Review Konsep Pajak, PPH, PPN Di Indonesia Irfan
Review Konsep Pajak, PPH, PPN Di Indonesia Irfan
PEMBAHASAN
KONSEP PAJAK
Beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pajak, antara lain
menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara (peralihan kas ke sektor pemerintah berdasarkan Undang-Undang) dapat
dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Sedangkan menurut undang-undang No. 16 tahun 2009 pajak kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Jadi, terdapat unsur-unsur dalam pengertian pajak seperti : Masyarakat, undangundang, pemungut pajaknya, wajib pajak dan obyek yang dikenakan pajak.
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, hendaknya mengutamakan terciptanya
kondisi yang adil dan tidak memberatkan wajib pajak, untuk menuju kesana
dalam pemungutan harus memperhatikan asas atau prinsip pemungutan pajak
yang telah dipaparkan oleh Adam Smith atau yang disebut dengan smiths canon
atau the four maxim yaitu:
Equality (keadilan) yaitu Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata,
yaitu pajak dikenakan pada orang pribadi yang harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan
manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak
menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan
kepentingannya dan manfaat yang diminta.
dan
mengajukan
banding
kepada
majelis
pertimbangan
Dari bunyi pasal tersebut ada hal-hal penting yang biasanya kurang diperhatikan
oleh Wajib Pajak sebagai berikut :
Pembukuan harus dilakukan secara teratur, tepat waktu, terinci dan taat
azas;
Pembukuan harus ditutup dengan membuat laporan neraca dan perhitungan laba
rugi untuk periode tahun pajak tersebut. Pembukuan inilah yang menjadi bantuan
dalam timbulnya utang pajak sesuai dengan dasar pengenaan pajaknya, dimana
dimana dasar pengenaan pajak adalah nilai berupa uang yang dijadikan sebagai
dasar untuk menghitung pajak yang terutang,
Dasar pengenaan pajak (tax base) di dunia yang dikenal hingga saat ini
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: Penghasilan dan Bisnis (Income and
business), Konsumsi (Consumption) dan Kekayaan (Wealth). Yang selanjutnya
pada masing-masing kategori tersebut dikenakan jenis pajak tertentu.
Kategori kekayaan, terdiri dari jenis pajak ; pajak bangunan, pajak bumi,
pajak warisan, pajak hibah.
Ketentuan perpajakan tidak mengatur mengenai bentuk atau tata cara pembukuan
atau pencatatan yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak. Pedoman yang mengatur
mengenai hal ini hanya tercantum dalam Pasal 28 ayat (3) sampai dengan ayat
(12) UU KUP yang pokok-pokoknya adalah sebagai berikut:
atau
pencatatan
harus
diselenggarakan
di
Indonesia
Atas dasar diataslah munculah utang pajak itu sendiri adalah sejumlah uang yang
harus dibayar oleh masyarakat (khususnya Wajib Pajak) akibat adanya keadaan,
perbuatan, atau peristiwa, yang harus dilunasi dengan mekanisme yang berlaku
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasarmya dan
telah terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan), yang
terdiri dari : keadaan-keadaan tertentu, peristiwa, dan atau perbuatan tertentu.
Tetapi yang sering terjadi ialah karena keadaan, seperti pajak-pajak yang sangat
penting yaitu atas suatu penghasilan atau kekayaan, dikenakan atas keadaankeadaan ekonomis Wajib Pajak yang bersangkutan walaupun keadaan itu dalam
kebanyakan hal timbulnya karena perbuatan-perbuatannya. Tapi keadaan wajib
pajak yang menimbulkan utang pajak itu sendiri. Adanya utang pajak
berhubungan dengan adanya kewajiban masyarakat kepada Negara berdasarkan
Undang Undang.
Dalam utang pajak ini memiliki beberapa sifat, antara lain :
:Perbuatan
mendirikan
bangunan,
melakukan
bangunan,memperoleh
penghasilan,
memiliki
kendaraan
dua belas bulan, dan si A telah mempunyai penghasilan setahun di atas PTKP,
maka sudah timbul utang pajak bagi si A.
Bisa dikatakan ajaran hukum formal adalah tatacara untuk mewujudkan hukum
materiil menjadi kenyataan.
Pajak menurut golongannya dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : pajak
langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada pihak lain, . Contoh dari pajak langsung
adalah pajak penghasilan (PPh), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak
penerangan jalan, pajak kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Pajak tidak
langsung adalah pajak yang pembayarannya dikenakan kepada wajib pajak pada
saat tertentu / terjadi suatu peristiwa kena pajak dan dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang / pihak lain. seperti misalnya pajak pertambahan nilai
(PPN), pajak bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB), dan lain-lain.
