diberikan imunisasi lagi agar antibodi yang turun itu bisa naik kembali. Itulah
mengapa, imunisasi ulangan sangat penting. Kalau tidak, Antibodi dalam
tubuh akan habis atau berkurang, sehingga kemungkinan anak terserang
penyakit akan lebih besar.
Sesuai jadwal
Tubuh memiliki ambang pencegahan terhadap serangan penyakit.
Kadar antibodi bisa dilihat atau diukur lewat pemeriksaan darah. Misalnya,
DPT, diukur berapa titer antibodi difteri, pertusis, dan tetanusnya. Seorang
anak bisa tak terkena ketiga penyakit ini jika antibodinya lebih dari ambang
pencegahan. Antibodi ini harus dikejar lewat pemberian imunisasi.
Tentu saja pemberian imunisasi sebaiknya dilakukan sesuai jadwal.
Biasanya dokter akan memberikan jadwal imunisasi. "Jadwal itu bukan asal
ditentukan, tapi memang dilihat dari perjalanan penyakit." Jadi, kalau
pemberiannya terlambat, hasilnya pun tak akan maksimal sehingga anak
tetap beresiko kena penyakit. Namun begitu, bukan berarti imunisasi lantas
tak perlu diberikan karena sudah kadung terlambat. "Bagaimanapun
telatnya, anak tetap harus diberikan imunisasi.
Kendati hasilnya tak maksimal, paling tidak, dengan imunisasi ulangan
tersebut, antibodinya tak terlalu rendah, segera bawa anak ke dokter bila
imunisasinya terlambat. Dokter pun akan membuatkan jadwal ulang agar
bisa secepatnya menyelesaikan jadwal imunisasi tersebut, dengan
persetujuan orang tua. Tapi harus ditaati!
tak perlu diulang karena antibodi yang diperoleh tinggi terus, tak pernah
turun seumur hidup. Demikian pula vaksin hepatitis B, bisa bertahan lama,
Khusus hepatitis B, yang penting sebetulnya mencegah penularan dari ibu ke
anak. Usia produktif wanita untuk memiliki anak biasanya, berkisar pada usia
20 sampai 35 tahun. Usia produktif ini harus dilindungi, yaitu dengan
pemberian vaksin hepatitis B. Meskipun cuma diberikan sekali ketika si anak
perempuan berusia bayi, namun sudah cukup untuk melindunginya sampai
usia produktif nanti.
Sementara vaksin yang diulang, yaitu DPT, dilakukan setahun setelah
DPT 3 karena setelah setahun, antibodinya akan turun. "Jadi, harus digenjot
lagi agar antibodinya bisa naik kembali." DPT memang sangat penting
karena antibodi yang dihasilkan tak bertahan lama. Demikian pula
polio, diulang setahun setelah polio 3 karena antibodinya akan turun setelah
setahun. Sedangkan campak diulang pada saat anak berusia 15-24 bulan.
Pengulangan dilakukan lewat imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella),
karena selain untuk mencegah campak (measles), juga mencegah
gondongan (mumps) dan rubella.
Pengulangan vaksin MMR sangat penting agar ibu hamil terhindar dari
serangan rubella. Pasalnya, serangan rubella selagi hamil bisa menyebabkan
bayi lahir cacat. Misalnya, tubuh kecil, kelainan jantung, buta, tuli atau cacat
lainnya sejak lahir. Bukan berarti vaksin rubella hanya penting bagi anak
perempuan saja, Anak lelaki juga penting karena dia akan menjadi calon
bapak. Bisa saja, calon bapak ini menjadi carrier atau pembawa penyakit.
Dia tentu akan menularkan kepada anaknya.
Sementara gondongan (mumps), virusnya bisa masuk ke alat-alat
reproduksi, baik testis maupun ovum anak. "Bila anak sampai mengalami
infeksi akibat virus gondongan, ia bisa mandul kelak.
Masyarakat seringkali sangat khawatir akan efek samping imunisasi
seperti pegal-pegal dan demam daripada penyakitnya sendiri dan
merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini
tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, dan akan
sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu diragukan
bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan, dan imunisasi
tidak perlu diulang.
Polio: Jarang timbuk efek samping.
Campak: Anak mungkin panas, kadang disertai kemerahan 410 hari
sesudah penyuntikan.
Hepatitis B: Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.
Pencegahan
Pencegahan paling efektif terhadap TBC adalah dengan imunisasi
(vaksinasi) BCG (Bacille Calmette-Guerin). Vaksin BCG dibuat dari baksil TBC
(Mycobacterium Bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium
buatan selama bertahun-tahun. Vaksin BCG dapat mencegah penularan
bakteri TBC selama 15 tahun.
2. Hepatitis B
Penyakit hepatitis B disebabkan virus hepatitis B (VHB), anggota
family Hepadnavirus. Virus hepatitis B menyebabkan peradangan hati akut
atau menahun, yang pada sebagian kasus berlanjut menjadi sirosis hati atau
Pencegahan
Penularan virus hepatitis B dicegah dengan memelihara gaya hidup
bersih sehat, misalnya menghindari narkotika, tato, tintik badan, hubungan
homoseksual, hubungan seks multi partner. Selain itu, pencegahan paling
efektif terhadap hepatitis B adalah dengan imunisasi (vaksinasi) hepatitis B.
Imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu bulan pertama, dua bulan dan
enam bulan kemudian. Imunisasi hepatitis B dianjurkan bagi setiap orang
dari semua golongan umur. Kelompok yang paling membutuhkan imunisasi
hepatitis B yaitu bayi baru lahir, orang lanjut usia, petugas kesehatan,
penderita penyakit kronis (seperti gagal ginjal, diabetes, jantung koroner),
pasangan yang hendak menikah, wanita pra kehamilan
Difteri
Penyakit difteri disebabkan bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Difteri
mudah menular, menyerang terutama saluran napas bagian atas, dengan
gejala demam tinggi, pembengkakan amandel (tonsil) dan terlihat selaput
putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan
napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung, berakibat gagal jantung.
Penularan bakteri difteri umumnya melalui udara (batuk/bersin). Selain itu,
bakteri difteri dapat menular melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.
Pencegahan difteri paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan
dengan tetanus dan pertusis (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi
berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Pemberian imunisasi
DPT akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan
tetanus. Efek samping imunisasi DPT yang mungkin timbul adalah demam,
nyeri dan bengkak pada permukaan kulit. Cara mengatasinya cukup
diberikan obat penurun panas.
Pertusis
Penyakit pertusis atau batuk rejan atau Batuk Seratus Hari disebabkan
bakteri Bordetella Pertussis. Gejala pertusis khas yaitu batuk terus menerus,
sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadangkadang bercampur darah. Batuk pertusis diakhiri tarikan napas panjang dan
dalam dan berbunyi melengking.
Penularan bakteri pertusis umumnya melalui udara (batuk/bersin). Bakteri
pertusis juga dapat menular melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi. Pencegahan pertusis paling efektif adalah dengan imunisasi
bersamaan dengan tetanus dan difteri (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak
bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.
Tetanus
Penyakit tetanus berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan
otot. Gejala tetanus diawali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang
mulut), pembengkakan, rasa sakit dan kejang di otot leher, bahu atau
punggung. Kejang-kejang segera merambat ke otot perut, lengan atas dan
paha.
Neonatal tetanus umum terjadi pada bayi baru lahir. Neonatal tetanus
menyerang bayi baru lahir karena dilahirkan di tempat kotor dan tidak steril,
terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus menyebabkan kematian
bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Di negara-negara maju,
dimana kebersihan dan teknik melahirkan sudah maju, tingkat kematian
akibat neonatal tetanus dapat ditekan. Selain itu, antibodi dari ibu kepada
jabang bayinya juga mencegah neonatal tetanus.
Infeksi tetanus disebabkan bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi
toksin tetanospasmin. Tetanospasmin menempel di area sekitar luka dan
dibawa darah ke sistem saraf otak dan saraf tulang belakang, sehingga
terjadi gangguan urat saraf, terutama saraf yang mengirim pesan ke otot.
Infeksi tetanus terjadi karena luka terpotong, terbakar, maupun frostbite.
Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana.
Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi
tempat bakteri tetanus berkembang biak.
Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala mulai
timbul di hari ketujuh. Gejala neonatal tetanus mulai pada dua minggu
pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus berbahaya, jika cepat
4. Poliomielitis (Polio)
Poliomielitis (polio) adalah penyakit paralisis (lumpuh) yang disebabkan virus
polio. Virus penyebab polio, poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut,
menginfeksi saluran usus. Virus polio dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat, menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralisis).
Etimologi
Kata polio berasal dari bahasa Yunani atau bentuknya yang lebih mutakhir,
dari "abu-abu" dan "bercak".
Sejarah
Polio sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil
Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu berjalan
dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanakkanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
masuk waktu itu digunakan untuk membiayai penelitian dokter Jonas Salk
yang menghasilkan vaksin efektif polio pertama. Tahun 1952, di Amerika
terdapat 58 ribu kasus polio. Tahun 1955 vaksin polio Salk mulai digunakan.
Tahun 1963, setelah puluhan juta anak divaksin polio, di Amerika hanya ada
396 kasus polio.
