Anda di halaman 1dari 75

ELIMINASI FEKAL

Ekstensi 2014 Kelas


A
FG 1
Oleh :
Ahmad syukri
Christina Natalin
Seno Dwi Ariwibowo
Sri Puspita Sari
Wati Melawati

OUTLINE
Gambaran Proses Eliminasi Fekal
Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi fekal
Penyebab gangguan umum eliminasi
fekal
Pengkajian pada gangguan eliminasi
fekal
Diagnosa dan Penatalaksanaan
Keperawatan
Penatalaksanaan medis pada gangguan
eliminasi fekal

Review
Anatomy dan Fisiologi Pencernaan

Terdiri dari :
Mulut
Esofagus
Lambung
Usus Halus
Usus besar
Anus

Small Intestine
Panjang berkisar antara 5-7 meters,
dan luas area mencapai 7-10m2
Terdiri dari 3 bagian utama yaitu :

Duodenum
Jejunum
Ileum

Fungsi fisiologis Jejunum and Ileum


1.

Makanan mulai dipecah

2.

Absorpsi nutrient dan sebagian


air

Absorpsi nutrient:
Lemak : bagian atas Ileum
Karbohidrat dan Protein : Ileum
&
Jejunum
Garam : Ileum (& partially Colon)
Vitamin B12: terminal Ileum

Sekitar 8 litres diproduksi


perharinya, dan sekitar 7
litres di abrorspsi
Salvia:
1 litre
Gastric juice:
2 litre
Pancreatic juice: 1 litre
Bile:
1 litre
Intestinal juices:
3 litre

Makanan melalui usus kecil menuju usus


besar

app. 4 hours

Large Intestine

Panjang 1-2 meters,


Divided into several sections:
Ascending
Transverse
Descending
Sigmoid
Rectum
Anus

Fisiologi Usus Besar


Fungsi utama:
Penyerapan air, garam empedu dan elektrolit
Reservoir untuk feses sampai mudah untuk
dievakuasi dari anus

12-18 hours

Gambaran Proses Eliminasi Fekal (Defekasi)

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum

Mekanisme defekasi: Makanan dicerna secara secara kimiawi &


diabsorbsi saripatinya di usus halus disalurkan ke usus besar
(air diabsorpsi)terjadinya gerakan mencampur (haustrasi)
oleh gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar
pada kolon dan kontraksi otot longitudinal kolon gerakan
mendorong (pergerakan massa) tertampung di rektum

Tekanan untuk mengeluarkan feses dapat dilakukan dengan


meningkatkan tekanan intraabdomen atau melakukan manuver
valsava. Manuver valsava adalah kontraksi volunteer otot-otot
abdomen saat individu mengeluarkan nafas secara paksa
sementara glottis menutup (menahan napas saat mengedan).

Lanjutan . . .
Di rektum terdapat 2 macam refleks:
1. Reflek defekasi intrinsik
Distensi rektum ransangan pada fleksus
mesentikus gerakan peristaltikfeses sampai
anus sfingter internal relaksasi.
2. Reflek defekasi parasimpatis
Saraf rektum terangsang jaras spinal
dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid, rektum
intensifnya peristaltik relaksasi sfingter internal.

Akumulasi
massa
feses pd
kolon
desenden
Peristaltik
meningkat,
kontraksi pd
kolon desenden
& sigmoid
bertambah

Spingter ani
eksternus
terbuka

Feses
terdorong ke
rektum shg
dinding
rektum
mengembang

Spingter ani
internus
melemas

Pengeluaran
feses
(defekasi)

Menstimulasi
sistem saraf
simpatis pada
sakrum &
spinal cord

Feses

Warna cokelat kekuningan pada feses disebabkan


sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin
yang berasal hasil fermentasi bakteri.

Susunan feses normal:


- air dan padatan.
- 30% bakteri.
- 10-20% lemak.
- 30 % serat makanan tak tercerna dan unsur kering
dari pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas).
- 2-3 % protein.

