Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

PENGERTIAN TANAH
Tanah adalah gejala alam permukaan daratan, membentuk suatu mintakat (zone yang
disebut pedosfer, tersusun atas massa galir (loose) berupa pecahan dan lapukan batuan (rock)
bercampur dengan bahan organik. Berlainan dengan mineral, tumbuhan dan hewan, tanah
bukan suatu ujud tedas (distinct). Di dalam pedosfer terjadi tumpang-tindih (everlap) dan
salingtindak (interaction) antar litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer.

KOMPONEN TANAH
4 komponen penyusun tanah :
(1) Bahan Padatan berupa bahan mineral
(2) Bahan Padatan berupa bahan organik
(3) Air
(4) Udara
Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan 5% bahan
organik), 25% air dan 25% udara.

PROSES PEMBENTUKAN TANAH


Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik
maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah
komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi
sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.

Proses pelapukan terus berlangsung sehingga akhirnya bahan induk tanah berubah
menjadi tanah. Proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah, sehingga faktor yang
mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah

BAB II
PEMBAHASAN

TANAH

SEBAGAI

HASIL DARI

PROSES

PELAPUKAN

BATUAN ATAU

REGOLITH
Kebanyak orang-orang teknik geologi, ilmuwan, dan oceanografer menunjukan
bahwa tanah utama hasil dari proses pelapukan batuan atau regolith. Pada konsep ini tanah
termasuk dari batuan lepas atau batuan yang tidak terkonsolidasi dan bahan mineral di
permukaan bumi, dan dari planet lain juga bagian yang berhubungan dengan angkasa.
Sedimen dari berbagai tipe termasuk contohnya sedimen dari es atau es yang meleleh,
contohnya glacial tile; berasal dari air, contohnya sedimen aluvial dari berbagai tipe; atau
dari angin contohnya loess, atau bukit pasir. Deep Saprolit-pelapukan atau akar batuandibeberapa tempat dibumi ini meimiliki ketabalan 10 meter, dan juga termasuk sedimen yang
tidak terkonsolidasi dilantai dari tubuh dalam air.

REGOLITH
Regolith adalah bagian atas tanah dimulai dari bagian atas batu-batuan yang telah
mengalami pelapukan hingga batuan induknya yang praktis belum mengalami pelapukan.
Bagian ini tebalnya hanya beberapa cm saja ataupun beberapa meter saja. Bagian atas
regolith pada hakikatnya baru masih merupakan bahan induk tanah, dan tanah dibangun
daripadanya oleh mikro dan makroflora yaitu mikro dan makrofauna yang dilanjutkan oleh
tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi.

Regolith mempunyai tiga horison :yaitu horison A, Horison B, dan Horison C


a. Horison A,
Yang dimaksud Horison A yaitu bagian atas dari regolith yang berpenghuni mikro dan
makroflora.mikro dan makrofauna banyak mengandung sisa-sisa tubuhnya serta sisa-sisa
tanaman, mengandung humus, berwarna kelam muda sampai tua. Horison A inilah yang

merupakan yang sebenarnya yang dapat dimanfaatkan bagi tanaman pangan (penghasil zat
karbohidrat, lemak dan Protein)

b. Horison B
Air hujan umumnya melakukan pencucian bagian-bagian yang halus yang terdapat pada
Horison A, yang selanjutnya mengalir kebawah dan mengendap pada suatu lapisan yang
disebut Horison B. Lapisan ini tebalnya sekitar 1 m sampai 2 m, umunya banyak menyerap
air, tidak mengandung bahan organis, tetapi banyak mengandung zat mineral karena
terendapkan air kebawah.

c. Horison C
Batu induk terletak dibagian bawah horison A dan B. Antara Horison B dan batu induk
terdapat suatu lapisan yang terbentuk karena pelapukan-pelapukan batu induk. Lapisan ini
selain banyak mengandung batu-batuan (ukuran besar hingga kecil) yang permukaan
tengahnya juga melapuk, juga zat-zat mineral. Lapisan ini tidak mengandung bahan organis.

Horison A,B dan C sampai pada batu induk lazim disebut pembentukan profil tanah.
Horison A penting sekali bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman pangan yang
berumur pendek. Horison B dan C biasanya dijadikan tempat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang berumur panjang dan perakaran yang dalam.
Regolith merupakan bahan utama dalam pembentukan tanah, dan disebut bahan induk.
Bahan induk (regolith) tersebut juga mengalami pelapukan yang merupakan proses
pembentukan tanah.
BAHAN INDUK
Bahan induk adalah bahan pemula tanah, yang tersusun dari bahan organik dan atau
mineral. Bahan induk dapat berasal dari bahan tanah yang diendapkan dari tempat lain
sebagai akibat proses transportasi oleh air dan angin. Menurut Jenny (1941) bahan induk
adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Melalui

proses pelapukan, batuan berubah menjadi bahan induk, dan dengan adanya proses pelapukan
lebih lanjut serta proses-proses pembentukan tanah lain, bahan induk berubah menjadi tanah
dalam waktu yang lama.
Dalam ilmu tanah , bahan induk merupakan bahan geologi yang mendasari (umumnya
batuan dasar atau deposito atau drift dangkal) di mana tanah cakrawala bentuk. Tanah
biasanya mewarisi banyak struktur dan mineral dari bahan induk mereka, dan, dengan
demikian, seringkali digolongkan berdasarkan isi bahan mineral konsolidasi atau tidak
dikonsolidasi yang telah mengalami tingkat pelapukan fisik atau kimia dan mode dimana
bahan yang paling baru diangkut.
Pengaruh bahan induk terhadap pembentukan tanah ditentukan oleh:
a.

Sifat kristalin (beku, sedimen, malihan)

b.

