Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN
Kesehatan keluarga adalah suatu keadaan yang mencerminkan status
kesehatan dari keluarga, sementara keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat.
Ditinjau dari kedudukan keluarga sebagai unit terkecil, maka kesehatan keluarga
dengan sendirinya akan menjadi faktor yang sangat strategis dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Terwujudnya keadaan sehat merupakan idaman dari
semua pihak baik secara individu, keluarga, maupun semua anggota masyarakat.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Bloom

(1974)

menyatakan

bahwa

status

kesehatan

masyarakat

dipengaruhi oleh 4 faktor penting yang saling berkaitan yaitu: faktor lingkungan,
faktor pelayanan kesehatan, faktor keturunan, dan faktor perilaku. Karena
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, maka kesehatan keluarga juga akan
dipengaruhi oleh 4 faktor tersebut. Penilaian yang baik terhadap ke empat faktor
ini dalam kesehatan keluarga akan dapat memberikan gambaran tentang masalah
kesehatan keluarga, yang selanjutnya dapat memberikan solusi untuk masalah
tersebut.
Kepaniteraan Klinik Rotasi II yang dilaksanakan di Puskesmas merupakan
wadah yang tepat untuk menerapkan pengelolaan masalah kesehatan masyarakat,
khususnya masalah kesehatan dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat.
Puskesmas sebagai sarana dan fasilitas kesehatan terdepan dalam menangani dan
mengatasi masalah kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting
dalam mengelola masalah kesehatan keluarga.
Budaya bersih merupakan cerminan sikap dan perilaku masyarakat dalam
menjaga dan memelihara kebersihan pribadi dan lingkungan dalam kehidupan
sehari-hari. Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti
tuberkulosis paru, infeksi saluran pernapasan atas, diare, dan penyakit kulit masih
merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di komunitas terkecil
pada masyarakat, yaitu lingkungan keluarga.

Scabies merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh penetrasi kutu


parasit obligat pada manusia, Sarcoptes scabies var. hominis ke dalam lapisan
epidermis. Kutu scabies ini adalah hewan Arthropoda yang awalnya diidentifikasi
pada tahun 1600-an, namun tidak dikenal sebagai penyebab erupsi kulit hingga
tahun 1700-an. Perkiraan sekitar 300 juta jiwa diseluruh dunia terinfeksi kutu
scabies. Scabies menyerang seluruh lapisan masyarakat, dimana wanita dan anakanak lebih banyak terinfeksi. Penyakit ini umumnya cenderung banyak ditemukan
pada area urban, khususnya pada area padat penduduk. Terdapat bukti adanya
variasi musim, dimana banyak kasus dilaporkan pada saat-saat musim dingin
daripada saat musim panas. Insiden scabies telah meningkat dalam 2 dekade
terakhir ini, terutama di rumah-rumah perawatan, penjara, dan bangsal-bangsal
rumah sakit. Transmisi parasit ini biasanya terjadi melalui kontak personal,
meskipun kutu scabies ini dapat hidup di kulit manusia selama lebih dari 3 hari. (1)
Riwayat kontak di sekolah, atau dengan teman dekat merupakan hal yang penting,
terutama ketika tidak ada konfirmasi laboratorium. Dalam hal anamnesis, paparan
terjadi sedikitnya dalam 1 bulan sebelum munculnya gejala. Gejala awal ini terdiri
dari adanya lesi yang bermacam-macam, kadang muncul pada pergelangan tangan
dan lengan, namun lesi ini kadang diabaikan. Pruritus yang bersifat progresif,
yang dapat mengganggu tidur dan aktivitas normal, merupakan gejala yang sering
dikeluhkan pasien dalam mencari pengobatan. Munculnya lesi primer kadangkadang dapat diperoleh hanya dari anamnesis langsung kepada pasien. Scabies
sendiri seharusnya dianggap berbeda dari penyakit-penyakit gatal yang umum.
Bentuk khusus yang disebut crusted atau scabies Norwegia dapat muncul
dengan keluhan gatal yang minimal atau bahkan tidak ada.(2)
Beberapa pasien datang berobat dengan perubahan sekunder yang luas pada
kulit, seperti dermatitis yang meluas, infeksi bakterial sekunder, self-induced
dermatitis yang disebabkan oleh pengobatan yang tidak sesuai. Diperkirakan
bahwa rata-rata pasien-pasien seperti ini telah terinfeksi sedikitnya 1 bulan
sebelum gejala ketidaknyamanan generalisata ini muncul. (2) Manifestasi klinis dari
scabies yaitu gatal secara umum yang lebih intens terutama pada malam hari dan
menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien, namun, komplikasi dan kematian
juga dapat terjadi, umumnya karena adanya pioderma bakterial sekunder, yang

umumnya disebabkan oleh Streptococcus pyogenus atau Staphylococcus aureus.


Infeksi sekunder ini dapat menyebabkan komplikasi seperti glomerulonefritis
post-streptococcus dan sepsis sistemik.(3,4)
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan adanya
upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan secara
umum, khususnya tentang penyakit menular sehingga diharapkan ada perubahan
sikap serta diikuti dengan perubahan perilaku kebersihan perorangan dengan hasil
akhir menurunnya angka kesakitan penyakit menular.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan oleh
kutu Sarcoptes scabiei var hominis.(3) Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung
dari kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian
handuk, sprei, bantal dan lain - lain).(5)
2.2 EPIDEMIOLOGI
Scabies dapat menyerang semua ras dan semua kelas sosial di seluruh
dunia, tetapi gambaran yang akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan.
Studi yang dilakukan oleh Downs et al. dengan data-data yang dikumpulkan di
Inggris antar tahun 1967 dan 1996 menunjukkan insiden yang tinggi pada akhir
tahun 1960-an dan 1970-an, kemudian menurun pada tahun 1980-an, dan kembali
meningkat pada tahun 1990-an, dimana prevalensi yang lebih tinggi ditemukan
pada area urban, di sebelah utara Inggris, lebih banyak pada wanita dan anakanak, dan frekuensi yang lebih banyak pada musim dingin dibandingkan dengan
pada musim panas. Beberapa penelitian lain juga menemukan adanya variasi
musim ini.(6) Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain:
kebersihan yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta
ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan
Seksual).(7)
Scabies paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi
dapat menyerang semua umur, dan di Inggris dalam beberapa tahun terakhir ini
lebih sering ditemukan pada lansia di tempat-tempat perawatan. Insiden seks
secara keseluruhan mungkin sama sedangkan pada ras terdapat beberapa
kelompok ras yang rentan, yang mungkin lebih berhubungan dengan kebiasaan
dan faktor sosial daripada faktor kerentanan yang melekat. Populasi yang padat,
yang umum terjadi di negara-negara terbelakang dan hampir selalu terkait dengan

kemiskinan dan faktor kebersihan yang buruk, juga ikut mendorong penyebaran
scabies.(6)
2.3 ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis. Kutu
scabies memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat dilihat
dengan menggunakan mata telanjang.(1) Secara morfologik merupakan tungau
kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau
ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina
berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan
lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat untuk melekat dan 2
pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat dengan alat perekat.(7)

Gambar 1 : Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei (5)


2.4 PATOGENESIS
Kutu scabies betina menggali terowongan pada stratum corneum dengan
kecepatan 2 mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3 telur-telurnya setiap harinya.
Telur-telur ini akan menetas setelah 3 hari dan menjadi larva, yang akan
membentuk kantung dangkal di stratum corneum dimana larva-larva ini akan
bertrasnformasi dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu. Kutu ini kawin di
dalam kantongnya, dimana kutu jantan akan mati tetapi kutu betina yang telah

dibuahi menggali terowongan dan melanjutkan siklus hidupnya. Setelah invasi


pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu untuk timbul reaksi
hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini.(2)

Gambar 2 : siklus hidup Sarcoptes scabiei (8)


Siklus hidup ini menjelaskan mengapa pasien mengalami gejala selama
bulan pertama setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Setelah sejumlah
kutu (biasanya kurang dari 20) telah dewasa dan telah menyebar dengan cara
bermigrasi atau karena garukan pasien, hal ini akan berkembang dari rasa gatal
awal yang terlokalisir menjadi pruritus generalisata.(9)
Selama siklus hidup kutu ini, terowongan yang terbentuk meluas dari
beberapa milimeter menjadi beberapa centimeter. Terowongan ini tidak meluas ke
lapisan bawah epidermis, kecuali pada kasus hiperkeratosis scabies Norwegia,
kondisi dimana terdapat kulit yang bersisik, menebal, terjadi imunosupresan, atau
pada orang-orang tua dengan jumlah ribuan kutu yang menginfeksi. Telur-telur
kutu ini akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3 telur perharinya dan massa feses
(skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini dapat menjadi iritan dan
menimbulkan rasa gatal.(9)
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat
terowongannya dan menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus.
Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali

pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau.
Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan
immunosuppresan mempunyai risiko tinggi untuk menderita Norwegian scabies.
(1,6)

Reaksi hipersensitivitas akibat adanya benda asing mungkin menjadi


penyebab lesi. peningkatan titer IgE dapat terjadi pada beberapa pasien scabies,
bersama dengan eosinofilia, dan reaksi hipersensitivitas tipe langsung akibat
reaksi dari kutu betina ini. Kadar IgE menurun dalam satu tahun setelah terinfeksi.
Eosinofil kembali normal segera setelah dilakukannya perawatan. Fakta bahwa
gejala yang timbul jauh lebih cepat ketika terjadi reinfeksi mendukung pendapat
bahwa gejala dan lesi scabies adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas.(9)
Jalur utama dari transmisi penularan yaitu kontak langsung antara kulit-kekulit. Namun transmisi dengan cara pakaian bersama atau metode tidak langsung
lainnya sangat langka tetapi mungkin terjadi pada Norwegian scabies (misalnya,
dalam host immunocompromised). Transmisi antara anggota keluarga. Transmisi
seksual juga terjadi.(5)
2.5 DIAGNOSIS
1.

Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabiei sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan
gambaran klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik.
Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies,
yaitu :(7,10)
a. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan
kulit seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu.
Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul
hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam
hari.(3,6) Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau
akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat
seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.(10)
b. Menyerang manusia secara berkelompok

Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam


sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga.
Begitu pula dalam sebuah pemukiman yang padat penduduknya,
skabies dapat menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam
kelompok mungkin akan ditemukan individu yang hiposensitisasi,
walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak menimbulkan
keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier bagi individu
lain.(10)
c. Adanya terowongan
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada
kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum
korneum, oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit
yang memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan
tipis. (10)

Gambar 3 : Terowongan pada penderita scabies (10)


Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul
dan nodul yang sering ditemukan di daerah sela-sela jari,
pergelangan tangan bagian depan dan lateral telapak tangan, siku,
aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita.(3) Bila ada
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorfik (pustul,
ekskoriasi, dan lain-lain).(10)

Gambar 4 : Gambaran klasik Scabies (5)


Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi
hipersensitivitas pada antigen tungau. Lesi yang patognomonis
adalah terowongan yang tipis dan kecil seperti benang,
berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih
abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel
yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum
korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari,
pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut
sukar ditemukan di awal infeksi karena aktivitas menggaruk
pasien yang hebat.(1)

Gambar 5 : Distribusi makro lesi primer scabies pada orang


dewasa (2)

Gambar 6 : Distribusi makro lesi primer scabies pada anak (2)


d. Menemukan Sarcoptes scabiei
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh
kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva,
nimfa maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling
diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat ini agak susah
ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada umumnya
datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik. (10)
Diagnosa positif hanya didapatkan bila menemukan tungau
dengan

menggunakan

mikroskop,

biasanya

posisi

tungau

determined dalam liang, dapat menggunakan pisau untuk teknik


irisan ataupun denggan menggunakan jarum steril, tungau ini

mayoritas dapat ditemukan pada tangan, pergelangan tangan dan


lebih kurang pada daerah genitalia, siku, bokong dan aksila. Pada
anak anak tungau banyak ditemukan dibawah kuku karena
kebiasaan

menggaruk,

pengambilan

tungau

ini

dengan

menggunakan kuret.(1,2)

Gambar 7 : Telur, nimfa, dan skibala Sarcoptes scabiei (10)


2.