Pada tahun 1955, Presiden Dwight Eisenhower mengumumkan bahwa
Amerika akan mengajarkan kepada negara-negara lain cara membuat vaksin
polio. Informasi ini diberikan secara gratis kepada 75 negara, termasuk Uni
Soviet.
Tahun 1988, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mensahkan resolusi
untuk menghapus polio sebelum tahun 2000. Pada saat itu masih terdapat
sekitar 350 ribu kasus polio di seluruh dunia. Meskipun pada tahun 2000
polio belum terbasmi, tetapi jumlah kasusnya telah berkurang hingga di
bawah 500. Polio tidak ada lagi di Asia Timur, Amerika Latin, Timur Tengah
atau Eropa, tetapi masih terdapat di Nigeria, dan sejumlah kecil di India dan
Pakistan. India telah melakukan usaha pemberantasan polio yang cukup
sukses. Sedangkan di Nigeria, penyakit polio masih terus berjangkit karena
pemerintah Nigeria mencurigai vaksin polio dapat mengurangi fertilitas dan
menyebarkan HIV. Tahun 2004, pemerintah Nigeria meminta WHO
melakukan vaksinasi polio lagi, setelah penyakit polio kembali menyebar ke
seluruh Nigeria dan 10 negara tetangganya. Konflik internal dan perang
saudara di Sudan dan Pantai Gading juga mempersulit pemberian vaksin
polio.
Meskipun banyak usaha telah dilakukan, pada tahun 2004 angka infeksi polio
meningkat menjadi 1.185 di 17 negara dari 784 di 15 negara pada tahun
2003. Sebagian penderita polio berada di Asia dan 1.037 ada di Afrika.
Nigeria memiliki 763 penderita polio, India 129, dan Sudan 112.
5. Campak
Penyakit campak (Rubeola, Campak 9 hari, Measles) sangat
menular, ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput
ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit campak disebabkan infeksi
virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan virus campak terjadi karena menghirup percikan ludah penderita
campak. Penderita campak bisa menularkan virus campak dalam waktu 2-4
hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan meluas, wabah campak terjadi setiap
2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika
seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal
terhadap campak.
Penyebab
Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah
menular (infeksius) sejak awal masa prodromal, yaitu kisaran 4 hari pertama
sejak munculnya ruam. Campak disebabkan paramiksovirus (virus campak).
Penularan virus campak terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut
maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi
adalah 10-14 hari sebelum gejala campak muncul.
Diagnosa
Diagnosis campak ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit khas.
Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan: pemeriksaan darah,
pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan IgM anti campak.
Pemeriksaan komplikasi campak:
Enteritis
Ensephalopati
Bronkopneumoni
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah
baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Selain itu, penderita campak
juga disarankan istirahat minimal 10 hari dan makan makanan bergizi agar
kekebalan tubuh meningkat.
Pencegahan
Vaksin campak merupakan bagian imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin
campak biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan
campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada
otot paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam
bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua
diberikan pada usia 4-6 tahun.
Semakin tinggi usia penderita mumps, gejala yang dirasakan semakin hebat.
Kebanyakan orang menderita penyakit mumps hanya sekali seumur hidup.
Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan
dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang
penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi mumps
terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan campak dan
rubella (vaksinasi MMR). Pemberian imunisasi MMR akan memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit mumps, campak dan rubella.
Measles (campak)
Penyakit measles (campak) disebabkan virus campak. Gejala campak yaitu
demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada
kulit berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka, leher, dan selaput
lendir mulut. Saat penyakit campak memuncak, suhu tubuh bisa mencapai
40oC.
Pencegahan campak paling efektif adalah dengan imunisasi
campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan. Campak
juga dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai
bagian vaksinasi MMR. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi campak
terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan mumps dan
rubella (vaksinasi MMR). Imunisasi MMR diberikan sebanyak 2 kali dengan
selang penyuntikan 1-2 bulan.
Rubella (campak Jerman)
Penyakit rubella disebabkan virus rubella. Rubella mengakibatkan ruam pada
kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak.
Ruam rubella biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejala rubella berupa
sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa lemas. Biasanya rubella
diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau dewasa. Bila bayi baru
lahir atau anak balita terinfeksi rubella, bisa mengakibatkan kebutaan. Bila
wanita hamil terinfeksi rubella, dapat mempengaruhi pertumbuhan janin.
Bayi umumnya lahir dengan cacat fisik (buta tuli) dan keterbelakangan
mental.
Pencegahan rubella paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan
dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang
penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi rubella
terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan campak dan
mumps (vaksinasi MMR).
