Cara Mudah Mengkalsifikasifikasikan Barang
Cara Mudah Mengkalsifikasifikasikan Barang
Hal
PENDAHULUAN
II
2.1
2.2
2.3
Ringkasan
2.4
Latihan
III
SYSTEMS
NOMENCLATURES
THE
HARMONIZED
COMMODITY DESCRIPTIONS AND CODING SYSTEMS
(HS) / SEBAGAIMANA DIADOPSI DALAM ASEAN
HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURES (AHTN) DAN
KELENGKAPAN NOMENCLATURES THE HARMONIZED
SYSTEMS.
3.1
Pendahuluan
3.2
3.2.1
3.2.1.1
3.2.1.2
10
3.2.1.3
3.2.1.4
3.3
3.3.1
3.3.2
3.4
Ringkasan
13
3.5
Latihan
15
IV
15
dan
Systems
12
4.1
Pendahuluan
15
4.2
4.2.1
4.2.2
4.2.3
4.2.4
4.2.5
15
4.3
4.3.1
4.3.2
4.3.3
4.3.4
4.3.5
4.3.6
4.4
Ringkasan
4.5
Latihan
28
28
5.2
Ringkasan
30
5.3
Latihan
31
Daftar Pustaka
32
17
25
28
5.1
I.
PENDAHULUAN
Secara sederhana menghitung bea masuk adalah berdasarkan tarif bea masuk dikalikan
harga barang impor (Tarif X Harga). Tetapi untuk memahami klasifilasi tarif bea
masuk dan harga barang Impor ( Nilai Pabean ) tidak semudah menghitung bea
masuk, memahami masalah klasifikasi tariff dan nilai pabean adalah penting karena dua
variable termaksud adalah konvensi internasional yang harus ditaati oleh setiap negara
yang mengadopsi systems tersebut disamping itu cara penghitungan bea masuk akan
menjadi dasar penghitungan pajak-pajak lainnya seperti Pajak Pertambahan Nilai ( PPN
), Pajak Penghasilan ( PPh Ps.22 ).
Dalam sejarah pelayanan Pemeriksaan Dokumen Impor pada Direktorat Jenderal Bea
Cukai, masalah Tarif Bea Masuk dan Harga Pabean adalah merupakan bagian yang
sangat penting karena dari masalah klasifikasi barang dan nilai pabean sering timbul
perbedaan pendapat atau perselisihan antara pemilik barang ( importir ) sebagai
Pemberitahu (Declarance) dengan Bea Cukai (mewakili negara).
Perselisihan itu timbul karena adanya perbedaan persepsi atau mungkin perbedaan
kepentingan antara Importir dengan Aparatur Publik Fiskal / Bea Cukai.
Untuk menghindari ketidak adilan dan untuk pertanggung jawaban kepada public serta
akuntabilitas dalam proses pengambilan keputusan pabean khususnya Klasifikasi Tarif
Bea Masuk maka oleh Pemerintah di adopsi suatu Daftar Pengelompokan Barang yang
disusun secara Systematik (Nomenclature) berdasarkan suatu Konvensi Internasional
yang telah disepakati yang dikenal sebagai The Harmonized Commdity Description
and Coding Systems.
The Harmonized Commodity Description And Coding Systems adalah Konvensi
Internasional tentang Tarif menunjukkan bahwa masalah Tarif Bea Masuk bukan
masalah Nasional melainkan Masalah Internasional, Konvensi Internasional tersebut
diperlukan agar ada keseragaman (uniformity) dan penyederhanaan (simplification)
dalam memberi nomer kode barang secara internasional dan mudah dipahami oleh
masing-masing Negara yang mengadopsi Systems Tarif serta untuk menghindari
Perang Tarif dalam perdagangan internasional ( saling balas atau retaliation ).
Konvensi Internasional Tarif Bea Masuk juga merupakan rujukan / acuan dari masing
Negara anggota Konvensi dan acuan bagi Pejabat Bea Cukai dan Importir bila terjadi
ketidak sepahaman diantara mereka.
Dengan mengetahui dan memahami aturan cara menggunakan Buku Tarif Bea Masuk
Indonesia maka akan dapat dikurangi kesalah-pahaman antara Importir dengan Bea
Cukai serta diperoleh tingkat ketelitian dan kecermatan dalam menetapkan atau
memeriksa klasifikasi tariff bea masuk.
Disamping itu perlu diperhatikan bahwa kesalahan-kesalahan dalam memberitahukan
jenis barang pada Kantor Bea Cukai akan berakibat pada kesalahan klasifikasi tarif bea
masuk, dan akan berakibat pembayaran kekurangan bea masuk dan pajak-pajak
lainnya serta dengan kemungkinan ditambah dengan denda.
Dengan demikian tujuan penulisan Buku Panduan Tatacara Klasifikasi Tarif Bea Masuk
Indonesia berdasarkan The Harmonized Commodity Description and Coding Systems
yang telah diadopsi dalam Asean Harmonized Tariff Nomenclatures (AHTN) dengan
tujuan agar pembaca :
Agar dapat belajar dengan cepat dan cermat BTBMI (HS), kepada pebelajar disarankan
untuk membaca dan mempelajari Buku ini terlebih dahulu sebagai panduan dalam
mempelajari dan memahami systematika Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI /
HS).
Dengan demikian apa yang dibaca dalam buku panduan ini sebagai pelajaran awal
(kesiapan awal pebelajar) untuk kemudian dibuktikan dengan membuka buku BTBMI
dan kemudian lanjutkan dengan eksplorasi sendiri dengan mencari barang-barang
disekitar anda atau yang anda pikirkan dan kemudian dengan menggunakan Buku
Panduan ini kemudian mencari Tarif Pos barang bersangkutan berdasarkan prinsipprinsip Buku Pelajaran Klasifikasi Barang Berdasarkan Harmonized Systems.
II. SEJARAH SYSTEMS TARIF BEA MASUK INDONESIA
2.1 Sejarah Kebutuhan Penyederhanaan dan Penyeragaman Systems Tarif Bea
Masuk Secara Internasional
Pada awal abad XX, sejarah menunjukkan bahwa perdagangan internasional
mengalami penurunan yang sangat besar sehingga mengakibatkan depresi besar pada
perekonomian dunia dengan indikator banyaknya pengangguran, inflasi yang tinggi dan
banyak pabrik-pabrik yang tutup, dan meningkatnya kejahatan.
Hal ini terjadi karena masing-masing negara di dunia melakukan proteksi atau
perlindungan untuk kepentingan industri dalam negeri masing-masing negara dengan
memberlakukan tarif bea masuk tinggi berdasarkan kepentingan masing-masing negara
maka akibatnya terjadi tindakan saling membalas dengan memberlakukan tarif bea
masuk tinggi (retaliation) atas barang di impor maupun yang akan diekspor.
Akhir dari keadaan yang tidak menentu dari perdagangan internasional yang demikian
itu, maka terjadilah persaingan antar negara kuat dan berujung pada Perang besar antar
negara kuat (seperti Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Rusia, Turki, Jepang dan Amerika
Serikat) yang kemudian dikenal sebagai Perang Dunia I dan kemudian disusul Perang
Dunia II.
Sehubungan dengan keadaan yang demikian maka Kamar Dagang Internasional
(International Chambers of Commerce) membuat rekomendasi ke Liga Bangsa Bangsa
(League of Nation) pada tahun 1918 dan tahun 1924 agar memprakarsai adanya
keseragaman ( uniformity ) Systems Tarif dan Nilai Pabean dan penyederhanaan
10
segi-segi teknisnya
rupa / bentuk barang
sifat-sifat barang
cara-cara pembuatan barang
penggunaan
petunjuk-petunjuk praktis untuk mengenal barang
Oleh sebab itu kelengkapan Explanatory Notes ini harus dipelajari untuk memperoleh
informasi nomenklatur yang benar dan untuk menghindari salah interpretasi.
Explanatory Notes ini secara teratur ditinjau kembali sesuai dengan
perkembangan teknologi.
Peninjauan kembali dilakukan dalam sidang tengah tahunan atau tahunan oleh
salah satu komisi (Komisi Tarif WCO) yang dihadiri oleh utusan dari Negara
anggota WCO.
Hasil Peninjauan kembali tersebut disebarkan keseluruh Negara anggota WCO
3.2.1.2 Ringkasan Pendapat-pendapat tentang Klasifikasi (Compendium of
Classification Opinions)
Ringkasan-ringkasan pendapat ini terdiri atas :
Pertama, daftar klasifikasi pendapat-pendapat (Classification Opinions) yang tersusun
berdasarkan urutan pos HS.
Kedua, daftar Klasifikasi pendapat berdasarkan alphabetical index yaitu berisi katakata kunci (key words) yang menguraikan produk-produk yang dibahas dalam
pendapat-pendapat tersebut.
Compendium of Classification Opinion ini biasanya tersedia di kantor-kanor Bea
Cukai untuk keperluan internal.
3.2.1.3
Alphabetical Index.
11
Contoh :
Kelapa diparut dan dikeringkan, nomor HS 08.01.11.000
08 adalah nomor Bab yaitu Bab 08 tentang buah dan buah berbatok/
bertempurung yang dapat dimakan, kulit dari buah jeruk atau melon
08.01.11 adalah nomor Sub Bab untuk buah kelapa
08.01.11.000 adalah nomor pos untuk buah kelapa dalam keadaan
diparut dan dikeringkan.
6 angka (digit) yaitu 4 (empat) angka pertama dan 2 (dua) angka yang kedua adalah
berasal dari teks asli Konvensi HS dalam Bahasa Inggris.
9 (sembilan) digit adalah merupakan pos tarif nasional Indonesia.
Dengan demikian asli pos tarif tentang kelapa dalam versi Bahasa Inggris adalah
08.01.11.
Tetapi untuk kepentingan nasional, kelapa dikelompokkan lagi menjadi kelapa diparut
dan dikeringkan, sehingga untuk kepentingan nasional nomor HS kelapa diparut dan
dikeringkan adalah 08.01.11.000.
(Bisa diperiksa pada Buku HS / BTBMI 2006 atau sebelumnya)
(Untuk kepentingan Nasional dan Regional dimungkinkan terjadi perubahan
system penomeran dengan penambahan digit / angka).
3.3.2 Harmonized Systems dan Systems Penomeran Menurut Asean
12
Uraian barang pada Pos (4 baris angka / digit) dan Sub Pos (6 baris angka / digit)
merupakan terjemahan dari Teks HS dari World Customs Organization (WCO ).
Uraian pada Sub Pos Asean (8 baris angka / digit) merupakan terjemahan AHTN.
Uraian pada Pos Tarif Nasional (10 baris angka / digit) teks uraian barang dalam
Bahasa Indonesia, kecuali dalam hal :
a. Dua digit terakhir 00 (misal 8708.95.10.00 = Safety airbag dengan system
inflater atau safety airbags with inflater systems) berasal dari teks AHTN.
b. Empat digit terakhir 00.00 (misal 8709.11.00.00 = Kendaraan elektrik atau
Vehicles Electrical) berasal dari teks HS-WCO
(Silahkan Periksa dengan Buku AHTN / BTBMI Tahun 2007 yang anda Pelajari)
3.4 Ringkasan
Pengertian Nomenclature adalah penamaan secara sistematis dan Nomenclature HS
adalah penamaan sistematis barang-barang niaga dengan memberikan kode angka
pada setiap penamaan barang-barang niaga yang diperdagangkan secara International
berdasarkan Harmonized Systems.
Harmonized Namenclatures Systems atau Buku HS dalam pelaksanaannya dilengkapi
dengan beberapa Buku Pelengkap dengan maksud untuk memudahkan pengguna Buku
HS dalam upaya menemukan Klasifikasi suatu barang secara tepat.
Kelengkapan Buku HS termaksud adalah :
1. Explanory Notes yaitu buku pelengkap yang didalamnya memuat penjelasan secara
lengkap maksud dari deskripsi suatu barang dengan maksud untuk memperjelasan
maksud dan tujuan jenis barang yang disebutkan dalam Buku HS.Explanatory Notes
merupakan rujukan untuk menentukan klasifikasi barang bila terjadi sengketa antara
Importir dan Pejabat Bea Cukai dan secara hokum bersifat mengikat.
2. Compendium of Opinion Harmonized Systems adalah Kumpulan pendapat yang
dikeluarkan oleh Devisi HS pada World Customs Organization ( WCO ) yang
merupakan suatu penjelasan tentang barang-barang yang selama ini belum
tertampung dalam HS atau menjadi persengketaan antara sesama Negara anggota
WCO. Penjelasan Compendium of Opinion merupakan rujukan bagi Negara anggota
WCO dalam mengklasifikasikan barang dalam Systems HS dan secara hokum
bersifat mengikat.
3. Alphabetical Index adalah Buku semacam Kamus Jenis barang berdasarkan Jenis
barang yang disusun berdasarkan urutan abjad dan sekaligus menunjukkan Nomer
13
atau Pos HS. Namun apa yang tercantum dalam Alphabetical Index secara hokum
tidak mengikat. Alphabetical Index hanya untuk membantu dan mempermudah
pemakai HS dalam upaya menemukan Klasifikasi Barang yang tepat menurut Buku
HS.
4. Buku Tabel Korelasi adalah Buku Panduan bagi pemakai Buku HS dalam upayanya
mencari hubungan dari Systems HS lama ( 9 degits ) ke Systems AHTN ( 10 degits )
dalam upaya menemukan klasifikasi yang benar. Buku Tabel Korelasi secara hokum
tidak mengikat.
Systems penomeran HS adalah :
Harmonized System terdiri dari Bagian, Bab, Sub Bab, Pos
Di dalamnya terdiri dari : 21 Bagian, 99 Bab (Bab 99 adalah bab cadangan bila
diperlukan tambahan Bab baru), dan Beberapa ribu Pos / Sub Pos.
HS menggunakan system penomeran untuk menetapkan tarif pos.
Untuk tiap-tiap tarif pos digunakan 9 (sembilan) baris angka (digit).
Dari 9 (sembilan) angka (digit) itu :
14
4.1 Pendahuluan
Systems HS mempunyai mekanisme cara meklasifikaskan suatu jenis barang dengan
pendekatan yang sudah disepakati.
Disamping HS dilengkapi berbagai buku referensi pendamping yang secara hukum
mengikat seperti Explanatory Notes dan Compendion of Opinion maka pada Buku HS
memuat berbagai aturan hukum sebagai Legal Note yang mengikat sebagai petunjuk
cara mengklasifikasikan barang berdasarkan konvensi internasional Harmonized
Systems.
Legal Note termaksud Catatan Bagian, Catatan Bab dan Ketentuan Umum
Menginterpretasikan Tarif (KUMT).
4.2 Catatan - Catatan Bagian, Catatan Catatan Bab Harmonized Systems (HS).
Pada HS terdapat catatan-catatan resmi yang secara hukum mengikat dalam
mengklasifikasikan tarif dan pembebanan bea masuk dan pajak-pajak lainnya. Dalam
mengklasifikasikan tarif adalah harus melihat dan membaca catatan-catatan Bagian,
Bab.
Ada beberapa jenis catatan Bagian, Bab, yaitu :
Catatan Eksklusif
Catatan Ilustratif
Catatan Definitif
Catatan Pengertian
Catatan Gabungan / kombinasi ekslusif, ilustratif dan lain-lainnya.
15
16
17
Aturan butir 1 s.d 4 bersifat internasional, sedangkan aturan butir 5 s.d 10 versi
Harmonized Systems bersifat nasional.