Tekstur (kasar, sedang, halus)

c.

Komposisi mineral

d.

Tingkat kemantapan

Proses pelapukan batuan menjadi tanah ada 3, yakni:


Batuan memerlukan waktu jutaan tahun untuk berubah menjadi tanah. Batuan
menjadi tanah karena pelapukan. Batuan dapat mengalami pelapukan karena pelapukan fisika
dan pelapukan biologi.
Proses pelapukan batuan merupakan proses awal dari perkembangan tanah. Proses
tersebut menghasilkan timbunan berbagai bahan lepas yang disebut regolith. Regolith
merupakan bahan utama dalam pembentukan tanah, dan disebut bahan induk. Bahan induk
mengalami proses pelapukan yang merupakan proses pembentukan tanah. Dengan demikian
perkembangan dari regolith, batuan induk menjadi suatu jenis tanah itu dapat dilukiskan
sebagai berikut:
Bahan Induk ==> Regolith ==> Batuan lapuk =proses pedagonik=> TANAH

a. Pelapukan Fisika
Pelapukan fisika disebabkan oleh berbagai faktor alam. Faktor alam itu antara lain:
angin, air, perubahan suhu, dan gelombang laut. Angin yang senantiasa bertiup kencang dapat
mengikis batuan sedikit demi sedikit. Kondisi ini dapat mengakibatkan batuan mengalami
erosi. Erosi batuan menyebabkan terjadinya padang pasir. Selain itu, angin yang bertiup
sangat kencang juga dapat menggeser batuan. Saat bergeser inilah batuan bergesekan dengan
batuan lain sehingga mengalami penggerusan.
Perubahan suhu secara drastis juga dapat mengakibatkan pelapukan batuan. Saat suhu
tinggi atau panas, batu akan mengembang. Saat suhu rendah atau dingin, batu akan menyusut
kembali. Batu juga dapat mengalami pelapukan karena air. Air hujan dan air terjun yang
mengenai batuan secara terus-menerus dapat mengakibatkan batuan retak dan pecah-pecah.
Batu karang yang berdiri kukuh di tepi laut juga dapat mengalami pelapukan. Gelombang laut
yang menghantam batu karang secara terus-menerus mengakibatkan batuan tersebut terkikis
sedikit demi sedikit(abrasi).
b. Pelapukan Biologi
Pelapukan secara biologi dapat disebabkan oleh tumbuhan atau lumut yang menempel
di permukaan batuan. Tumbuhan merambat dan lumut menempel di permukaan batuan.
Tumbuhan merambat akan menimbulkan lubang-lubang pada batuan tempat akarnya melekat.
Lubang-lubang ini lama-kelamaan bertambah besar dan banyak. Akhirnya, batuan tersebut
akan hancur.
c. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimia adalah pelapukan yang terjadi karena pengaruh zat kimia. Zat-zat
kimia tersebut dapat berupa oksigen, kabondioksida, uap air, dan jenis-jenis zat kimia
lainnya. Batuan hasil pelapukan kimia mengalami perubahan kimia secara tetap maupun
sementara. Pelapukan ini dapat kamu amati pada perkaratan besi. Besi berubah warna
menjadi cokelat kemerahan dan bersifat rapuh. Proses perkaratan terjadi karena oksigen
bersenyawa dengan uap air. Jadi besi akan mudah berkarat jika diletakkan di tempat yang
lembap.

Hujan asam mempercepat proses pelapukan secara kimia. Hujan asam itu sendiri
merupakan kegiatan industri yang menghasilkan gas sulfur dioksida dan nitrogen oksida yang
mencemari udara. Gas-gas buangan tersebut di udara bereaksi dengan oksigen dan uap air
membentuk asam sulfur dan asam nitrat. Kemudian terjadilah hujan asam. Hujan asam
menyebabkan kerusakan pada batuan dan logam.

BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas bahwa regolith merupakan bahan tanah yang terbentuk
dari hasil proses pelapukan batuan (source rock) dimana pelapukan tersebut terbagi menjadi 3
yaitu pelapukan fisik, kimia dan biologi. Bahan induk bisa berupa batuan atau mineral dan
bahan organik yang berasal dari bahan tanah yang diendapkan dari tempat lain sebagai akibat
proses transportasi oleh air dan angin.
Regolith adalah bagian atas tanah dimulai dari bagian atas batu-batuan yang telah
mengalami pelapukan hingga batuan induknya yang praktis belum mengalami pelapukan.
Bagian ini tebalnya hanya beberapa cm saja ataupun beberapa meter saja. Bagian atas
regolith pada hakikatnya baru masih merupakan bahan induk tanah, dan tanah dibangun
daripadanya oleh mikro dan makroflora yaitu mikro dan makrofauna yang dilanjutkan oleh
tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi.

Daftar Pustaka
Fanning, D. S. 1931. Soil : morphology, genesis, and classification. Delvin S. Fanning, Mary
C.B Fanning
Foth, Henry D.1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, edisi enam. Jakarta : Erlangga
Patrick, E.A. Fitz. 1974. An Introduction to Soil Science. Hong Kong : Wah Cheong Printing
Press Ltd
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah : Proses Genesa Tanah dan Morfologi. Jakarta :
Rajawali pers
Poerwowidodo. 1992. Metode Selidik Tanah. Surabaya : Usaha Nasional

TUGAS KELOMPOK TERSTRUKTUR


GEOPEDOLOGI
Regolith Sebagai Pembentuk Tanah

Oleh :
Bela Agung Pratama (H1F012059)
Angelina Margareth (H1F012060)
M. Rifky Ghifari (H1F012056)
Aditya Azam Fasha (H1F012052)
Irsan Mohamad (H1F012058)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PURWOKERTO
2014

Anda mungkin juga menyukai