Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN KISTOMA OVARI

DI SUSUN OLEH :
VIVEN CORNYSEN
SN 142114

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal
pada ovarium yang membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008).
Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal
berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam (indung telur) ovarium.
(Kusuma, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal
pada ovarium yang membentuk seperti kantong.Kista ovarium secara
fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan
siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005: 273)
Kista adalah tumor jinak di yang paling sering ditemui. Bentuknya
kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada
yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam
jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di
sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya
tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak
membahayakan kesehatan penderitanya.
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya
akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik
umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan
sifatnya.
Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah
vulva (bagian luar alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah
vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis.
Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar
bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.
B. Tanda dan Gejala
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala.
Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas
hormon atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker

ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya
sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan
lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar
darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak
teratur.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggma
Pada stadium lanjut :
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ organ di
dalam rongga perut (usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada
akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan
penderita sangat merasa sesak nafas.
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium
seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan
bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan
tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta HCG dan alfafetoprotein.
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium,
akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda
dengan kista ovarium biasa.
C. Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor
pemicu yaitu :

1. Gaya hidup sehat. Diantaranya :


a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
g. Zat polutan
2. Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker,
yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya
karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia
tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi
onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
D. Patofisilogi dan Pathway
Kista terdiri atas folikel folikel praovulasi yang telah mengalami
atresia (degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium
utuh dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah
normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih
tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH
yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh
folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk
kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel sel yang menempatkan diri pada rongga
abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra
peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi
gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor
menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan
menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius.
Kista folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir

dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada folikel yang sudah pecah dan
segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul
langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil,
dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada
kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4
hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul.
Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan
penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan
intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)

E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Keperawatan
1. Mengurangi Nyeri
2. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, mencegah syok dan sinkope
akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa
mengurangi nyeri yaitu tehnik distraksi dan relaksasi.
3. Penyuluhan pasien tentang pentingnya tehnik aseptik dalam merawat
4.
5.
6.
7.

luka di rumah
Mencegah kekurangan volume Cairan
Mempertahankan integritas kulit
Memberikan nutrisi yang adekuat
Mengurangi ansietas

b. Penatalaksanaan medis
1. Pengangkatan kista ovarium
Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah
melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral
Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kista.

3. Perawatan pasca operasi


Perawatan pasca

operasi

setelah

pembedahan

untuk

mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah


pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan
intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat
dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien
tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik /
tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau
teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang
akan terjadi seperti tanda tanda infeksi, perawatan insisi luka
operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
5. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak
ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada
bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya
besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium,
bisanya disertai dengan pengangkatan tuba.
6. Asuhan post operatif
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan
yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi
atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital,
asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik
dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan
pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa
sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita,
karena kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor
terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha
pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan
perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas
pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan
setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau

menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang


berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah
pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi,
kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran.
F. Komplikasi
Kista ovarium yang besar bisa mengakibatkan ketidaknyamanan pada
ovarium. Jika kista yang besar menekan kandung kemih akan mangakibatkan
seseorang menjadi sering berkemih karena kapasitas kandung kemih menjadi
berkurang. Beberapa wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan
keluhan, tapi dokterlah yang menemukan pada pemeriksaan pelvis. Masa kista
ovarium yang berkembang setelah menopause mungkin akan menjadi suatu
keganasan (kanker).
Beberapa komplikasi dari kista ovarium antara lain:
1. Torsio Kista Ovarium. Komplikasi kista ovarium bisa berat. Komplikasi
paling sering dan paling berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yang
merupakan kegawatdaruratan medis yang menyebabkan tuba falopi
berotasi, situasi ini bisa menyebabkan nekrosis. Kondisi ini sering
menyebabkan infertilitas. Manifestasi dari torsio kista ovarium adalah
nyeri perut unilateral yang biasanya menyebar turun ke kaki. Pada kondisi
ini pasien harus segera di bawa ke rumah sakit. Jika pembedahan selesai
pada 6 jam pertama setelah onset krisis, intervensi pada kista torsio bisa
dilakukan. Jika torsio lebih dari 6 jam dan tuba falopi sudah nekrosis,
pasien akan kehilangan tuba falopinya.
2. Perdarahan dan ruptur kista. Komplikasi lain adalah perdarahan atau
rupturnya kista yang ditandai dengan ascites dan sering sulit untuk
dibedakan dari kehamilan ektopik. Situasi ini juga perlu pembedahan
darurat. Gejala dominan dari komplikasi ini adalah nyeri kuat yang
berlokasi di salah satu sisi dari abdomen (pada ovarium yang mengandung
kista). Ruptur kista ovarium juga mengakibatkan anemia. Ruptur kista
ovarium sulit dikenali karena pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala.
Tanda pertama yang bisa terjadi adalah terasa nyeri di abdomen bagian
bawah, mual, muntah dan demam.

