Hubungan Kecepatan Reaktan Terhadap AFR
Hubungan Kecepatan Reaktan Terhadap AFR
2
alternatif untuk menggantikan peran bahan
bakar fosil secara berkesinambungan.
Dengan krisis energi yang di alami secara
global jalan keluar yang paling konkret
adalah bahan bakar alternatif untuk
mengatasi kelangkaan bahan bakar fossil.
Bahan bakar alternatif yang dapat
diperbaharui, terjangkau, handal, dan
tersedia dalam jumlah banyak adalah bahan
bakar masa depan yang dinantikan. Bahan
bakar ini dapat diperoleh dari alam berupa
minyak nabati.
Selama
proses
pembakaran,
kestabilan api memegang peranan yang
sangat penting. Dimana pembakaran adalah
reaksi secara kimiawi antara pengoksidasi
(oksigen) dan bahan bakar, yang disertai
dengan pelepasan energi berupa cahaya dan
kalor [1]. Ada dua macam keadaan yang
disebabkan oleh ketidakstabilan api
diantaranya adalah lift off dan blow off.
Dalam pembakaran pada burner kecepatan
reaktan dalam burner sangat mempengaruhi
karakteristik api dalam pembakaran. ketika
kecepatan reaktan terlalu tinggi maka akan
terlihat api yang terangkat (lift off) yang
disebabkan oleh kecepatan rambat api yang
lebih rendah dari kecepatan reaktan. Hal ini
akan memicu pada keadaan dimana api akan
padam (blow off). Sehingga dalam
pembakaran yang baik pada burner, kita
harus mencari pada kecepatan reaktan mana
yang diperoleh karakteristik api yang paling
optimal. Begitu pula dengan Air Fuel Ratio
(AFR). Dimana Air Fuel Ratio (AFR) sangat
menentukan apakah pembakaran yang
terjadi berlangsung secara optimal. Maka
dibutuhkan Air Fuel Ratio (AFR) yang tepat
sehingga campuran bahan bakar dan udara
3
dunia industri untuk dapat dikembangkan
secara komersial.
Minyak kelapa memiliki kandungan
asam lemak sebagai berikut.
Tabel 1 Komposisi asam lemak minyak
kelapa
No Asam lemak
Percentase
(%)
1
Asam kaproat
0,240
Asam Kaprilat
4,852
Asam Kaprat
5,031
Asam Laurat
46,256
Asam Myristat
20,508
Asam Palmitat
10,706
Asam Oleat
8,413
Asam Stearat
3,711
Asam Linoleat
0,060
10
Asam Linolenat
0,107
11
Asam Palmitoleat
0,018
12
Asam Arachidat
0,051
13
Asam Behenat
0,028
14
Asam Eicosatrinoat
0,020
4
beda tekanan sebesar 2 cm. setelah itu
ambil foto nyala api yang terbentuk pada
ujung nozzle. Catat suhu api dan beda
ketinggian manometer bahan bakar.
Lakukan langkah tersebut hingga terjadi
blow off.
Instalasi alat penelitian dapat di lihat
pada gambar berikut:
Pengolahan Data
Hasil rekaman nyala api pembakaran
campuran uap minyak kelapa dan udara
yang berupa foto, dipotong (crop) dengan
menggunakan software Adobe Photoshop
CS5 dengan ukuran 2cm x 6 cm, dimana
2cm merupakan ukuran lebar sebenarnya
dari diameter nozzle sehingga hasil potongan
gambar yang didapat nantinya telah sesuai
dengan ukuran yang sebenarnya. Gambar
hasil dari Adobe Photoshop CS5 tersebut,
kemudian disusun berjajar sehingga akan
nampak pergerakan api dimana saat mulai
terbentuk hingga padam.
Untuk perhitungan kecepatan api,
susunan gambar api yang telah dihasilkan
kemudian dimasukkan kedalam ImageJ
sehingga dapat dicari sudut kerucut api. Dari
sudut kerucut api tersebut dapat dihitung
kecepatan apinya. Begitu pula untuk tinggi
api, susunan gambar rambatan api
dimasukkan kedalam ImageJ kemudian
diukur tinggi api tiap variasi kecepatan
reaktan tertentu dengan terlebih dahulu
menetapkan skala panjang gambar, dan
selanjutnya dianalisa geometri apinya.