Bentuk Klinis
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang
tidak khas, meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat
menimbulkan kesalahan diagnostik yang dapat berakibat gagalnya
pengobatan.. Beberapa bentuk skabies antara lain :
a. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan
jumlah yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi
secara teratur. (10)
b. Skabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di
wajah dan kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang
terjadi. Nodul pruritis eritematous keunguan dapat ditemukan pada
aksila dan daerah lateral badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini
bisa timbul berminggu-minggu setelah eradikasi infeksi tungau
dilakukan. Vesikel dan bula bisa timbul terutama pada telapak
tangan dan jari. (1) Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki
dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima,
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di

wajah.(10) Lesi yang timbul dalam bentuk vesikel, pustul, dan


nodul, tetapi distribusi lesi tersebut atipikal. Eksematisasi dan
impetigo sering didapatkan, dan dapat dikaburkan dengan
dermatits atopik atau acropustulosis. Rasa gatal bisa sangat hebat,
sehingga anak yang terserang dapat iritabel dan kurang nafsu
makan.(5)

Gambar 8 :
Skabies pada
anak

(5)

c. Skabies nodular
Skabies nodular adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7% dari
kasus skabies dimana

lesi berupa nodul merah kecoklatan

berukuran 2-20 mm yang sangat gatal. Umumnya terdapat pada


daerah yang tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan aksila.
Pada nodul yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap
selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah
mendapat pengobatan anti skabies.(1,3,8,9)
d. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan
gejala dan tanda pada penderita apabila penderita mengalami
skabies. Akan tetapi dengan penggunaan steroid, keluhan gatal
tidak hilang dan dalam waktu singkat setelah penghentian
penggunaan steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih
buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon
imun seluler.(10)

Gambar 9 : Lesi krusta terlokalisasi pada penderita dengan


pengobatan regimen imunosupresan (5)
e. Norwegian scabies (Skabies berkrusta)
Merupakan skabies berat ditandai dengan lesi klinis generalisata
berupa krusta dan hiperkeratosis dengan tempat predileksi pada
kulit kepala berambut, telinga, bokong, telapak tangan, kaki, siku,
lutut dapat pula disertai kuku distrofik bentuk ini sangat menular
tetapi gatalnya sangat sedikit. Dapat ditemukan lebih dari satu juta
populasi tungau dikulit. Bentuk ini ditemukan pada penderita yang
mengalami gangguan fungsi imun

misalnya AIDS, penderita

gangguan neurologik dan retardasi mental.(1,10)

Gambar 10 : Norwegian scabies yang bermanifestasi sebagai


kulit yang terekskoriasi, likenifikasi, hiperkeratosis (3)
Tabel 1 : Jenis-jenis scabies (5)

3.

Pemeriksaan Penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi
penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis

pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila


ditemukan dua dari empat cardinal sign. (10) Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu :
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral
atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan
skalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau
kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan
ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.(10)
b. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing
ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara
tangensial ke ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif,
tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil
dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan
keahlian tinggi.(10)
c. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30
menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan
tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di
sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes
dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli yang khas
berupa garis menyerupai bentuk S.(10)
d. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk
kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superfisial
menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar
tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan
ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah
mikroskop.(10) Biopsi irisan dengan pewarnaan Hematoksilin and
Eosin

Gambar 11 : Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan


pewarnaan H.E (5,8)
e. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam
kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar
ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan
efluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.(10)
f. Dermoskopi
Dermoskopi awalnya dipakai oleh dermatolog sebagai alat yang
berguna untuk membedakan lesi-lesi berpigmen dan melanoma.
Dermoskopi juga dapat menjadi alat yang berguna dalam
mendiagnosis

scabies

secara

in

vivo.

Alat

ini

dapat

mengidentifikasi struktur bentuk triangular atau bentuk-V yang


diidentifikasi sebagai bagian depan tubuh tungau, termasuk kepala

dan kaki. Banyak laporan kasus yang didapatkan mengenai


pengalaman dalam mendiagnosis scabies dengan menggunakan
Dermoskopi. Dermoskopi sangat berguna, terutama dalam kasuskasus tertentu, termasuk kasus scabies pada pasien dengan terapi
steroid lama, pasien imunokompromais dan scabies nodular.(4,7,8)

Gambar 12 : Scabies yang teridentifikasi dengan Dermoskopi (14)


2.6 DIAGNOSIS BANDING
1.

Insect bite (gigitan serangga) :


Karakteristik lesi berupa urtikaria papul eritematous 1-4 mm
berkelompok dan tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau skabies
lebih suka memilih area tertentu yaitu menghindari area yang
memiliki banyak folikel pilosebaseus.(6)
Pada umumnya popular urtikaria terjadi akibat gigitan dan sengatan
serangga tetapi area lesinya hanya terbatas pada daerah gigitan dan
sengatan serangga saja sedangkan skabies ditemukan lesi berupa
terowongan yang tipis dan kecil seperti benang berwarna putih abuabu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.(1,5)
Gigitan serangga biasanya hanya mengenai satu anggota keluarga saja,
sedangkan skabies menyerang manusia secara kelompok, sehingga
dalam sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga.
(10)

Gambar 13 : Tampak gigitan serangga berupa bulla (5)


2.

Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara
histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke
bawah epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes
scabiei di bagian teratas epidermis yang mengalami akantosis. Pada
prurigo, penyebabnya belum diketahui. Namun dalam beberapa kasus,
faktor stress emosional menjadi salah satu pemicu sehingga sulit
untuk ditentukan apakah ini adalah penyebab atau akibat dari prurigo
sedangkan pada skabies disebabkan oleh adanya tungau Sarcoptes
scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin (H.E).(6,16)

Gambar 14 : Tampak prurigo nodularis di daerah lengan (6)


2.7 PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektifitas
yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain
umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan terapi
yang pernah diberikan sebelumnya.(1)
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh
permukaan tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di
daerah sela-sela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area
belakang telinga. Pada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan kulit
kepala juga harus dioleskan skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa
walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di
kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan, pasien
akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan kemudian
akan menggunakan obat anti skabies secara berlebihan. Steroid topikal, anti
histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan untuk
menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah
pemberian terapi skabisid yang lengkap.(1)

1.

Penatalaksanaan secara umum


Edukasi pada pasien skabies : (4)
1.

Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.

2.

Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik


yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak terkena.

3.

Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan


pada malam hari sebelum tidur.

