Anda di halaman 1dari 13

TUGAS UAS ANALISIS CEKUNGAN

INDONESIA BAGIAN TIMUR


(ANALISIS CEKUNGAN)

Disusun Oleh:
Akbar Aminus
270120140503

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
BANDUNG
2015

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

ANALISIS CEKUNGAN SEDIMEN


DI INDONESIA BAGIAN TIMUR

Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yangdigunakan di negri ini.
Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan produksi minyak yang sudah ada dapat
dilakukan dengan

melakukan kegiatan eksplorasi. Berdasarkan umurnya, cekungan

sedimen di Indonesia dapat dibedakan menjadi cekungan pra-Tersier, cekungan berumur


menerus pra-Tersier Tersier, dan cekungan Tersier. Indonesia bagian barat didominasi
oleh cekungan Tersier, sementara Indonesia bagian timur didominasi oleh cekungan yang
berkembang sejak Zaman pra-Tersier sampai Tersier.
Berdasarkan umurnya maupun berdasarkan pola sebarannya, keberadaan
cekungan cekungan tersebut merepresantasikan pola perkembangan tektonik. Di
wilayah bagian barat Indonesia pola sebaran cekungan berpola semi konsentris tampak
mendominasi wilayah ini, dan ini dikontrol oleh evolusi sistem tunjaman. Sementara di
bagian timur Indonesia hanya di wilayah Busur Banda dicirikan oleh sebaran cekungan
berpola semi konsentris, dan selebihnya umumnya berpola acak, kecuali daerah yang
dipengaruhi pemekaran dan tunjaman selain Busur Banda. Sebaran berpola acak ini
terutama dikontrol

oleh keberadaan sesar-sesar mendatar transform yang menjadi

mediasi transportasi benua renik yang berasal dari Australia.

Gambar 1
Peta Cekungan sedimen Indonesia (Badan Geologi, 2009)

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

A. Busur Banda dan Sulawesi


Sekitar 5 jtl ketika Australia masih bergerak ke utara, Papua berotasi ke arah
kiri,

akibatnya terjadilah pelengkungan ke baratlaut pada Busur Banda yang semula

berarah barat-timur (Gambar 2). Sebagai akibatnya cekungan sedimen di wilayah


Busur Banda berpola semi konsentris. Sementara itu gerakan sesar-sesar transform
telah menyebabkan beberapa mikrokontinen, seperti Buton, Sula dan lain-lainnya,
bertumbukan dengan Busur Sulawesi dan Halmahera yang menghadap ke timur (Katili,
1989).

Gambar 2
Peta Tataan Tektonik Busur Banda (Cekungan Sedimen Berpola Semi-Konsentris)

Tumbukan

antara beberapa mikrokontinen dengan Busur Sulawesi dan

Halmahera tersebut mengakibatkan batuan ultrabasa terobdaksi di lengan timur dan


lengan tenggara. Gaya tektonik ke arah barat melalui Sesar Sorong dan zona Sesar
Matano mengakibatkan Sulawesi semakin terdorong ke arah Kalimantan, dan
menyebabkan tertutupnya laut Sulawesi purba. Hal ini menyebabkan terjadinya obdaksi
kompleks tunjaman Meratus dan Pulau Laut yang berumur Kapur awal Tersier, serta
terjadinya Pegunungan Meratus (Katili, 1978).
Laut Sulawesi selatan, sekarang disebut Selat Makassar,

mengalami

fase

bukaan sejak Eosen Tengah ( Situmorang (1982), Hall (1996), Moss drr (1997), Guntoro
(1999), dan Puspita drr. (2005) meskipun mekanisme bukaan tersebut masih kotroversi
sampai

sekarang.

Fase

ekstensi

atau pemekaran tersebut telah menyebabkan

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

terbentuknya Cekungan Makassar Utara dan Cekungan Makassar Selatan (Gambar 3).
Sementara pada zaman Miosen selat ini telah mengalami fase kompresi (Chamber dan
Dalley, 1995; Bergman drr., 1996), yaitu saat mulai terjadinya benturan antara tepi
Kranton Sunda (Kalimantan) di sebelah barat, dengan Paparan Sula di sebelah timur.
Meskipun fase kompresi ini masih berlangsung sampai sekarang (Bachri, 2012) namun
belum menyebabkan tertutupnya kembali Selat Makassar.

Sumber: Citra DEM diambil dari Becker dan Sandwell (2004)

Gambar 3
Sebaran Cekungan Sedimen di Selat Makassar yang Dikontrol Oleh Tektonik

Di wilayah Busur Banda dan Sulawesi, hanya cekungan sedimen di sekitar Busur
Banda saja yang berpola semi-konsentris, sementara di daerah sebelah utara lengan utara
Sulawesi keberadaan cekungan sedimen dikontrol oleh sistem tunjaman Sulawesi Utara,
di sebelah barat Sulawesi dikontrol oleh sistem pemekaran, sementara di bagian lain dari
Sulawesi sebaran cekungan

sedimennya tidak teratur dan dikontrol oleh sesar-sesar

mendatar transform. Sesar-sesar mendatar transform di Sulawesi dan sekitarnya disajikan


dalam Gambar 4A.

Akbar Aminus - 270120140503

B.

24, 2015

Wilayah Papua dan Sekitarnya


Pecahnya Gondwana telah menghasilkan sumbu pemekaran utama di Samudera

Hindia yang kemudian diikuti oleh penyesuaian pola tunjaman di Indonesia. Ketika
Australia bergerak ke utara, Papua mendekat dan menumbuk busur kepulauan Sepik pada
sekitar 30 jtl (Downey, 1986, dalam Katili,1989).
Sebelum benua Australia yang bergerak ke utara sampai di tepian benua Asia
Tenggara busur vulkanik Sulawesi Mindanao yang berarah utara-selatan dijumpai
sekitar 800

km di sebelah timur Kalimantan (Katili, 1978) ke arah tenggara, busur

Kepulauan Sepik yang berarah barat-timur menyatu dengan Papua dan memisahkan
antara Australia dengan Pasifik (Katili, 1989).
Sekitar 20 Jtl, Papua dan Sepik yang kini menyatu menjadi mikrokontinen yang
lebih besar, sampai di tepi lempeng Asia Tenggara dan bertumbukan dengan busurdalam Melanesia yang menghadap ke selatan (Daly drr., 1986). Hal ini menyebabkan
adanya interaksi antara lempeng Australia yang bergerak ke utara dan lempeng Pasifik
yang bergerak ke arah barat-baratdaya, yang akibatnya menghasilkan beragam bentukan
struktur. Beberapa sesar mendatar utama berarah barat timur terbentuk, seperti Sesar
Sorong dan Sesar Tarera-Aiduna (Gambar 4A-B). Sebagai akibat dari pergerakan
sesar-sesar tersebut terbentuklah

cekungan pull apart, misalnya Cekungan Salawati

dan Cekungan Taliabu.


Sekitar 10 jtl, terbentuk suatu tunjaman ke arah selatan melalui sebelah utara
Papua, dan masih aktif sampai sekarang (Daly drr., 1986). Tunjaman ini tidak disertai
dengan kegiatan kegunungapian di Papua. Keberadaan sistem tunjaman ini disertai
pembentukan cekungan sedimen, antara lain Cekungan Biak Utara, Cekungan Biak
-Yapen, Cekungan Mamberamo, dan lain-lainnya. Bila disebelah utara Papua cekungan
sedimennya lebih banyak dikontrol oleh zone tumbukan antara Lempeng Pasifik
dengan Benua Australia, maka di bagian selatan lebih banyak dipengaruhi oleh sistem
pemekaran pada Paparan Baratlaut Australia.

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

Gambar 4
Peta Struktut Wilayah Sulawesi dan Papua
Cekungan di Indonesia bagian timur secara umum terbentuk akibat adanya tiga
struktur utama yang mengontrol kemunculan cekungan sedimen, yaitu:

1.

Pemekaran (rifting) meliputi Cekungan Makassar Utara dan Makassar


Selatan (Gambar 3) merupakan cekungan Tersier karena proses
pemekaran Selat Makassar pada Eosen Tengah (Situmorang ,1982);
Hall, 1996; Moss drr.,1997; Guntoro, 1999); dan Puspita drr.,2005).
Karena pemekaran terjadi pada Eosen Tengah, maka cekungan-cekungan

ini diyakini tidak menindih cekungan Pra-Tersier.


2. Sistem tunjaman meliputi cekungan sedimen yang terbentuk berkaitan
dengan adanya sistem tunjaman di Indonesia bagian timur, semuanya
merupakan cekungan Tersier. Cekungan cekungan tersebut yaitu yang
berada di sebelah utara dan selatan lengan utara Sulawesi, berkaitan
dengan Tunjaman Sulawesi Utara, cekungancekungan di Busur Banda
3.

yang membentuk pola semi-konsentris (Gambar 2).


Sesar mendatar (transform) meliputi cekungan-cekungan Pra- Tersier dan
cekungan Pra-Tersier Tersier, yang bentuk dan arah poros panjangnya
sangat beragam karena diduga pengaruh rotasi yang berbeda-beda selama
transportasi melalui media sesar mendatar tersebut. Cekungancekungan

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

tersebut pada awalnya terbentuk di Australia, sehingga bentuk aslinya


tidak diketahui.
Pada sekitar 30 jt yang lalu (Miosen) Gondwana pecah yang ditandai oleh
pembentukan sumbu pemekaran di Samudera Hindia yang diikuti oleh bergeraknya
lempeng

Australia ke utara (Katili,1989). Selanjutnya diiukti oleh terjadinya beberapa

sesar transform yang menyebabkan beberapa pecahan dari lempeng Australia bergerak
ke arah Sulawesi. Oleh karenanya, cekungancekungan tersebut mulai berada di
Indonesia pada Tersier, meskipun sebagian berumur Pra-Tersier.

Sumber: Nayoan et al, 1991

Gambar 5
Regonal Play Types of Eastern Indonesia

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

Sumber: Nayoan et al, 1991

Gambar 6
Sections Regonal Play Types of Eastern Indonesia

C.

Cekungan Salawati
Cekungan salawati merupakan salah satu cekungan yang terdapat di Indonesia

Bagian Timur. Dimana cekungan ini terbentu dari pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu
lempeng Benua Eurasia, Lempeng Samudra Pasifik dan Lempeng Benua Australia
(Hamilton,1978). Elemen elemen Cekungan Salawati secara umum didominasi oleh
struktur patahan dan lipatan yang berarah timur barat. Pada wilayah leher burung
didominasi oleh struktur lipatan yang berarah utara- baratlaut. Pada sabuk lipatan ini
sebagian besar struktur didominasi oleh sistem sesar yang berarah barat timur.
Kemudian evolusi tektonik regional di wilayah Kepala Burung berlangsung sejak
awal Paleozoikum. Gerakan tektonik yang cukup intensif terjadi pada kala Plio
Pleistosen paska pengendapan fasies batugamping terumbu yang berumur Miosen
(Hamilton,1978).

Gambar 7
Pembagian Cekungan Salawati (Hamilton, 1978)

Stratigrafi Cekungan Salawati terdiri dari:

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

1. Batuan Dasar (Devon, 406.5 262.5 juta tahun) di daerah Kepala Burung
atau Cekungan Salawati Bintuni, Batuan Dasar yang berumur PraTersier terutama tersingkap di sebelah timur Kepala Burung yang
dikenal sebagai Tinggian Kemum. Batuan Dasar tersebut disebut
Formasi Kemum yang tersusun oleh batusabak, filik dan kuarsit. Formasi
ini di sekitar Kepala Burung diintrusi oleh granit yang berumur Karbon
disebut sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh sebab itu Formasi Kemum
ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon sampai awal Karbon.
2. Formasi Aifam (Perm, 290 - 250 juta tahun) selanjutnya Formasi Kemum
ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam. Di sekitar Kepala
Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat
dan Ainim. Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen yang
taktermalihkan dan terbentuk di lingkungan laut dangkal sampai fluviodelataik. Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi secara tidak selaras oleh
Formasi Tipuma yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).
3. Formasi Kembelengan (Jura Akhir Kapur Akhir, 152 66.5 juta tahun)
formasi Kembelengan, pada bagian bawah merupakan endapan paralislaut dangkal yang terdiri dari batupasir, batulempung, mudstone dan
batubara berumur Jurasik Tengah, sedangkan pada bagian atas merupakan
endapan laut dangkal-dalam terdiri dari mudstone dan serpih berumur
Kapur. Endapan dengan umur Mesozoikum berkembang di bagian selatan
Cekungan Salawati, karena pada saat pengendapan sedimen tersebut
cekungan terbuka ke arah selatan.
4. Formasi Waripi (Paleosen, 66.5 54 juta tahun) Formasi Waripi terutama
tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupsir kuarsa diendapkan di
lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen sampai Eosen. Di atas
formasi ini diendapkan Formasi Faumai secara selaras dan terdiri dari
batugamping berlapis tebal (sampai

15

meter)

yang

kaya

fosil

foraminifera, batugamping lanauan dan perlapisan batupasir kuarasa


dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh formasi ini sekitar 500
meter.

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

5. Formasi Faumai (Eosen, 54 36 juta tahun) Formasi Faumai terletak


secara selaras di atas Formasi Waripi yang juga merupakan sedimen yang
diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batuan
karbonat berbutir halus atau kalsilutit dan kaya akan fosil foraminifera
(miliolid) yang menunjukkan umur Eosen
6. Formasi Sirga (Oligosen, 36 25.2 juta tahun) kemudian secara selaras di
atas Formasi Faumai diendapkan Formasi Sirga . Formasi ini berumur
Oligosen, formasi ini dipengaruhi oleh regresif pada Oligosen Tengah
menyebabkan terbentuknya daratan yang luas, Transgresi yang terjadi
pada kala Oligosen Akhir telah berperan dalam proses pengendapan
batuan sedimen klastik berupa batupasir, lanau, serpih gampingan serta
sedikit batugamping yang berasal dari Tinggian Kemum di sebelah utara.
7. Formasi Kais (Miosen Awal Miosen Tengah, 25.2 10.2 juta tahun)
Formasi Kais didominasi oleh litologi batugamping, secara umum
Formasi Kais terdiri atas dua tipe karbonat utama, yaitu batugamping
terumbu dan batugamping paparan. Batugamping paparan Formasi Kais
diendapkan pada Miosen Awal Miosen Tengah dan diatas paparan
karbonat Formasi Kais berkembang batugamping terumbu Formasi
Kais, semakin ke arah Tinggian Kemum batuan karbonat Formasi Kais
berubah fasies menjadi sedimen klastik pembentuk Formasi Klasafet.
8. Formasi Klasafet (Miosen Akhir, 10.2 5.2 juta tahun) Formasi Klasafet
yang berumur Miosen Akhir dan terdiri dari sedimen klastik, yaitu berupa
batulempung gampingan dan batugamping serpihan. Formasi Klasafet
merupakan beda fasies dengan batugamping terumbu Formasi Kais.
9. Formasi Klasaman (Pliosen, 5.2 1.65 juta tahun ) Pengangkatan dalam
periode Mio Pliosen sepanjang zona sesar Sorong di utara dan Dataran
Tinggi Ayamaru di timur, membagi Cekungan Salawati di barat dan
Cekungan Bintuni di timur. Peristiwa pengangkatan ini mengakibatkan
pengendapan sedimen klastik yang terdiri dari batulempung dengan
sisipan tipis batulanau dan batugamping. Formasi Klasaman berumur
Pliosen.
10. Formasi Sele (Pleistosen, 1.65 juta tahun) Lalu pada kala Pliosen
Pleistosen setelah pengangkatan regional cekungan, diendapkan sedimen

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

fluvial Formasi Sele yang berumur Pleistosen berupa batupasir dan


konglomerat diendapkan secara tidak selaras diatas formasi formasi
yang lebih tua.

Gambar 8
Stratigrafi Regional Cekungan Salawati (Tamuloi & Salqenst, 2001)

Petroleum System Cekungan Salawati

1. Batuan Induk (Source Rock) berasal dari formasi formasi yang


diendapkan

pada lingkungan laut dangkal berupa batuan sedimen

batupasir, lanau, serpih gampingan dari Formasi Sirga dapat bertindak


sebagai batuan induk hidrokarbon yang ditemukan dalam fasies
batugamping terumbu Formasi Kais
2. Batuan Reservoar (Reservoir Rock) Batuan yang berpotensi sebagai batuan
reservoar di cekungan Salawati adalah batuan karbonat pada reef build up
Formasi Kais. Hasil studi fasies batugamping Formasi Kais di Cekungan
Salawati (JOB Pertamina Santa Fe,2000) terdapat lima fasies utama,
yaitu : Patch Reefs Over Arar High, Lagoonal Mud/Reef Mounds, Ridge
Over Salawati Ridge, Lagoonal Pinnacle Reefs dan Patch Reefs Over
Walio Bank. Secara umum terdiri dari lime mudstone berwarna abu abu
kecoklatan yang berbutir halus dan grewackstone pada beberapa tempat
terdapat argillaceous dengan material skeletal berkisar 8 25 % yang
terdiri dari foraminifera plankton dan sedikit foraminifera bentonik.

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

3. Batuan Penutup (Seal Rock) batuan yang bertindak sebagai lapisan penutup
yang baik pada cekungan Salawati adalah sedimen klastik yang terdiri
dari batulempung dengan sisipan tipis batulanau dan batugamping
dari Formasi Klasafet dan Formasi Klasaman.
4. Jebakan Hidrokarbon (Trap of Hidrocarbon) Perangkap umum secara
regional di cekungan Salawati adalah jebakan stratigrafi. Jebakan stratigrafi
adalah adanya fasies terumbu dari Formasi Kais yang porous. Perangkap
Formasi Kais pada umumnya didominasi oleh batugamping berumur
miosen awal miosen tengah. Batugamping Formasi Kais di daerah
Klamono diendapkan di lingkungan lagoonal hingga carbonate reef bank.
Sehingga reservoar pada umumnya terbentuk dari patch reef atau reef
bank. Pola sturktur carbonate build-up pada umumnya mempunyai
orientasi timurlaut - baratdaya, sejajar dengan orientasi garis pantai
pada saat pengendapan. Perangkap - perangkap tersebut berkembang
sejak awal hingga akhir pembentukan Formasi Kais.
5. Migrasi Hidrokarbon (Migration of Hidrocarbon) pola migrasi minyak dan
gas di daerah telitian, mengikuti jalur migrasi lateral melewati media
batuan porous yang dikontrol oleh slope lapisan ke arah tinggian serta jalur
patahan.

Akbar Aminus - 270120140503

24, 2015

DAFTAR PUSTAKA
Bachri, S. 2013. Peran Sistem Tunjaman, Sesar Mendatar Transform dan Pemekaran
Terhadap Sebaran Cekungan Sedimen Di Indonesia diambil dari Jurnal Penelitian,
Pusat Survei Bandung.
Datu, Samuel Mefri P.H.. 2013. Peran Wellsite Geologist Pada Aktivitas Pemboran
Eksplorasi Di Lapangan Melia Cekungan Salawati Kabupaten Sorong, Papua
Barat diambil dari Papper, Universitas Pembangunan Nasiona Veteran Yogyakarta.
Putrohari , Rovicky Dwi. 2015. Pengenalan Geologi Migas diambil dari Handout Materi
Diklat Pengenalam Migas, Pusdiklat Geologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai