Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
II.
Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah T. rubrum, T. mentagrophytes, dan E.
flaccosum. Penyakit ini ditemukan hampir disemua penjuru dunia dan dapat mengenai
anak anak, dewasa muda, maupun orang tua.
III.
Klasifikasi
Ada 3 bentuk Tinea pedis
1. Bentuk intertriginosa
keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celahcelah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di
celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila
menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi
dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk hyperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik
terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya
hebat dapat terjadi fisura-fisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut
Pathofisiologi
Spesies jamur penyebab Tinea Pedis tersering adalah Trichophyton
rubrum, Trichophyton metagrophytes, dan Epidermophyton Floccosum.
Penyebaran jamur-jamur tersebut tergantung dari sumber infeksi yaitu berasal
dari manusia lain (anthropophilic), hewan (zoophilic) dan dari tanah
(geophilic).
Pada manusia T. rubrum memiliki sifat-sifat anthropophilic, ectothrix
dan tes urese negative, selain itu T.rubrum juga menghasilka keratinase yang
dapat melisiskan lapisan keratin pada stratum korneum kulit sehingga dapat
timbul skuama. Kerusakan yang dapat terjadi pada stratum korneum ini, maka
jamur dapat dengan mudah masuk menginvasi pada jaringan yang lebih dalam
dan dapat menyebabkan reaksi peradangan lokal, yang menimbulkan pula
beberapa gejala tambahan lain seperti demam, gatal, kemerahan dan nyeri.
Gejala dapat pula diperparah dengan infeksi sekunder karena bakteri.
V.
Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
1. Anamnesa
Didapatkan rasa gatal yang sangat menggangu dan gatal akan semakin
bertambah apabila lesi terkena air atau basah.
2. Pemeriksaan fisik
Dilihat dimana terjadinya infeksi dan jenis lesinya.
3. Pemeriksaan laboratorium
VI.
Penatalaksanaan
1. Umum
2. Khusus
Topikal
Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium
permanganate 1/5.000 atau larutan asam asetat 0.25% selama 15-30 menit,
2 4 kali sehari. Atap vesikel dan bula dipecahkan untuk mengurangi
keluhan. Bila peradangan hebat dikombinasikan dengan obat antibiotik
sitemik misalnya penisilin prokain, penisilin V, fluklosasilin, eritromisin
atau spiramisin dengan dosis yang adekuat. Kalau peradangan sudah
berkurang, diberikan obat topical anti jamur berspektrum luas antara lain,
haloprogin, klotrimazol, mikonazol atau ketokonazol.
Sistemik
Biasanya tidak digunakan. Namun bila digunakan harus dikombinasi
dengan obat obat anti jamur topical. Obat obat sistemik tersebut antara
lain griseofulvin 500-1000mg/hari selama 2-6minggu, ketokonazol
200mg/hari selama 4 minggu, itrakonazol 100mg/hari selama 2minggu dan
terbinafin 250mg/hari selama 1-2minggu. pemberian obat secara sistemik
ini harus memperhatikan efek samping dan interaksi dari masing-masing
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan dan observasi langsungsg memberikan infomasi mengenai
persepsi klien terhadap dermatosis, bagaimana kelainan kulit dimulai?, apa
pemicu?, apa yang meredakan atau mengurangi gejala?, termasuk masalah
fisik/emosional yang dialami klien?. Pengkajian fisik harus dilakukan secara
lengkap.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi
barier kulit.
b) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus.
e) Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
inadekuat informasi.
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas
kulit berhubungan
dengan perubahan
fungsi barier kulit.
Rencana Keperawatan
Intervensi
Ma
dap
kul
prim
Fri
per
pro
pen
Pen
me
terh
Ban
hak
Mencapai
peredaan
gangguan rasa nyaman:
nyeri/gatal.
Mengutarakan dengan
kata-kata bahwa gatal
Gangguan
berhubungan
pola
telah reda.
Memperllihatkan tidak
adanya gejala
ekskoriasi kulit karena
garukan
ma
den
Me
tind
me
De
eru
dia
Ru
den
dap
oba
Ma
ole
pen
Anjurkan
pasien
untuk
menghindari
minuman
yang
mengandung cafein menjelang
tidur malam hari
U
pa
C
ja
M
m
di
M
pa
pruritus
B. PENYAKIT PITIRIASIS
a.