7. Kompor Listrik
8. Thermostat Digital
9. CPU
10. Thermometer
11. Kamera
5
HUBUNGAN KECEPATAN REAKTAN ( ) TERHADAP KECEPATAN PEMBAKARAN
Lift Off
Kecepatan
Pembakaran
Grafik hubungan kecepatan reaktan ( ) terhadap temperatur api dapat dilihat pada
gambar 3 berikut:
600
500
400
300
200
tengah
100
tepi
0
95.60
125.97
149.28
168.93
186.25
201.90
Grafik hubungan kecepatan reaktan ( ) terhadap tinggi api dapat dilihat pada gambar 4
berikut:
Tinggi Api
95.6
126.0
149.3
168.9
186.2
201.9
Grafik hubungan kecepatan reaktan ( ) terhadap Air Fuel Ratio dapat dilihat pada
gambar 5 berikut:
Stoikiometri
12
AFR
10
8
6
4
AIR FUEL
RATIO
(AFR)
2
0
95.60
125.97
149.28
168.93
186.25
201.90
216.29
9
berwarna kuning dimana hal ini disebabkan
oleh kecepatan reaktan yang kurang tinggi
sehingga kecepatan pembakaran masih
rendah yang mengakibatkan banyak reaktan
yang lolos dari zona reaksi dan terbakar
secara difusi dengan udara sekitar. Ketika
api sudah berwarna biru sepenuhnya maka
pembakaran premixed terjadi secara
menyeluruh. Pada kecepatan reaktan 201,9
cm/s terlihat api yang cenderung flat
sehingga sulit untuk di ukur kecepatan
pembakarannya. Pada kecepatan reaktan
216,29 cm/s terlihat terjadi gejala lift off.
Hal ini di sebabkan oleh kecepatan reaktan
yang terlalu tinggi sehingga api terdorong ke
atas mengikuti arah reaktan. Dimana
pembakaran seharusnya menuju ke tengah.
Pada kecepatan reaktan = 168,9 cm/s terlihat
api sekunder kecil yang terdapat pada
nozzle. Hal ini disebabkan oleh kandungan
KESIMPULAN
Dari hasil dan analisa pembahasan
pengaruh kecepatan reaktan terhadap Air
Fuel Ratio (AFR) dan karakteristik api
pembakaran premixed minyak kelapa pada
burner, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Variasi
kecepatan
reaktan
mempengaruhi pola api pembakaran
premixed minyak kelapa dan udara.
Dengan massa alir bahan bakar yang
tetap, penambahan massa alir udara
mempengaruhi kecepatan reaktan
yang juga berpengaruh pada
stabilitas api. Penambahan massa alir
udara yang lebih besar menyebabkan
difusivitas massa lebih besar dari
difusivitas panas yang menimbulkan
lift off hingga akhirnya api akan
padam (blow off).
Semakin tinggi kecepatan reaktan
menyebabkan
kenaikan
AFR.
Terlihat pada grafik hubungan
10
Pola
warna
api
memberikan
informasi pembakaran mendekati
sempurna atau tidak. Warna biru
mengindikasikan
bahwa
pembakarannya
mendekati
sempurna, sedangkan warna kuning
mengindikasikan banyak terdapat
bahan bakar yang belum terbakar
dan terbakar secara difusi dengan
udara. Kondisi ini terus berlangsung
seiring
peningkatan
kecepatan
reaktan.
Pola
warna
api
memberikan
informasi pembakaran mendekati
sempurna atau tidak. Warna biru
mengindikasikan
bahwa
pembakarannya
mendekati
sempurna, sedangkan warna kuning
mengindikasikan banyak terdapat
bahan bakar yang belum terbakar
dan terbakar secara difusi dengan
udara.
DAFTAR PUSTAKA