Secara umum Pajak Negara terdiri dari empat macam, yaitu Pajak penghasilan
(PPH), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPNBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Disini saya hanya akan membahas
tentang dua macam pajak yaitu mengenai Pajak Penghasilan dan Pajak
Penambahan Nilai
KONSEP PAJAK PENGHASILAN (PPh)
Pajak penghasilan seperti halnya semakin anda membuat, semakin banyak anda
membayar pajak. Secara umum pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan
kepada wajib pajak atas besarnya penghasilan yang diperoleh atas kegiatan yang
dilakukan di indonesia dalam satu tahun pajak. konsep penghasilan yang sangat
terkenal dalam literatur perpajakan yang dikenalkan oleh ahli hukum Jerman
Georg von Schanz mengemukakan bahwa pengertian penghasilan untuk keperluan
perpajakan seharusnya tidak membedakan sumbernya dan tidak menghiraukan
pemakaiannya, melainkan lebih menekankan kepada kemampuan ekonomis yang
dapat dipakai untuk menguasai barang dan jasa (dalam Mansury dalam Rosdiana
dan Irianto, 2012).
Konsep-Nya dikembangkan lebih lanjut oleh ekonom Amerika Robert M. Haig
pada tahun 1920-an, Haig merumuskan penghasilan sebagai the money value of
the net accretion to ones economic power between two points of time., lalu
dilanjutkan oleh Henry Calvert Simons pada tahun 1930-an dengan The S-H-S
income concept. Menurutnya penghasilan hendaknya jangan dipandang dari
mana sumbernya dan faktor yang mempengaruhi penggunaannya. Konsep
ini juga disebut sebagai the accretion concept karena konsep ini menganjurkan
pengenaan pajak terhadap kemampuan ekonomis neto. Jika konsep ini diterapkan
akan timbul implikasi normatif yaitu fringe benefit bisa disebut sebagai fasilitas
tambahan, program pelayanan karyawan (yaitu kompensasi selain upah langsung
atau gaji, seperti mobil perusahaan, tunjangan rumah, asuransi kesehatan) harus
dikenakan pajak sesuai dengan harga pasar dari barang atau jasa yang diterima
wajib pajak. Sebelumnya membahas lebih lanjut apakah itu penghasilan?
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh yang dapat digunakan untuk konsumsi dan menambah kekayaan baik
dari dalam ataupun luar negeri dalam bentuk nama dan bentuk apapun. Jadi
menurut dua sifat diatas adalah bertambah dan melebihi kebutuhan dasar
seseorang. Bisa dikatakan untuk perseorangan kebutuhan dasar minimum tersebut
bisa diukur dari penghasilan tidak kena pajak (PTKP), tapi untuk perusahaan tidak
ada kebutuhan dasar minimumnya. Pemberlakuan Pajak Penghasilan (PPh) dapat
berupa pajak progresif, regresif atau proporsional. Lalu siapakah yang menjadi
subjek pajak dan objek pajak?
Orang pribadi Adalah mereka yang tinggal atau (berdomisili) atau berada
di Indonesia ataupun diluar indonesia tanpa melihat batas umur, jenjang
sosial ekonomi dan kebangsaan dan kewarganegaraannya.
Badan, Sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha.
Bentuk usaha tetap (BUT) Perusahaan luar negeri yang bergerak dalam
kegiatan ekonomi suatu negara, dalam hal ini negara Indonesia. Subjek
pajak dapat pula dibedakan yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek
pajak luar negeri. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa subjek pajak dalam
negeri adalah wajib pajak membuat SPT sementara subjek pajak luar
negeri tidak wajib membuat SPT.
Penghasilan yang merupakan objek pajak tercermin didalam pasal 4 ayat 1 adalah:
1.
2.
3.
Laba usaha;
4.
5.
6.
7.
Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
8.
9.
Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
Jenis penghasilan pertama yang memperoleh perlakuan khusus ini adalah
penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan, bunga tabungan lainnya,
dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan objek PPh yang
bersifat final. Besarnya PPh bersifat final yang dipotong adalah 20% dari
jumlah bruto, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Objek Pajak
Bunga Deposito/Bunga
Tabungan/Diskonto SBI
Subjek Pajak
Wajib Pajak Dalam
Tarif
20%
Negeri
2.
3.
4.
5.
Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, antara lain:
a.
b.
c.
d.
Biaya perjalanan;
e.
f.
Premi asuransi;
g.
h.
i.
2.
3.
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri
keuangan;
4.
5.
6.
7.
8.
b.
c.
d.
10.
11.
12.
13.
disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal
istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang
dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN
yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.
