Anda di halaman 1dari 16

EPILEPSI

Epilepsi adalah kelainan neurology kronis yang lazim yang di cirikan oleh
pengulangan bangkitan tanpa rangsangan. Bangkitan tersebut adalah tanda sekilas
dan/atau gejala ketidak normalan, berlebihan atau terjadi serentak aktivitas neuronal pada
otak. Sekitar 50 juta orang didunia pernah mengalami epilepsi. Biasa nya epilepsi dapat
dikontrol tapi tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan, tindakan operasi dapat
dipertimbangkan pada kasus yang sulit. Bagaimanapun, lebih dari 30% penderita epilepsi
tidak dapat mengontrol bangkitan walaupun dengan pengobatan yang terbaik yang dapat
dilakukan. Tidak semua sindrome epilepsi itu sepanjang hidup - beberapa terbatas pada
peningkatan khusus masa kecil. Epilepsi tidak dapat dianggap sebagai kelainan yang
berdiri sendiri, tapi lebih sebagai kelompok sindrome dengan gejala penyimpangan yang
luas tetapi melibatkan aktivitas elektrikal otak yang tidak seutuhnya normal.

Klasifikasi
Epilepsi dapat diklasifikasi dalam 5 cara :
1. Dengan penyebab yang timbul pertama ( atau etiology )
2. Dengan manifestasi bangkitan yang dapat diobservasi , diketahui sebagai
semiology
3. Dengan lokasi diotak dimana bangkitan berasal
4. Sebagai bagian dari sindrome medis yang jelas dan dapat diidentifikasi
5. Dengan suatu kejadian yang memicu bangkitan, seperti pada pengetahuan utama
epilepsi
Pada tahun 1981, International League Against Epilepsy ( ILAE ) mengajukan suatu
skema klasifikasi untuk bangkitan khusus yang dianggap umum. Klasifikasi ini lebih
berdasarkan pada observasi ( klinis dan EEG) daripada keutamaan pathophysiology atau
anatomi yang akan menjadi garis besar dalam article ini. Pada tahun 1989, ILAE
mengajukan skema klasifikasi untuk epilepsi dan epileptic syndrome. Ini dapat
menjelaskan secara luas sebagai skema dua-poros yang menjadi penyebab di satu poros
dan perluasan dari lokalisasi didalam otak di poros yang lain . Sejak tahun 1997, ILAE
telah membuat skema baru yang memiliki 5 poros : ictal , phenomenon, seizure type,
sindrome , etiology dan impairment.

Diagnosa
Diagnosa untuk epilepsi mensyaratkan adanya pengulangan bangkitan dan bangkitan
tanpa rangsangan ; karena itu biasanya dibuat berdasarkan riwayat kesehatan. Gambaran
dan ukuran secara teknologi seperti electroencephalography ( EEG ), magnetic resonance

imaging ( MRI ), single photon emission computed tomography ( SPECT), positron


emission tomography ( PET), dan magnetoencephalography ( MEG ) mungkin berguna
untuk mengetahui etiology untuk epilepsi, mengetahui bagian otak yang terkena
pengaruh, atau menggolongkan sindrome epileptic; tetapi penelitian ini tidak berguna
untuk membuat diagnosa awal.
Long-term video-EEG monitoring untuk epilepsi adalah standard prima untuk diagnosa,
tetapi itu tidak digunakan secara rutine karena tingginya biaya , kelangkaan dan ketidak
nyamanan.
Gerakan kejang atau aktivitas lain yang menyerupai bangkitan, asal usul non-epileptic
dapat di observasi didalam berbagai kondisi medis. Bangkitan non-epileptic ini sulit
untuk dibedakan dan dapat membawa kepada kesalahan diagnosa.
Epilepsi meliputi kondisi dengan penyebab penyakit yang berlainan, riwayat alami dan
prognosa, masing membutuhkan strategi management yang berlainan. Diagnosa medis
yang lengkap membutuhkan kategorisasi yang pasti dari tipe bangkitan dan sindrome.

Pemicu
Diagnosa dari epilepsy mengharuskan bahwa bangkitan tidak didorong, dengan implikasi
bahwa pendorong diduga sesuatu yang jelas tidak membahayakan. Contohnya, bangkitan
yang disebabkan oleh penghentian alkohol atau obat-an (drug), atau segera setelah
terjadi luka dikepala, tidak secara langsung dapat didiagnosa sebagai epilepsi.
Kebanyakan bentuk epilepsi timbul sebagai hasil dari bangkitan yang terjadi secara jelas
spontan dan secara acak.Bagaimanapun, dalam beberapa sindrome epilepsi ,
pendorongnya dapat secara masuk akal dianggap sebagai bagian dari kehidupan normal
sehari hari. Contoh dari pendorong yang normal ini termasuk membaca, air panas yang
jatuh dikepala, perputaran udara yang berlebihan, dan kilatan atau kelipan cahaya.
Pendorong terakhir tersebut adalah tipe khusus dari refleks epilepsi yang disebut
photosensitive epilepsy. Meskipun itu adalah anggapan yang tidak benar bahwa
photosensitive adalah elemen yang lazim pada semua bentuk epilepsi, dari antara para
pasien dan masyarakat, hanya antara 2 14 % epilepsi yang tercetus oleh kelipan cahaya
Photosensitive diantara masyarakat umum ada dalam tingkatan 0.3 3%.
Dengan demikian sebagian besar orang yang peka terhadap cahaya tidak pernah
mengalami bangkitan dalam hidupnya
Beberapa faktor lingkungan dapat memungkinkan peningkatan bangkitan pada
penderita epilepsi atau dalam beberapa sindrome, contohnya :

