A. PENDAHULUAN
Beban kerja merupakan konsekuensi dari kegiatan yang diberikan kepada pekerja.
Aktivitas pekerja pada dasarnya dapat dibedakan antara aktivitas fisik dan aktivitas
mental. Dalam prakteknya beban kerja yang dijumpai merupakan kombinasi antara
beban kerja fisik dan beban keja mental. Menurut Henry R.Jex (1988), beban kerja
mental merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas
maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi.
Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran
secara objektif dapat dilakukan dengan beberapa anggota tubuh antara lain kedipan
mata, flicker test dan pengukuran asam saliva. Sedangkan untuk pengukuran subjektif
dapat dilakukan dengan menggunakan metode NASA-TLX, Subjective Workload
Assessment Technique (SWAT), Harper Qoorper Rating (HQR), dan Task Difficulty
Scale. Pengukuran beban kerja mental secara subjektif merupakan teknik pengukuran
yang paling banyak digunakan karena mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan
bersifat langsung dibandingkan dengan pengukuran lain.
Tujuan Praktikum
a. Mampu menghitung secara subjektif beban kerja mental operator.
b. Mampu mengintrepetasikan dan menganalisa skor perhitungan performansi beban
kerja mental pada pekerjaan tertentu.
c. Mampu menghitung performansi beban kerja operator dengan menggunakan metode
NASA-TLX.
d. Mampu memberikan bobot dan rating dari beban kerja mental yang pada pekerjaan
tertentu
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 1
Output :
1. Hasil kuisioner NASA-TLX
2. Score NASA-TLX
3. Kategori beban kerja mental pada suatu pekerjaan
4. Rekomendasi beban kerja
C. LANDASAN TEORI
1.
Beban Kerja
Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang
untuk memenuhi permintaan dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah
kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun
mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas
operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu.Menurut
Herrianto (2010) beban kerja adalah jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh
seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan
normal.
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP/75/M.PAN/7/2004, beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan
atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu
dalam 1.1
keadaan
normal
Gambar
Perincian
Bagian Tubuh Nordic Body Map (Sumber : Kroemer, 2
Untuk mencapai beban kerja normal dalam arti volume pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan kerja cukup sulit, sehingga selalu terjadi ketidakseimbangan
meskipun penyimpangannnya kecil. Beban kerja terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
1) Beban kerja diatas normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan lebih besar dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan melebihi
kemampuan pekerjaan;
2) Beban kerja normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan sama dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan sama dengan
kemampuan pekerja;
3) Beban kerja dibawah
normal
artinya
waktu
yang digunakan
untuk
menyelesaikan pekerjaan lebih kecil dari jam kerja tersedia atau volume
pekerjaan lebih rendah dari kemampuan pekerjaan.
a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;
1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat
dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas yang bersifat
psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab
pekerjaan.
2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja
malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan
wewenang.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan
kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis
b. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari
reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin,
umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi,
persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
Pengukuran Waktu
Secara Tidak
Langsung
Objektif
1. Selang Kedipan Mata
2. Flicker Test
3. Pengukuran kadar asam saliva
Beban Kerja
Pengukuran Mental
Subjektif
1. SWAT
2. NASA TLX
3. RSME
4.Modified Cooper Harper Scaling
5. Multidescriptor Scal
Pengukuran Fisik
1. Konsumsi Oksigen
2. Denyut Jantung
3. Kalori
kapasitas
maksimum
beban
mental
Gejala fisik
Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku leher
belakang sampai punggung, napsu makan menurun dan lain-lain.
b.
Gejala mental
Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah tersinggung,
gelisah, dan putus asa.
c.
Beban kerja mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas kerja
pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban berlebih maupun
beban kerja yang terlalu ringan.
2.
Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di
luar pekerjaan.
3.
4.
Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu dengan
yang lain.
5.
2.