Karakteristik Feses Normal & Abnormal


Karakteristik

Normal

Abnormal

Warna

Dewasa: Cokelat
Bayi: Kuning

Putih/dempul, hitam/ spt


teh,
merah,
pucat,
jingga atau hijau

Konsistensi

Memiliki bentuk lunak, Keras, kering, diare


semi padat, berair

Bentuk

Silindris (kontur rektum) Feses


berdiameter
dengan diameter 2,5 cm kecil,seperti
pd orang dewasa
pensil/menyerupai
benang

Jumlah

Beragam sesuai dengan Bervariasi. Bisa


diet (sekitar 100-400 gr) atau banyak

Bau

Aroma khas feses

Berbau tajam

Kandungan

Sejumlah kecil bagian


kasar makanan yang
tidak tercerna, bakteri
mati & sel epitel yang
meluruh, lemak, protein,
pigmen empedu

Nanah, lendir, parasit,


darah,
lemak
dalam
jumlah banyak, benda
asing

sedikit

Faktor-faktor Memengaruhi Eliminasi Fekal

Perkemban
gan
Usia

Diet

Cairan

Aktivitas

Faktor
Psikologis

Kebiasaan
dan posisi
defekasi

Obatobatan

Prosedur
diagnostik

Anasthesia
dan bedah

Kondisi
patologi

Nyeri

Gangguan Umum Elminasi


Fekal

Konstipasi

Flatulens

Diare

Impaksi

Hemoroid

Inkontinensi
a Fekal

Konstipasi

Konstipasi merupakan suatu gejala dimana defekasi


hanya terjadi kurang dari tiga kali dalam 1 minggu
Tanda dan gejala konstipasi biasanya meliputi gerakan
usus yang tidak teratur, kesulitan mengeluarkan feses,
mengedan yang berlebihan, dan feses yang keras
Gangguan diet, menurunnya asupan cairan, kurang
latihan, kebiasaan menunda keinginan untuk defekasi,
depresi, obat-obatan, dan lain sebagainya, dapat menjadi
penyebab terjadinya konstipasi

Diare
Diare adalah peningkatan jumlah
feses, dan pengeluaran fesess
yang tidak berbentuk atau cair
Agen penyebab diare yang
paling banyak ditemui adalah
Clostridium difficile (C. difficile)
Iritasasi
pada
kolon
dapat
meningkatkan
sekresi
mucus,
akibatnya feses menjadi encer
dan
klien
tidak
mampu
mengontrol hasrat untuk buang
air kecil.

Impaksi Fekal
Impaksi adalah kumpulann
feses yang mengeras didalam
rektum
Tanda dari
impaksi
adalah
ketidakmampuan klien untuk
mengeluarkan feses selama
beberapa hari, meskipun telah
mencoba untuk defekasi.
Feses yang memiliki konsistensi
cair yang berada lebih tinggi di
kolon, mengalir disekitar massa
yang mengalami impkasi

Inkontinensia Fekal
Merupakan ketidakmampuan untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas dari
anus
Kondisi fisik pada gangguan fungsi sfingter
anal menyebabkan inkontinensia. penyakit
neuromuscular, trauma spinalis dan tumor
pada otot sfingter anal eksternal
Kondisi yang dapat menyebabkan frekuensi,
pelepasan, volume yang banyak, tinja yang
encer.(penyebab diare) juga dapat menjadi
faktor predisposisi pada inkontinensia

Flatulens
Penumpukan/akumulasi gas pada lumen
intestinal yang tidak dapat keluar dan
menyebabkan peregangan dan distensi
usus
Flatulens dapat menyebabkan perut
terasa penuh, nyeri

Penyebab berupa makanan seperti kol


dan bawang merah yang bergas, bedah
abdomen dan obat-obatan
opiate,
anastesi umum.