DEFINISI
Pitiriasis versikolor adalah suatu penyakit jamur kulit yang kronik dan
asimtomatik serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan
ini umumnya menyerang badan dan kadang-kadang terlihat di ketiak, sela paha,
tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.
b. PATOFISIOLOGI
Pitiriasis Versikolor disebabkan oleh organisme dimorfik, lipofilik yaitu
Malassezia furfur, yang dibiakkan hanya pada media kaya asam lemak rantai C12-C14.
Pityrosporon orbiculare, pityrosporon ovale, dan Malassezia furfur merupakan sinonim
dari M. Furfur. M. Furfur merupakan flora normal kutaneus manusia., dan ditemukan
pada 18% bayi dan 90-100% dewasa.
Pada pasien dengan stadium klinis jamur tersebut dapat ditemukan dalam
bentuk spora dan dalam bentuk filamen (hifa). Faktor-faktor yang menyebabkan
berkembang menjadi parasit sebagai berikut:
1. Endogen: kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, imunodefisiensi, sindrom
Cushing, malnutrisi
2. Eksogen: kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan
emolien yang berminyak
Beberapa faktor menyumbang peranan penting dalam perkembangan dan
manifestasi klinik dari Pitiriasis versikolor. Lemak kulit memiliki pengaruh,
pityrosporum merupakan jamur yang lipofilik dan bergantung kepada lemak sehingga
memiliki kaitan erat dengan dengan trigliserida dan asam lemak yang diproduksi oleh
kelenjar sebasea. Ketergantungan terhadap lemak menjelaskan bahwa pitiriasis
versikolor memiliki predileksi pada kulit secara fisiologik kaya akan kelenjar sebasea,
dan tidak muncul pada tangan dan tapak kaki. Pitiriasis versikolor jarang pada anakanak dan orang tua karena kulit mereka rendah akan konsentrasi lemak, berbeda
dengan orang muda. Sekresi keringat, pada daerah tropikal endemik pitiriasis
versikolor,
suhu
akan
mengakibatkan
peningkatan
sekresi
keringat
yang
mempengaruhi komposis lapisan lemak kulit dan berhubungan dengan inisiasi pitiriasis
versikolor. Faktor hormonal, dilaporkan bahwa kasus pitiriasis versikolor meningkat
pada iatrogenik Cushings syndrome yang diakibatkan perubahan-perubahan stratum
kulit, juga pada kehamilan dan akne vulgaris.
yang terinfeksi dapat menjadi gelap atau menjadi lebih terang dari kulit sekitar
Kondisi ini akan lebih terlihat pada musim panas dimana perbedaan warna akan
lebih menonjol
imunodefisiensi.
Bentuk ini dapat dibingungkan dengan kandidiasis, dermatitis seborrhoik,
psoriasis, erythrasma dan infeksi dermatophyte.
3. Folliculitis
Bentuk ketiga dari infeksi M. furfur pada kulit melibatkan folikel rambut.
Kondisi ini biasanya terjadi pada area punggung, dada dan ekstrimitas
Bentuk ini secara klinik sulit dibedakan dengan folikulitis bakterial. Infeksi
d. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan mikologis kerokan kulit
Pengambilan bahan dapat dengan kerokan biasa atau dengan menggunakan
cellotape yang ditempel pada lesi. Setelah diambil, bahan diletakkan di atas gelas
obyek lalu diteteskan larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20% dengan
1 bagian tinta parker blueback superchrome X akan lebih memperjelas pembacaan
karena memberi tampilan warna biru yang cerah pada elemen-elemen jamur.
Hasil positif:
Hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dan gerombolan spora
budding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphagetti with meatballs.
Hasil negatif:
Bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis versikolor walaupun ada
spora.
2. Lampu Wood
Untuk membantu menegakkan diagnosis dan untuk menentukan luasnya lesi
dapat dilakukan pemeriksaan dengan penyinaran lampu Wood pada seluruh
tubuh penderita dalam kamar gelap. Hasilnya positif apabila terlihat fluoresensi
berwarna kuning emas pada lesi tersebut.
e. DIAGNOSIS BANDING
Selenium sulfide (2,5%) losion atau shampo; digunakan pada daerah selama 10
2. Terapi Sistemik
1 minggu.
Itraconazole: 200 mg dua kali sehari pada satu hari; 200 mg untuk 5 hari
Terapi profilaksis
Shampo ketokonazole sekali atau dua kali seminggu. Lotion atau shampo
selenium sulfide (2,5%). Sabun asam salisilat/sulfur. Pyrithion Zinc (sabun atau
shampo). Propylene glycol 50% solution sekali sebulan (Fizpatrick et al, 1997).
Penelitian dengan shampo 0,5% coal tar dapat menghambat pertumbuhan
jamur, shampo 2,5% selenium sulfide dan 1% dan 2% zinc pyrithione secara
signifikan lebih menghambat.
Penelitian ketoconazole menunjukkan respon yang baik terhadap pitiriasis
Pakaian, kain sprei, handuk, harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan
pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu
beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini
harus dilanjutkan beberapa minggu.
Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan
tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Hal ini dapat terjadi
karena M. furfur dapat menghasilkan suatu zat, yaitu asam azelat yang dapat
menghambat pertumbuhan pigmen. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama
daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak
sudah cukup, kambuh, atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, namun selalu
ada respons terhadap pengobatan kembali.
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit akibat pitiriasis vesikolor.
2. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pitiriasis vesikolor
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit akibat pitiriasis vesikolor
Intervensi :
1. Kaji keadaan kulit
Rasional : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan
intervensi yang tepat.
2. Kaji keadaan umum dan observasi TTV.
Rasional : Mengetahui perubahan status kesehatan pasien.
3. Kaji perubahan warna kulit.
Rasional : Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya
komplikasi.
4. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.
Rasional : Membantu mempercepat proses penyembuhan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.
Oleskan salep pada kulit yang telah bersih, setelah mandi atau sebelum tidur,
meskipun lesinya telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan salep dapat
Dx 2
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
Intervensi :
1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan
prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Rasionalisasi: dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal
serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif
2. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan
bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
Rasionalisasi: pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari
bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.
3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun
yang tertinggal.
Rasionalisasi: bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat
menyebabkan iritasi.
Dx 3
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit akibat pitiriasis vesikolor
Intervensi :
1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri
sendiri.
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak
nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
2. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang
lain.
Rasional : Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
3. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawatpasien. .
pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis
berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya
( Arif Mansjoer, dkk. 2000)
Jadi dapat disimpulkan, Akne vulgaris ( jerawat ) adalah penyakit kulit akibat
perdangan kronik folikel pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja
dengan gambaran klinis berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista. Yang
rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher, dada dan punggung.
B. Etiologi / Faktor Resiko
Penyebab pasti dari penyakit akne vulgaris sendiri masih belum diketahui.
Beberapa penyebab pasti yang mungkin menurut Williams and Wilkins (2008,
hal.1) yaitu; oklusi folikular, produksi sebum yang terstimulasi oleh androgen
dan Propinibacterium acnes.
Timbulnya jerawat juga dimungkinkan oleh beberapa hal berikut
1) Sebum, sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne
yang keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak
2) Bakteria,
mikroba
adalah corynebacterium
yang
terlibat
pada
acnes, Stafilococcus
terbentuknya
akne
epidermidis,
dan
antara lain, pakaian ketat, keringat yang berlebihan dan memakai ransel yang
berat. Dengan perawatan yang teratur jerawat di punggung dapat di hilangkan
11) Iklim, di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah
hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas.
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan
kulit. Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan
bagian atas dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada dibagian
dalam kelenjar palit. Sinar UV juga dapat mengadakan pengelupasan kulit
yang dapat membantu menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea.
Menurut Cunliffe, pada musim panas didapatkan 60% perbaikan akne, 20%
tidak ada perubahan, dan 20% bertambah hebat. Bertambah hebatnya akne
pada musim panas tidak disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh iklim tropis
dan lembap membuat tubuh lebih mudah berkeringat. Kelenjar keringat
bekerja super-aktif. Di usia yang sangat aktif usia remaja juga mengalami
risiko berjerawat lebih tinggi.
C. Patofisiologi
Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks dipengaruhi banyak faktor dan
kadang-kadang masih controversial. Asam lemak bebas yang terbentuk dari
trigliserida dalam sebum menyebabkan kekentalan sebum bertambah dan
menimbulkan sumbatan saluran pilosebasea serta reaksi radang disekitarnya
(komedogenik). Pembentukan pus, nodus, dan kista terjadi sesudahnya.
Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne :
1. kenaikan sekresi sebum
2. Adanya keratinisasi folikel
3. Bakteri
4. Peradangan (inflamasi).
1. Kenaikan sekresi sebum
Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar sebasea
membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Terdapat korelasi antara
hebatnya akne dan produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi
sebum dibawah pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne terdapat
peningkatan konversi hormon androgen yang normal berada dalam darah
(testosteron) kebentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron).
Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya
menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.
kholesterol
sulfat
sehinggga
adhesi
korneosit
pada
3. Bakteri
Tiga macam mikroba yang terlibat dalam patogenesis
akne adalah
Bahan keratin yang sukar larut, yang terdapat di dalam sel tanduk serta lemak
dari kelenjar palit dapat menyebabkan reaksi non spesifik, yang disertai
makrofag dan sel-sel raksasa.
Pada masa permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh C.Acnes, juga terjadi
aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif (classical and alternative
complement pathways). Respon penjamu terhadap mediator juga amat penting.
Selain itu antibody terhadap C.Acnes juga meningkat pada penderita akne hebat.
Terdapat empat mekanisme utama kejadian jerawat :
1. Kelenjar
minyak
menjadi
besar
(hipertropi)
dengan
peningkatan
pada pencegahan
cara
untuk
menurunkannya.
Menurut Andrianto dan Sukardi (1988), diagnosis akne sebagai berikut :
F. Penatalaksaaan
Tujuan pengobatan akne adalah mencegah timbulnya sikatrik serta mengurangi
frekuensi dan kerasnya eksaserbasi akne, untuk itu, selain diperlukan obat-obatan
juga diperlukan kerjasama yang baik antar si penderita dengan dokter yang
merawatnya.
1.
Perawatan di muka
Pemakaian sabun bakteriostatik dan deterjen tidak dianjurkan, bahkan
pemakaian
sabun
berlebihan
bersifat
aknegenik
dan
dapat
Menurut teori yang baru efek makanan terhadap akne diragukan oleh
banyak penyelidik maka diet khusus tidak dianjurkan pada penderita
akne.
Emosi dan faktor psikosomatik
Obat-obatan
Ada tiga hal yang penting pada pengobatan akne:
Mencegah
timbulnya
komedo
biasanya
dipakai
bahan-bahan
pengelupasan kulit
Mencegah
pecahnya
mikrokomedo
atau
meringankan
reaksi
Iritan fisik:
Sinar UV
Cryo Slush: CO2 padat, nitrogen cair, dan freon.
Iritan Kimiawi : Resorsinol, sulfur, fenol, asam salisilat dan lainlain.
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Merupakan tahap awal dari pendekatan proses keperawatan dan dilakukan secara
sistematika mencakup aspek bio, psiko, sosio dan spiritual. Langkah awal dari
pengkajian ini adalah pengumpuln data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan klien dan keluarga, observasi pemeriksaan fisik, konsultasi dengan anggota
tim kesehatan lainnya dan meninjau kembali catatan medis ataupun catatan
keperawatan. Pengkajian fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
1. Identitas Klien
- Nama, Umur, Jenis kelamin, Diagnosa, dll.
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
-
Keluhan utama
Klien mengeluh adanya benjolan pada wajah
Pernah dirawat
Riwayat transfusi
Kebiasaan
a.
b.
Nutrisi/ metabolic
Yang dikaji dalam nutrisi yaitu bagaimana nutrisi pada saat sebelum masuk
rumah sakit maupun sesudah masuk rumah sakit. Dalam hal ini yang perlu
dikaji adalah kuantitas dan jenis makanan atau formula yang dikinsumsi setiap
hari ( gunakan pencatatan makanan per 24 jam), masalah dengan pemberian
makanan, konsumsi suplemen vitamin, perilaku diet termasuk citra tubuh, jenis
diet, frekuensi pertambahan berat badan, atau tindakan muntah yang disengaja.
c.
Pola eliminasi
Yang dikaji adalah kebiasaan BAK dan BAB (frekuensi, jumlah, warna, bau,
nyeri, kemampuan mengontrol air kecil, adanya perubahan-perubahan lain),
kemampuan perawatan diri, penggunaan bantuan untuk ekskresi.
d.
e.
f.
Pola kognitif-perseptual
Menggambarkan penginderaan khusus (penglihatan, pendengaran, rasa, sentuh,
bau), penggunaan alat bantu (seperti: kacamata, alat bantu dengar), perubahan
dalam penginderaan, persepsi akan kenyamanan, alat bantu untuk menurunkan
rasa tidak nyaman, tingkat pendidikan, kemampuan membuat keputusan
g.
Harga diri
Ideal diri
Identitas diri
Gambaran diri
Di sini pasien mengaku malu dengan adanya benjolan benjolan akne yang
muncul di wajahnya.
h.
i.
Pola peran-hubungan
Yang perlu dikaji, antara lain:
j.
Status perkawinan
Pekerjaan
k.
Kesadaran: Composmentis
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Inspeksi:
Lihat kondisi kulit
Kaji ukuran dan karakteristik benjolan
Kaji adanya tanda tanda infeksi bakteri (seperti pembentukan pus)
Palpasi:
Meregangkan kulit klien dengan hati hati dan kemudian mengkaji
lesi yang ada
Pemeriksaan Laboratorium
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan factor mekanik (mis., gaya
gunting tekanan pengekangan) ditandai dengan adanya kerusakan di lapisan
kulit serta di permukaan kulit.
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan penyakit (Acne Vulgaris) di
tandai dengan mengungkapkan malu terhadap keadaannya.
3. Risiko Infeksi
No
1.
Diagnosa
Kerusakan
Kulit
Tujuan
dengan
Intervensi
NIC Label >>> Skin
care : topical
treatments
adanya Label>>>Tissue
Beri antibiotic
bakteri pathogen di
yang terkena
Beri antiinflamasi
yang terkena
Memeriksa kulit
permukaan kulit.
di Mucous Membranes
Suhu kulit
normal (skala
tidak ada
yang berisiko
5)
Jaringan parut
(skala 4)
Integritas kulit
Untuk membunuh
serta
Rasional
untuk mengurangi
pembengkakan
untuk mengetahui
perubahan pada kulit
mengalami
kerusakan
Catat derajat
kerusakan kulit
untuk mengetahui
tingkat keparahan
normal (skala
keerusakan
5)
NIC Label>>>Skin
integritas kulit
Lesi kulit tidak surveillance
ada (skala 5)
Periksa kulit dan
Eritema tidak
membrane mukosa untuk mengetahui
ada (skala 5)
terkait adanya
adanya gangguan
kemerahan, hangat,
pada membrane
mukosa
suhu kulit
untuk mengetahui
temperature kulit
dan
Catat perubahan
mengidentifikasi
2.
Gangguan
Tubuh
di
Label NIC>>>Body
Image Enhancement
tandai 14 x 24 jam
Tentukan harapan
Menentukan citra
berdasarkan
dicapai sesuai
tingakat
perkembangan
terhadap keadaannya.
perkembangan
klien
dengan
diharapkan gangguan
teratasi dengan
kriteria hasil:
Monitor frekuensi
Untuk mengetahui
Label
kalimat yang
tingkat gangguan
NOC>>>Adaptation
mengkritik diri
to Physical Disability
sendiri
Mampu
Membantu klin
beradaptasi
mengenali
untuk mengetahui
dengan
tindakan yang
keterbatasan
meningkatkan
dapat
fungsional
penampilannya
meningkatkan citra
(skala 4 dari 1
5)
tubuh klien
Fasilitasi
Memfasilitasi klien
Label NOC>>>Body
hubungan klien
untuk dapat
Image
dengan individu
bersosialisasi
Puas dengan
yang mengalami
dengan klien
penampilan
perubahan citra
sebagai kegiatan
tubuh (skala 4
untuk
dari 1 5)
meningkatkan
Mampu
kepercayaan diri
menyesuaikan
dengan
Menerima
Esteem Enhancement
kekuatan
kepercayaan diri
klien terhadap diri
Anjurkan kontak
mata dalam
(skala 4 dari 1
sendiri
berkomunikasi
5)
ketergantungan
terhadap orang lain
dengan tepat
kepercayaan diri
Bantu klien
menerima
Anjurkan klien
Untuk
meningkatkan
Untuk mengetahui
tingkat
pribadinya
dari 1 5)
berharga
Anjurkan klien
untik menilai
diri (skala 4
Merasa dirinya
klien
Label NIC>>>Self
keterbatasan
kepercayaan diri
klien
5)
meningkatkan
tersedia untuk
(skala 4 dari 1
Untuk membantu
klien
kelompok yang
fungsi tubuh
Esteem
dukungan
perubahan
Label NOC>>>Self
klien
Identifikasi
klien
Membantu klien
untuk menerima
kondisinya dengan
cara yang benar
untuk
Untuk mengetahui
mengevaluasi
kebiasaan klien
kebiasaannya
yang
mempengaruhi
Bantu klien
menerima
citra tubuhnya
Membantu klien
perubahan baru
menerima
tersebut
perubahan
Fasilitasi
kondisinya
lingkungan dan
Memfasilitasi klien
untuk melakukan
meningkatkan
aktivitas
Monitor tingkat
harga diri klien
Risiko Infeksi
perubahan pada
Buat pernyataan
klien
NIC label>>>Infection
control
control
Setelah diberikan
Membersihkan
asuhan keperawatan
lingkungan setelah
selama 14 x 24 jam
digunakan pasien
diharapkan klien
dapat:
Mengetahui
dari waktu ke
positif tentang
3.