Flicker test
Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia, melalui
perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai flicker ini umumnya sangat
dipengaruhi oleh berat/ringannya pekerjaan, khususnya yang berhubungan dengan
kerja mata.
2.
3.
4.
Multidescriptor Scale
5.
2.
3.
Memilih bagian faktor beban kerja yang signifikan untuk tugas-tugas yang spesifik.
4.
Menentukan
kesalahan
subjektif
yang
diperhitungkan
berpengaruh
dalam
2.
3.
memberikan hasil yang cukup baik adalah NASA-TLX dan SWAT (Hancock dan
Meshkati, 1988).
Metode NASA-TLX
A. Definisi NASA-TLX
Metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load
Index) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis beban kerja mental yang
dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan berbagai aktivitas dalam pekerjaannya.
Metode ini di kembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center
dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981
berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang terdiri dari skala sembilan
faktor (Kesulitan tugas, tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik, usaha mental,
performansi, frustasi, stress dan kelelahan). Dari sembilan faktor ini disederhanakan lagi
menjadi 6 yaitu Kebutuhan Mental demand
(MD), Physical demand (PD), Temporal demand
(TD), Performance (P), Frustation level (FR).
Perlu digarisbawahi bahwa yang
secara subyektif.
TLX
dibagi
menjadi
dua
tahap,
yaitu
B. Indikator NASA-TLX
Dalam melakukan pengukuran NASA-TLX terdapat 6 indikator yang harus
diperhatikan (Hancock dan Meshkati, 1988), yaitu:
Tabel 4.1 Indikator NASA-TLX
SKALA
MENTAL
DEMAND (MD)
RATING
Rendah, Tinggi
KETERANGAN
PHYSICAL
RATING
Rendah, Tinggi
KETERANGAN
DEMAND (PD)
mengontrol putaran).
TEMPORAL
Rendah, Tinggi
DEMAND (TD)
Sempurna
FRUSTATION
Rendah, Tinggi
LEVEL (FR)
Rendah, Tinggi
Pembobotan
Pada bagian ini responden diminta untuk memilih salah satu dari dua indikator yang
dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut.
Kuesioner NASA-TLX yang diberikan berupa perbandingan berpasangan. Dari
kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling
berpengaruh. Jumlah tally menjadi bobot untuk tiap indikator beban mental. Berikut
tabel perbandingan indikator NASA TLX:
PD
TD
OP
EF
FR
MD
PD
TD
OP
EF
FR
2.
Pemberian Rating
Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator beban
mental. Rating yang diberikan adalah subyektif tergantung pada beban mental yang
dirasakan oleh responden tersebut. Untuk mendapatkan skor beban mental NASA-TLX,
bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi
dengan 15 (jumlah perbandingan berpasangan). Berikut skala rating dari NASA TLX:
deskriptor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD,
CE, FR, EF):
Produk = rating x bobot factor
4.
5.
6.
Interpretasi Skor
Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam teori NASA-TLX, skor
Nilai
Kerja
Rendah
0-9
Sedang
10 - 29
Agak Tinggi
30 - 49
Tinggi
50 - 79
Sangat Tinggi
80 - 100
Output yang dihasilkan dari pengukuran dengan NASA-TLX ini berupa tingkat
beban kerja mental yang dialami oleh pekerja.
Hasil pengukuran dapat menjadi pertimbangan manajemen untuk melakukan
rekomendasi, misalnya dengan mengurangi beban kerja untuk pekerjaan yang
memiliki skor di atas 80, kemudian mengalokasikannya pada pekerjaan yang memiliki
beban kerja di bawah 50 atau langkah-langkah yang lainnya.
PD
TD
OP
EF
MD
PD
PD
EF
PD
T
D
TD
TD
OP
OP
EF
Indikator
Total
MD
PD
TD
OP
EF
FR
15
Supir Taksi
15
Supir Travel
15
Supir angkutan
Umum
Indikator
MD
PD
TD
OP
EF
FR
70
90
40
40
80
Supir Taksi
60
70
80
50
70
70
Supir Travel
70
90
60
40
80
60
Supir angkutan
Umum
3. Nilai Produk
Nilai Produk diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor. Dengan
demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, P, EF, FR) pada
masing-masing tipe soal, hasilnya pada Tabel 4.7. sebagai berikut:
Tabel 4.7. Total Nilai Produk
Objek
Indikator
MD
PD
TD
OP
EF
FR
70
360
160
120
240
Supir Taksi
120
140
320
50
210
210
Supir Travel
140
270
120
160
240
Supir angkutan
Umum
Indikator
Total
MD
PD
TD
OP
EF
FR
70
360
160
120
240
950
Supir Taksi
120
140
320
50
210
210
1050
Supir Travel
140
270
120
160
240
930
Supir angkutan
Umum
4. Rata-rata WWL
Rata-rata Weighted Workload diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot
total yaitu 15, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. sebagai berikut:
Tabel 4.9. Perhitungan Rata-rata Weighted Workload
Objek
Indikator
Total
MD
PD
TD
OP
EF
FR
4,67
24
10,67
16
63,3
Supir Taksi
9,33
21,33
3,33
14
14
70
Supir Travel
9,33
18
10,67
16
62
Supir angkutan
Umum
Nilai Beban
Kategori
Kerja
63,33
Tinggi
Supir Taksi
70
Tinggi
Supir Travel
62
Tinggi
Supir angkutan
Umum
7. Analisi Hasil
7.1 Beban Kerja mental supir angkutan umum
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan dengan menggunakan
metode NAS-TLX, beban kerja mental pada operator 1 yang bekerja sebagai supir
angkutan umum sebesar 63,33. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja yang dialami
oleh operator 1 berada pada 50-79 yang artinya beban kerja tinggi. Faktor dominan yang
diakibatkan dari beban kerja yang tinggi pada operator 1 adalah faktor kekuatan fisik,
dimana dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa salah satu aktivitas yang membuat
operator 1 terbebani adalah dalam hal kebutuhan fisik (PD) dimana operator 1 yang
berusia > 40 tahun dituntut untuk bekerja sebagai supir angkutan umum yang berkeliling
kota mencari penumpang dari pagi hingga sore hari sehingga membutuhkan energi yang
banyak dalam melakukan pekerjaannya.
Latihan Soal
Pada kasus ini pengukuran beban kerja mental dilakukan pada perawat poliklinik bedah,
mata, fisioterapi, internist dan neurologi sebanyak 8 responden (Hidayat dkk, 2013). Telah
diketahui pembobotan dari rekapitulasi pada jumlah tally kuisioner yang disebarkan
mendapatkan hasil pada Tabel 4.11 dan pemberian rating juga diketahui pada Tabel 4.12
Maka berapakah interprestasi skor dari tiap pekerjaan ?
Pengambilan data
1. Responden kerja
2. Pengisian Kuesioner NASA-TLX
3. Pemberian rating
Data yang
dibutuhkan
terkumpul
Pengolahan Data
Analisis Data
No
Pengambilan
Keputusan
Konsultasi kepada
asisten
pembimbing
ACC Asisten
Yes
Pengumpulan
Laporan
Formasi
Pegawai
Negeri
Sipil
(Kep.
Men.PAN
Nomor
KEP/75/M.PAN/7/2004). Jakarta.
Manuaba. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Surabaya : Guna Widya
Purnomo, H. 2014. Metode Pengukuran Kerja. Yogyakarta : Sigma
Prihatini, 2007, Analisis Hubungan baban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap
Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang, Medan.
Tarwaka, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas
,Penerbit UNIBA Press, Universitas Islam Surakarta
Widyanti, A., Johnson, A. & Waard, D.d., 2010, Pengukuran Beban Kerja Mental Dalam
Searching Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort (RSME), JTI Undip,
1(V).