Hemoroid
Hemoroid adalah keadaan Vena yang berada pada
lapisan rektum berdilatasi dan menggelembung.
Hemoroid dapat disebabkan oleh meningkatnya
tekanan vena karena klien mengedan terlalu keras
saat buang air besar, kehamilan, gagal jantung,
dan penyakit liver kronis

Pengkajian Keperawatan

Anamnesa

Pemeriksaan
Fisik

Pemeriksaan
Laboratorium

Uji
Diagnostik

Anamnesa

Keluhan
Utama
Riwayat
Keluarga

Data
Biografi
dan
Demografi
Faktor yang
mempenga
ruhi
eleiminai

Riwayat
Kesehatan
Obatobatan

Anamnesa
Fokus pada pola dan kebisaan eliminasi bowel

Kaji pola eliminasi ?? Frekuensi dan waktu/ harinya

Kaji karakteristik feses ?? Skala bristol

Identifikasi rutinitas apa saja yg diikuti untuk


mempromosikan eliminasi yang normal e.g minum
air hangat atau makanan tertentu

Kaji adanya penggunaan laksaktif, enema di


rumah??

Kaji adanya bowel diversion dan statusnya ?? E.g

Lanjutan

Kaji adanya perubahan nafsu makan

Riwayat diet

Kaji Intake cairan per harinya

Riwayat pembedahana atau penyakit GI tract

Riwayat medikasi/pengobatan

Kaji status emosional

Kaji aktivitas / exercise

Kaji adanya nyeri or discomfort

Kaji sosial ekonomi

Pemeriksaan Fisik

INSPEKSI

Pemeriksaan

Normal

Abnormal

Lihat integritas kulit.

Kulit tidak cacat


Warna sama

Terdapat ruam atau


lesi
Kulit berkilau
menunjukkan asites,
edema

Lihat kontur abdomen


dan kesimetrisan.

Datar
membulat(convex),
atau skapoid
(concave).
Tidak ada
pembesaran hati atau
limpa.
Kontur simetris.

Terdistensi
Ada pembesaran.
Asimetris, penonjolan
sekitar umbilukus,
inguinal, atau skar
kemungkinan ada
hernia atatu tumur.

Amati pegerakan
Peristaltis terlihat
Peristaltis yang
abdomen
pada orang yang
tampak pada orang
berhubungan dg
sangat kurus
normal menunjukkan
peristaltik.
usus. lesi,
Rektum. Pemeriksa daerah sekitar obstruksi
anus untuk

perubahan warna,peradangan, dan hemoroid

AUSKULTASI

Pemeriksaan

Normal

Abnormal

Auskultasi bising
Terdengar setiap
usus, gunakan
5-10 detik, sekitar
diafragma stetoskop. 5-35 x/menit.
Memberikan
informasi
pergerakan cairan
dan udara.

Hipoaktif, sangat lemah dan


jarang (1 x/menit),
menunjukkan penurunanan
motilitas usus yang
berhubungan dengan ileus
paralitik.
Hiperaktif (setiap 3 detik)/
borborygmi. Menunjukkan
peningkatan motilitas
berhubungan dengan diare,
obstruksi usus awal,
penggunaan laksatif.
Ketiadaan bising usus (tidak
terdengar selama 3-5 menit)
menunjukkan penghentian
motilitas usus.

Asukultasi bunyi
vaskular,
menggunakan bel
stetoskop,
tempatkan pada
aorta, arteri renal,

Bruit terdengar keras di area


aorta, memungkinkan
aneurisma.
Bruit di area arteri renal atau
iliaka.

Tidak ada bruit.

PERKUSI
Pemeriksaan

Normal

Perkusi beberapa area


di tiap empat kuadran
untuk menentukan
bunyi timpani (gas
pada usus dan perut)
dan tumpul
(penurunan atau
ketiadaan resonan
karena massa dan
ciran). Gunakan pola
sistematis: dimulai
dari kuadran kanan
bawah, kanan atas, kiri
atas, dan kiri bawah.

Timpani pada seluruh


perut.
Tumpul terutama para
hati dan limpa atau
kandung kemih yang
penuh.

Abnormal
Bunyi tumpul yang
pada area yang luas,
berhubungan dengan
keberadaan cairan
atau tumor.