Dengan telah mengadopsi AHTN maka butir 5 dan 6 versi BTBMI AHTN adalah
catatan bersifat nasional dan disusun oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Dengan demikian catatan butir 7 s/d 10 versi Harmonized Systems (HS) bukan lagi
merupakan catatan nasional
Ketentuan Umum untuk Klasifikasi Barang dalam nomenklatur dilakukan menurut
ketentuan berikut :
4.3.1 KUMT Aturan 1 :
Judul bagian, bab dan sub bab hanya dimaksudkan untuk memudahkan
penyebutan/referensi saja, untuk tujuan hukum, klasifikasi ditentukan menurut
uraian dari pos tarif dan catatan dari bagian atau bab yang berhubungan dengan
pos itu dan menurut ketentuan-ketentuan berikut ini, sepanjang pos catatan itu
tidak menentukan lain.
Penjelasan KUMT Aturan 1 :
Judul bagian, bab dan sub bab dimaksudkan untuk memudahkan
penyebutan dan untuk klasifikasi pos tarif belum mempunyai kekuatan
hukum.
Klasifikasi pos tarif harus ditetapkan :
Pertama,
Harus sesuai dengan uraian jenis barang yang disebut dalam Pos Tarif dan cocok
dengan catatan bagian atau bab.
Contoh : Kuda,
No. HS 0101.90.30.00.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan uraian jenis barang cukup jelas dan diuraikan
secara jelas dalam Tarif Pos barang tersebut, sehingga tidak memerlukan
intepretasi.
Kedua :
Dalam hal jenis barang memerlukan intepretasi maka klasifikasi pos tarif harus
menggunakan intepretasi tarif kecuali apabila catatan bagian atau bab tidak
menentukan lain.
4.3.2 KUMT Aturan 2 :
a. Setiap penyebutan dalam pos mengenai suatu barang harus dianggap meliputi
juga barang itu dalam keadaan tidak lengkap atau belum rampung asalkan
pada saat diajukan barang yang tidak lengkap / belum rampung tersebut
mempunyai / memiliki karekter / sifat utama dari barang tersebut dalam
keadaan lengkap atau rampung. Penyebutan / Referensi ini harus dianggap
juga meliputi penyebutan / referensi barang tersebut dalam keadaan lengkap
atau rampung (atau menurut ketentuan ini dapat diklasifikasikan / digolongkan
18
sebagai lengkap atau rampung) yang / dan diajukan / diimpor dalam keadaan
belum dirakit atau dalam keadaan terbongkar.
b. Setiap penyebutan / referensi dalam pos mengenai suatu bahan atau zat dalam
suatu pos harus dianggap meliputi referensi untuk campuran atau kombinasi
dari bahan atau zat itu dengan bahan atau zat lain. Setiap penyebutan /
referensi tentang barang yang terbuat dari suatu bahan atau zat tertentu harus
dianggap meliputi juga referensi barang yang seluruhnya atau sebagian terdiri
dari bahan atau zat tersebut. Pengklasifikasian barang yang terdiri lebih dari
satu macam / jenis bahan atau zat ditentukan / harus diklasifikasikan sesuai
dengan prinsip dari / menurut ketentuan 3.
Penjelasan KUMT Aturan 2 a :
Aturan 2 a ini menetapkan bahan / barang-barang yang tidak lengkap atau belum
selesai harus diklasifikasikan seolah-olah barang tersebut lengkap atau telah
selesai karena memiliki karakter / sifat utama dari barang tersebut bila di impor
dalam keadaan lengkap.
Contoh :
1. Peralatan mesin tanpa dilengkapi Crank Shaft maka harus diklasifikasikan pada
pos tarif mesin itu.
2. Perkakas pertukangan yang digunakan dengan tanaga listrik, tetapi elektro
motornya belum terpasang maka dalam hal ini harus diklasifikasikan sebagai
perkakas pertukangan listrik.
Penjelasan KUMT Aturan 2 b :
Aturan 2 b ini dimaksudkan apabila suatu barang yang terdiri dari 2 (dua) atau lebih
bahan sehingga dapat diklasifikasikan lebih dari satu pos tarif untuk keperluan
klasifikasi pos tarif diberlakukan aturan no.3.
Contoh :
Pelampung Renang terbuat dari gabus yang dibungkus dengan tekstil, apakah
pos tarif pelampung berenang atau gabus atau tekstil ?
Untuk memahami pengklasifikasian jenis barang yang demikian perlu memahami
KUMT aturan 3.
4.3.3 KUMT Aturan 3 :
Apabila dengan menggunakan ketentuan 2(b) atau untuk berbagai alasan / karena
sebab lain, barang yang pada pertimbangan awal (pada pandangan sepintas lalu)
dapat diklasifikasikan dalam 2 (dua) pos tarif atau lebih maka
pengklasifikasiannya harus diberlakukan / diatur sebagai berikut :
a) Pos yang memuat uraian yang paling terinci / spesifik harus lebih
diutamakan daripada pos yang memuat uraian yang lebih umum sifatnya.
Tetapi / namun demikian jika / apabila dua pos atau lebih yang masing-
19
masing pos hanya merujuk kepada bagian dari bahan atau zat yang
terkandung dalam barang campuran atau barang komposisi atau hanya
merujuk kepada bagian barang dalam set yang disiapkan untuk penjualan
eceran, maka pos tariff tersebut dianggap setara sepanjang berkaitan
dengan barang tersebut , walaupun salah satu pos tariff tersebut
memberikan uraian barang lebih lengkap atau lebih utama.
b) Barang campuran dan barang komposisi yang terdiri dari dari bahan yang
berbeda atau dibuat dari komponen yang berbeda serta barang yang
disipakan dalam set untuk penjualan eceran yang tidak dapat
diklasifikasikan berdasarkan referensi 3a harus diklasifikasikan
berdasarkan bahan atau komponen yang memberikan karakter utama
barang tersebut sepanjang kreteria ini dapat diterapkan (Barang campuran
dan kombinasi yang terdiri dari bahan yang berbeda atau tersusun dari
komponen yang berlainan dari barang yang disiapkan dalam perangkat
untuk penjualan eceran, yang tidak dapat diklasifikasikan menurut
ketentuan 3 (a), harus diklasifikan seolah-olah barang itu terdiri dari bahan
atau komponen yang memberikan sifat utama kepada barang itu sepanjang
ketentuan ini dapat digunakan Bhs Indonesia versi Hs 2005).
c) Apabila barang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan referensi 3a atau
3b, maka barang tersebut harus diklasifikasikan dalam pos tariff terakhir
berdasarkan urutan penomerannya diantara pos tariff yang mempunyai
pertimbangan yang setara.
(Apabila barang tidak dapat diklasifikan menurut ketentuan 3 (a) atau 3 (b)
maka barang itu diklasifikasikan kedalam pos yang disebutkan terakhir
dalam nomenklatur dari pos dimana barang itu dapat diklasifikasikan atas
dasar pertimbangan yang setaraf Bhs Indonesia Hs 2005).
Penjelasan KUMT Aturan 3 (a) :
Aturan 3 (a) ini menjelaskan bahwa pos tarif yang memuat uraian yang lebih spesifik
harus dipilih dibandingkan pos tarif yang memuat uraian lebih umum.
Contoh : Corset
Seharusnya pos tarif tentang Corset tidak / bukan termasuk pakaian dalam
wanita karena Corset lebih spesifik daripada pakaian dalam wanita.
Corsetlettes / Korset apakah merupakan pakaian dalam wanita atau merupakan barang
yang mempunyai karakteristik tersendiri karena bisa dipakai oleh Wanita maupun Pria ?
Bila dinterpretasikan sebagai pakaian dalam wanita mungkin bisa dimasukkan dalam
Pos 61.08 atau Pos 62.08.
Namun Korset mempunyai klasifikasi barang yang lebih spesifik yaitu yaitu 62.12.30
yaitu Corsetlettes (dari bahan Kapas atau dari bahan tekstil lainnya)
(Silahkan periksa Buku HS anda untuk konfirmasi penjelasan KUMT 3a
20
Dalam hal yang demikian barang-barang yang terdiri dari beberapa komponen / bahan
diklasifikasikan pada komponen / bahan yang memberikan sifat utama (essential)
dari barang yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang dapat memberikan sifat utama dapat bervariasi antara berbagai
jenis barang, misalnya :
Plastik pembungkus
Karet spons
21
Spons (Sponge) adalah karet yang berongga dan ringan namun bersifat menyerap
air sehingga apabila dibungkus / dibalut dengan plastic akan dapat berfungsi
sebagai pelampung.
Namun, apabila plastik pembungkus sobek maka spons akan menyerap air dan
tidak bisa berfungsi sebagai pelampung. Tentunya dalam hal ini aturan 3 (a) dan 3
(b) tidak dapat digunakan, maka dalam hal ini pengklasifikasiannya pada pos yang
menyebutkan terakhir.
Dalam hal ini :
Bab Plastik pada Bab 39,
Bab Spons dari karet pada Bab 40,
Maka dalam hal ini tarifnya pada Bab 40.
4.3.4 Aturan 4 :
Bab yang tidak dapat diklasifikasikan menurut / berdasarkan ketentuan diatas
harus diklasifikasikan kedalam pos untuk barang yang paling sesuai sifatnya/
yang paling menyerupai.
Penjelasan Aturan 4 :
Dalam pandangan internasional, mungkin akan timbul produk baru yang tidak dapat
diklasifikasikan dalam sistem nomenklatur tarif bea masuk.
Dalam hal yang demikian maka jenis barang tersebut harus diklasifikasikan dalam
pos yang paling sesuai dan mempunyai sifat hampir sama.
Cara-cara yang mungkin dapat ditempuh adalah :
Aturan 5 s.d 10 dari KUMT adalah aturan nasional yang dibuat oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, berdasarkan HS sebelum berlaku AHTN.
Setelah berlaku AHTN Catatan Nasional hanya berlaku Catatan / KUMT No 5 dan 6
4.3.5 KUMT Aturan 5 :
Sebagai tambahan aturan diatas ketentuan berikut ini berlaku / harus diberlakukan
terhadap barang tersebut dibawah ini :
a) Peti kamera, peti instrumen musik, peti / kopor senapan, peti / tas instrumen
gambar, peti / kotak kalung dan tempat simpan / kemasan yang semacam itu,
dengan bentuk atau kelengkapan khusus untuk menyimpan barang tertentu
atau seperangkat barang tertentu cocok untuk pemakaian jangka panjang
dan diajukan / diimpor lengkap dengan isinya (barangnya), harus
diklasifikasikan menurut barangnya / dengan barang tersebut jika / apabila
barang tersebut biasa dijual dengan barang itu/ tersebut. Akan tetapi /
22
namun demikian ketentuan ini tidak berlaku terhadap tempat simpan yang
memberikan seluruh sifat / karakter utamanya.
b) Berdasarkan kepada ketentuan nomer 5 (a) diatas, bahan pembungkus dan
tempat simpan / kemasan / pembungkus yang diajukan / diimpor bersama isinya
(barangnya) harus diklasifikasikan dengan barang tersebut/ menurut barangnya,
jika / apabila bahan kemasan atau pembungkus tersebut memang biasa
dipakai/digunakan membungkus barang itu/ tersebut, Namun demikian / akan
tetapi aturan ini tidak mengikat apabila bahan pembungkus atau tempat
simpan atau kemasan pembungkus tersebut nyata-nyata/secara nyata
cocok untuk dipakai berulang-ulang.
Penjelasan KUMT Aturan 5a
Barang Barang yang diimpor bersama kemasannya dan berdasarkan tradisi dan
kebiasasaan kemasan tersebut merupakan kemasan barang tersebut seperti Kotak
Musik Biola, Trompet, Gitar maka Klasifikasi Tarif berdasarkan Biola, Trompet atau
Gitar.
Namun hal itu tidak berlaku bila Kemasan tersebut tidak biasa missal kemasan tersebut
terbuat dari emas atau logam mulia lainnya.
Penjelasan KUMT Aturan 5b
Barang barang yang dikemas dengan kemasan yang digunakan berulang ulang
seperti : Tabung Gas Oxygen, Tabung Gas Nitrogen dll dalam hal demikian maka
Klasifikasi Tarif atas Gas dalam Tabung / Kemasan tersebut bukan Tabung / Kemasan
nya.
4.3.6 KUMT Aturan 6 :
Untuk tujuan hukum pengklasifikasin barang dalam sub pos dari suatu pos harus
ditentukan berdasarkan uraian dari sub pos tersebut dan Catatan sub pos yang
bersangkutan mutatis mutandis serta, mengikuti ketentuan-ketentuan di atas dengan
penyesuaian seperlunya dengan pengertian bahwa hanya sub pos yang setaraf / setara
yang dapat diperbandingkan (untuk keperluan dari ketentuan ini Catatan Bagian dan
Catatan Bab yang bersangkutan juga diberlakukan), kecuali apabila konteksnya
menentukan lain untuk keperluan ketentuan ini diberlakukan juga Catatan Bagian
dan Catatan Bab yang bersangkutan.
Penjelasan KUMT Aturan 6
Dalam mengklasifikasikan harap memperhatikan berbagai rambu-rambu yang terpasang
dalam Legal Notes seperti Catatatan Bagian dan Catatan Bab karena Catatatan tersebut
secara hukum mengikat.
KUMT 1 s/d 6 diadopsi oleh AHTN, KUMT 7 s/d !0 dalam HS sudah tidak lagi
menjadi Referensi AHTN
23
4.3.7 Aturan 7 :
Dalam seluruh nomenklatur ini sebutan dikemas untuk penjualan eceran berarti
bahwa barangnya sudah dimasukkan untuk dijual dalam kemasan seberat 1200 gr
atau kurang dan sebutan bentuk tablet berarti bahwa barang itu dibuat dalam
bentuk tablet, pil, cakram, batang, bola bentuk lainnya yang beratnya ( atau jika
barang itu terdiri dari beberapa bagian yang lebih kecil, berat masing-masing
bagiannya ) tidak lebih dari 200 gram, sepanjang hal ini tidak diatur tersendiri.
4.3.8 Aturan 8 :
Dalam seluruh nomenklatur ini istilah kemasan harus diartikan segala kemasan
yang langsung bersentuhan dengan barang dan kemasan seperti itu dapat terbuat
dari kayu, logam, kaca, kertas karton, plastik atau bahan lain.
4.3.9 Aturan 9 :
Yang dimaksud dengan istilah CKD adalah dalam keadaan terbongkar sama sekali
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan setelah mendengar pendapat
Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
4.3.10 Aturan 10 :
a) Untuk keperluan menetapkan berat kena bea dari barang yang dikenakan bea
advelorum dan untuk menetapkan berat yang menentukan klasifikasi barang
menurut beberapa pos atau sub pos dari buku tarif ini, maka diartikan :
i) Berat Kotor ada;ah berat itu sendiri ditambah dengan berat dari
semua pengemasnya.
ii) Berat Bersih atau berat tanpa keterangan lebih lanjut adalah berat
barang itu sendiri sesudah semua pengemasnya dikeluarkan.
b) Berhubung dengan ketentuan dalam ayat (a) sub (i) dan sub (ii) diatas ini, maka
semua pengemas luar dan dalam, penunjang, pembungkus, bahan penunjang
dan pembungkus, dianggap sebagai pengemas, kecuali alat angkut ( misalnya
peti kemas ), derek terpal atau perlengkapan alat angkut bantuan lainnya.
Penjelasan Aturan 7 s.d 10 KUMT :
Aturan 7 s.d 10 KUMT dalam HS tidak lagi diadopsi oleh AHTN, namun demikian
sebagai tambahan wawasan pengetahuan Klasifikasi Barang tidak ada salahnya
diketahui oleh pembaca sebagai referensi manakala, dalam mengklasifikasikan suatu
barang mengalami kesulitan dalam mendefinisikan berbagai keadaan atau situasi yang
berhubungan dengan barang itu.
Butir No 7 s/d 10 cukup jelas sehingga tidak diperlukan contoh-contoh yang spesifik.
Kemudian tanda * yang tertera dalam buku Harmonized Sysem adalah merupakan
catatan tambahan pada catatan The Harmonized Commodity Description and Coding
System.