4.

Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.

5.

Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan


teratur dan bila perlu direndam dengan air panas

6.

Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu


walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.

7.

Setiap orang di yang tinggal dalam satu rumah sebaiknya mendapatkan


penanganan di waktu yang sama.

8.
2.

Melapor ke dokter anda setelah satu minggu

Penatalaksanaan secara khusus


Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan skabies dapat
berupa topikal maupun oral antara lain :
a.

Permethrin
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya sangat
baik. obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan skabies
karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan
kecenderungan keracunan akibat salah dalam penggunaannya sangat
kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan
cepat dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin. Tersedia dalam
bentuk krim 5 % dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan
malam hari sekali dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum
sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu.
Permethrin tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2 bulan,

wanita hamil, dan ibu menyusui. Efek samping jarang ditemukan


berupa rasa terbakar, perih, dan gatal. Beberapa studi menunjukkan
tingkat keberhasilan permetrin lebih tinggi dari lindane dan
crotamiton. Kelemahannya merupakan obat topikal yang mahal.(10)
b.

Presipitat Sulfur 2-10%


Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama
digunakan, sejak 25 M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk
salep (2% -10%) dan umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai.
Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah
mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam tiga hari berturut-turut.
Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan
mungkin

merupakan

satu-satunya

pilihan

di

negara

yang

membutuhkan terapi massal.(8.10)


Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk
hidrogen sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat
germisid dan fungisid. Secara umum sulfur bersifat aman bila
digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif
dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini
adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi.(10)
c.

Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang
merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat
neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi
dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anakanak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl benzoate sangat
efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik
bisa diterima. Efek samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan
dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus
diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan
berulang

dapat

menyebabkan

dermatitis

alergi.

Terapi

ini

dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-

anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate lebih efektif dalam
pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang
dimana sumber daya yang terbatas, benzyl benzoate digunakan dalam
pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.(4)
d.

Lindane (Gamma benzene heksaklorida)


Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah
sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau.
Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan
selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan
konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang
menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau, lindane
dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.(4)
Lindane tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan
tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke
seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1%
krim atau losion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat
diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan
larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan
sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan lindane
selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi
pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain
selain 1%.(10)
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas sistem
saraf pusat, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi
walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah
keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah,
tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang,
kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti
menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis
kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan
pansitopenia.(4)

e.

Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)

Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10%


atau losion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%.
Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama
lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari
leher ke bawah selama 2 malam, kemudian dicuci setelah aplikasi
kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan
jangka panjang.(10)
Beberapa ahli beranggapan bahwa krim ini tidak direkomendasikan
terhadap skabies karena kurangnya efikasi dan data penunjang tentang
tingkat keracunan terhadap obat tersebut. Crotamiton 10% dalam krim
atau losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada
wanita hamil, bayi dan anak kecil. (4)
f.

Ivermectin
Ivermectin

adalah

bahan

semisintetik

yang

dihasilkan

oleh

Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik


makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotik,
diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit. Digunakan secara
meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada manusia
digunakan untuk pengobatan penyakit filaria terutama oncocerciasis.
Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan
efektif untuk skabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga
dilaporkan secara khusus tentang formulasi ivermectin topikal efektif
untuk mengobati skabies. Efek samping yang sering adalah kontak
dermatitis dan toxicepidermal necrolysis.(10)
g.

Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.
(10)

h.

Malathion
Malathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24 jam,
pemberian berikutnya beberapa hari kemudian.(10) Namun saat ini
tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek
samping yang sangat tinggi.(4)

3.

Penatalaksanaan skabies berkrusta


Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun skabies
berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan beberapa
pengobatan dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah,
kecuali sekitar mata, hidung, mulut dan khusus dibawah kuku jari tangan
dan jari kaki diikuti dengan penggunaan sikat di bagian bawah ujung kuku.
Pengobatan diawali dengan krim permethrin dan jika dibutuhkan diikuti
dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat membantu bila sebelum terapi
dengan skabisid diobati dengan keratolitik.(10)

4.

Penatalaksanaan skabies nodular


Skabies nodular merupakan salah satu karakteristik skabies yang kronik
mengenai beberapa bagian tubuh seperti genitalia pria dan aksilla. Skabies
seperti ini ditangani dengan anti skabitik disertai dengan pemberian steroid.
(4)

5.

Pengobatan terhadap komplikasi


Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral khususnya
eritromisin.(10)

6.

Pengobatan simptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal yang
secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan
anti skabies yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi

kulit yang sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolien pada lesi yang
kurang aktif mungkin sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat
digunakan triamsinolon 0,1% untuk mengurangi keluhan.(10)
Tabel 2. Pengobatan Skabies (1)

Jenis Obat
Krim

Dosis

Keterangan

Dioleskan selama 8-14 Terapi lini pertama di Amerika

Permethrin jam, diulangi selama 7 Serikat dan kehamilan kategori


5%

hari.

Losion

Dioleskan selama 8 jam Tidak dapat diberikan pada

Lindane

setelah itu dibersihkan, anak umur 2 tahun kebawah,

1%

olesan kedua diberikan 1 wanita selama masa kehamilan


minggu kemudian.

Krim

B.

dan laktasi.

Dioleskan selama 2 hari Memiliki efek anti pruritus

Crotamiton berturut-turut,

lalu tetapi

efektifitasnya

tidak

10%

diulangi dalam 5 hari.

Sulfur

Dioleskan selama 3 hari Aman untuk anak kurang dari 2

presipitat

lalu dibersihkan.

5-10%

sebaik topikal lainnya.

bulan dan wanita dalam masa


kehamilan dan laktasi, tetapi
tampak

kotor

pemakaiannya

dalam
dan

data

efisiensi obat ini masih kurang.


Losion

Dioleskan selama 24 jam Efektif

Benzyl

lalu dibersihkan

Benzoat
10%

namun

dapat

menyebabkan dermatitis pada


wajah

Ivermectin

Dosis tunggal oral, bisa Memiliki efektifitas yang tinggi

200 g/kg

diulangi selama 10-14 dan aman. Dapat digunakan


hari

bersama bahan topikal lainnya.


Digunakan pada kasus-kasus
skabies berkrusta dan skabies
resisten.