PALPASI
Pemeriksaan
Palpasi ringan, untuk
mendeteksi massa,
area spasme
muskular/ kekakuan,
dan area yang nyeri.
Palpasi dalam, untuk
menentukan ukuran
dan bentuk organ dan
massa abdomen.

Normal
Empuk(tenderness),
abdomen relax dan
halus, tegangan
konsisten.

Abnormal
Tenderness dan
hipersensitif.
Terdapat massa
dangkal.
Tegangan meningkat
pada area tertertu.

Pemeriksaan Laboratorium

Complete
blood count
Fungsi Bilier:
Bilirubin total,
Indirect, direct,
Amilase, lipase,
alkalin Pospat

Fungsi Hati :
AST, ALT

Elektrolit

Cancer
Marker
CEA

Fecal occult
blood test
(FOBT)
Darah Samar

Pemeriksaan Laboratorium

Spesimen Feses

Inspeksi warna, bentuk, bau, kandungan


feses (ambil sekitar 2,5 cm feses atau 2030 ml feses jika feses cair)

Fecal Occult Blood Test/Guaiac Test

Untuk mendeteksi adanya darah dalam


feses (skrining kanker kolorektal) dengan
reagen khusus untuk mendeteksi adanya
peroxidase

Darah Samar

Pemeriksaan Diagnostik

Uji Non Invasif

Uji Invasif

Foto Polos Abdomen


Tujuan
Memvisualisasikan bagian
anterior dan posterior
abdomen
Untuk mendeteksi
abnormalitas seperti tumor,
obstruksi, dan striktur

Implikasi
Keperawata
n

Klien yang akan menjalani


prosedur, menggunakan jubah/
gaun tanpa risleting, ikat
pinggang atau perhiasan
Ibu hamil tidak dianjurkan

Upper
Gastrointestinal
Series/Barium
swalow

Tujuan
Memvisualisasikan perjalanan
barium yang ditelan ke dalam
saluran gastrointestinal
Untuk mendeteksi striktur,
ulcer, tumor, polip, hiatal
hernia, dan gangguan
motilitas
Implikasi Keperawatan
Pastikan status NPO klien 6-8
jam sebelum prosedur
dilakukan
Klien dianjurkan tidak merokok
sebelum prosedur
Pemberian laxative dan
manajemen cairan bagi klien
setelah prosedur
Pengkajian abdomen dan

Lower Gastrointestinal
Series/Barium Enema
Tujuan
Visualisasi posisi, pergerakan, dan
pengisian kolon
Untuk mendeteksi tumor,
diverticula, stenosis, obstruksi,
inflamasi, ulcerative colitis, dan
polip
Implikasi keperawatan
Klien menjalani diet clear liquid 2
hari sebelum prosedur
NPO klien pada pagi hari saat
prosedur akan dilakukan
Pemberian laxative, larutan
pembersih lambung, dan enema
sore hari sebelum tes dilakukan
Bersihkan area rektum sebelum
prosedur lalu masukkan barium
melalui rektum
Monitor feses klien, berikan cairan
yang adekuat dan laxative setelah

Upper Endoscopy
Tujuan

Pemeriksaan endoskopi saluran


cerna bagian atas memungkinkan
lebih banyak visualisasi langsung
melalui slang serat optik berlampu
yang berisi lensa, forceps, dan kuas
untuk biopsi.
Implikasi keperawatan

Pasien diperintahkan untuk (NPO)


setelah tengah malam malam dan
sebelum pemeriksaan.
Pasien melepas semua perhiasan
atau benda logam lainnya sebelum
tes.

