Disusun oleh:
HENZON ALDRI
M. ROS MISTYCA H. P
DITI ASTRIANI SUWANDI
CUT MUTYA BUNSAL
AGUSTINA EUFRANSIA BARA
SAFITRI ANDRIANI
VIVEN CORNISEN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran
sosial (Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni, 2012). Gangguan jiwa
diklasifikasikan dalam bentuk penggolongan diagnosis. Penggolongan
diagnosis
gangguan
jiwa
di
Indonesia
menggunakan
Pedoman
adalah
sekelompok
reaksi
psikotik
yang
menjadi
sebuah
terapi,
musik
dapat
meningkatkan,
Serikat
prevalensi
skizofrenia
seumur
hidup
hasil bahwa terapi musik efektif terhadap penurunan tingkat depresi pasien
isolasi sosial. Hal ini berarti terapi musik dapat membantu meningkatkan
kesehatan mental pada pasien isolasi sosial. Rumah Sakit Jiwa (RSJ)
Tampan Provinsi Riau merupakan satu-satunya rumah sakit jiwa di
Provinsi Riau yang memiliki 3 jenis ruang rawat inap. Ruang rawat inap
pertama adalah Ruang Intensif, yaitu Ruang UPIP (Unit Perawatan Intensif
Psikiatri). Ruang rawat inap kedua adalah Ruang Intermediat, yaitu Ruang
Kuantan, Siak dan Indragiri. Ruang rawat inap yang ketiga adalah Ruang
Tenang yang terdiri dari Ruang Pra Mandiri dan Ruang Mandiri, yaitu
Ruang Sebayang dan Ruang Kampar. Berdasarkan data rekam medik RSJ
Tampan pada tahun 2012, jumlah pasien yang dirawat inap sebanyak
4.598. Masalah keperawatan jiwa pada urutan pertama adalah gangguan
persepsi sensori: halusinasi (2.479 pasien). Urutan kedua adalah resiko
perilaku kekerasan (1.218 pasien), kemudian diikuti dengan defisit
perawatan diri (335 pasien), isolasi sosial (267 pasien), harga diri rendah
kronik (183 pasien), waham (94 pasien), serta resiko bunuh diri (22
pasien) (RSJ Tampan, 2012).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap skizofrenia
paranoid dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui halusinasi pasien sebelum diberikan terapi
musik klasik
b. Untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik yang diberikan
pada kelompok intervensi
c. Untuk mengetahui perbedaan halusinasi pasien setelah diberikan
terapi musik klasik pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Terapi Musik
1. Definisi Musik
Ada beberapa definisi dan pendapat mengenai musik menurut
beberapa filsuf, penulis, musikolog maupun penyair, diantaranya
adalah sebagai berikut :
kemampuan
pikiran
seseorang.
Ketika
musik
gembira,
sedih,
terharu,
terasa
sunyi,
semangat,
atau
tujuan
yang
ingin
kita
capai.
Musik
sangat
jiwa
manusia.
Sedangkan
harmoni
sangat
musik. Jadi memang terapi musik yang efektif tidak bisa menggunakan
sembarang musik. Ada dua macam metode terapi music, yaitu :
a. Terapi Musik Aktif.
Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main
menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat
lagu singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan
duniamusik. Untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu saja
dibutuhkan bimbingan seorang pakar terapi musik yang kompeten.
b. Terapi Musik Pasif.
Merupakan terapi musik yang murah, mudah dan efektif.
Pasien tinggal mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik
tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting
dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat
dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu, ada banyak sekali jenis
CD terapi musik yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa musik memiliki
pengaruh yang kuat pada kehidupan manusia. Para ahli
mengemukakan bahwa musik berpengaruh pada kecerdasan
manusia, kesehatan fisik, mental dan emosional.
4. Manfaat terapi musik
Ada banyak sekali manfaat terapi musik, menurut para pakar terapi
musik memiliki beberapa manfaat utama, yaitu :
a. Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi
musik adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran
lebih fresh. Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan
pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi
relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh
akan mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung,
produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami
penyegaran.
b. Meningkatkan Kecerdasan
yang
diinginkan
dengan
cara
membuat
rasa
tenang,
sebagai
pendidikan
moral,
B. SKIZOFRENIA
1. Definisi
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi
penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak
selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat
yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya.
Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan gangguan
utamapada proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek atau
emosi,kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataaan terutama
karenawaham
dan
munculinkoherensi,
halusinasi,
afek
dan
assosiasi
emosi
terbagi-bagi
inadekuat,
sehingga
psikomotor
kekuatan
protektif
dengan
tetap
dapat
menjadi
tidak
dapat
dimengerti,
akan
sangat
satu
simpton
skizofrenia
yang
perasaannya.
e. Gangguan psikomotor
Pasien skizofrenia
kadang
akan
terlihat
aneh
dan
cara
pasien
skizofrenia
akan
memperlihatkan
gangguan
tubuh)
menonjol
adalah
afek
yang
menumpul,
menarik
diri.
Gejala
lain
dapat
bersifat
non-
IDENTITAS :
Nama
: Ny. I
Jenis Kelamin
: perempuan
Umur
tahun
II
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal Pengkajian
: 20 Oktober 2015
Tanggal MRS
Register No
Informan
: pasien
DX Medis
IV
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD : 100/80 mm Hg, Nadi :88 x / menit
S = 36,5C, RR : 20 x / menit
2. Ukur : TB = 165 cm, BB = 56 kg
3. Klien mengeluh badan kadang terasa lemas, pusing dan merasa malas.
GENOGRAM
Keterangan
= Perempuan
= Laki-laki
= Meninggal
-----= Orang yang tinggal serumah
= Klien
1
Konsep diri :
a. Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya,
karena lengkap dan tidak cacat.
b. Identitas diri
Klien mengaatakan bahwa dirinya seorang perempuan
berumur
e. Harga diri
Klien merasa sangat kecil kalau dibandingkan dengan orang lain
karena klien merasa sebagai anak orang yang tak mampu.
3
Hubungan sosial
Klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat adalah kakanya..
Klien mengatakan seorang istri, hubungan dengan keluarga baik.
Klien mengatakan hubungan dengan mantan suami baik baik saja
walaupun sudah bercerai. Klien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan dimasyarakat, namun terkadang klien masih
mau mengikuti pengajian. Saat di rumah sakit klien rajin sholat.
Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa sakitnya karena menggunakan narkobq dan
saat ini dirawat di Rumah Sakit Jiwa
b. Kegiatan ibadah
Klien sering melakukan sholat .
STATUS MENTAL
1 Penampilan bersih tampak ada tato di lengan kiri dan kanan
2 Pembicaraan klien : cara bicara normal.
3 Aktivitas motorik : pasien melakukan aktivitas merajut di ruangan
4 Alam perasaan : Kadang-kadang pasien merasa bosan dan minta
keluar jajan
5 Afek : pasien koperataif
3
4
BAK/BAB
Klien tidak memerlukan bantuan saat BAB/BAK dan dapat
melakukan secara mandiri
Mandi
Klien mengatakn mandi secara mandiri, Klien mandi 2x sehari
Berpakaian dan berhias
Klien mampu berhias dan mengganti pakaian/ berpakaian secara
mandiri.
6
7
VII
VIII
Istirahat tidur
Tidur siang : 2 jam
Tidur malam : 8 jam
Kegiatan sebelum dan setelah tidur : klien mengatakan kegiatan
sebelum tidur berdoa.
Penggunaan obat
Klien tidak memerlukan bantuan saat meminum obat
Pemeliharaan kesehatan
Klien memerlukan perawatan lanjutan dan dukungan untuk proses
kesembuhannya.
Kegiatan didalam rumah
Klien mengatakan melakukan kegiatan dirumah seperti bersih-bersih
Mekanisme Koping
Klien mengatakan jarang berbicara dengan teman-temannya.
Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan keluarganya, klien
sering berinteraksi dengan tetangganya. Klien mengatakan sudah memiliki
IX
BAB III
DASAR PEMIKIRAN
Sebagian besar penderita gangguan jiwa adalah penderita skizofrenia.
Penderita ini mendominasi jumlah penderita gangguan jiwa, yaitu 99% dari
seluruh gangguan jiwa di rumah sakit jiwa. Prevalensi penderita skizofrenia di
Indonesia adalah 0,3-1 % dan dapat timbul pada usia 18-50 tahum, bahkan ada
yang timbul pada penderita usia 11-12 tahun. Apabila penduduk Indonesia
berjumlah 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa penduduk
menderita skizofrenia.
Angka kejadian skizoprenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD)
Surakarta menjadijumlah kasus terbanyak dengan jumlah 1.893pasien dari 2.605
pasien yang tercatat darijumlah seluruh pasien pada tahun 2004. Ituberarti 72,7 %
dari jumlah kasus yang ada. Skizofrenia hebefrenik 471, paranoid 648, tak khas
317, akut 231, katatonia 95, residual 116, dalam remisi 15.
Salah satu gejala umum skizofrenia adalah halusinasi. Halusinasi adalah
suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau
pola rangsangan yang mendekat (baik yang simulai secara eksternal maupun
internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau
kerusakan rangsang tertentu. 3 Halusinasi ada beberapa macam dan salah satunya
adalah halusinasi auditori. 3 Klien dengan halusinasi auditori seringkali
mendengar suara-suara yang langsung ditunjukkan pada klien dan biasanya isi
suara tersebut tidak menyenangkan, bersifat menghina dan menuduh. Hal ini
menyebabkan klien tidak tenang, gelisah, merasa tidak aman, dan akhirnya
menimbulkan kekerasan yang berkepanjangan.
Dari pengamatan yang peniliti lakukan di rumah sakit jiwa, penanganan
halusinasi dalam keperawatan adalah dengan membuat klien mengharik suarasuara tersebut dengan mengatakan pergi, saya tidak mau mendengar!. Pada
beberapa klien caraini dapat memberikan efek yang baik, tetapi beberapa klien
yang
lain
cara
ini
kurang
memberikan
efek
hilangnya
halusinasi.
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental design
berupa rancangan pretest-posttest design with control group(Nursalam, 2008).
Desain ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi musik klasik terhadap
penurunan tingkat halusinasi pada pasien skizofrenia paranoid di RSJDSurakarta.
Instrumen yang digunakan berupa skala PANSS dan pengkajian di ruang
Sena RSJDSurakarta. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat digunakan
untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik responden, mendeskripsikan
tingkat halusinasi dengar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum
dan sesudah dilakukan terapi musik dan analisa bivariat digunakan untuk melihat
pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat halusinasi pada pasien
skizofrenia(Hastono, 2007).
Pemberian terapi musik dilakukan dalam waktu dua hari dengan empat
kali pemeberian terapi musik klasik yaitu pagi hari dan setelah makan siang
dengan pasien di kumpulkan dalam satu ruang dan didengarkan musik klasik.
BAB V
PEMBAHASAN
A. ANALISA
1. Karakteristik responden
Hasil penelitian yang telah dilakukan di RSJD Surakarta
didapatkan bahwa umur responden terbanyak adalah dewasa tengah
yaitu 41-60 tahun (75%). Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian Purba (2013) mayoritas responden berumur 41-60 tahun
(dewasa tengahl) sebanyak 20 orang (76,9%). Stuart dan Laraia (2005)
menyatakan usia berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam
menghadapi berbagai macam stresor, kemampuan memanfaatkan
sumber dukungan dan keterampilan dalam mekanisme koping.
Hasil penelitian yang telah dilakukan di RSJDSurakarta, dimana 6
orang responden berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 100%
Rata-rata jenis kelamin pasien gangguan jiwa disebagian Rumah Sakit
Jiwa khususnya dengan diagnosa gangguan persepsi sensori halusinasi
adalah laki-laki. Laki-laki cenderung sering mengalami perubahan
peran dan penurunan interaksi sosial serta kehilangan pekerjaan, hal ini
yang sering menjadi penyebab laki-laki lebih rentan terhadap masalah
mental, termasuk depresi (Soejono, Setiati & Wiwie, 2000).
2. Pengaruhterapi musik klasik terhadap penurunan tingkat halusinasi pada
pasien skizofrenia
Uji wilcoxon yang dilakukan didapatkan hasil ada pengaruh
sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) dilakukan terapi musik klasik
yang
dapat
dilakukan
yaitu
dengan
tindakan
menjadi
sebuah
terapi,
musik
dapat
meningkatkan,
posttest
pada
kelompok
meningkatkan
kontak
interpersonal
serta
meningkatkan
tubuh,
hasil
pengamatannya
mengatakan
dengan
Karakteristik responden
Kelompok
Experimen
N
%
Kelompok
kontrol
N
%
Pv
Umur
18-40 tahun (dewasa awal)
41-60
tahun
(dewasa
tengah)
Total
Jenis kelamin
Laki-laki
Permempuan
Total
1.000
1
2
25
75
1
2
25
75
100
100
1.000
3
0
3
100
0
100
3
0
300
100
0
100
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Me
3
3
Min
2
2
Max
4
4
SD
Pv
0,70 0,102
2 0,5
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Me
2
3
Min
2
2
Max
3
4
SD
0,332
0,6
Me
SD
SE
Pv
3
2
0,702
0,332
0,170
0,081
0,003
3
3
0,5
0,6
0,121
0,146
0,414
SD
0,332
0,6
SE
0,81
0,146
pv
0,000
0,332, sedangkan pada kelompok kontrol nilai median tingkat halusinasi setelah
diberikan terapi musik klasik adalah 3 dengan standar deviasi 0,6. Hasil uji
statistik didapatkan p value 0,000 dengan menggunakan nilai (0,05), maka
diputuskan Ho ditolak berarti ada perbedaan yang signifikan tingkat halusinasi
setelah diberikan terapi musik klasik antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol.
Di dalam jurnal penelitian Mulyadi dan Devina (2009) dijelaskan bahwa
terapi musik efektif untuk penderita skizofrenia yang ditandai dengan subjek
tenang, rileks, emosi lebih stabil dan kemampuan untuk mengikuti berbagai
kegiatan meningkat.Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu memperbaiki
konsentrasi, ingatan dan presepsi spasial.Terapi musik klasik juga dapat
menurunkan gejala halusinasi yang dialami seseorang dan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta telah menerapkan terapi musik sebagai salah satu cara
nonfarmakologis pada pasien dan dilakukan saat rehabilitasi satu minggu sekali
namun belum spesifik pada jenis musik dan jenis pasien.
C. KESIMPULAN
Pada kelompok eksperimen didapatkan nilai significancy (p value)
0,003 atau p value < (0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan
antara pretest dan posttest dan terjadi penurunan nilai rata-rata pretest dan
posttest diberikan terapi musik klasik yaitu dari 3 menjadi 2, dapat disimpulkan
bahwa adanya penurunan tingkat halusinasi pada kelompok eksperimen yang
telah diberikan terapi musik klasik. Hasil uji pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan terapi musik klasik didapatkan nilai significancy (p value) 0,414 atau
p value > (0,05), maka Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pretest dan posttest pada kelompok kontrol. Hal ini
ditunjukkan tidak adanya perubahan nilai rata-rata antara pretest dan posttest
pada kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa tidak ada penurunan tingkat
halusinasi pada kelompok kontrol. Perbedaan tingkat halusinasi posttest pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan p value 0,000 <
(0,05), maka Ho ditolak berarti ada perbedaan yang signifikan tingkat
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Usia respondensebagian besar adalah dewasa tengah 75 % (4 responden).
Jenis kelaminrespondenkeseluruhan adalah laki-lakiyaitu sebanyak 100 %
(6 responden).
Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap skizofrenia paranoid dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi di ruang sena RSJD Surakarta
B. SARAN
Saran bagi peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian ini
hendaknya menambah frekuensi, tidak ada perbedaan durasi pemberian
terapi musik klasik musik klasik pada responden, instrumen yang
digunakan teruji validitas dan reliabilitas secara keseluruhan dan mencoba
terapi musik klasik pada pasien gangguan jiwa dengan diagnosa
keperawatan lain seperti pada pasien perilaku kekerasan.