing
Sering lelah dan pucat
Pada gagal jantung terjadi berkurangnya curah jantung. Akibatnya terjdi vasokonstri
pembuluh darah perifer yang menyebabkan peningkatan Hb tereduksi didalam darah maka
timbullah sianosi (kulit pucat dan dingin)
.I.3
Pemeriksaan Fisik
Tekanan Darah : 150 /70 mmHg hipertensi
-
Hipertensi dengan tekanan darah diatas 160/95 mmHg dapat merangsang terjadinya
aterosklerosis karena tekanan tinggo ini dapat merupakan beban tekanan pada dinding
arteri.
Status Generalis
Gigi
Leher
Thorax :
Cor
Perkusi
Auskultasi
Jantung cardiomegali, S3 (+). Hal ini dapat mendukung adanya gagal jantung.
Hipertrofi jantung dapat menyebabkan kebutuhan oksigen menjadi lebih tinggi dan
adanya S3 dapat mengartikan adanya aliran balik yang terjadi akibat akibat overload
darah ditambah dengan adanya gangguan perfusi pada otot jantung (infark) sehingga
pemompaan tidak adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penderita CHF.
Abdomen
Palpasi
di lambung dan menjadi pusat mual atau muntah sampai nyeri ulu
hati
Hasil lab darah rutin 10 November 2015
Jenis Pemeriksaan
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
RDW
MPV
PDW
PCT
Jenis
% Lym
% Mid
% Gra
Hasil
28,3%
7,4 %
64,3%
Hasil
6,1 x 103/mm3
4,48 x 106/uL
12,9 g/dL
36,9 % (L)
82,3 um3
28,8 pg
35,0 g/dl
174 x 103/mm3
12,5 %
8,6 um3
15,9 %
0,21
Diff Count
Referensi
Jenis
15-50
# Lym
2-15
# Mid
35-80
# Gra
Referensi
3,5-10
3,50-5,50
11,5-16,5
35,0-55,0
75 100
25 35
31-38
100-400
11-16
8,0-11,0
10,0 18,0
0,20 0,50
Hasil
1,7 103/mm3
0,5 103/mm3
4,0 103/mm3
Referensi
1,2-3,2
0,1-0,8
2,0-7,8
Kesan :
Left ventrikel Hipertrophy
Prolonged QT
Terapi
-
Infus RL
Kandunga
n
Indikasi:
Per 1000 mL Natium lactate 3,2 gram, NaCl 6 gram, KCl 0,4 gram, CaCl2
0,27 gram, air untuk injeksi ad 1,000 mL.
Sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang dalam kondisi asam basa
Captopril 3x25mg
Captopril termasuk dalam golongan obat penghambat enzim pengubah angiotensin .
fungsi utama obat ini adalah untuk mengobati hipertensi dan gagal jantung,captopril
juga berfungsi sebagai melindungi jantung setelah terjadinya serangan jantung.
Cara kerja ->menghambat produksi angitensin 2. Hasilnya akan membuat dinding
pembuluh darah menjadi rileks sehingga dapat menurunkan tekanan darah,sekaligus
meningkatkan suplai darah dan okigen.
perungatan :
1. Gangguan ginjal
2. Gangguan hati
3. Penyakit vaskular perifer
4. Lupus
5. Skleroderma
6. Kardiomiopati
7. Stenos aorta
Dosis maksimal 150mg/hari
Bisoprolol -0-0
Adalah beta bloker (selektif beta-1) = Cardioselektif namun tidak spesifik.
- Bekerja dengan cara memblokir stimulasi reseptor beta-1 adrenergik (epinefrin
dan norepinefrin) yang banyak terdapat pada otot jantung dan sedikit memblokir
reseptor beta-2 di paru, pembuluh darah, dan hepar. Bisoprolol menurunkan kerja
otot jantung sehingga kebutuhan oksigen pada jantung menjadi menurun
(demand) dan menurunkan heart rate. Penurunan heart rateakan menyebabkan
-
dan feses.
Dosis : 2,5- 20 mg/hari PO untuk hipertensi. 1,25 mg PO/hari untuk gagal
jantung dan tidak boleh lebih dari 10 mg/hari dapat menurunkan denyut
jantung (bradikardi)
Efek samping beta-bloker dapat menyebabkan bronkospasme menyebabkan
atau memperparah asma. Namun bisoprolol lebih selektif dibandingkan dengan
propanolol. Sehingga efek samping bronkspasme lebih rendah namun tidak murni
hilang. ES lainnya adalah hipotensi, bradikardi, dan hipoglikemia (akibat
Isdn 3x10
Isdn adalah jenis obat vasodilator. Obat ini mengendurkan pembuluh
darah,meningkatkan persediaan darah dan oksigen ke jantung.obat ini diberikan
kepada orang yang menderita nyeri dada.
Indikasi : untuk nyeri dada
Dosis : 5mg dan 10 mg tablet.
Amlodipin 0-1-0
Amlodipine adalah obat untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Amlodipin bekerja dengan cara melemaskan dinding dan melebarkan diameter
pembuluh darah. Efeknya akan memperlancar aliran darah menuju jantung dan
mengurangi tekanan darah dalam pembuluh darah.
hari ,dosis maksimumnya 10mg per hari.
Peringatan :
1. Kepala terasa pusing
2. Wanita hamil
3. Alergi amlodipine
-
B1 3x10mg
Disebut juga tiamina yang merupakan salah satu senyawa pertama yang dikenali sebagai
sebuah vitamin dan berguna dalam metabolisme tubuh.
Manfaat :
1. Mengatasi kekurangan b1
2. Perawatan gangguan metabolisme
Peringatan :
Wanita hamil dan menyusui
Diabetes
Hipotensi
Zlergi vitamin b1
Dosis : 50 300mg perhari
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat.R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2005.
Schwartz, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah , Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta,2000.
Reksoprodjo Soelarto, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakjarta, 1994.
Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.2006.
Joanne C. McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby-Year Book
Hudak & Gallo. 1995. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. EGC : Jakarta
1. Rackley CE. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Edisi 3. EGC. Jakarta. 1995.
Hal. 243-249
2. Trisnohadi HB. Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedoteran Universitas
Indonesia. 2000. Hal: 11-16
3. Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan Praktis.
Binarupa Aksara. Jakarta. 2000. Hal: 47-57
4. Kaligis RWM. Buku Ajar Kardiologi. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia. Jakarta. 2002. Hal: 90-93