Ada dua istilah yang harus dipahami untuk memahami PPN. Pertama adalah
istilah pajak masukan (biasa disingkat PM). Istilah ini diperuntukan PPN yang
kita bayar saat kita beli suatu barang atau jasa. Walaupun PPN tersebut dibayar
kepada penjual barang atau jasa tetapi kita dapat menganggap jika PPN tersebut
telah dibayar kepada kas negara. Jadi, pajak masukan merupakan kredit pajak
kecuali jika UU PPN 1984 mengecualikan (biasa disebut PM yang tidak dapat
dikreditkan). Kedua adalah pajak keluaran (biasa disingkat PK). Istilah ini
diperuntukkan bagi PPN yang kita pungut dari pembeli barang atau pengguna
jasa. Pada saat beli barang kita bayar PPN tetapi PPN tersebut akan diganti oleh
pembeli barang saat barang tersebut kita jual kembali. Begitu seterusnya sampai
barang itu ke konsumen akhir.
Lalu siapakah subjek PPN, objek dan tarifnya? Subjek PPN adalah Orang Pribadi
atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan ditentukan untuk
melaksanakan kewajiban perpajakan di bidang PPN sedangkan Objek PPN
adalah penyerahan barang / jasa kena pajak, Impor Barang Kena Pajak,
Pemanfaatan Barang / jasa Kena Pajak, dan ekspor barang dan jasa. Tarif PPN diIndonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen.
Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah
Undang-Undang No. 8/1983 dengan revisi terakhir nomor 42 tahun 2009. Kenapa
tarifnya singgle karena jika dikenakan progresif akan ada kemungkinan doble
bayar atau harga barang akan menjadi tinggi dan tidak akan bersaing di pasar.
Jika kita menyimpulkan dimana letak perbedaan antara PPh dan PPN adalah
terletak di konsep awal yaitu tambahan kemampuan ekonomis dan tambahan nilai,
maksud dari tambahan kemampuan ekonomis jika subjek pajak bertambah
kekayaannya dan bisa dikonsumsi atau dua hal tadi bertambah dan melebihi
kebutuhan dasar seseorang lebih besar dari tidak kena pajak (PTKP). (Bisa
dikatakan untuk perseorangan kebutuhan dasar minimum tersebut bisa diukur dari
PTKP) maka wajib pajak harus melakukan pembayaran, dan maksud dari
tambahan nilai atau disini penulis lebih senang menggunakan istilah pajak atas
konsumsi, atau pajak atas barang dan jasa adalah jumlah tertentu yang dibebankan
oleh pemerintah karena barang/jasa melewati proses produksi, distribusi dan
konsumsi kepada konsumen yang memakai atau menggunakan tanpa melihat
siapa konsumen tersebut atau besarnya penghasilan konsumen itu
KESIMPULAN
Negara dalam mengelola dan mengatur kebijakan pemerintah memerlukan
pungutan yang adil, oleh karena itu self assesment siystem diterapkan di
indonesia. norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, besarnya pajak
dll., dalam ajaran hukum materiil dibuat tatacara untuk mewujudkannya diatur
dalam hukum formal. Dalam hal keadilan akan penghasilan (kemampuan
ekonomis) negara telah menetapkan standar minimum penghasilan yang tidak
dikenai pajak dan memperhatikan berbagai aspek pengurang penghasilan yang
sifanya langsung dibayarkan ke pemerintah. Karena penghasilan berbeda-beda
dan majemuk untuk itulah pajak penghasilan tarifnya progresif, akan tetapi negara
memberlakukan tarif tunggal yang wajar untuk pajak konsumsi barang/jasa atau
disebut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan pembayaran tidak langsung dan
tanpa melihat siapa konsumen tersebut atau besarnya penghasilan konsumen itu.
Pajak adalah semakin anda membuat, semakin banyak anda membayarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sony Devano, Siti Kurnia Rahayu. 2006,Perpajakan : Konsep, Teori dan Isu, Edisi
Pertama, Jakarta : Kencana
http://inkrispena.org/fakta-singkat-pajak-indonesia/
http://financecontroller.blogspot.com/2010/06/sejarah-pajak-di-indonesia.html
http://lyharisih.blogspot.com/2013/12/konsep-dasar-karakteristik-dan-sejarah.html
http://supranacoinside.blogspot.com/2012/07/konsep-dasar-ppn-dan-ppnbm.html
http://e-learningpajak.blogspot.com/2009/11/pengertian-dasar-pajakpertambahan.html
http://aanwakhidansori.blogspot.com/2013/06/pemungutan-pajak.html
https://bala2bomba.wordpress.com/2009/09/07/pph-21-ppn-10/
http://ziajaljayo.blogspot.com/2012/02/timbul-dan-berakhirnya-utang-pajak.html
http://www.academia.edu/9050512/Makalah_Pajak_Timbul_dan_Hapusnya_Utang_Pajak
http://diploma1pajak.blogspot.com/2012/02/pengertian-dan-macam-macampenghasilan.html
http://www.pajak.go.id/content/seri-koperasi-perpajakan-bagi-koperasi
http://keuanganlsm.com/dasar-hukum-pajak-pertambahan-nilai/
http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pajak-pertambahan-nilai-ppn