Anda di halaman 1dari 3

Pemberian Nutrisi Berlebih (overfeeding) pada Pasien dengan

Penyakit Kritis di Ruang Perawatan Intensif Anak


Anak yang dirawat di ruang rawat intensif (Pediatric Intensive Care Unit/ PICU) sangat
berisiko mengalami malnutrisi yang dapat disebabkan karena penyakitnya sendiri atau karena
proses perawatan di ruang rawat intensif. Malnutrisi terjadi sekitar 15%-25% anak pada saat
awal masuk PICU. Malnutrisi ini akan mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas,
lama rawat, lama pasien memakai ventilator, serta biaya perawatan.
Respon tubuh terhadap stres ditandai dengan peningkatan mediator pro-inflamasi yang
mengakibatkan peningkatan hormon counterregulatory seperti katekolamin, glukagon, dan
glukokortikoid dalam serum yang pada akhirnya akan mengubah metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak. Kondisi stres meningkatkan proses katabolisme yang memerlukan energi
dalam jumlah besar sehinga pasien mudah mengalami malnutrisi energi protein (MEP). Banyak
protein yang dipakai untuk memperbaiki jaringan yang rusak karena proses inflamasi. Selain
dari hal tersebut di atas, disebutkan bahwa pemberian nutrisi pada pasien yang dirawat tidak
sesuai dengan peresepan nutrisi sehingga membuat anak semakin mengalami MEP. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor seperti restriksi cairan, kondisi anak tidak stabil,
perdarahan saluran cerna, dan lain sebagainya. Rekomendasi ASPEN (American Society for
parental and enteral nutrition) menyebutkan bahwa apabila tidak ada gangguan saluran cerna,
pemberian nutrisi enteral harus diberikan sesegera mungkin.
Rekomendasi komposisi nutrisi ideal pada pasien dengan penyakit kritis adalah
karbohidrat 60-70%, protein 20% (1-2gr/kg/hari) dan lemak 20%-30%. Perhitungan kebutuhan
nutrisi pasien dengan kondisi kritis menggunakan formula :
Kebutuhan energi = Resting energy expenditure (REE) x faktor aktivitas x faktor stres;
dengan target pencapaian 90 110%. Underfeeding didefinisikan sebagai pemberian nutrisi per
hari kurang dari 90% target yang akan dicapai. Sebaliknya, overfeeding didefinisikan sebagai
pemberian nutrisi >110% target yang akan dicapai.

Overfeeding dapat terjadi baik akibat salah satu komposisi berlebih maupun
keseluruhan kalori yang diberikan. Overfeeding protein dapat menyebabkan azotemia, dehidrasi
hipertonik, and asidosis metabolik, sedangkan pemberikan karbohidrat berlebih dapat
menyebabkan hiperglikemia, hipertrigliseridemia, dan steatosis hepatik. Lebih dari itu,
overfeeding akan meningkatkan stres oksidatif dan mengaktifkan serangkaian jalur inflamasi
yang akan menekan sistem imun dan mempermudah terjadinya infeksi. Pada keadaan
fisiologis, metabolisme karbohidrat yang menghasilkan CO2 akan menstimulasi ventilasi
alveolus sehingga mencegah terjadinya hiperkapnia. Namun bila terdapat proses patologis
pada paru akan menghalangi mekanisme kompensasi ini sehingga terjadi penumpukan kadar
CO2 darah dan pada akhirnya akan memperpanjang masa perawatan pasien.
Hingga saat ini, tidak banyak penelitian mengenai hubungan antara overfeeding dengan
risiko terjadinya hiperkapnia yang patologis. Penelitian Talpers,dkk (1992) mengungkapkan
bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara pemberian komposisi karbohidrat sebanyak 4075% dari total kalori dengan kenaikan pCO2 dan diungkapkan meningkatnya kadar pCO2 lebih
berhubungan dengan kenaikan total kalori dibandingkan kalori dari karbohidrat semata dan
dikemukan kadar pCO2 akan meningkat secara signifikan pada pemberian total kalori 150
200% REE. Pada nutrisi parenteral, kadar pCO2 akan meningkat secara signifikan pada
pemberian GIR 10 mg/kg/menit.
Kesimpulan :
Overfeeding tidak hanya disebabkan karena komposisi karbohidrat yang berlebih (komposisi >
75% atau GIR 10 pada pemberian nutrisi parenteral) namun lebih dipengaruhi oleh total kalori
pemberian (karbohidrat, protein dan lemak).
Belum ada data konsisten yang mengemukakan batasan pemberian total kalori yang berisiko
merugikan namun beberapa penelitian menunjukkan pada pemberian total kalori 150-200%
REE akan menyebabkan hiperkapnia secara bermakna walaupun hal ini tidak terbukti
mempengaruhi luaran klinis.

Referensi
Mehta NM, Compher C. A.S.P.E.N. Clinical guidelines: nutrition support of the critically ill
child. J Parenter Enteral Nutr 2009;33:260-74
Schofield W. Predicting basal metabolic rate, new standards and review of previous work.
Human nutrition clinical nutrition 1985;Supp 1:5-41
Liposky JM, Nelson LD. Ventilatory respone to high caloric loads in critically ill patients. Crit
Care Med 1994;22:796-802
Talpers SS, Romberger DJ, Bunce SB, Pingleton SK. Nutritionally associated increased
carbon dioxide production: excess total calories vshigh proportion of carbohydrate calories.
Chest1992; 102: 551555
Covelli HD, Black JW, Olsen MS, Bechman JF. Respiratory failure precipitated by high
carbohydrate loads. Ann Intern Med 1981; 95: 579581
Dark DS, Pingleton SK, Kerby GR. Hypercapnia during weaning: a complication of
nutritional support. Chest 1985; 88: 141143
Silberman H, Silberman AW. Parenteral nutrition, biochemistry, and respiratory gas
exchange. J Parent Ent Nutr1986; 10: 151154

Anda mungkin juga menyukai