PENDAHULUAN
Kesehatan keluarga adalah suatu keadaan yang mencerminkan status
kesehatan dari keluarga, sementara keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat.
Ditinjau dari kedudukan keluarga sebagai unit terkecil, maka kesehatan keluarga
dengan sendirinya akan menjadi faktor yang sangat strategis dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Terwujudnya keadaan sehat merupakan idaman dari
semua pihak baik secara individu, keluarga, maupun semua anggota masyarakat.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Bloom
(1974)
menyatakan
bahwa
status
kesehatan
masyarakat
dipengaruhi oleh 4 faktor penting yang saling berkaitan yaitu: faktor lingkungan,
faktor pelayanan kesehatan, faktor keturunan, dan faktor perilaku. Karena
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, maka kesehatan keluarga juga akan
dipengaruhi oleh 4 faktor tersebut. Penilaian yang baik terhadap ke empat faktor
ini dalam kesehatan keluarga akan dapat memberikan gambaran tentang masalah
kesehatan keluarga, yang selanjutnya dapat memberikan solusi untuk masalah
tersebut.
Kepaniteraan Klinik Rotasi II yang dilaksanakan di Puskesmas merupakan
wadah yang tepat untuk menerapkan pengelolaan masalah kesehatan masyarakat,
khususnya masalah kesehatan dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat.
Puskesmas sebagai sarana dan fasilitas kesehatan terdepan dalam menangani dan
mengatasi masalah kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting
dalam mengelola masalah kesehatan keluarga.
Budaya bersih merupakan cerminan sikap dan perilaku masyarakat dalam
menjaga dan memelihara kebersihan pribadi dan lingkungan dalam kehidupan
sehari-hari. Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti
tuberkulosis paru, infeksi saluran pernapasan atas, diare, dan penyakit kulit masih
merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di komunitas terkecil
pada masyarakat, yaitu lingkungan keluarga.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan oleh
kutu Sarcoptes scabiei var hominis.(3) Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung
dari kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian
handuk, sprei, bantal dan lain - lain).(5)
2.2 EPIDEMIOLOGI
Scabies dapat menyerang semua ras dan semua kelas sosial di seluruh
dunia, tetapi gambaran yang akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan.
Studi yang dilakukan oleh Downs et al. dengan data-data yang dikumpulkan di
Inggris antar tahun 1967 dan 1996 menunjukkan insiden yang tinggi pada akhir
tahun 1960-an dan 1970-an, kemudian menurun pada tahun 1980-an, dan kembali
meningkat pada tahun 1990-an, dimana prevalensi yang lebih tinggi ditemukan
pada area urban, di sebelah utara Inggris, lebih banyak pada wanita dan anakanak, dan frekuensi yang lebih banyak pada musim dingin dibandingkan dengan
pada musim panas. Beberapa penelitian lain juga menemukan adanya variasi
musim ini.(6) Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain:
kebersihan yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta
ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan
Seksual).(7)
Scabies paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi
dapat menyerang semua umur, dan di Inggris dalam beberapa tahun terakhir ini
lebih sering ditemukan pada lansia di tempat-tempat perawatan. Insiden seks
secara keseluruhan mungkin sama sedangkan pada ras terdapat beberapa
kelompok ras yang rentan, yang mungkin lebih berhubungan dengan kebiasaan
dan faktor sosial daripada faktor kerentanan yang melekat. Populasi yang padat,
yang umum terjadi di negara-negara terbelakang dan hampir selalu terkait dengan
kemiskinan dan faktor kebersihan yang buruk, juga ikut mendorong penyebaran
scabies.(6)
2.3 ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis. Kutu
scabies memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat dilihat
dengan menggunakan mata telanjang.(1) Secara morfologik merupakan tungau
kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau
ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina
berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan
lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat untuk melekat dan 2
pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat dengan alat perekat.(7)
pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau.
Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan
immunosuppresan mempunyai risiko tinggi untuk menderita Norwegian scabies.
(1,6)
Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabiei sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan
gambaran klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik.
Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies,
yaitu :(7,10)
a. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan
kulit seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu.
Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul
hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam
hari.(3,6) Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau
akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat
seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.(10)
b. Menyerang manusia secara berkelompok
menggunakan
mikroskop,
biasanya
posisi
tungau
menggaruk,
pengambilan
tungau
ini
dengan
menggunakan kuret.(1,2)
Bentuk Klinis
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang
tidak khas, meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat
menimbulkan kesalahan diagnostik yang dapat berakibat gagalnya
pengobatan.. Beberapa bentuk skabies antara lain :
a. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan
jumlah yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi
secara teratur. (10)
b. Skabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di
wajah dan kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang
terjadi. Nodul pruritis eritematous keunguan dapat ditemukan pada
aksila dan daerah lateral badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini
bisa timbul berminggu-minggu setelah eradikasi infeksi tungau
dilakukan. Vesikel dan bula bisa timbul terutama pada telapak
tangan dan jari. (1) Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki
dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima,
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di
Gambar 8 :
Skabies pada
anak
(5)
c. Skabies nodular
Skabies nodular adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7% dari
kasus skabies dimana
3.
Pemeriksaan Penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi
penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis
scabies
secara
in
vivo.
Alat
ini
dapat
Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara
histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke
bawah epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes
scabiei di bagian teratas epidermis yang mengalami akantosis. Pada
prurigo, penyebabnya belum diketahui. Namun dalam beberapa kasus,
faktor stress emosional menjadi salah satu pemicu sehingga sulit
untuk ditentukan apakah ini adalah penyebab atau akibat dari prurigo
sedangkan pada skabies disebabkan oleh adanya tungau Sarcoptes
scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin (H.E).(6,16)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
Permethrin
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya sangat
baik. obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan skabies
karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan
kecenderungan keracunan akibat salah dalam penggunaannya sangat
kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan
cepat dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin. Tersedia dalam
bentuk krim 5 % dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan
malam hari sekali dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum
sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu.
Permethrin tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2 bulan,
merupakan
satu-satunya
pilihan
di
negara
yang
Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang
merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat
neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi
dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anakanak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl benzoate sangat
efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik
bisa diterima. Efek samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan
dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus
diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan
berulang
dapat
menyebabkan
dermatitis
alergi.
Terapi
ini
anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate lebih efektif dalam
pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang
dimana sumber daya yang terbatas, benzyl benzoate digunakan dalam
pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.(4)
d.
e.
Ivermectin
Ivermectin
adalah
bahan
semisintetik
yang
dihasilkan
oleh
Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.
(10)
h.
Malathion
Malathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24 jam,
pemberian berikutnya beberapa hari kemudian.(10) Namun saat ini
tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek
samping yang sangat tinggi.(4)
3.
4.
5.
6.
Pengobatan simptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal yang
secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan
anti skabies yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi
kulit yang sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolien pada lesi yang
kurang aktif mungkin sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat
digunakan triamsinolon 0,1% untuk mengurangi keluhan.(10)
Tabel 2. Pengobatan Skabies (1)
Jenis Obat
Krim
Dosis
Keterangan
hari.
Losion
Lindane
1%
Krim
B.
dan laktasi.
Crotamiton berturut-turut,
lalu tetapi
efektifitasnya
tidak
10%
Sulfur
presipitat
lalu dibersihkan.
5-10%
kotor
pemakaiannya
dalam
dan
data
Benzyl
lalu dibersihkan
Benzoat
10%
namun
dapat
Ivermectin
200 g/kg
2.9 PROGNOSIS
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada
individu yang immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.(1)
Investasi skabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi skabies,
jika diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan
eksema akan sembuh.(1,7)
2.10 PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan skabies, orang-orang
yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal
skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran
skabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau skabies yang
masih dalam periode inkubasi asimptomatik.(1)
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan
dikeringkan dengan udara panas karena tungau skabies dapat hidup hingga 3 hari
diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya juga harus dibersihkan (vacuum
cleaner).(1)
BAB 3
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur
: Nn.A/Perempuan/12 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan
: Pelajar kelas 6 SD
c. Alamat
: Belimbing
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan
: Belum Menikah
b. Jumlah Saudara
: Anak pertama dari 2 bersaudara
c. Status Ekonomi Keluarga : tipe kelas bawah, pendapatan orangtua
Rp1.000.000/bulan.
d. Kondisi Rumah
:
- Rumah permanen, milik sendiri, perkarangan kurang luas,
-
PDAM
Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
Sampah dibuang ke tempat pembuangan sementara dan diambil
pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri, perut dan bokong.
Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari
dan menyebabkan pasien sering terbangun malam hari dan
7. Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
Suhu
BB
TB
IMT
Status gizi
Kepala
Mata
Kulit
Leher
Dada
: Baik
: CMC
: 88x/menit
: 19x/menit
: 36,8 0C
: 38 kg
: 130 cm
: 22,1
: Baik
Paru
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: BU (+) N
8. Laboratorium Anjuran :
Pemeriksaan kerokan kulit, diharapkan ditemukan telur dan tungau
Sarcoptes scabiei.
9. Diagnosis Kerja: Skabies
10. Diagnosis Banding : -
11. Manajemen :
Preventif :
Meminta anggota keluarga (adik pasien) yang juga mengalami
keluhan yang sama dengan pasien untuk juga berobat ke
Puskesmas.
Mengganti semua pakaian, handuk, sprai, dan sarung bantal,
atau semua yang digunakan oleh pasien selama seminggu
terakhir, dicuci dan kemudian direndam dengan air panas,
dijemur di terik matahari sampai kering dan disetrika.
Hindari menggaruk secara berlebihan karena
bisa
Promotif :
Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit
dan faktor penyebab penyakit, bahwa penyakit ini merupakan
penyakit kulit yang disebabkan oleh sejenis tungau, adapun
faktor yang menunjang perkembangan penyakit diantaranya
kebersihan diri dan lingkungan yang kurang, cara penularan
dapat berupa kontak langsung (kontak kulit dengan kulit)
misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan sebagainya.
Kontak tidak langsung melalui benda misalnya pakaian,
handuk, sprai, sarung bantal sehingga perlu dihindari
pemakaian baju, handuk, sprai secara bersama-sama.
Edukasikan
kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
penyakit ini ditandai dengan rasa gatal yang meningkat pada
malam hari, menyerang manusia secara berkelompok sehingga
semua anggota keluarga harus diobati secara serentak.
Biasanya muncul pada sela jari tangan, pergelangan tangan,
siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, puting susu (pada
wanita), sekitar pusar, bokong, kemaluan, perut bagian bawah
(dewasa), atau pada kulit yang tipis, pada bayi, karena kulitnya
masih tipis, maka bisa mengenai seluruh tubuh, membentuk
terowongan pada tempat-tempat tadi.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
kelainan kulit yang disebabkan oleh penyakit ini tidak hanya
karena tungau penyebab namun juga akibat garukan yang
berlebihan yang bisa menyebabkan terjadinya penyebaran dan
infeksi sekunder.
Edukasikan kepada pasien dan keluarga pasien cara pemakaian
obat yang benar (salep 2-4) yakni digunakan setelah mandi sore
selama 24 jam, di seluruh tubuh kecuali kepala dan leher, jika
kena air oleskan lagi, dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
Edukasikan pada pasien dan keluarga pasien bahwa untuk
pengobatannya, pada pasien diberikan obat berbentuk salep
dimana salep ini tidak efektif untuk semua fase tungau
terutama fase telur sehingga penggunaannya harus selama 3
Kuratif :
Sistemik
CTM tablet 4 mg diminum 3 x 1 tablet sehari, apabila gatal sudah
hilang maka obat tidak perlu diminum lagi, obat ini dapat
menyebabkan kantuk.
Topikal
Mengoleskan salap 2-4 ke seluruh badan kecuali wajah setelah
mandi sore hari dan selanjutnya pasien tidak boleh mandi selama
lebih kurang 24 jam dilakukan selama 3 hari berturut-turut, bila
terkena air maka ulangi pengolesan.
Rehabilitatif :
Kontrol 1 minggu lagi ke Puskesmas, jika ada lesi baru obat
topikal dapat diulangi lagi setelah 1 minggu.
Diingatkan pada pasien dan keluarga pasien bahwa yang
paling penting adalah pemakaian salep 2-4 yang benar,
mengkonsumsi CTM bila gatal, serta menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.
PENULISAN RESEP
: Panca Sapriawan
: 8 Desember 2015
R/
Pro
: Nn. A
Umur : 12 tahun
Alamat : Belimbing
1. DATA KELUARGA
A. Identitas individu/keluarga
No
1
2
3
4
Nama
Jenis
Usia
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Tn. R
Ny. S
Nn. A
Nn. R
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
(Thn)
35
33
12
8
Suami
Istri
Anak
Anak
SMP
SMP
SD
SD
Buruh
IRT
Pelajar
Pelajar
untuk
berperilaku
hidup
sehat
dan
kesadaran
untuk
panjang.
Mengganti seprei, alas bantal, dan handuk secara rutin 1x
seminggu.
sesudah makan, serta setelah buang air besar dan buang air kecil.
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari.
Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
pasien.
Menerangkan akibat dan komplikasi yang akan timbul jika penyakit ini
berlangsung lama.
Menerangkan bahwa pengobatan penyakit ini berlangsung lama dan
telah
dianggap
menyembuh.
Lingkungan rumah
Rumah berada di lingkungan yang padat, berbatas langsung dengan jalan.
- Dianjurkan untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah dengan rutin
menambah ventilasi.
Faktor sosial ekonomi
Puskesmas memberdayakan kerjasama lintas sektoral yang baik dengan
DKK Padang dan Aparatur Masyarakat setempat mengenai pengadaan
optimal.
Puskesmas bekerjasama dengan Kader setempat untuk mensosialisasikan
gaya hidup yang bersih dan sehat agar dapat terhindar dari penyakit infeksi
dan menular.
Follow up
15 Desember 2015 di rumah pasien
S/
hari berturut-turut.
Ibu pasien sudah mengganti dan mencuci seprai, alas bantal dan handuk
namun
belum
melakukakannya
sesuai
anjuran
dengan
mencuci
Status lokalisata :
O/
Lokasi
Distribusi
: Terlokalisir
Bentuk
: Tidak khas
Susunan
: Tidak khas
Batas
: Tidak tegas
Ukuran
Efloresensi
: Milier - lentikuler
: Papul eritema, krusta hitam
A/ Skabies
P/
panas, dll
Memotivasi ibu dalam memberikan variasi makanan yang bergizi
seimbang.
Memotivasi ibu untuk meningkatkan kebersihan personal anaknya
terutama untuk memotong kuku apabila panjang (minimal 1 kali
seminggu) dan selalu mencuci tangan saat akan makan, setelah makan,
O/
Status lokalisata :
Lokasi
Distribusi
: Terlokalisir
Bentuk
: Tidak khas
Susunan
: Tidak khas
Batas
: Tidak tegas
Ukuran
Efloresensi
: Milier - lentikuler
: Papul eritema, ekskoriasi, bercak-bercak hiperpigmentasi
bekas garukan.
O/
Status lokalisata :
Lokasi
Distribusi
: Terlokalisir
Bentuk
: Tidak khas
Susunan
: Tidak khas
Batas
: Tidak tegas
Ukuran
Efloresensi
: Milier - lentikuler
: Papul eritema, krusta kehitaman, dan bercak-bercak
hiperpigmentasi bekas garukan
D. HASIL
Hasil pencapaian yang didapat dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan
dalam kurun waktu lebih kurang 3 minggu ini, yaitu :
Pasien dan keluarga paham akan penyakit yang di derita oleh pasien dan
kotor.
Mencuci tangan setelah bermain diluar rumah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi, Mochtar, Aisah, Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Kelima. FKUI, Jakarta: 2008
2. Siregar,R.S.2004. Gonore. Sari Pati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta, hal :
299
3. Freedberg IM, dkk. 2003. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.
McGraw-Hill
4. wolff K, Richard AJ, Dick S. 2005. fitzpatrick's color atlas and synopsis of
clinical dermatology. McGraw-Hill Professional. English.
5. Habif TP. 2004. Clinical Dermatology: a color guide to diagnosis and
therapy. Mosby.
6. Barakbah, J dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga : Surabaya
7. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, other mites, and pediculosis
In: Wolff K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. United state of
America. McGraw-Hill; 2008. p. 2029-2032.
8. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Herpes Scabies. In: Trozak DJ,
Tennenhouse JD, Russell JJ editors. Dermatology Skills for Primary Care;
An Illustrated Guide: Humana Press; 2006. p. 105-11
9. Currie JB, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. New
England J Med. 2010; 362: p. 718.
10. Karthikeyan K. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgraduate
Med J. 2005; 81: p. 8 - 10.
LAMPIRAN