Anda di halaman 1dari 2

Nama : Isadul Muzakki

Nim : 156020301111001
Pengalaman Olah Rasa Terhadap Diri Sendiri
Karena topik ini sudah 2x dibahas, dan ini adalah bahsan yg ketiga
kalinya, disini pertama saya akan menjabarkan tentang apa yang sudah saya
lakukan terhadap olah rasa terhadap diri sendiri pada pengalaman olah rasa saya
yang pertama dan kedua. Pada olah rasa yang pertama eksperimen saya adalah
ketika saya lapar saya makan, dan ketika saya mengantuk saya tidur, disini saya
mendapatkan pembelajaran bahwa kita tidak boleh memaksakan tubuh kita,
dengan menuruti apa yang dibutuhkan tubuh kita maka otomatis kesehatan kita
dan kinerja tubuh kita juga akan terjaga/stabil. Pada eksperimen kedua mencoba
untuk memksakan diri dengan begadang 2 hari dua malam, ternyata yang saya
dapatkan tubuh saya capeknya minta ampun, disini lagi2 saya mendapatkan
pembelajaran apa yang mirip dengan eksperimen pertama bahwa tubuh ini juga
membutuhkan sesuatu untuk menjaga kinerja tubuh.
Setelah melihat kembali eksperimen pertama dan kedua disini saya
berpfikir jika eksperimen yang saya lakukan hanya yang bersangkutan dalam
bentuk fisik semata, lalu muncul pertanyaan bahwa adakah kebutuhan rohani
yang dibutuhkan oleh diri? Disini eksperimen ketiga saya mengenai kebutuhan
rohani. Akhir-akhir ini menjelang uas banyak sekali tugas2 akhir dosen yang
akhirnya membuat saya galau bimbang dsb. Berhubung ada tugas ini saya berfikir
mungkin kebutuhan rohani saya kurang yang akhirnya menjadikan saya galu dsb,
efek dari galau ini pun mengakibatkan pada efek fisik seperti susah tidur, dsb.
Akhirnya saya mencoba untuk sholat malam dan puasa senin kamis, setelah saya
melakukan ibadah ini entah kenapa rasa kekhawatiran saya berkurang banyak
meskipun masih ada sedikit rasa khawatir. Disini saya membuat kesimpulan
bahwa diri manusia selain kebutuhan fisik juga membutuhkan kebutuhan
rohani, menurut saya 2 kebutuhan ini saling berhubungan jika kita tidak
memenuhi kebutuhan fisik maka kebutuhan rohani juga akan terganggu, dan
sebaliknya.
Pengalaman Olah Batin Tentang Tuhan

Tuhan dalam Al-Quran ada di dalam surat An-Nur, 35 :


Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita
besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampirhampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,
dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu.
Ayat ini kalau kita perhatikan dengan seksama menjelaskan kepada kita
tentang hakikat cahaya Allah dalam bentuk perumpamaan, sesuatu yang dikenal
oleh umat di zaman itu yaitu pohon zaitun. Tentu yang dimaksud poho zaitun
bukanlah pohon zaitun dalam makna harfiah, tapi itu hanyalah symbol atau
perumpamaan. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing
kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, Guru Sufi menjelaskan bahwa
cahaya di atas cahaya itu tidak lain adalah para Rasul dan Para Wali, mereka
berada di dalam cahaya dan mereka tidak lain terbit dari cahaya Allah SWT. Allah
dengan Pengasih dan Penyayang membimbing manusia kepada cahaya-Nya,
membimbing manusia untuk meng-imani Rasul-Nya, mengambil semua pelajaran
dari Rasul dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai