A. Pendahuluan
Menurut Standar Penilaian, dalam kurikulum yang diterapkan saat ini (KTSP)
bahwa penilaian hasil belajar siswa menggunakan kriteria yang secara spesifik
dinyatakan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Namun demikian, untuk
melengkapi kajian konseptual, peserta PPG juga perlu mengenal acuan penilaian yang
lain. Dilihat dari perencanaan dan penafsiran hasil tes, pengukuran dalam bidang
pendidikan dapat berdasarkan Penilaian Acuan Norma (PAN) atau Penilaian Acuan
Kriteria (PAK). Kedua acuan tersebut menggunakan asumsi yang berbeda tentang
kemampuan seseorang. Penafsiran hasil tes antara kedua acuan itu juga berbeda,
sehingga menghasilkan informasi yang berbeda maknanya. Pemilihan acuan yang
tepat untuk digunakan ditentukan oleh karakteristik mata pelajaran yang akan diukur
dan tujuan yang akan dicapai.
Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang berbeda dan dapat
digambarkan menurut distribusi normal. Perbedaan itu harus ditunjukkan oleh hasil
pengukuran, misalnya setelah mengikuti pembelajaran selama satu semester, siswa di
tes. Hasil tes seorang siswa dibandingkan dengan kelompoknya, sehingga dapat
diketahui posisi siswa tersebut di kelas itu. Acuan tersebut juga digunakan pada tes
seleksi, karena sesuai dengan tujuannya, tes seleksi untuk membedakan kemampuan
seseorang, khususnya bila jumlah pendaftar yang diterima berdasarkan pada kuota
atau daya tampung.
Tes acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja,
meskipun dengan waktu yang berbeda. Konsekuensi acuan tersebut adalah adanya
program remidi dan pengayaan. Mereka yang belum memiliki kompetensi dasar seperti
yang disyaratkan harus belajar lagi sampai kemampuannya mencapai kriteria atau
standar tertentu, yang disebut remedi. Sebaliknya, mereka yang telah mencapai
kompetensi standar, diberikan pelajaran tambahan, yang disebut
pengayaan. Jadi,
irama belajar yang berlaku adalah kompetensi individual, yang cepat diberikan
pengayaan dan yang lambat diberikan remedi.
Dalam acuan kriteria, penafsiran skor hasil
kriteria yang telah ditetapkan. Hasil tes adalah lulus dan tidak lulus. Lulus berarti
kompeten, yaitu telah memiliki kompetensi dasar yang ditetapkan, sedangkan tidak
lulus berarti tidak kompeten, yaitu belum memiliki kompetensi dasar yang ditetapkan.
Pada praktiknya, batas lulus yang banyak digunakan adalah 75%. Batas lulus tersebut
sebenarnya tidak sama untuk setiap mata mata pelajaran, sebab hal itu tergantung
pada resiko yang ada pada setiap mata mata pelajaran.
Penilaian hasil belajar berbasis kompetensi menggunakan acuan kriteria dan
bukan acuan norma, yaitu berdasarkan apa yang dapat dicapai siswa setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran. Pencapaian tersebut diukur dari seberapa besar siswa
memenuhi kriteria atau standar tertentu. Dengan demikian, dalam penilaian berbasis
kompetensi, penilaian yang dilakukan bukan untuk menentukan posisi seseorang dalam
kelompoknya.
Untuk membantu para guru di sekolah dalam memilih pendekatan penilaian yang
cocok untuk mata diklatnya sehingga pengambilan keputusan seorang siswa
dinyatakan lulus atau tidak lulus benar-benar sesuai dengan prestasi yang dicapainya
maka dirasakan perlu untuk dikenalkan Penerapan Pendekatan PAN dan PAP.
Pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang guru di dalam menentukan
tingkat keberhasilan siswa akan menentukan indeks prestasi siswa tersebut ini akan
berdampak terhadap perolehan hasil belajarnya. Dalam penilaian acuan patokan dan
penilaian acuan norma, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Usaha ini mencegah siswa dari kondisi terlanjur tidak menguasai dengan baik bahan
kuliah seperti yang dituntut oleh tujuan pembelajaran.
Hasil ujian pembinaan dipakai sebagai petunjuk apakah siswa memerlukan
bantuan dalam menjalani proses belajamya atau tidak. Ujian sumatif dilaksanakan pada
akhir proses pengajaran. Ujian ini meliputi semua bahan yang diajarkan dengan tujuan
menguji apakah siswa telah menguasai seluruh bahan dengan baik. Dengan kala lain
ujian ini bertujuan untuk memeriksa apakah tujuan pembelajaran telah tercapai sesuai
patokan yang ditetapkan.
PAP tidak hanya menentukan segi mutu hasil belajar siswa tapi juga dalam
jumlah siswa yang berhasil. Guru yang menggunakan PAP dengan baik tidak akan
menaikkan/menurunkan bates lulus dalam usahanya untuk sebanyaknya mungkin
siswa yang tutus. Guru ini tidak menghendaki adanya penyebaran hasil belajar yang
merata dan rendah ke tinggi tapi sebanyak mungkin siswa mencapai hasil belajar yang
tinggi.
PAP dapat dipakai bila matakuliah tersebut merupakan prasyaraat matakuliah
yang lain atau pede tingkat yang lebih lanjut dengan jumlah siswa yang tidak terlalu
besar (kurang dan 40 offing). Guru harus memiliki keterampilan dalam menyusun
pengajaran dan penilaiannya serta diperlukan sumber dan sarana belajar mengajar
yang cukup.
Di samping itu penilaian harus bersifat terbuka. Siswa perlu mengetahui proses
penilaian, kriteria keberhasilan dan hasil penilaian. Untuk mencapai hasil semaksimal
mungkin maka pelaksanaan Sistem Kredit Semester harus dilaksanakan secara penuh
yaitu menyelenggarakan tatap muka, kegiatan terstruktur tidak terjadwal dan kegiatan
mandiri secara konsekuen.
Cara Perhitungan
Nilai =
Skor Mentah
Skor Maksimum Ideal
Contoh:
x 100
sampai dengan 20
i
Mean dan standar deviasi: