6 Aspek Keuangan
Dalam pembahasan studi kelayakan ini aspek keuangan adalah merupakan suatu
aspek yang sangat menentukan berjalannya invetasi yang akan dilakukan. Karena
aspek keuangan dapat menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan cara membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan untuk membayar
kembali investasi yang telah dilakukan dalam waktu yang telah
ditentukan, serta dapat menilai apakah investasi tersebut berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
Aspek keuangan juga dapat dikatakan sebagai dasar terlaksana atau tidaknya suatu
investasi yang diinginkan. Maka dari itu dalam menilai investasi harus benar-benar
memperhatikan dana yang tersedia apakah dapat digunakan secara maksimal demi
mencapai tujuan dari perusahaan. Dalam aspek keuangan ini juga membicarakan
bagaimana memperkirakan kebutuhan dana yang digunakan untuk aktiva tetap
maupun untuk modal kerja.
2.3. Alat Analisis
Metode Penilain Investasi dalam Aktiva Tetap
Ada berbagai macam metode penilaian investasi dalam aktiva tetap namun penulis
hanya akan membahas 4 metode penilaian usulan investasi yang berdasarkan pada
aliran kas yaitu sebagai berikut :
2.3.1 Payback Period
Definisi payback period banyak dikemukakan oleh para ahli. Definisi-definisi dari para
ahli tersebut antara lain:
Menurut Husein Umar (2003,197), suatu period yang diperlukan kembali untuk
menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara
initial cash investment dengan cash inflownya apabila aliran kas setiap tahun sama
jumlahnya, maka payback priod dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara
membagi jumlah investasi dengan aliran kas tahunan.
Payback periode = jumlah investasi / jumlah proceed tahunan
Apabila Aliran kas suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ketahun, dengan
sendirinya perhitungan diatas tidak memungkinkan . Oleh karena itu kita perlu
menghitung aliran kas dari tahun ketahun, sehingga keseluruhan investasi dapat
diperoleh kembali. Setelah payback period dapat dihitung, maka tahapan berikutnya
kalau kita sekarang dari Proceed lebih kecil dari jumlah nilai sekarang outlaynya kita
harus menggunakan tingkat bunga yang lebih rendah. Cara demikian terus kita
lakukan sampai kita menemukan tingkat bunga yang bisa dijadikan nilai sekarang
dari Outlay-nya. Pada tingkat bunga tersebut menggambarkan besarnya Internal
Rate of Return dari usul investasi tersebut,
cara ini dinamakan interpolasi.
Dimana ;
r = Internal Rate of Return yang dicari
P1 = Tingkat bunga ke- 1
P2 = Tingkat bunga ke- 2
C1 = NPV ke- 1
C2 = NPV ke- 2
di
antara
ketiga
keputusan
jangka
keputusan
tersebut
mengandung
risiko
tertentu,
serta
langsung
merupakan
net
benefit
yang
telah
di
diskon
dengan
Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusan
investasi yang akan dilakukan.
positif adalah mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar
harus dipilih .
NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah mencukupi untuk
membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat
pengembalian yang diperlukan atas modal tersebut. Jika proyek memiliki NPV
positif, maka proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang
dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan pengembalian yang
diperlukan kepada pemegang saham perusahaan.
Keunggulan NPV = menggunakan konsep nilai waktu uang (time value of
money).
> Maka sebelum penghitungan/penentuan NPV hal yang paling utama adalah
mengetahui atau menaksir aliran kas masuk di masa yang akan datang dan
aliran kas keluar.
Di dalam aliran kas ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
(1) Taksiran kas haruslah didasarkan atas dasar setelah pajak,
(2) Informasi terebut haruslah didasarkan atas incremental (kenaikan atau
selisih) suatu proyek. Jadi harus diperbandingkan adanya bagaimana aliran kas
seandainya dengan dan tanpa proyek. Hal ini penting sebab pada proyek
pengenalan produk baru, bisa terjadi bahwa produk lama akan termakan
sebagian karena kedua produk itu bersaing dalam pemasaran,
(3) Aliran kas ke luar haruslah tidak memasukkan unsur bunga, apabila proyek
itu direncanakan akan dibelanjai/didanai dengan pinjaman. Biaya bunga tersebut
termasuk sebagai tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return) untuk
penilaian proyek tersebut. Kalau kita ikut memasukkan unsur bunga di dalam
perhitungan aliran kas ke luar, maka akan terjadi penghitungan ganda.
acuan
bahwa
investasi
yang
dilakukan
harus
lebih
tinggi
Meskipun
memiliki kelemahan,
yaitu NPV tidak memiliki safety margin (sedangkan IRR memiliki safety margin)
dan NPV kalah populer dibandingkan dengan IRR (para investor pada umumnya
lebih tertarik menggunakan IRR, karena IRR dapat segera dibandingkan dengan
cost of capital).
(2)
NPV dan IRR sama-sama termasuk kelompok discounted cash flow, penganut
nilai waktu dan proceeds selama total usia proyek. Berdasarkan kesamaan
demikian, NPV IRR akan memberikan keputusan yang sama dalam menilai usul
investasi. Andaikan berbasis NPV usul investasi layak diterima maka demikian
pula IRR.
NPV danIRR akan memberikan keputusan yang sama., tetapi sebenarnya
terkandung sebuah pengecualian di dalamnya. Pengecualian yang dimaksudkan
berkaitan saat menilai salah satu dari dua atau lebih usul investasi bersifat
mutually exclusive. Untuk kondisi seperti begitu NPV, IRR dapat bertolak
bahwa IRR dengan nilai yang tinggi akan lebih menguntungkan daripada
investasi dengan nilai IRR yang lebih rendah, walaupun tidak demikian, karena
pada kondisi tertentu IRR bisa menyesatkan.
Pada NPV, semua future cash flow dikonversikan menjadi suatu nilai ekuivalen
pada waktu tahun ke nol dengan menggunakan teknik diskounting. NPV
merupakan penjumlahan dari masing-masing present value dari net income yang
diproyeksikan tiap tahun. Setiap future income didiskon, artinya dibagi dengan
bilangan yang merepresentasikan oppurtunity cost dari memiliki modal mulai
tahun ke nol hingga tahun dimana income diterima atau dibelanjakan.
Oppurtunity cost dapat berupa berapa banyak uang yang dapat diterima apabila
diinvestasikan di tempat lain atau berapa banyak bunga yang akan dibayar
apabila kita meminjam uang.
Rumus:
NPV = I0 + I1/(1+r) + I2/(1+r)^2 + I3/(1+r)^3 + .+ In/(1+r)^n
dimana:
I0 adalah investasi tahun ke-0
In merupakan net income tahun ke-1, 2, 3, .n
r merupakan discount rate
NPV > 0, proyek diterima
NPV < 0, proyek ditolak
Dari rumusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan:
Untuk membandingkan dua proyek yang mana akan dipilih dapat dilakukan
dengan membandingkan kedua nilai NPV proyek, dimana NPV proyek yang
lebih besar yang akan diambil.
Karenanya, NPV sebesar Rp600 juta belum dapat dikatakan bagus atau tidak.
Bagus jika investasi awal Rp2 miliar, tetapi jelek jika dana yang diperlukan untuk
menghasilkan NPV ini Rp10 miliar. Dalam soal ini, IRR lebih unggul dan lebih
mudah dipahami karena sudah dinyatakan secara relatif. Tidak aneh jika IRR
sangat favorit dan investor lebih suka berbicara rasio daripada nilai rupiah.
Kedua, NPV gagal untuk mengevaluasi dua atau lebih proyek mutually exclusive
yang mempunyai umur berbeda. Misalkan kita mempunyai dua proyek yang
memerlukan investasi awal sama besar, katakan Rp1 miliar. Proyek A mampu
menghasilkan arus kas Rp400 juta selama 5 tahun, sementara proyek B sebesar
Rp280 juta selama 10 tahun. Berdasarkan kriteria NPV, proyek B yang akan
dipilih karena mempunyai NPV yang lebih besar yaitu Rp582 juta berbanding
Rp442 juta pada tingkat diskonto 12%. Bahwa kedua proyek akan selesai dalam
waktu yang berbeda yaitu 5 tahun dan 10 tahun tidak diperhitungkan dalam NPV.
Yang bijak akan menyamakan umur kedua proyek itu terlebih dahulu sebelum
membandingkan NPV-nya. Ini tentunya dengan asumsi setiap proyek dapat
direplikasi. Dalam contoh di atas, proyek A diulangi sehingga menjadi berumur
10 tahun seperti proyek B. Pendekatan replikasi ini tentunya mempunyai
keterbatasan. Untuk tiga proyek dengan umur 7 tahun, 9 tahun, dan 13 tahun,
kita harus mereplikasinya hingga 819 tahun untuk dapat dibandingkan. Tidak
mungkin, bukan? Sebagai alternatif terhadap pendekatan ini, kita menghitung
nilai tahunan ekuivalen atau equivalent annual value (EAV) yaitu arus kas
tahunan yang ekuivalen dengan NPV proyek itu.
Ketiga, NPV, IRR, dan kriteria tradisional lainnya mengasumsikan satu angka
tunggal untuk arus kas pada periode-periode mendatang. Akan lebih tepat jika
kita menyiapkan analisis skenario seperti tiga skenario berbeda untuk kondisi
pesimistis, paling mungkin, dan optimis untuk masa depan yang penuh
ketidakpastian.
(6)
Metode net present value (net present value method) adalah metode yang
mendasarkan pada nilai sekarang dari pengembalian masa depan yang
didiskontokan pada tarif biaya modal. Metode NPV ini mengatasi kelemahan
dalam metode payback.
Metode internal rate of return (rate of return method) adalah metode yang
didasarkan pada tingkat suku bunga yang menyeimbangkan nilai sekarang dari
pengembalian masa depan dengan total biaya investasi.
Perbedaan metode NPV dan IRR
1. Fokus NPV adalah berapa tambahan nilai proyek pada nilai perusahaan
dengan asumsi semua arus kas dapat direalisir. Fokus IRR memberikan indikasi
tingkat hasil pengembalian proyek jika sesuai dengan yang diharapkan.
2. Jika kedua metode digunakan untuk menilai satu proyek maka kedua metode
ini selalu memberikan kesimpulan yang sama karena NPV positif dari suatu
proyek akan memberikan IRR yang lebih besar dari biaya modal.
3. Jika proyek yang dinilai bersifat eksklusif (mutually exclusive) kedua metode
NPV dan IRR dapat menghasilkan penilaian (kesimpulan) yang berbeda. Konflik
antara kedua metode NPV dan IRR terjadi karena profil NPV dari proyek
berbeda, misalnya biaya investasi berbeda dan umum proyek lebih panjang dari
yang lain.
Metode NPV lebih baik secara teoritis jika dibandingkan dengan metode IRR,
tetapi Metode NPV lebih baik secara toeritis jika dibandingkan dengan metode
IRR jika dalam kenyataan lebih banyak perusahaan menggunakan metode IRR
dibandingkan dengan metode NPV. Hal ini disebabkan bahwa metode IRR
dikembangkan lebih dahulu dari metode NPV dan metode IRR sudah lama
digunakan.
(7)
Dua kriteria utama investasi dalam aset riil adalah net present value (NPV) dan
internal rate of return (IRR). Logika dasar yang perlu dipahami tentang NPV dan
IRR adalah keduanya memerlukan tiga input utama yaitu arus kas, timing, dan
risiko.
Arus kas sendiri terdiri atas kas keluar yang biasanya hanya terjadi sekali saja
pada awal dan kas masuk yang dapat dihasilkan pada periode-periode
berikutnya. Adapun timing adalah berapa lama proyek investasi mampu
mendatangkan kas masuk dan besarnya kas ini untuk setiap periode. Terakhir,
risiko mencerminkan ketidakpastian atau kemungkinan timbulnya kerugian atau
hasil yang tidak diharapkan. Semakin besar risiko, semakin besar batas return
yang diminta investor. Sebuah proyek yang memberikan IRR 18% akan diterima
jika return patokan adalah 15%. Tetapi jika dinilai berisiko tinggi, proyek yang
sama ini akan ditolak karena investor sangat mungkin menaikkan return minimal
menjadi 20%. Dengan NPV, semakin besar risiko sebuah proyek, semakin besar
tingkat diskonto yang akan digunakan yang berimplikasi semakin rendahnya NPV
yang akan diperoleh. Dengan kata lain, proyek yang diterima pada tingkat
diskonto tertentu, karena mempunyai NPV positif, mungkin saja ditolak karena
NPV menjadi negatif jika tingkat diskonto dinaikkan untuk kompensasi tambahan
risiko yang ada.
Kesimpulan umum di atas akan berlaku sepanjang pola arus kas bersifat
konvensional yaitu kas keluar terjadi pada awal yang diikuti dengan kas masuk
selama beberapa periode. Hasil menjadi berbeda jika arus kas bersifat
nonkonvensional seperti proyek pertambangan yang kadang memerlukan kas
keluar dalam jumlah besar di akhir proyek untuk reklamasi. Dalam kondisi ini,
tingkat diskonto tinggi dapat membuat NPV semakin tinggi atau malah membuat
proyek menjadi diterima. Melihat IRR-nya lebih membingungkan lagi karena
proyek dengan arus kas nonkonvensional bisa memberikan kita multipel IRR,
misalkan 12% dan 20%. Jika return patokan adalah 15%, apakah proyek ini akan
diterima? Sulit untuk menjawabnya.
Hampir semua buku keuangan satu suara soal ini bahwa kriteria NPV yang
sebaiknya digunakan dan proyek A yang harus dipilih. NPV atau tambahan
kekayaan sebesar Rp6 miliar jauh lebih menarik daripada IRR 30% tetapi hanya
dari Rp5 miliar. Bagaimana jika skala proyek A dan B relatif sama, misalnya
masing-masing memerlukan dana Rp10 miliar, tetapi NPV dan IRR memberikan
peringkat yang berbeda?
Jawabannya tetap kriteria NPV yang dianjurkan untuk digunakan. Kriteria ini
diakui lebih unggul daripada IRR karena adanya tiga kelemahan yang melekat
dalam IRR.
Pertama, NPV selalu memberikan satu angka sementara IRR bisa menghasilkan
banyak angka.
Kedua, tingkat return reinvestasi yang digunakan dalam NPV adalah tingkat
diskontonya, sedangkan IRR mengasumsikan IRR itu sendiri.
Ketiga, Copeland et al dalam bukunya Financial Theory and Corporate Policy
(2005) menyatakan kalau kriteria IRR melanggar prinsip penambahan nilai (value
additivity).
Misalkan kita mempunyai tiga proyek investasi yang menguntungkan yaitu 1, 2,
dan 3. Diketahui proyek 1 dan 2 bersifat mutually exclusive, dan proyek 3 bersifat
independen. Jika prinsip penambahan nilai berlaku, kita mestinya dapat memilih
antara proyek 1 dan 2 yang lebih baik tanpa harus dipengaruhi proyek 3 yang
independen. Maksudnya adalah, jika proyek 1 lebih baik daripada proyek 2,
proyek 1+3 mestinya akan lebih baik juga daripada proyek 2+3. Kriteria NPV
mematuhi prinsip ini tetapi tidak demikian dengan IRR yang memilih proyek 1
tetapi berubah menjadi proyek 2+3 ketika pilihan proyek 3 juga disodorkan.
(8)
Untuk mengatasi masalah ini, maka yang harus dilakukan adalah memberikan
ranking terhadap proyek-proyek yang tersedia, kemudian mengambil keputusan
berdasarkan anggaran investasi yang tersedia.
Capital rationing dilakukan pada umumnya dengan menggunakan IRR atau NPV.
Misalnya, jika limit yang ditetapkan sebanyak 1,000,ooo, berdasarkan kriteria IRR
maka proyek yang dipilih adalah proyek A, B dan D atau B dan C. Namun, jika
dilihat dari kriteria NPV, maka yang terpilih adalah proyek A dan C.
Untuk menentukan kriteria mana yang ingin Anda gunakan, maka ini tergantung
preferensi, karena masing-masing punya keunggulan dan kelemahan tersendiri.
NPV menunjukkan kekayaan yang dihasilkan atau bertambah dari suatu
investasi, sementara IRR menunjukkan tingkat returnnya. Jadi, tergantung mana
preferensi dari investor.
Namun, yang jelas NPV lebih superior dan disukai karena menunjukkan present
value arus kas yang akan diterima. Sementara, IRR sendiri hanya menunjukkan
tingkat return dalam investasi itu sendiri, yang artinya menggunakan asumsi jika
arus kas yang dihasilkan direinvestasikan lagi pada rate yang sama dengan IRR
tersebut. Padahal, kenyataannya tidak semudah itu.
(9)
Keterangan :
*mutually
exclusive :
in
Laymans terms,
two
events
are mutually
exclusive if they cannot occur at the same time (i.e., they have no common
outcomes).
*payback period : Metode payback (payback method) adalah metode yang
mendasarkan pada jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan
Payback
Period
(PP)
Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau
periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial
cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback
period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flow- nya
yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui
apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period
yang disyaratkan oleh perusahaan.
perhitungannya,
sehingga
banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai
kelemahan-kelemahan,
a)
Tidak
yaitu:
memperhatikan
nilai
waktu
uang.
b) Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu
rencana
investasi
tercapai.
metode
payback
Perhitungannya
b)Mempertimbangkan
period
mudah
arus
kas
adalah
dimengerti
dan
bukan
laba
sebagai
dan
menurut
berikut:
sederhana.
akuntansi.
c) Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin rendah
risiko kerugian.