USG
Tujuan

Teknik ini menggunakan


gelombang suara frekuensi tinggi
untuk echo off organ tubuh, dan
menggambarkan organ

Implikasi keperawatan

Persiapan tergantung pada organ


yang akan divisualisasikan baik
termasuk persiapan NPO atau tidak

CT Scan

Tujuan
Visualisasi struktur abdomen 3
dimensi
Menunjukkan ada tidaknya
massa abnormal
Implikasi keperawatan
Status NPO klien 2-4 jam
sebelum prosedur dilakukan
Diet clear liquid pagi hari
sebelum tes dilakukan
Amati jika terdapat alergi oleh
penggunaan media kontras
klien

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Tujuan
Pemeriksaan noninvasif
menggunakan magnet dan
gelombang radio untuk
menghasilkan gambar dari
bagian dalam tubuh.
Implikasi keperawatan
NPO 4 sampai 6 jam sebelum
pemeriksaan.
Tidak ada benda-benda
logam, termasuk benda
logam pada pakaian,

Sigmiodoscopy
Tujuan

Untuk mendeteksi hemoroid,


ulcerasi, laserasi, tumor, polip,
fisura, dan abses pada sigmoid
colon, rektum, dan anus
Implikasi keperawatan

Klien menjalani diet clear liquid 24


jam sebelum prosedur
Pemberian laxative pada malam
hari sebelum prosedur
pemberian enema pada pagi hari
sebelum prosedur
Klien diposisikan dalam posisi left
lateral knee to chest selama
prosedur
Setelah prosedur, klien diistirahatkan
dalam posisi supine
Amati tanda-tanda perforasi pada
klien seperti perdarahan, nyeri, dan
demam

Colonoscopy
Tujuan
visualisasi usus besar dengan
menggunakan endoskop fleksibel
yang dimasukkan melalui rektum

Implikasi keperawatan
Klien menjalani diet clear liquid 24
jam sebelum tes dan NPO di
pertengahan malam sebelum
prosedur
Larutan pembersih lambung
diberikan pada malam hari sebelum
prosedur dilakukan
Pemberian sedasi pada klien
sebelum prosedur
Posisikan klien ke arah kiri dengan
menekuk lutut
Monitor tanda vital klien untuk
mengamati respon vasovagal yang
menimbulkan hipotensi dan
bradikardia
Beritahukan klien bahwa flatus dan
keram akan terjadi beberapa jam
setelah tes dan darah mungkin akan
keluar

1. Diagnosa Keperawatan
Konstipasi
Diare

Bowel Incontinence
Risiko gangguan kekurangan cairan
Risiko gangguan integritas kulit
Kurang pengetahuan

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Tujuan: memulihkan dan mempertahankan pola


eliminasi yang baik dan mencegah komplikasi
yang
dapat terjadi akibat gangguan eliminasi tersebut.
Modifikasi Gaya Hidup
1. Diet
2. Asupan cairan
3. Aktivitas/latihan
4. Tindakan Pencegahan

1. Diet

Makanan tinggi serat (konstipasi)


Makanan lunak, porsi sedikit tapi sering (diare)
Batasi makanan yang menghasilkam\n gas
(kol, buncis, bawang merah)

2. Asupan cairan
Intake: 2000-3000 cc perhari (sesuai toleransi)
Hindari: cairan yang terlalu hangat atau
terlalu dingin, kafein dan minuman
berkarbonasi

3. Aktivitas/latihan

Posisi terlentang : klien menguatkan otot abdomen


dengan menariknya kedalam menahannya selama 10
detik kemudian merelaksasikannya ini harus
sebanyak 5 sampai 10 kali atau tergantung pada
kesehatan klien.
Posisi terlentang : kontraksikan otot paha dan tahan
selama 10 detik, ulangi latihan 5-10 kali, 4 kali
sehari, ini membantu klien yang tirah baring
mendapatkan kekuatan otot paha, sehingga defekasi
normal.
Ajarkan teknik massage abdoment, valsalva
maneuver, napas dalam

4. Tindakan Pencegahan:

Management stres
Hindari kebiasaan minum alkohol dan merokok
Diskusikan kebiasaan defekasi
Modifikasi lingkungan
Jaga privasi klien
Ajarkan posisi BAB yang baik
Monitor integritas kulit
Monitor vital sign dan tanda-tanda dehidrasi

Kompres panas dan dingin jika nyeri

Cara meletakkan bedpan pada klien


immobilisasi

Digital Stimulation

Dilakukan pemecahan feses dengan jari.