24
4.4 Ringkasan
Untuk dapat memahami Systems HS yang telah diadopsi dalam AHTN pengguna Buku
HS / Versi AHTN wajib memahami Catatan Bagian atau Catatan Bab yang tersedia
dalam HS /AHTN. Memahami Catatan Bagian dan Catatan Bab adalah Wajib karena
catatan tersebut mempunyai kekuatan hokum dan bersifat mengikat dan oleh sebab itu
disebut sebagai Legal Notes
Ada beberapa jenis Catatan Bagian dan atau Catatan Bab yaitu :
Catatan Eksklusif
Catatan Ilustratif
Catatan Definitif
Catatan Pengertian
Catatan Gabungan / kombinasi ekslusif, ilustratif dan lain-lainnya.
Disamping Catatan Bagian dan Bab diatur juga Ketentuan Umum Untuk
Mengentepretasikan Tarif sebagai petunjuk bagi pengguna HS untuk mengklasifikasi
tariff suatu barang.
Ada 10 aturan untuk mengentepretasikan tariff bea masuk berdasarkan HS, namun
AHTN hanya mengadopsi 6 Aturan Ketentuan Umum Menginterpretasikan Tarif.
KUMT Nomer 1 s/d 4 merupakan Ketentuan yang telah tersedia dalam Konvensi
Internasional tentang HS dan diadopsi dalam AHTN, KUMT HS Nomer 5 s/d 10
merupakan ketentuan nasional namun AHTN hanya mengadopsi KUMT No 5 dan 6 ( No
7 s/d 10 tidak lagi diadopsi dalam AHTN)
Prinsip Aturan 1 adalah :
1. Judul bagian, bab dan sub bab dimaksudkan untuk memudahkan penyebutan dan
untuk klasifikasi pos tarif belum mempunyai kekuatan hukum.
2. Klasifikasi pos tarif harus ditetapkan :
Pertama :
Harus sesuai dengan uraian jenis barang yang disebut dalam Pos Tarif dan tidak ada
catatan bagian atau catatan bab yang meragukan atau membantahnya
Contoh : Kuda
No. HS 0101.30.10.00.
Contoh-contoh tersebut cukup jelas sehingga tidak memerlukan intepretasi.
Kedua :
Dalam hal jenis barang memerlukan intepretasi maka klasifikai pos tarif harus
menggunakan intepretasi tarif kecuali apabila catatan bagian atau bab tidak menentukan
lain.
Prinsip Aturan 2
Prinsip Aturan 2 a :
25
Aturan 2 a ini menetapkan bahan / barang-barang yang tidak lengkap atau belum
selesai harus diklasifikasikan seolah-olah barang tersebut lengkap atau telah selesai.
Contoh :
Peralatan mesin tanpa dilengkapi Crank Shaft mesin maka harus diklasifikasikan pada
pos tarif mesin itu.
Perkakas pertukangan yang digunakan dengan tanaga listrik, tetapi elektro motornya
belum terpasang maka dalam hal ini harus diklasifikasikan sebagai perkakas
pertukangan listrik.
Prinsip Aturan 2 b :
Aturan 2 b ini dimaksudkan apabila suatu barang yang terdiri dari 2 (dua) atau lebih
bahan sehingga dapat diklasifikasikan lebih dari satu pos tarif untuk keperluan klasifikasi
pos tarif diberlakukan aturan no.3.
Contoh :
Pelampung Renang terbuat dari gabus yang dibungkus dengan tekstil, apakah pos tarif
pelampung berenang atau gabus atau tekstil ?
Prinsip Aturan 3
Prinsip Aturan 3 (a) :
Aturan 3 (a) ini menjelaskan bahwa pos tarif yang memuat uraian yang lebih spesifik
harus dipilih dibandingkan pos tarif yang memuat uraian lebih umum.
Contoh : Corset
Seharusnya pos tarif tentang Corset tidak / bukan termasuk pakaian dalam wanita
karena Corset lebih spesifik daripada pakaian dalam wanita.
Prinsip Aturan 3 (b) :
Bila Aturan 3 (a) tidak dapat dipakai maka digunakan aturan 3 (b) yaitu apabila hal itu
berhubungan dengan :
Dalam hal yang demikian barang-barang yang terdiri dari beberapa komponen / bahan
diklasifikasikan pada komponen / bahan yang memberikan sifat utama (essential) dari
barang yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang dapat memberikan sifat utama dapat bervariasi antara berbagai jenis
barang, misalnya :
26
Contoh : Pelampung berenang yang dibuat dari gabus dibungkus dengan tekstil.
Barang terdiri dari dua jenis barang yaitu : Gabus dan Tekstil.
Berdasarkan aturan 3 (a) maka harus pos tarif yang spesifik tentang pelampung
berenang ini, dalam hal tidak didapat (ditemukan) maka harus menggunakan aturan 3
(b) yaitu bahan mana yang mengandung bagian essensial dari pelampung
tersebut.
Dan bagian essensial pelampung tersebut adalah gabus.
Prinsip Aturan 3 c :
Aturan 3 c menjelaskan apabila aturan 3 (a) dan 3 (b) tidak dapat digunakan maka
klasifikasi tarif berdasarkan pada tarif pos yang disebut terakhir dalam klasifikai
ini.