Tertidur

Transisi diantara tidur dan terjaga penuh ( hypnagogia )


Kelelahan dan keadaan tidak dapat tidur
Keadaan sakit
Sembelit
Menstruasi
Keadaan tertekan atau gelisah
Mengkonsumsi alkohol
Film dengan kilatan cahaya yang berlebihan
Lampu blitz dengan kilatan melebihi 5 Hz

Epidemiologi
Epilepsi adalah penyimpangan neurologi serius yang sangat umum. Diantara pasien muda
kebanyakan berhubungan dengan genetik , bakat bawaan dan perkembangan dari suatu
kondisi; tumor diatas umur 40 tahun lebih memungkinkan; trauma kepala dan infeksi
sistim syaraf sentral dapat terjadi dalam segala usia. Lazimnya epilepsi yang aktif secara
kasar adalah sekitar 5 10 per 1000 orang. Sampai dengan 50 per 1000 orang pernah
mengalami bangkitan tanpa demam pada saat tertentu dalam hidupnya; epilepsi lifetime
prevalence relatif tinggi karena kebanyakan penderita apakah terhenti bangkitannya atau
(kurang lazim) meninggal karena hal itu. Pada negara industri tingkat kejadian epilepsi
pertahun kira-kira 40 70 per 100.000 dan 100 190 per 100.000 di negara dengan
kelangkaan sumber daya, dan masyarakat dengan ketidak mampuan sosial ekonomi
memiliki risiko yang lebih tinggi.Selama 30 tahun sebelum tahun 2003 di negara
industri tingkat kejadian menurun pada kanak kanak tetapi meningkat pada orang
dewasa ,dengan alasan yang belum sepenuhnya dimengerti..
Kanak kanak yang bermasalah dengan kesehatan mentalnya mempunyai tiga sampai
sembilan kali kemungkinan menjadi penderita epilepsi daripada anak anak yang sehat .
Meskipun pencarian faktor risiko sering menimbulkan hasil yang tidak konsisten ,
terdapat petunjuk bahwa perkembangan gangguan mental pada anak anak penderita
epilepsi dibatasi dan ditengahi oleh faktor risiko keluarga. Anak-anak penderita epilepsi
mempunyai kecenderungan mendapat pengaruh Attention-deficit/ hyperactivity disorder
( ADHD) lebih dari tiga sampai lima kali dari pada anak anak normal pada umumnya,
dan anak-anak penderita epilepsi juga memiliki tingkat depresi dan kegelisahan yang
sangat tinggi. Terdapat kelaziman yang menyolok pada anak anak penderita autis untuk
epilepsi, dan petunjuk menyatakan bahwa epilepsi adalah faktor risiko bagi penderita
autis, terlepas dari problem sistem pusat syaraf yang lain.

Macam Bangkitan

Artikel utama : Tipe tipe bangkitan


Tipe bangkitan pertama-tama disusun berdasarkan apakah sumber dari bangkitan didalam
otak terlokalisasi ( partial or focal / onset seizures ) atau terdistribusi (generalized
seizures). Bangkitan partial selanjutnya dibagi pada perluasan dimana kesadaran
terpengaruh. Kalau itu tidak terpengaruh, itu adalah bangkitan simple partial ; selain itu
adalah bangkitan complex partial ( psychomotor ). Bangkitan partial dapat menyebar
didalam otak proses ini diketahui sebagai secondary generalization . Generalisasai
bangkitan dibagi sesuai dengan pengaruh terhadap badan tapi terkait dengan hilangnya
kesadaran. Disini termasuk lena (petit mal ). Myoclonic, clonic, tonic, tonic-clonic
(grand mal ) dan bangkitan atonic.

Sindrome Bangkitan
Disarankan untuk bagian ini di pecah pada artikel dengan judul baru Sindrome
Bangkitan ( Diskusi)
Terdapat banyak sindrom epilepsi yang berbeda, masing menunjukan kombinasi yang
unik dari tipe bangkitan, ciri khas umur dari awal serangan, penemuan dengan EEG,
perawatan , dan prognosa. Dibawah ini beberapa sindrom bangkitan yang umum :

Infantile spasm ( West syndrome ) dihubungkan dengan ketidak normalan


dari perkembangan otak, tuberous scelorisis , dan gangguan perinatal pada
otak. Ini mempengaruhi bayi (sesuai dengan namanya), yang menurut
definisi umur antara 30 hari sampai satu tahun. Ini membawa prognosa yang
buruk sehingga hanya 5 10% anak penderita kekejangan yang fungsinya
berkembang normal atau nyaris normal, sedangkan lebih dari dua pertiga
akan mengalami kekurangan yang parah. Tipe bangkitan akan dicirikan
dengan kelenturan secara tiba dan kekejangan kepala yang meluas, badan,
dan anggota badan. Penemuan dengan EEG pada pasien seperti ini adalah
sebuah hyprsarrhythmia, atau gelombang pelan dari tegangan tinggi pada
beberapa titik. Perawatan pertama pada pasien ini adalah
adrenocorticotropic hormone ( ACTH atau corticotropin ) dimana obat
antiepileptic tradisional pada umumnya tidak cukup untuk mengendalikan
aktivitas bangkitan. Vigabatrin juga digunakan dibanyak negara dan sangat
efektif dimana tuberous sclerosis menjadi penyebab bangkitan.

Generalisasi dari 3 Hz spike dan pelepasan gelombang pada EEG

Epilepsi lena pada masa kanak kanak (Childhood absence epilepsy)


menyerang anak anak pada usia antara 4 dan 12 tahun. Penderita ini
mengalami bangkitan lena yang berulang yang dapat terjadi beratus kali
dalam sehari. Pada EEG , ditemukan stereotip generalisasi dari 3 Hz spike
dan pelepasan gelombang. Sebagian dari penderita ini juga akan
mengembangkan generalisasi bangkitan tonic-clonic. Kondisi ini akan
membawa prognosa yang memadai baik dimana biasanya anak anak tersebut
tidak memperlihatkan penurunan kesadaran atau pengurangan kemampuan
neurologi. Perawatan pertama untuk bangkitan lena murni adalah
ethosuximide. Apabila pasien tidak merespon atau mengalami campuran
(mixed) bangkitan bersamaan dengan lena bangkitan, lalu valproic acid
dapat di gunakan

Dravets syndrome. Severe myoclonic epilepsy of infancy ( SMEI) .


Sindrome yang langka ini membatasi myoclonic epilepsi yang jinak dengan
keparahannya dan harus dibedakan dari Lennox-Gastaut sindrome dan
Dooses myoclonic-astatic epilepsi. Awal nya adalah tahun pertama dari
kehidupan dan puncak gejala adalah pada kira kira usia 5 bulan dengan
demam hemiclonic atau status epilepticus yang umum. Pada anak laki
kemungkinan terserang nya dua kali lipat dari anak perempuan. Prognosa
nya kurang memadai. Pada tahun 2005, terdapat paling tidak sekitar 450
kasus yang dilaporkan di dalam kepustakaan dari seluruh dunia tetapi kini
tidak mungkin untuk menghitung kasus yang diketahui karena kemungkin
banyak yang telah dua kali dipublikasi sehubungan dengan penelitian

genetik. Kebanyakan kasus adalah sporadis. Riwayat epilepsi dalam


keluarga dan kekejangan karena demam tampil sekitar 25% dari kasus2 ,
tetapi kasus keturunan adalah kekecualian.

Benign focal epilepsies of childhood. Sindrome yang sangat umum terdiri


dari focal epilepsi jinak termasuk Epilepsi Masa Kanak kanak yang jinak
dengan Centro-Temporal Spikes ( atau benign rolandic epilepsy ), dan
Benign Childhood Epilepsy dengan Occipital Paroxysms. Benign rolandic
epilepsy mulai pada anak anak dengan usia antara 3 dan 16 tahun. Selain
dari gangguan bangkitan mereka, pasien ini dapat disebut normal.Ciri khas
bangkitan terjadi pada malam hari, dan dalam waktu singkat. Kejadian focal
motor menyerang wajah dan otot tenggorokan, walaupun dapat juga
digenerilisasi sebagai kekejangan.Bangkitan focal kurang sering dilaporkan
dibandingkan dengan generilisasi bangkitan yang tampak jelas.Diantara
bangkitan, penderita mempunyai stereotip pola EEG yang termasuk di-or
gelombang tajam triphasic diatas daerah central-midtemporal ( Rolandic ).
Prognosa adalah cukup baik dengan lenyapnya bangkitan sejalan dengan
proses kedewasaan. Dalam hal ini tidak ada konsesus dalam perawatan
utama, walaupun kebanyakan kasus merespon baik kepada kebanyakan
anticonvulsants.

Juvenile myoclonic epilepsy ( JME ) terdapat pada pasien dengan usia


antara 8 sampai 20 tahun. Pasien2 ini memiliki IQ yang normal dan juga
secara neurological utuh. JME diketahui sebagai memiliki factor genetik ,
namun tidak dapat dikatakan bahwa JME dapat terlihat langsung pada
anggota keluarga. Bangkitannya adalah sentakan myoclonic pada pagi hari
dan sering disertai bangkitan generalisasi tonic-clonic yang terjadi saat
terbangun dari tidur. Petit mal atau bangkitan lena kurang biasa pada kasus
JME , namun diketahui terjadi lebih banyak pada gadis2 muda. Hasil EEG
menunjukan generalisasi spikes dengan 4-6 Hz pelepasan gelombang spike
dan pelepasan spike multipel. Ini menarik, pasien ini sering mendapat
diagnosa pertama ketika mereka mendapatkan bangkitan generalisasi tonicclonic kemudian dalam hidupnya , ketika mereka mengalami kekurangan
tidur ( contoh, tidur larut pada tahun pertama di perguruan tinggi saat
mempersiapkan ujian). Alkohol adalah faktor penyebab yang penting
karena itu penderita JME yang parah harus dapat mengontrol konsumsi ini.
Valporic acid adalah pengobatan utama pertama, sedangkan carbamazepine
sebetulnya dapat memperburuk simptom. Kondisi ini untuk seumur hidup,
karena itu pasien harus dianjurkan tidur yang cukup dan sehat untuk
melindungi diri dari bangkitan generalisasi tonic-clonic. Keparahan dari
JME berbeda bagi setiap orang , sebagian akan mengalami serangan total

bangkitan tonic-clonic secara teratur, sebagian lain akan mendapatkannya


hanya bila sedang berada dibawah stress karena kekurangan tidur dan
keracunan.

Temporal lobe epilepsy (TLE ) adalah epilepsi yang sangat lazim pada
orang dewasa, dalam kebanyakan kasus, daerah epileptogenic ditemukan
pada midline ( mesial ) temporal structures (contohnya, hippocampus,
amygdala , dan parahippocampal gyrus). Bangkitan akan mulai pada masa
lanjut kanak kanak dan remaja. Kebanyakan pasien ini memiliki bangkitan
partial kompleks yang kadang2 didahului dengan aura, dan sebagian pasien
TLE juga mengalami bangkitan generalisasi tonic-clonic lanjutan. Apabila
pasien tidak cukup merespon pada pengobatan medis , tindakan operasi
dapat dipertimbangkan.

Fatal Alcohol syndrome (FAS ) disebabkan oleh prenatal alkohol yang


tampak dan akibat kerusakan central nervous system ( CNS ). Gangguan
bangkitan yang berhubungan dengan prenatal alkohol yang tampak
merupakan salah satu
kemungkinan untuk mendiagnosa FASD ;
bagaimanapun , semua gangguan bangkitan yang timbul pada postnatal
insult tidak dapat memenuhi persyaratan standard diagnosa FASD.

Autosomal dominant noctural frontal lobe epilepsy ( ADNFLE ) adalah


gangguan epilepsi yang jarang ditemukan yang dapat menyebabkan
bangkitan dengan gangguan hebat pada waktu tidur. Bangkitan ini sering
menyebabkan gerakan motor yang kompleks, seperti mengepalkan tangan,
gerakan menaik/turunkan lengan, dan melipatkan lutut.Mengeluarkan suara
seperti berteriak, merintih, atau menangis biasa juga terjadi. ADNFLE
sering didiagnosa keliru sebagai akibat mimpi buruk. Serangan kerap terjadi
pada rangkaian dan tipikal manifestasi pertama dari masa kanak kanak.
ADNFLE memiliki dasar faktor keturunan dengan empat tempat yang
dikenal, tiga dikenali sebagai kasus gen. Gen tersebut memperlihatkan
bermacam nicotinic acetylcholine receptor dan subunit CHRNA4,
CHRNB2 , CHRNA2.

Frontal Lobe epilepsy


Lennox-Gastaut syndrome
Occipital lobe epilepsy

Pengobatan

Epilepsi biasa diobati dengan obat obat yang dianjurkan dengan resep dari dokter ;
dokter yang pertama memeriksa, dokter akhli penyakit syaraf , dan dokter akhli bedah
syaraf semuanya adalah yang biasa merawat penderita epilepsi. Dalam beberapa kasus
implantasi stimulator dari vagus nerve, atau diet khusus dapat membantu. Operasi bedah
syaraf untuk penderita dapat meringankan, mengurangi frekuensi atau parahnnya
bangkitan; atau pada sebagian pasien , tindakan operasi dapat menyembuhkan..

Menanggapi Bangkitan
Dalam banyak kasus, tanggapan darurat yang tepat pada geralisasi bangkitan epilepsy
tonic-clonic, secara sederhana adalah melindungi pasien daripada melukai diri sendiri
dengan menjauhkan mereka dari benda2 tajam , meletakan barang lunak/lembut dibawah
kepalanya, dan dengan hati memutar pasien ke posisi yang memulihkan untuk
menghindari asphyxia. Pada sebagian kasus pasien akan seolah-olah mulai mendengkur
dengan keras mengawali sebuah bangkitan. Ini hanya menunjukan bahwa pasien tersebut
mulai bernafas teratur dan tidak berarti pasien sesak nafas. Apabila dia muntah, biarkan
muntahannya mengalir sendiri pada sisi mulutnya. Apabila bangkitan berlangsung selama
lebih dari 5 menit , atau bangkitan mulai datang bergelombang satu diikuti yang lain,
pada saat itu Pelayanan Darurat Medis harus segera dihubungi. Bangkitan yang lebih
lama dapat berkembang ke status epilepticus . suatu kondisi yang berbahaya yang
membutuhkan perawatan dan tindakan darurat rumah sakit.
Selama bangkitan objek apapun tidak boleh diletakan pada mulutnya oleh siapapun
termasuk paramedis karena ini dapat mengakibatkan kejadian luka kepada kedua belah
pihak. Walaupun secara tradisioanl , adalah tidak mungkin seseorang menelan lidahnya
sendiri pada waktu bangkitan. Tetapi, mungkin saja orang tersebut akan menggigit
lidahnya sendiri, khususnya apabila sesuatu diletakan dimulutnya.
Dengan tipe bangkitan lain seperti bangkitan simpel partial dan bangkitan complex
partial dimana orang tersebut tidak mengalami kekejangan tetapi mungkin berhalusinasi,
disorientasi, distressed, atau kehilangan kesadaran, orang tersebut harus diyakinkan,
dengan lembut dan dipimpin untuk menghindari bahaya, kadang orang tersebut perlu
untuk dilindungi dari melukai diri sendiri, tetapi paksaan fisik hanya dilakukan sebagai
upaya terakhir karena ini dapat semakin membuat dia menderita. Dalam kejadian
bangkitan complex partial dimana orang tersebut tak sadarkan diri, usaha untuk
membangkitkan dia jangan dilakukan karena bangkitan akan mencapai puncaknya .
Setelah suatu bangkitan, penderita akan tertidur lelap atau selain itu dia akan kehilangan
orientasi dan seringkali dia tidak sadar bahwa ia telah mengalami bangkitan, sebagaimana
amnesia adalah hal yang serupa dengan bangkitan complex partial. Orang tersebut harus