3. Typhus
Typhus atau demam tifoid atau typhoid disebabkan bakteri Salmonella
Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi. Bakteri typhus
ditemukan di seluruh dunia, dan ditularkan melalui makanan dan minuman
yang telah tercemar tinja penderita typhus. Bakteri typhus juga ditularkan
melalui gigitan kutu yang membawa bakteri penyebab typhus.
Gejala
Setelah infeksi typhus terjadi, akan muncul satu atau beberapa gejala
berikut ini:
demam tinggi dari 39o sampai 40oC (103o sampai 104oF) yang
meningkat secara perlahan
tubuh menggigil
sakit kepala
konstipasi
sakit perut
Perawatan
Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-sulfamethoxazole,
dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat typhus di negara-negara
barat.
Bila tak terawat, typhus dapat berlangsung selama tiga minggu sampai
sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus typhus yang tidak
terawat. Vaksin typhus dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan
ke wilayah typhus biasanya berjangkit (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin).
Pencegahan
4. Hepatitis A
Penyakit hepatitis A disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan melalui
makanan dan minuman yang telah tercemar kotoran/tinja penderita hepatitis
A (fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual atau kontak darah. Hepatitis A
paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Hepatitis B dan C
disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual, dan lebih berbahaya
dibanding hepatitis A.
Masa Inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit hepatitis A kira-kira 2 sampai 6
minggu. Penderita hepatitis A akan mengalami gejala-gejala seperti demam,
lemah, letih, dan lesu. Pada beberapa kasus hepatitis A, terjadi muntahmuntah terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas.
Demam hepatitis A adalah demam terus menerus, tidak seperti demam
lainnya yaitu pada demam berdarah, TBC, Typhus, dll.
Gejala
Seringkali tidak ada gejala hepatitis A bagi anak kecil; demam tiba-tiba,
hilang nafsu makan, mual, muntah, penyakit kuning (kulit dan mata menjadi
kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat. Hepatitis A dapat dibagi
menjadi 3 stadium: (1) pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu,
demam, kehilangan selera makan dan mual; (2) stadium dengan gejala
kuning (stadium ikterik); dan (3) stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala
kuning tidak selalu ditemukan. Untuk memastikan diagnosis hepatitis A,
dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada hepatitis A juga
bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali
fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.
Masa pengasingan yang disarankan
Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit
kuning muncul. Pasien hepatitis A disarankan menjaga kebersihan.
Pencegahan
Penularan virus hepatitis A dicegah dengan menjaga kebersihan perorangan
seperti mencuci tangan dengan teliti; orang yang dekat dengan penderita
mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa
dilakukan dalam bentuk vaksin hepatitis A sendiri (Havrix) atau bentuk
kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A
dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12
bulan kemudian, sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu
dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan
bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka
yang sering jajan di luar rumah.
Varicella
Cacar air atau Varicella simplex disebabkan virus varicella zoster. Virus
varicella ditularkan secara aerogen.
Masa Inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit varicella (cacar air) adalah 2 sampai
3 pekan. Varicella bisa ditandai dengan badan terasa panas.
Gejala
Pada mulanya, penderita varicella akan merasa sedikit demam, pilek, cepat
lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus
varicella yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan
pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan kecil pada
kulit,pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung, lalu
diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan varicella pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan
dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal
sehingga dapat tergaruk secara tak sengaja. Jika lenting varicella dibiarkan,
maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya
akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap
(hiperpigmentasi). Bercakvaricella ini lama-kelamaan akan pudar sehingga
beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting varicella (cacar air) tersebut dipecahkan. Krusta akan
segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. Kondisi
ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. Setelah
mengering, bekas cacar air tadi akan meninggalkan bekas dalam. Terlebih
lagi jika penderita varicella adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar
air akan lebih sulit menghilang.
sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan
salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan
yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari. Larutan "PK" sebanyak 1% yang
dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan
bekas luka yang ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral
untuk menetralisir ginjal setelah mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin
C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice
jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa
didapat dari plasebo, minuman lidah buaya, ataupun rumput laut.
Penggunaan lotion yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah
benar-benar sembuh diperlukan untuk menghindari iritasi lebih lanjut.
6-12 bulan: diberikan dasar 2 kali, dan booster pada usia 1215
bulan.
Prevenar atau PCV7, berisi 7 serotype (4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F,
23F). Vaksin IPD ini aman diberikan sejak bayi berusia 2 bulan.
Harganya relatif mahal.
Pemberian imunisasi IPD tidak menghapus jadwal imunisasi lain. (seperti HiB,
tetap seperti jadwalnya).