Contoh : Pelampung berenang dari karet spons yang dibungkus dengan plastik
Jenis barang tersebut mempunyai dua bahan utama yaitu :
-
Plastik pembungkus
Karet spons
Apabila plastik pembungkus sobek maka spons akan menyerap air dan tidak bisa
berfungsi sebagai pelampung. Tentunya dalam hal ini aturan 3 (a) dan 3 (b) tidak
dapat digunakan, maka dalam hal ini pengklasifikasiannya pada pos yang
menyebutkan terakhir.
Dalam hal ini :
Bab Plastik pada Bab 39,
Bab Spons dari karet pada Bab 40,
Maka dalam hal ini tarifnya pada Bab 40.
Prinsip Aturan 4
Dalam pandangan internasional, mungkin akan timbul produk baru yang tidak dapat
diklasifikasikan dalam sistem nomenklatur tarif bea masuk.
Dalam hal yang demikian maka jenis barang tersebut harus diklasifikasikan dalam
pos yang paling sesuai dan mempunyai sifat hampir sama.
Cara-cara yang mungkin dapat ditempuh adalah :
- Bandingkan barang tersebut dengan barang-barang yang hampir sama
sifatnya, tujuan pemakaiannya.
- Tetapkanlah dalam tarif yang paling cocok.
27
28
Setelah mengetahui jenis barang tersebut apakah jenis barang tunggal atau
campuran (mixture), maka selanjutnya lakukan langkah berikutnya.
Dalam hal barang tunggal kenali bahan, sifat-sifat dan tujuan pemakaian
barang itu.
Dalam hal barang tersebut adalah barang campuran, kenali komponenkomponen, komposisi, sifat-sifat dan tujuan pemakaian barang itu.
Apabila anda telah mengenal dan tahu jenis barang impor tersebut, anda dapat
melakukan beberapa pendekatan untuk mengklasifikasikan barang tersebut.
Pendekatan tersebut :
Sesuai hasil pendekatan anda carilah barang tersebut melalui Daftar Isi Buku
AHTN / HS kemudian setelah menemukan Bab yang berkaitan dengan Barang
tersebut maka perhatikan dan baca dengan hati-hati (sekali lagi dengan hatihati) tentang Catatan Bagian dan Catatan Bab yang terdapat dalam daftar judul
Bagian dan Bab HS termaksud.
Misalnya : Asesoris Bunga dari Plastik untuk Aquarium
Cara berpikir kita adalah barang dari plastic maka kita cari Bab 39 tentang Plastik.
Teliti Catatan Bab dan Bagian dari Bab 39
Dari cari ini anda bisa menyimpulkan apakah masuk dalam Bab 39 atau dikeluarkan
dari Bab 39 sehingga masuk Bab lain.
Dalam mengklasifikasikan jenis barang dalam pos tarif perhatikan prinsipprinsip :
Jenis barang harus cocok dengan uraian jenis barang yang terdapat dalam pos
tarif HS.
Contoh : Kuda HS No. 01.01.30.10.00
Dalam hal tidak ditemukan uraian jenis barang yang cocok, baca dengan hati-hati
catatan bagian dan catatan bab sesuai pendekatan yang anda lakukan
Catatan Bagian dan Catatan Bab akan membantu anda untuk mencari alternatif
bab yang relevan dan tepat dan jangan mudah memilih tarif pos lain-lain.
Apabila jenis barang yang cocok tidak ada karena beberapa alasan misalnya
o
o
29
Namun dalam hal ini baca dengan hati-hati Catatan Bagian dan Catatan Bab.
o
Susunan HS yang terdiri dari 21 Bagian dan 99 Bab yang tersusun dalam
daftar isi buku HS.
Kenalilah jenis barang yang akan dicari nomer Tarif Pos berdasarkan HS.
Perkirakan apakah jenis barang yang anda periksa termasuk jenis barang yang
mudah atau rumit karena merupakan gabungan dari berbagai bahan atau
bersifat kompleks dan multi tafsir / interpretative ?
Perhatikan aturan Ketentuan Untuk Menginterpretasikan tariff khususnya
nomer aturan yang relevan dengan jenis barang kompleks / rumit / multi tafsir
atau multi interpretative yang akan dicari.
Perhatikan catatan-catatan Bagian dan Catatan Bab yang relevan melalui
pendekatan komposisi materi barang atau sifat essential dari jenis barang itu
sebagai pembimbing dan pengarah menuju tarif pos yang tepat.
Lakukan proses pencarian secara systematis dengan systems yang telah
ditetapkan dalam KUMT dan lakukan dengan sabar (jangan terburu-buru ).
Dengan latihan ber ulang melalui prosedur systems HS akan dengan mudah
secara cermat menemukan Tarif Pos barang apa saja dalam HS.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Casey, W /Tenaga Ahli IMF, Departemen Keuangan RI, Direktorat Jenderal Bea
Cukai, Bahan Kuliah Brussells Tariff Nomenclatures (1971) .
2. Pengantar Tarif Bea Indonesia (Berdasarkan BTN), Departemen Keuangan RI,
Direktorat Jenderal Bea Cukai (1971).
3. Kumpulan Kuliah Klasifikasi Barang oleh Ir Sumartono (1972/1973)
4. Buku Brussells Tariff Nomebcalatures (BTN).
5. Buku Customs Cooperation Council Nomenclatures (CCCN)
6. Buku The Harmonized Commodity Descriptions and Coding Systems (HS)
7. Protocol Asean Harminized Tariff Nomenclatures (AHTN)
8. BTBMI / AHTN
32