tetap diobservasi sampai dia pulih sepenuhnya , sebagaimana pada bangkitan tonicclonic.
Setelah suatu bangkitan, sebagai cirri khas orang tersebut akan merasa lelah dan bingung.
Sering terjadi orang tersebut tidak langsung sadar bahwa dia baru mengalami bangkitan.
Selama waktu tersebut seseorang harus tetap bersamanya, menenangkan dan
menghiburnya sampai dia kembali tampak seperti dalam kedaan normalnya. Selama
bangkitan jarang orang kehilangan kontrol atas kandung kencing atau usus nya. Secara
langsung orang tersebut akan muntah setelahnya. Penderita jangan makan atau minum
sampai dia kembali ke tingkat kesadaran normal , dan dia jangan dibiarkan jalan tanpa
pengawasan. Kebanyakan pasien akan tertidur lelap untuk beberapa jam setelah suatu
bangkitan- ini lazim pada mereka yang baru mengalami tipe bangkitan yang lebih hebat
seperti suatu tonic-clonic. Sekitar 50% dari penderita epilepsi, akan mengalami sakit
kepala setelah suatu bangkitan. Sakit kepala tersebut menyerupai migrains , dan dapat
merespon pengobatan yang sama.
Akan sangat membantu apabila orang yang berada dengan penderita membuat catatan
seperti berapa lama dan separah apa bangkitan tersebut. Juga sangat membantu dengan
mencatat kejanggalan tingkah laku yang diperlihatkan selama suatu bangkitan.
Contohnya, seseorang dapat memutar tubuhnyan ke kanan dan kekiri, berkedip,
bergumam meracaukan kata yang tidak berarti , atau dapat menarik semua pakaiannya.
Semua tingkah yang diamati, yang disampaikan kepada neurolog, akan memudahkan
diagnosa untuk menentukan tipe bangkitan yang terjadi.

Pharmacologic treatment
Artikel utama : Anticonvulsant
Mekanisme dari bekerjanya obat : 1- Sodium channel blockers ( voltage dependent) 2Calcium channel blockers ( T-type) 3- Potentiate effek dari GABA (pencegahan) 4Menurunkan transmisi gairah ( glutaminic) Beberapa cara pengobatan dapat diberikan
setiap hari untuk mencegah bangkitan secara keseluruhan atau mengurangi frekuensi
bangkitan. Istilah ini adalah anticonvulsant atau antiepileptic drugs ( kadang2
AEDs) . Semua obatan seperti itu mempunyai efek samping itu adalah idiosyncratic
dan yang lain adalah dosage-dependent. Hal yang tidak mungkin untuk memperkirakan
siapa yang bisa terkena efek samping atau seberapa besar dosis yang akan menimbulkan
efek samping.
Beberapa penderita epilepsi akan mengalami remisi total ketika diberi obat
anticonvulsant. Apabila ini tidak terjadi, dosis nya harus dinaikan, atau dapat
ditambahkan obatan lain selain obat yang diberikan. Strategi umum adalah menaikan
dosis obat2an hingga bangkitannya terkontrol atau hingga batas-dosis yg menimbulkan

efek samping, pada titik ini dosis obat dikurangi pada jumlah tertinggi yang tidak
menimbulkan effek samping yang tidak menyenangkan.
Suatu studi memperlihatkan 83% dari pasien dengan 2 regimen obat untuk mengontrol
epilepsi nya secara perlahan dapat dialihkan salah satu obatnya dan dikontrol dengan
single regimen obat tanpa ada kenaikan frekuensi dari bangkitan. Cukup mengagetkan,
ditemukan bahwa 36% dari pasien memperlihatkan control yang lebih baik untuk
bangkitan dengan single regimen obat untuk mengontrol epilepsy daripada 2 regimen
obat. Efek samping juga menurun pada waktu menggunakan single regimen obat. Jadi
disimpulkan bahwa penurunan dari keseluruhan pada polypharmacy dapat
menguntungkan untuk kebanyakan pasien penderita epilepsi yang sulit ditangani.
Tingkat serum dari AEDs dapat di cek untuk menentukan pelaksanaan pengobatan dan
untuk menilai efek dari interaksi antara obat2 ; beberapa dokter tidak menggunakan
tingkatan serum untuk keselarasan irama pengobatan. , tetapi dokter yang lain percaya
bahwa tingkatan serum dapat memberikan data secara sangat baik untuk mengatur
pengobatan yang cocok dengan kekhususan individual dan variable relatif body
-chemistry. Sebagai contoh , therapeutic dosis ( dosis dimana bangkitan terkontrol dan
dengan efek samping yang minimal dan dapat ditolerir) dapat berubah secara meluas
diantara para pasien. Deretan therapeutic yang disediakan oleh perusahaan pharmasi
hanyalah deretan dan dengan menggunakan tingkatan serum darah dan catatan harian dari
bangkitan, control bangkitan yang lebih baik kadang2 tercapai. Dalam beberapa kasus
(seperti bangkitan flury) tingkatan serum dapat berguna untuk mengetahui apabila
tingkatannya sangat tinggi atau sangat rendah
Apabila epilepsy seseorang tidak dapat diusahakan terkontrol setelah cukup percobaan
dari dua atau tiga (dalam hal ini dari expert yang berlainan) obatan yang berbeda ,
penderita epilepsy tersebut secara umum disebut sebagai medically refractory
Berbagai obat yang dapat melindungi dari bangkitan atau mengurangi frekuensi
bangkitan : ini termasuk carbamazepine ( merek yang umum Tegretol ), clobazam
(Frisium), clonazepam (Klonopin), ethosuximide (Zarontin), felbamate (Felbatol),
fosphenytoin (Cerebyx), gabapentin (Neurontin), lamotrigine (Lamictal), levetiracetam
(Keppra), oxcarbazepine (Trileptal), phenobarbital (Luminal), phenytoin (Dilantin),
pregabalin (Lyrica), primidone (Myoseline), sodium valproate (Epilim) , tiagabine
(Gabitril), topiramate (Topamax), valproate semisodium (Depakote, Epival), valporic
acid (Depakene, Convulex), vigabatrin (Sabril) and zonisamide (Zonegram).
Obat lain biasa dugunakan untuk menghambat suatu bangkitan active atau untuk
menghentikan bangkitan yang tiba; ini termasuk diazepam (Valium) dan lorazepan

(Ativan ). Obat hanya digunakan dalam perawatan dari status epilepticus yang sulit
diatasi termasuk paraldehyde (Paral) ,midazolam (Versed), dan pentobarbital (Nembutal)
Bromides adalah anticonvulsant majemuk yang pertama, tetapi tidak digunakan lagi
untuk manusia disebabkan oleh kandungan racun dan rendahnya efektifitas.
Telah diketahui bahwa penggunaan valproates selama kehamilan dapat menimbulkan
kemungkinan menurunnya IQ bagi anak yang dikandung.
Banyak penderita epilepsy menemukan bahwa marijuana adalah obat yang efektif untuk
epilepsy dan survey telepon yang dilakukan tahun 2003 mengungkapkan bahwa telah
meningkat lebih dari dua kali lipat penderita epilepsy menggunakan mariyuana.

Tindakan Operasi
Tindakan operasi adalah salah satu opsi untuk mengatasi epilepsi apabila ada ketidak
normalan dibawah otak, seperti tumor jinak atau daerah dengan cacat bekas luka
(contoh: hippocampal sceloris) dapat teridentifikasi. Ketidak normalan ini harus di
angkat oleh seorang akhli bedah syaraf.
Tindakan operasi biasanya hanya ditawarkan kepada pasien apabila epilepsinya belum
pernah dapat dikontrol oleh upaya yang memadai dengan berbagai pengobatan .
Sebelum tindakan operasi ditawarkan , team medis akan melaksanakan banyak tes untuk
menilai apakah pengangkatan lapisan otak akan mengakibatkan persoalan yang sulit
diterima seperti ingatan ,penglihatan ,kemampuan bahasa atau pergerakan , yang
dikontrol dengan bagian lain dari otak. Tes ini biasanya meliputi evaluasi dari
neuropsychological, yang kadang meliputi test intracarotid sodium amobarbital (Wada
test). walaupun prosedur yang invasif ini digantikan dengan MRI fungsional yang noninvasif di banyak pusat.
Bedah resective, yang berlawanan dengan bedah palliative , berhasil mengurangi dan
menurunkan bangkitan
secara signifikan
pada sekitar 50 -90% pasien yang
menjalaninya (prosentase pasti tergantung dari ciri khusus pada kasus dan akhli bedah
yang melaksanakan). Banyak pasien memilih untuk tidak menjalani pembedahan karena
ketakutan atau kehawatiran untuk menjalani operasi otak.
Yang paling lazim dari pengobatan dengan bedah recective untuk epilepsi adalah dengan
mengangkat bagian depan temporal lobe baik kiri maupun kanan. Pengamatan kepada 48
pasien yang menjalani operasi , anterior temporal lobectomy, antara tahun 1965 dan
1974 menunjukan keberhasilan jangka panjang dengan prosedur ini. Dari 48 pasien, 21
orang tidak mengalami bangkitan yang menghilangkan kesadaran sejak menjalani

operasi. Tiga orang menjadi bebas dari bangkitan untuk setidaknya selama 19 tahun.
Sisanya sebagian tidak sepenuhnya bebas dari bangkitan atau sebagian lain meninggal
dalam waktu antara dan dimulainya pengamatan ini.
Bedah Palliative untuk epilepsi ditujukan untuk mengurangi frekuensi dan parahnya
bangkitan. Contohnya adalah , callosotomy atau commissurotomy untuk mencegah
bangkitan dari generalisasi (menyebar keseluruh bagian otak), yang menyebabkan
hilangnya kesadaran. Prosedure ini dengan sendirinya dapat mencegah luka2 karena
penderita jatuh setelah hilang kesadaran. Ini hanya dilaksanakan apabila bangkitan tidak
dapat dikontrol dengan upaya lain. Bedah resective dapat dianggap palliative apabila
harapannya meyakinkan, bahwa ini dapat mengurangi tapi tidak menghilangkan
bangkitan.
Hemispherectomy adalah operasi yang drastis dimana sebagian besar atau seluruhnya
dari setengah cerebral cortex diangkat . Ini dapat dipertimbangkan untuk orang2 yang
mengalami epilepsy sangat parah , seperti mereka yang terkena dengan Rasmunsen
syndrome. Apabila bedah ini dilakukan pada pasien sangat muda ( 2-5 tahun) , dimana
belahan yang tinggal akan mendapatkan motor control yang belum sempurna dari badan
ipsilateral ; pada pasien yang lebih tua , kelumpuhan timbul pada sisi badan berlawanan
dengan bagian otak yang diangkat. Karena hal2 ini dan efek samping yang lain biasanya
operasi di tawarkan pada pasien yang telah kesulitan untuk menjalankan opsi lain dalam
upaya pengobatannya.

Pengobatan Lainnya
Ketogenic diet dapat efektif dan banyak digunakan untuk kanak-kanak dengan epilepsi
yang belum pernah dikontrol dengan pengobatan. Dimana dengan obat anticonvulsan,
mekanisme dibalik efek tidak seluruhnya dipahami. Ketogenic diet mengandung lemak
tinggi dan sangat rendah carbohydrat . Cara ini berkembang tahun 1920 di Mayo Clinic,
tapi telah banyak ditinggalkan dengan penemuan obat2 anti-epileptic yang modern. Sejak
tahun 1990 telah kembali ke cara pengobatan anti-epileptic arsenal yang tersedia dari
banyak pusat paediatric epilepsi .
Penelitian yang dilaksanakan oleh John Hopkins melaporkan bahwa 50% dari pasien
yang menjalani Ketogenic diet mengalami penurunan bangkitan dari 50% atau lebih ,
dengan 29% pasien dilaporkan suatu pengurangan symptoms hingga 90% ; pasien2
tersebut sebelumnya telah mencoba rata2 enam obat2an anticonvulsant .
Vagus nerve stimulation (VNS) akhir ini berkembang dari control terhadap bangkitan
dengan menanamkan alat elektrik, yang sama ukuran , bentuk dan lokasi implant nya ke

pacemaker jantung, yang dihubungkan ke nervus vagus di leher. begitu alat terpasang
pada posisinya, alat dapat di set untuk mengeluarkan denyutan elektronik , menstimulasi
nervus vagus pada pre-set intervals dan tingkatan seperseribu amper. Studi penelitian
memperlihatkan kurang lebih 50% dari penderita yang menjalani pengobatan dengan
cara ini akan memperlihatkan penurunan yang signifikan dari frekuensi bangkitan..
Responsive Neurostimulator System ( RNS ) akhir ini sedang berlangsung studi klinis
sebelum diperoleh persetujuan dari FDA. Sistem ini bergantung pada alat yang
ditanamkan nyaris dibawah kulit kepala. Timah yang dihubungkan dengan alat
ditanamkan dipermukaan otak atau di areal otak itu sendiri dan terletak dekat ke area
dimana bangkitan diyakini berawal. Ketika bangkitan mulai , sejumlah kecil dari
stimulan elektronik akan menumpas bangkitan. Sistim ini berbeda dari sistim VNS,
dimana RNS bergantung pada stimulasi langsung otak dan RNS adalah sistim yang
responsive. Denyutan VNS pada interval awal akan ditetapkan sebelumnya oleh petugas
medis . Sistim RNS di rancang untuk dapat merespon tanda2 yang diditeksi akan terjadi
bangkitan dan akan mencatat kejadian dan memungkinkan pola respon yang diinginkan
dan memberikan kontrol yang tinggi pada bangkitan .
Seizure respond dog adalah suatu bentuk dari service dog yang dilatih untuk mencari
pertolongan atau melindungi keselamatan penderita ketika terjadi bangkitan. Ini tidak
cocok untuk setiap orang dan tidak semua anjing dapat dilatih seperti itu. Jarang seekor
anjing berkembang kemampuannya untuk merasakan akan adanya bangkitan sebelum
terjadi.
Beberapa systematic review oleh Cochrane Collaboration sampai pada pengobatan untuk
epilepsi dengan cara acupuncture, intervensi psychological , vitamin dan yoga , tetapi
tidak ditemukan adanya petunjuk yang meyakinkan untuk mendukung cara-cara
pengobatan epilepsi seperti itu. Penelitian lanjutan diperlukan untuk hal ini.

Pathophysiology
Mutasi pada beberapa gen ada hubungannya untuk beberapa tipe epilepsi . Beberapa gen
yang berkode protein subunit dari voltage-gated dan ligand-gated ion channels telah
dihubungkan dengan bentuk generalisasi epilepsi dan infantile seizure syndromes.
Beberapa ligand- gated ion channels telah dihubungkan pada beberapa tipe dari frontal
dan generalisasi epilepsi. Mutasi dari epilepsi yang terhubung pada beberapa ion channels
gen telah pula teridentifikasi.
Epileptogenesis adalah proses dengan apa otak yang normal berkembang ke epilepsi
setelah suatu insult. Penemuan yang menarik pada binatang bahwa stimulasi elektrik
tingkat-rendah yang berulang pada lokasi otak dapat menyebabkan kenaikan permanen

pada kepekaan bangkitan: dengan kata lain penurunan permanen pada "batas awal"
bangkitan. Phenomena ini, diketahui sebagai kindling ( analogi dengan penggunaan
ranting yang menyala untuk menghidupkan api yang lebih besar ) ditemukan oleh
Dr,Graham Goddard di tahun 1967. Stimulasi kimia dapat juga mempengaruhi bangkitan
; eksposur yang berulang pada beberapa pestisida telah menunjukan pengaruh pada
bangkitan baik pada manusia maupun binatang. Suatu mekanisme yang diusulkan untuk
ini disebut excitotoxicity. Peranan dari kindling dan excitotoxicity, apabila ada, pada
epilepsi manusia akhir2 ini ramai diperdebatkan.
Sebab lain dari epilepsi adalah luka otak, dimana ada cacat luka atau adanya abnormal
lapisan massa pada satu area di otak.

Sejarah dan stigma


Kata epilepsy berasal dari Yunani epilepsia, yang dapat dipecah ke: epi (upon) dan
lepsis (bangkitan). Pada waktu yang lalu epilepsy dihubungkan dengan pengalaman
keagamaan dan juga demonic possession.. Pada zaman dahulu epilepsi dikenal sebagai
"Sacred Disease" karena manusia berpikir bahwa bangkitan epilepsy adalah bentuk
serangan dari setan , atau bahwa pengalaman kemampuan melihat dari penderita
epilepsy dikirim dari Tuhan. Diantara kaum keluarga animist Hmong, contohnya,
epilepsy dipahami sebagai suatu serangan dari kekuatan setan . tetapi orang yang
terserang dapat menjadi yang disebut suatu shaman melalui pengalaman2 lain.
Bagaimanapun pada kebanyakan budaya, penderita epilepsy mendapat stigma, shunnen,
atau terpenjara , di Salpetriere, tempat kelahiran bari neurology modern. Jean Martin
Charcot menemukan orang yang menderita
epilepsy disejajarkan dengan
keterbelakangan mental , dengan syphilis kronik, dan kegilaan yang berat. Di Tanzania
hingga sekarang, juga tempat lain di Afrika, epilepsi dihubungkan dengan kekuasaan
dari kekuatan setan, ilmu sihir , atau keracunan dan dipercaya banyak orang dapat
menular. Pada Roma kuno , epilepsi diketahui sebagai Morbus Comitialis ( "penyakit
dari ruang pertemuan" ) dan dilihat sebagai kutukan Tuhan.
Stigma berlangsung sampai sekarang, baik dilingkungan umum maupun pribadi, tetapi
sejalan dengan waktu poolling menunjukan secara umum menurun , paling tidak didunia
yang sudah berkembang.; Hipocrates menyatakan bahwa epilepsi dapat hilang secara
gaib pada waktu itu dapat dimengerti.

