Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang

Lahirnya UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, menandai awal bergulirnya
Reformasi Keuangan Negara di Indonesia pada saat itu. Salah satu perubahan yang paling
menonjol dari Reformasi Keuangan Negara Ini adalah bergesernya sistem pengelolaan
keuangan konvensional ke sistem pengelolaan keuangan berbasis kinerja. Pada Sistem
pengelolaan keuangan konvensional, pelaksanaan anggaran cenderung mengutamakan sistem
dan prosedur, birokratis yang tidak efisien, pemberian layanan yang lambat serta tidak efektif
yang hanya bertujuan untuk penyerapan anggaran. Sedangkan pada sistem pengelolaan
keuangan berbasis kinerja berorientasi pada kinerja dan hasil yang dapat menjadi manfaat bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pengelolaan Keuangan yang berbasis kinerja dan hasil ini diimplementasikan dengan bentuk
pemberian Pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah. Salah satu Instansi Pemerintah
yang memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah
Instansi Pendidikan Tinggi / Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sekitar 20-30% dari APBN
dialokasikan untuk PTN tersebut. Namun seiring dengan berjalannya waktu, beberapa PTN
mengelola keuangan secara Mandiri seperti yang tercantum pada UU No.12 Tahun 2012 pasal
64 ayat 3 yang menyebutkan bahwa PTN diberikan kewenangan secara otonom untuk
mengatur beberapa aspek, salah satu diantaranya adalah keuangan.
Pengelolaan Keuangan PTN secara otonom tersebut terbagi menjadi 2 bentuk yaitu
Pengelolaan Keuangan PTN sebagai Badan Layanan Umum (BLU) atau Pengelolaan
Keuangan PTN dengan membentuk PTN Badan Hukum seperti yang tercantum pada pasal 65
ayat 1 UU No 12 Tahun 2012.
Rumusan Masalah
Dalam UU No.12 Tahun 2012 pasal 97 ( c ) dijelaskan bahwa pengelolaan Perguruan Tinggi
Badan Hukum Milik Negara dan Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara yang telah
berubah menjadi Perguruan Tinggi yang diselenggarakan Pemerintah dengan pola pengelolaan
keuangan badan layanan umum ditetapkan sebagai PTN Badan Hukum dan harus
menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini paling lambat 2 (dua) tahun Salah satu
hal yang disoroti pada pelaksanaan anggaran PTN Badan Hukum ini adalah pendapatan yang
diperoleh PTN Badan Hukum tidak pernah disetor kas Negara dan tidak dianggap sebagai
penerimaan Negara bukan pajak sementara PTN Badan Hukum ini bisa dikatakan masih
berstatus sebagai Badan Layanan Umum (BLU)
Pembahasan
Pada dasarnya yang menjadi titik acuan pada permasalahan ini adalah Status Ganda yang
disandang oleh Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum sebagai Badan Layanan Umum yang
memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang
pendidikan tinggi. Pelaksanaan anggaran dari Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum ini jelas
mengalami persinggungan aturan. Pada PP No 26 Tahun 2015 pasal 11 ayat 3 dijelaskan
bahwa sumber pendanaan yang berasal dari selain APBN diantaranya masyarakat, biaya
pendidikan, pengelolaan dana abadi, usaha Perguruan Tinggi Badan Hukum, Kerja Sama Tri

Dharma Perguruan Tinggi, APBD, dan Pinjaman merupakan penerimaan Perguruan Tinggi
Badan Hukum yang dikelola secara otonom dan bukan merupakan penerimaan Negara bukan
pajak. Sedangkan pada PP No 23 Tahun 2005 sebagaimana telah diperbarui terakhir dengan
PP No 74 Tahun 2012 pasal 14 ayat 6 dijelaskan bahwa pendapatan yang berasal dari layanan
pemberian jasa layanan, hibah, dan hasil kerjasama Badan Layanan Umum (PTN Badan
Hukum) dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya dilaporkan sebagai pendapatan Negara
bukan pajak.
Berdasarkan UU No 1 Tahun 2004 pasal 69 ayat 5 dijelaskan bahwa Pendapatan yang
diperoleh Badan Layanan Umum (PTN Badan Hukum) sehubungan dengan jasa layanan yang
diberikan merupakan pendapatan Negara/Daerah. Pada pasal tersebut secara eksplisit
menerangkan bahwa terdapat hak-hak Negara di dalam pendapatan PTN Badan Hukum yang
dapat diakui sebagai penambah kekayaan Negara. Oleh karena itu, pendapatan dari PTN
Badan Hukum sudah memang seharusnya disetorkan ke kas Negara.
Jika kita menelaah lebih dalam lagi mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari
persinggungan antara PP 23 Tahun 2005 dengan PP 26 Tahun 2015 dengan melihat pada UU
No 20 1997 tentang PNBP, terdapat poin penting yaitu pasal 2 ayat 1 huruf d yang menjelaskan
bahwa PNBP meliputi penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah yang
dalam hal ini diwakilkan oleh PTN Badan Hukum dengan memberikan pelayanan berupa
pendidikan. Penerimaan yang dimaksud mungkin bisa berupa biaya pendidikan yang
dibayarkan, biaya administrasi, maupun biaya lainnya.
Kesimpulan
Berjalannya PTN Badan Hukum merupakan suatu refleksi dari Reformasi Keuangan yang
berlandaskan pada Pengelolaan Keuangan Negara yang berorientasi pada hasil dengan tujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi
persinggungan dasar hukum yang membuat hak hak Negara dalam PTN Badan Hukum tidak
dapat diakui sebagai Pendapatan Negara. Seyogyanya peraturan mengenai PTN Badan
Hukum ini dapat ditelaah kembali, mengingat PP No.26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan
Mekanisme Pendanaan Pada PTN Badan Hukum tidak sesuai dengan UU 20 Tahun 1997
Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara, PP No.23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa PTN Badan Hukum juga
merupakan sebuah Badan Layanan Umum yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat dimana pendapatan yang diperoleh dari pemberian jasa layanan maupun
hal-hal lainnya dapat dianggap sebagai pendapatan Negara bukan pajak yang harus disetorkan
kepada Negara.

Anda mungkin juga menyukai