Tujuan :
1. Untuk mengetahui adanya reseptor tekanan, sakit, sentuhan, dingin, dan panas pada
kulit, serta mengetahui letak masing-masing reseptor.
2. Memahami seta mengetahui kepekaan syaraf peraba dengan melokalisir tempat yang
di tusukan ke berbagai tempat.
3. Untuk membuktikan kepekaan syaraf peraba terhadap kehalusan benda (dalam hal ini
ampelas berbagai nomor atau derajat kehalusan sampai kekasaran) sampai kekasaran
benda; serta bentukbentuk benda (Stereognostik).
4. Untuk mengetahui serta membuktikan sikap lengan yang di tempatkan ke berbagai
lokasi, serta apakah perintah dan sikap untuk menentukan tempat akan sinkron.
Landasan Teori
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan,
panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan
lapisan dalam atau lapisan dermis. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel
saraf. Epidermis tersusun atas empat lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian luar, pertama
adalah stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya. Kedua, yaitu
di sebelah luar lapisan germinativum terdapat stratum granulosum yang berisi sedikit keratin
yang menyebabkan kulit menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum
umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat
warna kulit, kehitaman, atau kecoklatan. Lapisan ketiga merupakan lapisan yang transparan
disebut stratum lusidum dan lapisan keempat (lapisan terluar) adalah lapisan tanduk
disebut stratum korneum.
Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk
kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah yang
membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan serabut saraf. Pada
setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu dingin atau merasa
takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat
timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari
kerusakan mekanik.
Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari serat
yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat elastis/lentur,
sehingga kulit dapat mengembang.
Reseptor pada kulit :
1.
2.
Merkels disc : untuk mendeteksi sentuhan oleh orang lain yang tidak di kenal
b.
Dermis
a.
b.
c.
d. Free Nerve Ending: untuk mendeteksi rasa sakit, jangkauannya lebih luas
dibandingkan reseptor lain karena tersebar di seluruh permukaan kulit
Reseptor taktil adalah
perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan
potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke
reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan
otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang
berbeda pula. Diskriminasi titik adalah kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu
ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi
dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi.
Normalnya dua titik terpisah 2 4 mm dpt dibedakan pd ujung jari tangan, 30-40mm dpt
dibedakan pada dorsum pedis.
Baik disadari maupun tidak, tubuh kita selalu melakukan gerak. Bahkan seseorang
yang tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan gerak. Saat kita
tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak yang
disebabkanoleh kontrasi otot. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan banyak
bagian tubuh.Terdapat banyak komponen komponen tubuh yang terlibat dalam gerak ini,
baik itu disadari maupun tidak disadari. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan
baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang
sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme
gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun
atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron.
2
jaruum.
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis ampelas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian.
Percobaan I
Perasaan Subyektif Panas dan Dingin.
1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20 o, 30o, dan
40o.
2. Masukkan tangan kiri ke dalam air bersuhu 20o dan tangan kanan ke dalam air
bersuhu 40o untuk 2 menit.
3. Catat kesan apa yang saudara alami.
4. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30 o C.
Catat kesan apa yang saudara alami.
5. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak 10cm.
6. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan
kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang saudara alami antara hasil tiupan
pada sub 4 dan 5.
7. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alcohol atau eter. Kesan apa yang
saudara alami?
Hasil Pengamatan
Tangan kiri dimasukkan ke dalam air 20o lalu dimasukkan ke air 30o.
Tangan kanan dimasukkan ke dalam air 40o lalu dimasukkan ke air 30o.
Tangan kiri (20o)
20o 30o
40o 30o
Perbandingan antara kulit punggung tangan kanan dan kiri yang sudah kering lalu ditiup
dengan kulit punggung tangan kanan dan kiri yang dimasukkan ke dalam air terlebih
dahulu lalu ditiup.
Sudah kering
Tangan kanan
Tangan kiri
sejuk.
terasa tajam.
Terasa dingin.
Jika kulit punggung tangan diolesi oleh alcohol lalu ditiup, maka akan terasa dingin.
Hal ini dikarenakan alcohol merupakan larutan yang mudah menguap sehingga dapat
mengambil panas yang ada pada tangan tersebut dan akibatnya terasa dingin.
Percobaan II
Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit.
1. Letakkan punggung tangan saudara di atas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir
tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.
2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3x3 cm dan gambarkan
pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas. Kotak 3x3 cm, dibuat lagi menjadi
12x12 kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak kecil.
3. Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.
4. Selidikilah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan
kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut
kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan
menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas
bersuhu 50oC. Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada no.4 dengan kerucut kuningan yang telah
didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya ke
dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. Tandai titik-titik
dingin yang diperoleh dengan tinta.
6. Selidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan
menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri
dengan jarum.
7. Gambarkan dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan
tangan tangan di kertas.
Lampiran hasil percobaan II
Percobaan III
Lokalisasi Taktil
1. Tutup mata OP dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya.
2. Suruh sekarang OP melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung
sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan rata-rata untuk kulit ujung jari,
telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk.
5
Hasil Pengamatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Rata-rata
Ujung jari
0,2 cm
0,6 cm
0,2 cm
0,1 cm
0,1 cm
0,24 cm
Telapak tangan
0,3 cm
1 cm
1,4 cm
0,5 cm
1,1 cm
0,86 cm
Lengan bawah
2,1 cm
0,3 cm
2,1 cm
3,4 cm
5 cm
2,58 cm
Lengan atas
1 cm
1,5 cm
1,5 cm
2,5 cm
4,3 cm
2,16 cm
Tengkuk
0,7 cm
1,2 cm
0,3 cm
1,5 cm
1,4 cm
1,02 cm
Percobaan IV
Diskriminasi Taktil
1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan
menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung
jari.