Dilakukan setelah pemberian supositoria.

Supositoria merupakan sedian padat yang


berbentuk kerucut atau oval yang digunakan
dengan cara memasukkannya ke dalam rektum.
Umumnya supositoria melunak, meleleh, dan
melarut pada suhu tubuh. Jika feses menjadi
keras dan tersangkut di dalam rektum,

Penatalaksanaan Medis

Farmakologi
Surgery

Farmakologi

Analges
ik

Laksatif

Analgesik nonopioid: Obat Antiinflamasi


Nonsteroid (OAINS).

Untuk skala nyeri ringan sampai sedang.

Tidak menimbulkan ketergantungan atau toleransi fisik.

Menjalankan

fungsi

antiinflamasi

dan

mencegah

produksi

prostaglandin atau pelepasan serotonin.

Bekerja di bagian SST.

Efek samping dari OAINS ini berupa gangguan saluran


cerna, penglihatan kabur, gangguan fungsi ginjal dan
hati.

Contohnya : aspirin, Asetaminofen, Garam salisilat,


NSAID

Analgesik Opioid

Analgesic opioid digunakan untuk mengatasi nyeri skala sedang


hingga tinggi.

Analgesik opioid bekerja di system saraf pusat (otak dan medulla


spinalis).

Jenis obat golongan analgesic opioid yang paling sering digunakan


yaitu Morfin.

Opioid endogen mengikat pada reseptor

Ketika pada medula spinalis menghambat pelepasan neurotransmitter


nosiseptor.

Menurunkan efek serotonin dan norepinefrin.

Efek gangguan pencernaan, mual dan muntah, sedasi, dan


konstipasi.

Opioid

Konstipasi

Opioid dapat meningkatkan tonus otot polos dan


menurunkan motilitas dari saluran gastrointestinal.
Opioid juga menghilangkan kontraksi peristaltic
propulsive

pada

usus

halus

dan

besar,

dan

menghambat masuknya isi lambung ke dalam


duodenum.

Adjavu

Medikasi

yang

dikemabngakan

memiliki

kemampuan untuk meredakan nyeri.

Contohnya: antidepresan, antiansietas.

Antidepresan

jenis

trycyclic

antidepressant

(TCAs) seperti amitriptyline (Elavil).

Memblok serotonin dan epinefrin.

TCA dapat diberikan sebelum tidur.

Laksatif
Laksatif

yaitu

melunakan

dan

obat

pencahar

mencairkan

yang

feses.

dapat
Laksatif

dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami


nyeri abdomen, mual, kram, dan kolik yang tidak
terdiagnosis.

Klasifikasi

Contoh

Kerja

Bulk

Psyllium

Derivate

forming

hydrophilic

selulosa

polisida

dari Gunakan dengan 240 cc air.

bergabung Laporkan jika terjadi distensi

(pembentuk mucilloid

dengan

massa)

mengembangkan

(Metamucil)

Pendidikan pasien

cairan

usus abdomen

dan

flatus

yang

dan abnormal.

merangsang peristaltic.
Preparat

Magnesium

Mengubah

konsistensi Laksatif

magnesium

tidak

salin

hidroksida

feses dengan mendorong boleh digunakan pada pasien


air kedalam usus dengan insufisiensi ginjal. Tidak dapat
osmosis dan merangsang digunakan

untuk

jangka

peristaltic. Terjadi dalam panjang karena bersifat toksik.


2 jam.

Klasifikasi

Contoh

Kerja

Pendidikan Pasien

Lubrikan

Minyak

Hidrokarbon yang tidak dapat Tidak

mineral

di absorpsi melunakan feses dengan makanan karena minyak

digunakan

bersamaan

dengan melumasi mukosa. mineral dapat merusak absrospsi


Terjadi dalam 6-8 jam.

vitamin

dan

memperlambat

pengosongan lambung.