Memberi feedback
positif pada klien
Menurangi factor
pencetus infeksi
Mengontrol dan
tangan untuk
mengurangi factor
Mengetahui
perawatan
pencetus infeksi
faktor resiko
kesehatan pribadi
Monitor faktor
Instruksikan pasien
resiko dari
pentingnya teknik
lingkungan
mencuci tangan
Monitor faktor
yang bersih
resiko dari
tangan
kebiasaan
Gunakan sabun
individu
NOC label>>>Tissue
mencuci tangan,
jika diperlukan
mucous membrane
Promosikan
Antiseptik untuk
membunuh bakteri
Untuk
Setelah diberikan
pemasukan nutrisi
meningkatkan daya
asuhan keperawatan
yang dianjurkan
tahan tubuh
selama xjam
diharapkan integritas
Dorong untuk
istirahat
Menjaga daya
tahan tubuh untuk
tetap sehat
yang
dapat
menyebabkan
kanker
kulit.
Diantaranya
adalah human
papiloma virus (HPV) dan human immunodeficiency virus (HIV). Faktor penyebab dari
dalam yaitu materi genetik tubuh sendiri (gen). Dan daya tahan tubuh juga merupakan
faktor yang dapat menyebabkan kanker. 1
C. PATOFISIOLOGI
Kanker kulit atau skin cancer berawal dari tumor jinak (tahi lalat, kista dll) dan
tumor ganas (kanker). Diantaranya ada keadaan yang disebut prakanker, yaitu penyakit
kulit yang dapat berubah menjadi ganas atau kanker kulit. Misalnya kemerahan karena
terkena arsen atau matahari, jaringan parut menahun, beberapa jenis benjolan yang
membesar perlahan, penyakit kulit karena penyinaran, beberapa jenis tahi lalat, bercak
keputihan dirongga mulut atau lidah dan kemaluan, tahi lalat besar yang sudah ada sejak
lahir
dan
lain-lain.
Disamping
itu
terdapat
juga
keadaan
yang
disebut genodermatosis, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh karena kelainan gen
yang dihubungkan dengan keganasan. Contohnya penyakit xeroderma pigmentosum.
Keadaan-keadaan tersebut diatas ada kaitannya dengan kanker kulit. 1
D. JENIS-JENIS KANKER KULIT
Kanker kulit memiliki beberapa jenis, yaitu :
1. Karsinoma Sel Basal (KSB)
Sinonim : basiloma, epitelioma sel basal dan ulkus rodens. Merupakan kanker kulit yang
paling sering terdapat. Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat berubah
menjadi sel-sel lain). Teori yang lebih baru menduga bahwa sel tersebut berada di bagian
adneksa kulit. Kelainan umumnya terdapat di daerah yang terpajan sinar matahari. Tumbuh
lambat, bersifat destruktif local dan jaringan menyebar ke bagian tubuh lain. Disebabkan
oleh sinar ultraviolet, jaringan parut, trauma, luka bakar, sinar X maupun bahan kimia.
2. Karisnoma Sel Skuamosa (KSS)
Sinonim : Epitel sel skuamosa (Prickle), karsinoma sel prickle dan karsinoma epidermoid.
KSS adalah keganasan sel keratinosit epidermis, dan mempunyai kemampuan menyebar
ke bagian tubuh yang lain. merupakan kanker kulit ke dua tersering. biasanya menyerang
orang kulit putih yang berada di daerah tropik. laki-laki lebih banyak dari wanita, dan
umumnya mengenai orang tua. Disebabkan oleh sinar matahari, keadaan daya tahan tubuh
yang menurun, virus, bahan-bahan kimia dan jarngan parut juga dapat menyebabkan
timbulnya penyakit ini.
3. Melanoma Maligna (MM)
Melanoma Maligna merupakan jenis kanker kulit yang paling ganas, dapat menyebar
kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar limfa.Penyebab yang timbul adalah factor genetik,
sinar matahari, adanya riwayat keluarga, faktor fenotip (mata biru, rambut pirang kulit
terang).3,1. Kanker ini dicirikan dengan ABCD, yaitu A= Asimetrik, bentuknya tak
beraturan. B= Border atau pinggirannya juga tidak rata. C= Color atau warnanya yang
bervariasi dari satu area ke area lainnya. Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan dalam
kasus tertentu ditemukan berwarna putih, merah dan biru. D= Diameternya lebih besar dari
6 mm.
E. MANIFESTASI KLINIS.
Gambaran klinis yang terjadi :
1. Karsinoma Sel Basal (KSB)
Predileksinya terutama pada wajah. Gambaran klinis karsinoma sel basal berpariasi
menjadi 5 :
1. Nodulo-ulseratif.
2. Berpigmen.
3. Morfea atau fibrosing atau sklerosing.
4. Superpesial.
5. Fibroepitelioma. 3
2. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
Terjadi pada kulit yang terpapar sinar matahari dan membrana mukosa, namun dapat pula
terjadi pada setiap bagian tubuh. Gambaran klinis :
1.
Nodula berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa ada krusta atau ulkus
dengan tepi yang berbatas kurang jelas.
2.
3.
Ulkus dengan kusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna kuning kemerahan.
Dalam perjalanan pnyakitnya lesi akan meluas dan mengadakan metastasi ke kelenjar
limfe regional atau organ-organ dalam. 2,4
3. Melanoma Maligna.
Gambaran klinis yang terjadi adalah :
Keuntungan :
- Teknik sederhana
- Meninggalkan luka yang teratur dan kering.
Kerugian :
- Tidak efektif, hanya bisa di lakukan pada jenis kanker karsioma sel basal.
- tiadak didapat konfirmasi pada batas tepi pembuangan jringan yang adekuat.
2. Bedah eksesi.
Keuntungan :
- penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering.
Kerugian :
- membutuhkan waktu.
- Biaya mahal
- pengambilan jaringan normal dapat berlbihan.
3. Radioterapi.
Keuntungan :
- bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan metode pembedahan.
- bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas memungkinkan dilakukan anestesi
umum.
Kerugian
- memerlukan pralatan yang mahal
- memerlukan kunjungan yang berulang kali.
- memberikan efek samping yang signifikan.
4. Bedah beku.
Keuntungan :
- tekniknya cepat.
- peralatan yang dibutuhkan sedrhna.
- tidak mempengruhi syaraf pembulh darah besar, tulang rawan, dan sistem saluran air
mata.
Kerugian :
- rasa nyeri dan edema.
- dafat terjadi hipopigmentasi.
5. Bedah mikrogafik mohs.
Keuntungan :
- evaluasi histopatologi pada tepi irisn menekati 100% dibandingkan dengan tekinik
seksi vertikal tradisional.
- dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan ditelusuri semua
fokus-fokus kanker yang masih tertinggal.
- Reseksi hanya pada daerah kanker, sehingga dapat menghemat jaringan atau
meminimalkan jaringan yang hilang.
Kerugian
informasi
2.
3.
Post operasi
1.
2.
2.
Diagnosa
keperawatan/masalah
kolaborasi
Kurang pengetahuan
keluarga tentang cara
perawatan penyakit b/d
kurang informasi
Intervensi
reduksi cemas
jelaskan prosedur,
o
termasuk sensasi
seperti keadaan selama
prosedur.
M
m
pe
M
pe
m
M
pe
m
pe
M
ke
kl
m
pe
st
m
ke
D
m
ke
pe
un
de
Identifikasi perubahan
level kecemasan
o Pe
ad
be
m
co
pe
m
m
ke
3.
Resiko infeksi dengan faktor Setelah perawatan resiko infeksi dapat Kontrol infeksi
resiko : prosedur invasif
dikontrol dengan kriteria:
Bersihkan lingkungan
o
tidak terdapat tanda -tanda infeksi
sekitar klien
nilai lab dalam batas normal
Batasi pengunjung,
Anjurkan
untuk
o
mencuci
tangan
termasuk pengunjung,
Cuci tangan sebelum
dan
sesudah
melakukan perawatan
pasien lain, Gunakan
universal precautions
Pertahankan intake
o
cairan dan nutrisi
Administrasi
o
pemberian antibiotik
Pertahankan istirahat
o
Jelaskan pada klien
dan keluarga tentang
tanda-tanda infeksi. o
se
M
ta
in
M
da
pr
pe
ke
Post Operasi
No
1.