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dan kemudian jauhkan
berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan menjadi 2
titik.
3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil angka
ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua
ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua
titik ujung jari, tengkuk, dan pipi.
6. Catat apa yang saudara alami.
Hasil Pengamatan
No.
1
2
3
Nama benda
Ujung jari
Tengkuk
Pipi
Simultan
0,5
0,2
0,4
Suksesif
0,2
0,2
0,2
Percobaan V
Perasaan Iringan (After Image)
1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat itu
selama saudara melakukan percobaan VI.
2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan
apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?
Hasil Pengamatan
6
Setelah melakukan percobaan VI dan pensil diambil, OP merasakan ada rasa tekan saat pensil
itu diambil dan masih merasakan seperti pensil tetap masih ada di telinga.
Percobaan VI
Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda
a. Kekasaran Permukaan Benda
1. Dengan mata tertutup suruh OP meraba-raba permukaan ampelas yang mempunyai
derajat kekasaran yang berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.
b. Bentuk Benda
1. Dengan mata tertutup suruh OP memegang-megang benda-benda kecil yang saudara
berikan (pensil, peghapus, rautan, koin, dll).
2. Suruh OP menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.
c. Bahan Pakaian
1. Dengan mata tertutup suruh OP meraba-raba bahan-bahan pakaian yang saudara
berikan.
2. Suruh OP setiap kali menyebutkan jenis/sifat bahan yang dirabanya itu. Bila OP
membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat,
permukaan), apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?
Hasil Pengamatan
OP selama melakukan percobaan dapat membedakan derajat kekasaran benda,
menyebutkan nama-nama benda yang dipegang, dan dapat menyebutkan jenis/sifat
bahan yang dirabanya dengan mata tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa OP dalam
keadaan normal dan tidak mengalami gangguan neurologis.
Percobaan VII
Tafsiran Sikap
1. Suruh OP duduk dan tutup mata.
2. Pegang dan gerakan secara pasif lengan bawah OP ke dekat kepalanya, ke dekat
dadanya, ke dekat lututnya, dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan OP.
4. Suruh OP dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya dengan
perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis berhubungan
dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk badan akhir seperti
lempengan (diskus ataukorpuskel merkel). Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap
dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan
antara keratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat
di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran
dan juga resepor terhadap dingin.
b. Korpuskulus Peraba (Meissner): Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila
dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu
panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya
sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang
menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng
yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini
mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak
mangandung
peka
terhadap
sentuhan
dan
memungkinkan
diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya
berdekatan).
c. Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini): Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di
jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting,periosteum, mesenterium,
tendo, ligamen dan genetaliaeksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2
mm, dan diameter 0,5 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata
telanjang, karena bentuknya mirip bawang.
Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah
kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung
mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel
gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya.
Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam.
d. Korpuskulus Gelembung (Krause): Korpuskulusgelembung (krause) ditemukan di daerah
mukokutis (bibir dangenetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut.
Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai
sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus,
9
serat bermielinkehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan selschwan.
Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang
menggelembung sebagai gada.Korpuskel ini jumlahnya
bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap
dingin.
e. Korpuskulus Ruffini: Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermisdan
kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir
saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakanmekanoreseptor, karena mirip
dengan organ tendo golgi.
Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus
dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar
berkastendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang
bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.
f. Spindel Neuromuskular.
Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron sensorik: serat
tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C yang paling kecil. Kedua
jebis serat tipe A mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi dengna sangat cepat;
semakin besar serat semakin cepat transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi
taktil yang dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak mengandung
mielin dan menyalurkan potensial aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat daripada serat A.
Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda
spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinap di spnia, informasi
dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat
(beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf
dalam sisitem ini menyebrang dari kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di talamus.
Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis
melalui serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke
daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke pusa-pusat yang lebih tinggi melalui serat
di sitem anterolateral.
Perasaan taktil ada dua macam :
1.
Kepaekaan terhadap taktil halus diketahui dengan menentukan jarak terdekat antara dua titik
di kulit yang sekaligus distimulasi dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Implus taktil
ini dihantarkan melalui fasciculus gracillis cuneatus.
2.
Sensasi raba, umunya disebabkan oleh reseptor taktil di dalam kulit atau di dalam
Sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih
dalam
3.
Sensasi getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang berulang dengan cepat, tetapi
menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk raba dan
tekanan.
Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa
akhiran syaraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil.
Kita dapat membedakan benda benda tanpa melihat bentuknya. Disini yang
berperan adalah reseptor kinaesthesi. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan
reseptor tekanan yang digeserkan.
Kesimpulan
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas,
dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan
dalam atau lapisan dermis. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf.
Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda
spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai.TPL ( Two Point Localization ) lebih
peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata, bibir, dan lain-lain. Kepekaan
terhadap taktil halus diketahui dengan menentukan jarak terdekat antara dua titik di kulit
yang sekaligus distimulasi dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Impuls taktil ini
dihantarkan melalui fasciculus gracillis cuneatus. Pada percobaan saat telinga beradaptasi
dengan adanya pulpen, sehingga daun telinga tidak terasa seperti memakai pulpen. Namun,
ketika pulpen diambil, seperti masih merasakan adanya pulpen di daun telinga. Hal ini karena
11
adanya sensasi yang merupakan suatu perasaan yang timbul sebagai akibat adanya stimulus
suatu reseptor. Sensasi yang berlangsung secara terus menerus disebut sensasi beriringan
(after image).
12