Kontroversi

Terdapat beberapa kontroversi yang relative ringan sekitar standard diagnosa untuk
untuk partial-compleks bangkitan dan bagaimana standard ini diterapkan dalam praktek,
diantara beberapa kaum surealis dan salah satunya Mary Baker Eddy , pendiri Christian
Science.
Pada April 2003 , siaran TV BBC progran ilmiah Horizon menampilkan diskusi
mengenai hasil research oleh seorang neurolog Amerika , Gregory Holmes, yang
menunjukan bahwa Ellen G.White , pendiri aliran spiritual Seventh-day Adventist
Church , kemungkinan menderita temporal lobe epilepsy yang disebabkan oleh
kerusakan otak karena suatu kecelakaan pada usia 9 tahun epilepsi tersebut
diperkirakan yang menyebabkan pengalaman2 religius yang sangat kuat. Temporal lobe
epilepsy diketahui ada hubungannya dengan pengalaman2 seperti itu.

Orang2 ternama sebagai penderita epilepsy.


Banyak orang ternama , pada masa lalu maupun sekarang , telah didiagnosa sebagai
penderita epilepsi . Dalam banyak hal epilepsi mereka menjadi catatan kaki pada
keakhliannya, hal tersebut menjadi hal penting yang tak dapat dipisahkan pada reputasi
nya. Riwayat diagnosa dari epilepsi tidak selalu pasti , ada kontoversi tentang apa yang
dianggap tanda2 yang cukup yang dapat mendukung suatu diagnosis.

Implikasi Legal
Banyak orang yang didiagnosa sebagai penderita epilepsy tidak diijinkan secara hukum
untuk mengendarakan kendaraan. Meskipun demikian, biasanya ada kekecualian apabila
dapat dibuktikan bahwa mereka dalam kondisi yang stabil. Beberapa dari mereka yang
bangkitannya tidak mengganggu kesadaran, atau yang bangkitannya hanya timbul dalam
tidur, mendapat kekecualian dari larangan tersebut, tergantung dari hukum setempat. Ada
perdebatan yang masih berlangsung dalam bioethics mengenai siapa yang menanggung
beban untuk menjamin bahwa seorang penderita epilepsi tidak mengendarakan kendaraan
atau menerbangkan pesawat terbang.
Di Amerika , penderita epilepsi dapat mengendarakan kendaraan apabila bangkitannya
terkontrol dengan pengobatan dan mereka memenuhi persyaratan untuk mendapatkan
SIM dinegara bagiannya. Berapa lama mereka harus bebas dari bangkitan , peraturannya
berbeda untuk setiap negara bagian , tetapi kebanyakan antara tiga bulan dan satu
tahun. Mayoritas dari 50 negara bagian menetapkan kewajiban kepada penderita
epilepsi untuk melaporkan kondisinya kepada pejabat yang mengeluarkan lisensi
sehingga hak istimewa tersebut dapat dicabut apabila perlu. Minoritas dari Negara bagian

menetapkan kewajiban melaporkan kepada dokter yang merawatnya.. Setelah adanya


laporan , biasanya agen pembuat SIM dapat menentukan untuk mencabut atau membatasi
ijin mengendarakan (SIM)
Di Inggris, adalah tanggung jawab pasien untuk memberitahukan kepada Driver and
Vehicle Licensing Agency (DVLA) bahwa mereka menderita epilepsi. Peraturan DVLA
agak kompleks , namun kesimpulannya , mereka yang tetap mengalami bangkitan atau
apabila dalam 6 bulan masa pengobatan , SIM nya dapat dicabut. Seorang dokter yang
yangt mengetahui bahwa seorang pasien dengan bangkitan yang tak dapat dikontrol tetap
mengendarai kendaraan, setelah mengingatkan pasien akan tanggung jawabnya, suatu
kewajiban untuk melanggar kerahasiaan dan melaporkannya ke DVLA. Dokter
tersebut harus memberitahukan pasien mengenai pengungkapan dan alasannya mengapa
kelalaian mereka diberitahukan kepada Badan tersebut, hal tersebut menjadi kewajiban
sang dokter.
The Epilepsy Foundations Jeane A. Carpenter Epilepsy Legal Defense Fund ditujukan
untuk mengajukan hak-hak penderita epilepsi dengan merubah diskriminasi dalam
kebiasaan, kebijaksanaan , hukum dan menghentikan diskriminasi epilepsi dan ketidak
adilan melalui pendidikan dan menambah akses ke pelayanan hukum bagi pribadi
penderita epilepsi melalui suatu sistim dengan pengaturan rujukan dan bantuan hukum
kepada jaringan nasional dari para akhli hukum yang bertanggung jawab dalam masalah
ini.
Sebagai tambahan, the Epilepsy Foundation adalah suatu pembela yang kuat untuk para
penderita epilepsi .Di Amerika, Badan ini aktif di kalangan Kongres, cabang eksekutif ,
dan pengadilan memusatkan perhatian kepada segala kebutuhan penderita epilepsi .
Prioritas dari Badan ini meliputi, tersedianya kemampuan untuk mendapat jaminan
kesehatan yang baik, pencarian pengobatan, perlindungan hak sipil untuk para penderita
epilepsi.

Anda mungkin juga menyukai