Setelah pengobatan berhasil untuk mematikan tungau, rasa gatal dapat


bertahan dan dirasakan selama 6 minggu sebagai reaksi eksematous. Pasien
dapat diobati dengan pengobatan eksema biasa dengan emolien dan
kortikosteroid topikal dengan atau tanpa antibiotik topikal tergantung adanya
infeksi sekunder Staphylocccus aureus. Antipruritus topikal crotamiton sering
membantu jika kulit gatal dengan hanya sedikit reaksi peradangan. Pasien harus
disarankan bahwa erupsi dari skabies membutuhkan waktu untuk proses
penyembuhan dan sebaiknya berhati-hati dengan penggunaan skabisid yang
berlebihan. (1,7)
2.8 KOMPLIKASI
Di utara Australia, dilaporkan angka kematian meningkat 50 % selama
lebih dari 5 tahun, dengan penyebab utamanya yaitu infeksi bakterial sekunder,
yang sering disebabkan oleh Streptococcus aureus, Streptococcus -hemolitikus
grup A, atau peptostreptococci. Beberapa laporan kasus didapatkan vaskulitis
leukositoklastik akibat scabies, dan satu kasus tercatat adanya antikoagulan lupus.
(1,8)

Impegtiginisasi sekunder adalah komplikasi umum ditemukan dan berespon

baik terhadap pemberian antibiotik topikal ataupun oral, tergantung tingkat


piodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga terjadi terutama
pada skabies Norwegian Scabies.(1) Glomerulonefritis juga pernah dilaporkan
sebagai komplikasi dari scabies.(18) Post-streptococcal glomerulonephritis bisa
terjadi karena scabies-induced pyodermas yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogens.(1)

2.9 PROGNOSIS
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada
individu yang immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.(1)
Investasi skabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi skabies,
jika diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan
eksema akan sembuh.(1,7)
2.10 PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan skabies, orang-orang
yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal
skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran
skabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau skabies yang
masih dalam periode inkubasi asimptomatik.(1)
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan
dikeringkan dengan udara panas karena tungau skabies dapat hidup hingga 3 hari
diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya juga harus dibersihkan (vacuum
cleaner).(1)

BAB 3
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur
: Nn.A/Perempuan/12 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan
: Pelajar kelas 6 SD
c. Alamat
: Belimbing
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan
: Belum Menikah
b. Jumlah Saudara
: Anak pertama dari 2 bersaudara
c. Status Ekonomi Keluarga : tipe kelas bawah, pendapatan orangtua
Rp1.000.000/bulan.
d. Kondisi Rumah
:
- Rumah permanen, milik sendiri, perkarangan kurang luas,
-

memiliki 2 kamar tidur.


Listrik ada
Sumber air : air PDAM, sumber air minum: dimasak dari air

PDAM
Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
Sampah dibuang ke tempat pembuangan sementara dan diambil

oleh petugas setiap hari.


- Ventilasi dan pencahayaan kurang memadai
- Jumlah penghuni 4 orang: ayah, ibu, pasien dan adik pasien.
- Kesan : higiene dan sanitasi kurang
e. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk
3. Aspek Psikologis di Keluarga
- Pasien tinggal bersama kedua orangtua dan 1 orang saudara
kandung.
- Hubungan dengan anggota keluarga baik.
- Faktor stress dalam keluarga tidak ada.
4. Riwayat Penyakit Dahulu / Penyakit Keluarga
Pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya.
Adik pasien yang berumur 8 tahun juga menderita keluhan bentol
kemerahan hampir pada seluruh tubuh sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien dan keluarga tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari.
Pasien dan keluarga tidak ada riwayat nafas menciut.
Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi makanan sebelumnya.
Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya.
5. Keluhan Utama
- Bentol kemerahan yang terasa gatal hampir di seluruh tubuh sejak
1 minggu yang lalu.

6. Riwayat Penyakit Sekarang


- Bentol kemerahan yang terasa gatal hampir di seluruh tubuh sejak
1 minggu yang lalu. Awalnya bentol kemerahan yang gatal ini
muncul pada sela-sela jari tangan kanan dan kiri sebesar ujung
jarum pentul yang kemudian menyebar hampir ke seluruh tubuh
-

pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri, perut dan bokong.
Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari
dan menyebabkan pasien sering terbangun malam hari dan

bertambah gatal bila berkeringat.


Pasien tinggal di rumah bersama orangtua dan 1 orang adik

perempuan. Pasien tidur di kasur yang sama dengan adiknya.


Pasien memakai handuk bersama dengan adiknya dan memakai

alat mandi bersamaan dengan orang tuanya.


Sprai dan sarung bantal diganti 3 bulan sekali, terakhir diganti 3

bulan yang lalu.


Pasien mandi dan mengganti baju sekali sehari.
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
Riwayat demam tidak ada
Riwayat digigit serangga tidak ada
Tidak ada teman-teman pasien yang menderita penyakit yang sama
seperti pasien.

7. Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
Suhu
BB
TB
IMT
Status gizi
Kepala
Mata
Kulit
Leher
Dada

: Baik
: CMC
: 88x/menit
: 19x/menit
: 36,8 0C
: 38 kg
: 130 cm
: 22,1
: Baik

: Bentuk bulat, rambut hitam dan tidak mudah dicabut


: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
: Turgor kulit baik
: Pembesaran KGB tidak ada
:

Paru

:
Inspeksi

: simetris kiri dan kanan

Palpasi

: fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung

Inspeksi

: iktus tidak terlihat

Palpasi

: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: batas jantung normal

Auskultasi

: bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi

: Perut tidak tampak membuncit

Palpasi

: Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan(-)

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: BU (+) N

Anggota gerak : Reflex fisiologis ++/++, refleks patologis -/STATUS DERMATOLOGIKUS


Lokasi

: sela-sela jari tangan kanan dan kiri, pergelangan tangan


kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, kaki kanan

dan kiri, sekitar perut dan bokong


Distribusi
: Generalisata, bilateral
Bentuk
: Tidak khas
Sususnan
: Tidak khas
Batas
: Tidak tegas
Ukuran
: Milier lentikuler
Effloesensi
: Vesikel, papul eritem, plak eritem, ekskoriasi, skuama.
Status Venereologikus :
Tidak ditemukan kelainan
Kelainan Selaput :
Tidak ditemukan Kelainan
Kelainan Kuku :
Kuku dan jaringan sekitar kuku tidak ditemukan kelainan
Kelainan Rambut :
Tidak ditemukan kelainan
Kelainan Kelenjar Limfe :
Tidak ditemukan pembesaran KGB submandibula, regio coli,
aksila, supraklavikula, infraklavikula, inguinal lateral dan medial.

8. Laboratorium Anjuran :
Pemeriksaan kerokan kulit, diharapkan ditemukan telur dan tungau
Sarcoptes scabiei.
9. Diagnosis Kerja: Skabies
10. Diagnosis Banding : -

11. Manajemen :
Preventif :
Meminta anggota keluarga (adik pasien) yang juga mengalami
keluhan yang sama dengan pasien untuk juga berobat ke
Puskesmas.
Mengganti semua pakaian, handuk, sprai, dan sarung bantal,
atau semua yang digunakan oleh pasien selama seminggu
terakhir, dicuci dan kemudian direndam dengan air panas,
dijemur di terik matahari sampai kering dan disetrika.
Hindari menggaruk secara berlebihan karena

bisa

menyebabkan terjadinya luka dan infeksi atau penyebaran ke


tempat lain, bila gatal cukup dengan menepuk-nepuk bagian
yang gatal dengan lembut dan mencuci tangan setelah itu.
Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari dan
keringkan badan setelah mandi dengan handuk yang bersih.
Menghindari pemakaian baju, handuk, atau sprai secara
bersama-sama.
Mengganti sprai, sarung bantal, dan handuk secara rutin 1x
seminggu.
Menjaga kebersihan kuku dan memotong kuku jika sudah
mulai panjang.
Mencuci tangan dengan sabun setelah bermain tanah, sebelum
dan sesudah makan, serta setelah buang air besar dan buang air
kecil.
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
Menjaga untuk tidak berkontak atau seminimal mungkin
berkontak dengan lesi/bagian kulit yang sakit baik oleh pasien,
keluarga, maupun teman-teman pasien.
Mengusahakan agar penerangan dan sirkulasi udara di rumah
terjaga dengan membuka pintu dan jendela terutama pada pagi
dan siang hari.
Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari.
Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang untuk
membantu meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak
mudah terkena penyakit.

Promotif :
Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit
dan faktor penyebab penyakit, bahwa penyakit ini merupakan
penyakit kulit yang disebabkan oleh sejenis tungau, adapun
faktor yang menunjang perkembangan penyakit diantaranya
kebersihan diri dan lingkungan yang kurang, cara penularan
dapat berupa kontak langsung (kontak kulit dengan kulit)
misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan sebagainya.
Kontak tidak langsung melalui benda misalnya pakaian,
handuk, sprai, sarung bantal sehingga perlu dihindari
pemakaian baju, handuk, sprai secara bersama-sama.
Edukasikan
kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
penyakit ini ditandai dengan rasa gatal yang meningkat pada
malam hari, menyerang manusia secara berkelompok sehingga
semua anggota keluarga harus diobati secara serentak.
Biasanya muncul pada sela jari tangan, pergelangan tangan,
siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, puting susu (pada
wanita), sekitar pusar, bokong, kemaluan, perut bagian bawah
(dewasa), atau pada kulit yang tipis, pada bayi, karena kulitnya
masih tipis, maka bisa mengenai seluruh tubuh, membentuk
terowongan pada tempat-tempat tadi.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
kelainan kulit yang disebabkan oleh penyakit ini tidak hanya
karena tungau penyebab namun juga akibat garukan yang
berlebihan yang bisa menyebabkan terjadinya penyebaran dan
infeksi sekunder.
Edukasikan kepada pasien dan keluarga pasien cara pemakaian
obat yang benar (salep 2-4) yakni digunakan setelah mandi sore
selama 24 jam, di seluruh tubuh kecuali kepala dan leher, jika
kena air oleskan lagi, dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
Edukasikan pada pasien dan keluarga pasien bahwa untuk
pengobatannya, pada pasien diberikan obat berbentuk salep
dimana salep ini tidak efektif untuk semua fase tungau
terutama fase telur sehingga penggunaannya harus selama 3

hari berturut-turut untuk memastikan semua telur yang belum


menetas pada akhirnya telah berubah menjadi tungau.
Pengobatan dengan salep ini tidak boleh lebih dari 3 hari dan
bisa diulangi lagi seminggu kemudian karena jika digunakan
lebih dari 3 hari berturut-turut bisa menyebabkan iritasi kulit.
Salep 2-4 dapat menimbulkan bau tidak sedap (bau belerang)
dan mengotori pakaian. Pada pasien juga diberikan obat yang
diminum berupa anti histamin.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
pentingnya kepatuhan menggunakan obat karena penyakit ini
memerlukan waktu yang cukup lama untuk sembuh.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa dengan
memperhatikan cara pemakaian obat, menghilangkan faktorfaktor penyebab, memutus rantai penularan dengan pengobatan
seluruh anggota keluarga secara serentak maka penyakit ini
dapat diberantas.

Kuratif :
Sistemik
CTM tablet 4 mg diminum 3 x 1 tablet sehari, apabila gatal sudah
hilang maka obat tidak perlu diminum lagi, obat ini dapat

menyebabkan kantuk.
Topikal
Mengoleskan salap 2-4 ke seluruh badan kecuali wajah setelah
mandi sore hari dan selanjutnya pasien tidak boleh mandi selama
lebih kurang 24 jam dilakukan selama 3 hari berturut-turut, bila
terkena air maka ulangi pengolesan.

Rehabilitatif :
Kontrol 1 minggu lagi ke Puskesmas, jika ada lesi baru obat
topikal dapat diulangi lagi setelah 1 minggu.
Diingatkan pada pasien dan keluarga pasien bahwa yang
paling penting adalah pemakaian salep 2-4 yang benar,
mengkonsumsi CTM bila gatal, serta menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.