Diagnosa
keperawatan/masalah
kolaborasi
Nyeri akut berhubungan dengan
agen injuri fisik (insisi
pembedahan)
R
Intervensi
manajemen nyeri
Kaji tingkat nyeri,
o
durasi, lokasi dan
intensitas
o
Observasi
ketidaknyaman
non
verbal, kaji tanda vitalo
Gunakan
distraksi
untuk menen
sesuai dan
therapi yang
Mem
mengidentifik
ketidaknyamn
kenyamanan,
teknik dan memung
mobilisasi tam
o
kelola pemberian
analgetik, jika
diperlukan
Membantu m
tidak bisa h
non farmakol
Mencegah
dalam pembe
2.
Setelah perawatan
resiko infeksi dapat
dikontrol
dengan
kriteria:
tidak terdapat
tanda -tanda infeksi
nilai lab dalam batas
normal
Perhatikan prinsip 6 B
dalam pemberian obat.
Kontrol infeksi
Bersihkan lingkungan
o
sekitar klien
Batasi pengunjung,
o
Anjurkan
untuk
mencuci
tangan
termasuk pengunjung,
Cuci tangan sebelum
dan
sesudah
melakukan perawatan
pasien lain, Gunakan
universal precautions o
Pertahankan intake
o
cairan dan nutrisi
Rawat luka,
o
Administrasi
pemberian antibiotik
Pertahankan istirahat
E. KUSTA
1. Definisi
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
lainnya. (Depkes RI, 1998).
Kusta (lepra atau morbus Hansen) adalah penyakit kronis yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae). (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
2. Etiologi
Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat
intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran
nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.
Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya
antara 40 hari-40 tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8
micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang disebar satu-satu,
hidup dalam sel dan BTA.
3. Patofisiologi (WOC)
Mencegah inf
Mencegah IN
Meningkatkan
Mencegah tjd
Membantu
membantu pr
Sensorik
Motorik
Anastesi
kelemahan
Tangan/ kaki:
kurang rasa
Luka
Kornea mata
anastesi reflek
kedip mata
berkurang
Infeksi
Tangan/kaki:
lemah/lumpuh
Otonomm
Gangguan
kelenjar keringat,
kelenjar minyak,
aliran darah
Mata
Logophthalmus
Kulit: kering
/pecah/ kemerahan
jari bengkok/
kaku
Infeksi
Benjolan-benjolan
kecil diseluruh tubuh
Mutilasi
Absorpsi tulang
Buta
Luka
Buta
Mutilasi
absorpsi tulang
inflamasi
Kerusakan
Nyeri
integritas kulit
Menurut WHO (1995) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat satu dari
4. Manifestasi Klinis
Intoleran aktivitas
setengah jam
Keadaan basah diolesi minyak
Kulit yang tebal digosok agar tipis dan halus
Jari bengkok diurut agar lurus dan sendi-sendi tidak kaku
Tangan mati rasa dilindungi dari panas, benda tajam, luka
Rasional:Memberikan
informasi
untuk
membantu
dalam
memberikan intervensi.
b) Observasi tanda-tanda vital
Rasional:Untuk mengetahui perkembangan atau keadaan pasien
c) Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik distraksi dan relaksasi
Rasional:Dapat mengurangi rasa nyeri
d) Atur posisi senyaman mungkin
Rasional:Posisi yang nyaman dapat menurunkan rasa nyeri
e) kolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional:menghilangkan rasa nyeri
c. Diagnosa 3
1) Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan kelemahan fisik dapat
teratasi dan aktivitas dapat dilakukan
2) Kriteria:
a) Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
b) Kekuatan otot penuh
3) Intervensi:
a) Pertahankan posisi tubuh yang nyaman
Rasional: meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas
b) Perhatikan sirkulasi, gerakan, kepekaan pada kulit
Rasional: oedema dapat mempengaruhi sirkulasi pada
ekstremitas
c) Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan
pasif kemudian aktif
Rasional: mencegah secara progresif mengencangkan jaringan,
meningkatkan pemeliharaan fungsi otot/ sendi
d) Jadwalkan pengobatan dan aktifitas perawatan untuk memberikan
periode istirahat
Rasional: meningkatkan kekuatan dan toleransi pasien terhadap
aktifitas
e) Dorong dukungan dan bantuan keluaraga/ orang yang terdekat pada
latihan
Rasional: menampilkan keluarga / oarng terdekat untuk aktif
dalam perawatan pasien dan memberikan terapi lebih konstan