Stimulant

Bisakodil

Mengiritasi epithelium kolon Daoat

(Dulcolax) dengan
saraf

merangsang
sensorik

meningktakan

menyebabkan

ujung ketidakseimbangan elektrolit pada


dan lansia. Tablet harus ditelan tidak
sekresi dikunyah.

Hindari

susu

atau

mukosa. Kerja terjadi dalam antasida dalam 1 jam penggunaan


6-8 jam.

obat karena salut enteric dapat


larut sebelum waktunya.

Klasifikasi
Pelunak feses

Contoh
Dioktil

Kerja

sodium Melunakan

sulfosuksinat

memperlambat

(Colace).

pengeringan
memungkinkan

Pendidikan Pasien
dan Dapat
dengan

aman

feses; pasien

oleh

gangguan

air fungsi jantung atau

memasuki feses

Preparat osmotic.

digunakan

anoreksia).

Pollietilenglikon dan Membersihkan kolon Memerlukan

waktu

elektrolit (Colyte)

untuk

dengan

cepat

dan yang

menimbulkan diare.

lama

menggunakan dengan
aman karena preparat
ini produk volume
besar.
kembung
terjadi.

Mual

dan
dapat

Enema

Enema adalah suatu larutan yang dimasukan melalui rectum


dan anus hingga ke usus besar. Enema bekerja untuk mendistensi
usus dan kadang untuk mengiritasi mukosa usus sehingga
meningkatkan peristaltic dan eksresi feses dan flatus.

Enema Pembersih
Enema pembersih digunakan untuk mengeluarkan feses
selama pembedahan, sebelum pemeriksaan diagnostic dan
keadaan konstipasi atau impaksi. Volume maksimum yang
dianjurkan adalah (1) Bayi 150 - 250 ml, (2) Toddler 250 350 ml,
(3) Anak usia sekolah 300 500 ml, (4) Remaja 500 750 ml, (5)
Dewasa 750 1000 ml.

Enema lainnya
Enema
karminatif
Diberikan
terutama untuk
mengeluarkan
flatus.

Enema retensi
Memasukan
minyak
atau
obat kedalam
reklum
dan
kolon sigmoid.
Melembutkan
feses
dan
melubrikasi
rectum
serta
saluran
anus
sehingga
memungkinkan
pengeluaran
feses.

Enema Aliran
Balik
Digunakan
cairan 100-200
ml yang
dimasukan
melalui rectum
dan kolon
sigmoid
sehingga
menstimulasi
peristaltic.
Proses ini
diulang
sebanyak 5-6
kali sampai
flatus

Diare (pengobatan penyakit dasar)


Sumber infeksi
Cacing/Helmintias
is dengan
oksamnikium,
metrifonat,
prazikuantel atau
niridazol.
Parasit (protozoa)
dengan
metronidazole

Pengembalian
cairan elektrolit
Oralit
BB x 25-35 ml
Sodium 2-3
meq/100ml
H2O/hari
Pottasium 1-2
meq/100ml/hari

Invasive
Anoma
ly
sfingte
r

Stoma
Sphincteropl
asty

Sementara

Atrifical
bowel
sphincter

Permanen

Ileostomy

Open, Transparent bag

Perbedaan types of
ileostomies
Permanent ileostomy
end ileostomy
Temporary ileostomies
end ileostomy
loop ileostomy

Colostomy

Closed-end bag

Open-end bag

Perbedaan types of colostomies


Permanent
colostomies
sigmoid colostomy

Temporary colostomies
sigmoid colostomy a.m. Hartmann
loop transverse colostomy
divided transverse colostomy

Perawatan Stoma

Menilai stoma, kaji


warna Warna normal
adalah pink / merah.
Stoma berwarna ungu mengindikasikan
penurunan sirkulasi ke stoma dan membutuhkan
perhatian segera.
Periksa area sekitar stoma untuk kerusakan kulit,
lesi atau iritasi.
Catatan warna, bau, jumlah, dan konsistensi
feses yg diekskresikan melalui ostomy.
Rekam lokasi stoma dalam catatan perawat
Anda

Thank You
dinawa

Anda mungkin juga menyukai