3. Infeksi. Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium. Kista


ovarium yang tidak terdeteksi dan susah untuk didiagnosis bisa
mengakibatkan kematian akibat septikemia. Gejala infeksi pertama adalah
demam, malaise, menggigil dan nyeri pelvis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma abdomen
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan oleh masa
jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya, gangguan sensori motorik
No
dx
1.

NOC
(Tujuan dan Kriteria Hasil )
Setelah
dilakukan
tindakan a. Kaji
keperawatan

selama

karakteristik

nyeri

klien

jam

dengan PQRST ( P : faktor

masalah gangguan rasa nyaman

penambah dan pengurang nyeri,

nyeri klien dapat teratasi dengan

Q : kualitas atau jenis nyeri, R :

KH:
- Mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri

regio

berkurang
menggunakan
-

1x

NIC(Intervensi)

denga

atau

mengalami

daerah
nyeri,

yang
:

skala

nyeri, T : waktu dan frekuensi )


b. Kaji
faktor-faktor
yang

mangement

mempengaruhi
reaksi
klien
nyeri
terhadap nyeri
Mampu mengenali nyeri
c. Berikan posisi yang nyaman,
Menyatakan rasa nyaman
tidak bising, ruangan terang
setelah nyeri berkurang
dan tenang
d. Biarkan
klien
melakukan
aktivitas

yang

disukai

dan

alihkan perhatian klien pada hal


lain
e. Kolaborasi pemberian analgetik
2.

Setelah

dilakukan

asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)

keperawatan selama 3x 24 jam -

Bersihkan

diharapakan infeksi terkontrol

dipakai pasien lain


batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada pengunjung

NOC :
Immune Status

untuk

Knowledge : Infection control


Kriteria Hasil :

tangan

saat

meninggalkan pasien
Cuci tangan setiap sebelum dan

sesudah tindakan kperawtan


Pertahankan lingkungan aseptik

Klien bebas dari tanda dan gejala

infeksi
Mendeskripsikan

penatalaksanaannya,
terhadap infeksi)
Menunjukkan kemampuan untuk - Monitor tanda dan gejala infeksi

proses

selama pemasangan alat


- Tingktkan intake nutrisi
penularan penyakit, factor yang
- Berikan terapi antibiotik bila perlu
mempengaruhi penularan serta Infection
Protection
(proteksi

mencegah timbulnya infeksi


Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup
sehat
-

sistemik dan lokal


Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Inspeksi kulit dan
mukosa

3.

mencuci

setelah

berkunjung dan setelah berkunjung

Risk control
-

lingkungan

Setelah

dilakukan

terhadap

membran
kemerahan,

panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang

cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum

antibiotik sesuai resep


Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif

tindakan Urinary Retention Care

keperawatan selama 1x jam pada -

Lakukan penilaian kemih yang

klien Konstipasi tidak berlanjut dan

komprehensif

tidak terjadi konstipasi

inkontinensia

berfokus

pada

dengan KH:

Kandung
kemih
kosong
secarapenuh
Tidak ada residu urin lebih dari

100-200 cc
Intake cairan

normal
Bebas dari ISK tidak ada spasme

bladder
Balance cairan seimbang

dalam

rentang

Menyediakan penghapus privasi


Masukkan kateter kemih, sesuai
Memantau asupan dan keluaran
Memantau
tingkat
distensi
kandung kemih dengan palpasi dan
perkusi

Daftar Pustaka
A.Price, Sylvia.2006.Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC

Wiknojosastro, Hanifa. Editor. Abdul Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi.


2005. Ilmu Kebidanan.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta :Nuha Medika.
Yatim, F. 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta: Penerbit Pustaka Populer Obor
Nurarif H A, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
diagnosa medis NANDA NIC-NOC Jilid 2 Jogjakarta: Media Action

Anda mungkin juga menyukai