PENULISAN RESEP

Dinas Kesehatan Kodya Padang


Puskesmas Belimbing
Dokter
Tanggal
R/

: Panca Sapriawan
: 8 Desember 2015

Salep 2-4 tube No. I


Sue (3 hari berturut-turut, kecuali wajah)

R/

CTM tab 4 mg no.V


Sprn (max 3 dd tab 1 )

Pro
: Nn. A
Umur : 12 tahun
Alamat : Belimbing

1. DATA KELUARGA
A. Identitas individu/keluarga
No
1
2
3
4

Nama

Jenis

Usia

Status

Pendidikan

Pekerjaan

Tn. R
Ny. S
Nn. A
Nn. R

Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan

(Thn)
35
33
12
8

Suami
Istri
Anak
Anak

SMP
SMP
SD
SD

Buruh
IRT
Pelajar
Pelajar

1. Riwayat penyakit individu/keluarga


- Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang berat
-

dan memerlukan perawatan di rumah sakit.


Adik pasien juga menderita keluhan bentol kemerahan hampir pada
seluruh tubuh sejak 1 minggu yang lalu.

2. Riwayat penyakit keturunan


- Riwayat penyakit yang diturunkan di dalam keluarga tidak ada.
3. Akses ke pelayanan kesehatan
- Memiliki kartu Jamkesmas, keluarga ini dapat mengakses layanan
kesehatan baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit.
4. Perilaku individu/keluarga
- Perilaku hidup bersih kurang.
- Pengelolaan limbah rumah tangga cukup baik.
- Kepala keluarga merokok, 5 10 batang per hari.
- Kebiasaan dan perilaku hidup tidak sehat seperti mengkonsumsi minuman
keras dan menggunakan NAPZA tidak ada.

B. Menetapkan masalah kesehatan pasien dan keluarga


1. Status ekonomi pasien dan keluarga yang berasal dari keluarga kurang
mampu menyebabkan kurang layaknya tempat tinggal yang dihuni dimana
ventilasi udaranya kurang, pencahayaan kurang, rumah permanen.

2. Karena kurangnya informasi mengenai akses pelayanan kesehatan,


menyebabkan pasien dan keluarganya tidak mendapatkan pengobatan yang
optimal untuk keluarganya karena sering terkendala biaya.
3. Tidak terpenuhinya makanan yang sehat dan bergizi seimbang untuk
kebutuhan asupan makanan sehari-hari sehingga rentan terhadap penyakit
infeksi dan penyakit lainnya.
4. Rendahnya tingkat pendidikan kedua orang tua berperan dalam kurangnya
kesadaran

untuk

berperilaku

hidup

sehat

dan

kesadaran

untuk

memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia.


5. Kurangnya kebersihan di lingkungan rumah menyebabkan anggota
keluarga berisiko untuk mengalami berbagai penyakit infeksi seperti diare,
ISPA, TB paru, penyakit kulit, dan sebagainya.
C. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui
pendekatan komprehensif dan holistik
Faktor risiko :
Faktor biologis
Adanya riwayat pasien dan anggota keluarga (adik pasien) menderita
penyakit yang sama.
- Edukasi mengenai potensi penularan dan kekambuhan penyakit ini.
- Meminta anggota keluarga (adik pasien) yang juga mengalami keluhan
yang sama dengan pasien untuk turut berobat ke Puskesmas.
Faktor perilaku kesehatan keluarga
Higiene pribadi dan lingkungan kurang
Edukasi mengenai higiene dalam hal ini bekerjasama dengan petugas
klinik sanitasi.
- Mengganti semua pakaian, handuk, seprei, alas bantal yang telah
terkontaminasi

atau semua yang digunakan seminggu terakhir,

dicuci dan kemudian direndam dengan air panas, dijemur di terik


-

matahari sampai kering dan diseterika.


Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari dan keringkan

badan setelah mandi.


Menghindari pemakaian baju, handuk, sprei secara bersama-sama.
Menjaga kebersihan kuku dan memotong kuku jika sudah mulai

panjang.
Mengganti seprei, alas bantal, dan handuk secara rutin 1x
seminggu.

Mencuci tangan dengan sabun setelah bermain tanah, sebelum dan

sesudah makan, serta setelah buang air besar dan buang air kecil.
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari.
Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.

Menganggap bahwa penyakit ini hanyalah penyakit alergi biasa dan


berobat jika keluhan penyakit telah parah.
- Penyuluhan dengan media leaflet.
Menerangkan bahwa penyakit ini adalah penyakit yang sangat menular
dan bukanlah penyakit alergi seperti yang dipahami oleh keluarga
-

pasien.
Menerangkan akibat dan komplikasi yang akan timbul jika penyakit ini

berlangsung lama.
Menerangkan bahwa pengobatan penyakit ini berlangsung lama dan

membutuhkan ketaatan dalam menggunakan obat.


Anjuran untuk kontrol
walaupun penyakit

telah

dianggap

menyembuh.
Lingkungan rumah
Rumah berada di lingkungan yang padat, berbatas langsung dengan jalan.
- Dianjurkan untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah dengan rutin

membersihkan rumah setiap hari.


Ventilasi dan penerangan kurang.
- Mengusahakan agar penerangan dan sirkulasi udara di rumah terjaga
dengan membuka pintu terutama pada pagi dan siang hari dan

menambah ventilasi.
Faktor sosial ekonomi
Puskesmas memberdayakan kerjasama lintas sektoral yang baik dengan
DKK Padang dan Aparatur Masyarakat setempat mengenai pengadaan

pemberian makanan tambahan secara berkala dan berkesinambungan.


Puskesmas berkerjasama dengan Kader setempat untuk memotivasi
keluarga agar dapat memanfaatkan akses pelayanan kesehatan secara

optimal.
Puskesmas bekerjasama dengan Kader setempat untuk mensosialisasikan
gaya hidup yang bersih dan sehat agar dapat terhindar dari penyakit infeksi
dan menular.

Follow up
15 Desember 2015 di rumah pasien
S/

Gejala gatal berkurang

Nanah tidak ada

Bintik-bintik di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, pergelangan tangan


kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri,

sekitar perut dan bokong berkurang.


Pasien telah minum obat secara teratur, dan menggunakan salep sesuai
anjuran ke seluruh badan kecuali wajah setiap selesai mandi sore selama 3

hari berturut-turut.
Ibu pasien sudah mengganti dan mencuci seprai, alas bantal dan handuk
namun

belum

melakukakannya

sesuai

anjuran

dengan

mencuci

menggunakan air panas, dijemur dan disetrika. Pasien mencucinya dengan

air biasa dan setelah dijemur belum sempat disetrika.


Ibu pasien belum mencuci semua pakaian yang digunakan atau yang telah
terkena pasien, hanya pakaian yang dipakai sehari sebelumnya.

Nafsu makan baik

Aktivitas sehari-hari aktif

Vital sign baik

Status lokalisata :

O/

Lokasi

: pada sela-sela jari tangan kanan dan kiri, pergelangan


tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri,
kaki kanan dan kiri, perut dan bokong

Distribusi

: Terlokalisir

Bentuk

: Tidak khas

Susunan

: Tidak khas

Batas

: Tidak tegas

Ukuran
Efloresensi

: Milier - lentikuler
: Papul eritema, krusta hitam

A/ Skabies
P/

Memotivasi pasien untuk kontrol ke Puskesmas


Memotivasi ibu untuk menjalankan nasehat tentang upaya pembasmian
tungau : menjemur kasur, mencuci dan merendam pakaian dengan air

panas, dll
Memotivasi ibu dalam memberikan variasi makanan yang bergizi

seimbang.
Memotivasi ibu untuk meningkatkan kebersihan personal anaknya
terutama untuk memotong kuku apabila panjang (minimal 1 kali
seminggu) dan selalu mencuci tangan saat akan makan, setelah makan,

dari toilet, setelah bermain.


Penerapan PHBS dengan bantuan leaflet

Follow up 18 Desember 2015 di Puskesmas


S/

Gejala gatal berkurang

Bintik-bintik di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, pergelangan tangan


kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri,

sekitar perut dan bokong berkurang


Pasien telah minum obat secara teratur dan telah menggunakan salep 2-4
sesuai anjuran.

Nafsu makan baik

Aktivitas sehari-hari aktif

Terdapat bercak bercak kehitaman pada bekas garukan.

Nafsu makan pasien baik

Pasien sudah kontrol ke Puskesmas

O/

Vital sign baik

Status lokalisata :

Lokasi

: pada sela-sela jari tangan kanan dan kiri, pergelangan


tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri,
kaki kanan dan kiri, perut dan bokong.

Distribusi

: Terlokalisir

Bentuk

: Tidak khas

Susunan

: Tidak khas

Batas

: Tidak tegas

Ukuran
Efloresensi

: Milier - lentikuler
: Papul eritema, ekskoriasi, bercak-bercak hiperpigmentasi
bekas garukan.

A/ Skabies dalam perbaikan


P/

Memotivasi ibu untuk menerapkan pola gizi seimbang terahadap makanan


anaknya sehari hari (tidak harus mahal, spt : tempe, telur, tahu, ikan )

Memotivasi ibu untuk meningkatkan kebersihan personal anaknya teutama


untuk memotong kuku apabila panjang (minimal 1 kali seminggu) dan
selalu mencuci tangan saat akan makan, setelah makan, dari toilet, setelah
bermain.

Mencuci seprei dan alas bantal minimal 1 kali/minggu

Memotivasi pasien untuk kontrol ke Puskesmas.

Follow up 23 Desember 2015 di rumah Pasien


S/

Gejala gatal berkurang

Bintik-bintik di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, pergelangan tangan


kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri,
sekitar perut dan bokong berkurang

O/

Nafsu makan baik

Aktivitas sehari-hari aktif

Terdapat bercak bercak kehitaman pada bekas gatal

Vital sign baik

Status lokalisata :
Lokasi

: pada sela-sela jari tangan kanan dan kiri, pergelangan


tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri,
kaki kanan dan kiri, perut dan bokong.

Distribusi

: Terlokalisir

Bentuk

: Tidak khas

Susunan

: Tidak khas

Batas

: Tidak tegas

Ukuran
Efloresensi

: Milier - lentikuler
: Papul eritema, krusta kehitaman, dan bercak-bercak
hiperpigmentasi bekas garukan

A/ Skabies dalam perbaikan


P/

Terus memotivasi ibu untuk menerapkan pola gizi seimbang terhadap


makanan anaknya sehari hari (tidak harus mahal, spt : tempe, telur, tahu,
ikan)

Memotivasi ibu untuk tetap menjaga kebersihan personal anaknya dengan


mandi 2-3x sehari, selalu mengganti pakaian setiap kali mandi, mencuci
tangan sebelum dan setelah makan, setelah dari toilet dan setelah bermain.

Memotivasi ibu untuk tetap meningkatkan kebersihan keluarganya

D. HASIL
Hasil pencapaian yang didapat dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan
dalam kurun waktu lebih kurang 3 minggu ini, yaitu :
Pasien dan keluarga paham akan penyakit yang di derita oleh pasien dan

semakin waspada terhadap penularan penyakit tersebut.


Higiene pribadi dan lingkungan mulai terjaga dengan:
Mencuci baju, handuk, seprei dan alas bantal dengan air panas,

dijemur di terik matahari sampai kering dan diseterika.


Menggunakan alat mandi dan pakaian masing-masing..
Membersihkan dan merapikan tempat pakaian bersih dan pakaian

kotor.
Mencuci tangan setelah bermain diluar rumah.

Mencuci tangan setelah berkontak dengan lesi.


Pasien tidak menggaruk lesi

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi, Mochtar, Aisah, Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Kelima. FKUI, Jakarta: 2008
2. Siregar,R.S.2004. Gonore. Sari Pati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta, hal :
299
3. Freedberg IM, dkk. 2003. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.
McGraw-Hill
4. wolff K, Richard AJ, Dick S. 2005. fitzpatrick's color atlas and synopsis of
clinical dermatology. McGraw-Hill Professional. English.
5. Habif TP. 2004. Clinical Dermatology: a color guide to diagnosis and
therapy. Mosby.
6. Barakbah, J dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga : Surabaya
7. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, other mites, and pediculosis
In: Wolff K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. United state of
America. McGraw-Hill; 2008. p. 2029-2032.
8. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Herpes Scabies. In: Trozak DJ,
Tennenhouse JD, Russell JJ editors. Dermatology Skills for Primary Care;
An Illustrated Guide: Humana Press; 2006. p. 105-11
9. Currie JB, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. New
England J Med. 2010; 362: p. 718.
10. Karthikeyan K. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgraduate
Med J. 2005; 81: p. 8 - 10.

LAMPIRAN

Gambaran Kondisi Rumah Pasien

Anda mungkin juga menyukai