Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Activity- Based Costing (ABC)
2.1.1. Pengertian Activity Based Costing

A3C atau penentuan harga pokok produk krbasis aktivitas merupakan


sistim informasi tentang pekerjaan (atau kegiatan) yang mengkonsumsi sumber
daya dan menghasilkan nilai bagi konsumen.' Definisi lain A3C adalah suatu
informasi yang dapat menyajikan secara akurat dan tepat waktu mengenai
pekerjaan (aktivitas) yang mengkonsumsi sumkr Biaya aktivitas) mtuk mencapai
tujuan pekerjaan @rod& dan pelanggan).2 ABC dirancang untuk mengukur k g a
pokok produk meldui aktivitas-aktivitas. Biaya-biaya akan diukur dari aktivitasaktivitas ke produk berdasarkan permintaan tiaptiap produk terhadap aktivitas
selama proses produksi, sehingga biaya-biaya yang timbul masing-masing jenis
produk akan terlihat lebih jelas. Sistem tersebut menerapkan konsepkonsep
ah-untansi aktivitas mtuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang
lebih akurat. Hal ini dapat dipahami dari definisi berikut :
Activity Based Costing adalah sistem akumulasi dan alokasi biaya yang

menelusur biaya-biaya ke produk menurut aktivitas-aktivitas yang dilakukan


terhadap produk, yang dimaksud untuk menghasilkan informasi biaya bagi
keputusan strategis, perancangaqdan pengendaliaan operasional.

Johnson. H Thomas. Activity-Based Ijomation : A Bhe Print For World Class


Management Accounting, The Design ofcost Management System :Text Cases and Readings, New
Jersey- -199 1. hal25?
" Brimson, James A, Activity AcmuMhg: An Activity Based Costing, Approach, New York
John Willwey & Sons, Inc. 1991, ha1 98.

Sistem penentuan harga pokok berbasis aktivitas ini merupakan sistem


pertama yang menelusur biaya-biaya melalui aktivitas yang telah dikonsumsi
prod&.
Dalam ABC, proses identifikasi aktivitas aerupakan salah satu bagian
peting dari tahapan pernbebanan biaya overhead pabrik. Tahap pertama pada
identifikasi aktivitas, aktivitas yang luas dikelopokkan ke dalarn .empat kategori
b

aktivitas, yaitu:
1. Unit - level 0ctiv~'ries
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk setiap unit sehingga
biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas dibebankan berdasarkan
jumlah unit yang diproduksi. Misalnya jam tenaga keja langsung. Semakin
banyak jumlah unit yang diproduksi semakin banyak juga tenaga kerja
langsung yang dibutuhkan.

2. Batch level activities

Sering juga disebut set - up related activities, yaitu berupa aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi sejumlah order tertentu
(batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch sehingga biaya
produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan berdasarkan
jumlah batch yang diproduksi. Misalnya biaya set up mesin. Semakin banyak
unit yang diproduksi tidak m e m p e n g d biaya pada aktivitas set up, tetapi

semakin sering set up dilakukan maka semakin bear pula biaya set up rnesin.
3. Protiuct-sustamIUn.gactivities

Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan unt& mempe*nkm

eksistensi suatu produk, pemeliharaan produk, pengembangan produk dan


inovasi produk. Beban biaya yang terjadi pada aktivitas ini dapat ditlusuri
pada setiap jenis produk yang dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsurnsi
tidak tergantung pada jumlah unit ataupun batch dari prod& yang dihasikan
perusahaan. Semakin banyak jenis produk yang dihasilkan semakin sering
aktivitas ini dilakukan sehingga semakin besar biaya yang dibutuhkannya.

4. Facility sustaning activities

3erupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahkan


eksistensi perusahaan, seperti pemasaran, sumber daya manusia, pengembangan
sistem, pemeliharaan fasilitas dan lain-lain. Tetapi aktivitas ini tidak
berhubungan dengan jumlah produk, batch, maupun jenis pro&

2.2 Manfaat ABC

Manfaat yang dihasilkan oleh perusahaan yang menerapkan ABC adalah:


a. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan.

b. Memunglunkan manajemen melakukan perbaikan terus-menerus terhadap


kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.
c. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan.

2.2.1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan


Kemarnpuan A3C menghasiikan informasi biaya produksi yang lebih teliti
dapat mengurangi kemungkinan rnanajemen melaladan pengambilan kqutusan
yang salah. Informasi biaya produksi yang lebih teliti sangat penting artinya bagi
manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang sangat tajam.

Di Amerika, umumnya ABC digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang


sekonyong-konyong dihadapkan pada keadaan persaingan yang semakin tajam.

2.2.2. Memungkinkan Manajemen Melakukan Perbaikan Terus-Menerus

Terhadap Kegiatan Untuk Mengurangi Biaya Overhead.

ABC megidentifikasi biaya overhead d e w kegiatan yang menimbukan


biaya tersebut. Dengan demikian informasi biaya yang dihasilkan oleh A3C dapat
digunakan oleh manajemen untuk memantau secara tern-menern berbagai
kegiatan yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan
melayani konsumen. Perbaikan berbagai kegiatan untuk m e n g h a s i b produk dan
penghilangan kegiatan yang tidak bernilai tambah bagi konsumen dapat
dipertimbangkan oleh manajemen berdasarkan infonnasi biaya yang disajikan
dengan ABC.

2.2.3. Memberikan Kemudahan Dalam Penentuan Biaya Relevan

ABC menyediakan informasi biaya yang dihubungkan dengan berbagai


kegiatan untuk menghasilkan produk, sehingga manajemen akan memperoleh
kemudahan dalam mendapatkan informasi yang relevan dalam pengambilan
keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka. Jika misalnya
manajemen mempertimbangkan untuk melakukan pehaikan dalam kegiatan set up
fasilitas produksi, ABC mampu dengan cepat menyediakan informasi batch related
activities cost sehingga memunglunkan manajemen mempertimbangkan akibat
keputusan mereka terhadap konsumsi sumber daya untuk kegiatan tersebut.

23. Perbandingan ABC Dengan Sistem Biaya Tradisional


Perbedaan antara sistern ABC dengan sistem kalkulasi biaya tradisional
adalah :
a. ABC menggunakan alctivitas-alctivitas sebagai pemacu biaya untuk menetukan
berapa besar setiap overhead tidak langsung dari setiap produk yang digunakan
oleh produk tersebut. sistem tradisional mengalokasikan overhead secara
arbirer berdasarkan satu atau dua alokasi yang non representatif.
b. ABC mengkonsurnsi overhead yang dapat dibagi ke dalam empat kategori:
unit, batch, produk dan penopang fasilitas (fimility substaining), &&an
sistem tradisional membagi biaya overhead ke dalam unit dan biaya yang
laimya.

c. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu dan faktor waktu, d n g k a n sistem
tradisional memfokuskan pada kinerja keuangan jangka pendek seperti laba
yang akurat. Untuk itu ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen
yang ada. Harga pokok tradisional dalam menetapkannya diletakkan begitu
saja, sementara Activity Based Costing menelusuri biaya berdasarkan hubungan
sebab akibat.
Untuk lebih akuratnya ABC dalam mengkalsifikasikan biaya overhead
yang ada, maka Kaplan dan Cooper membaginya sebagai berikut :
1. Biaya variabel jangka pendek (short term variable costs).

2. Biaya variabel jangka panjang (long term variable costs).


3. Biaya tetap (finedcosts).

Biaya
langsung

Biaya
produksi

Tarif
absorpsi
overhead
berdasarkan
volume

~bs$rpsipada l&or/machine hours

Produk

Gambar 2.2. Penentuan Biaya Overhead Cara Tradisional


Sejalan dengan perkembangan teknologi pada proses produksi, biaya
overhead juga semakin meningkat. Saat ini perusaham-psahaan cenderung
beralih dari padat karya menjadi padat modal. Tenaga keja tidak lagi menjadi
aktivitas penambah nilai yang utama pada proses produksi, karena penggunaan
teknologi (mesin, komputer, CNC, dan lain-lain) akan mengarnbil alih tenaga
manusia. Peralihan inilah yang menyebabkan persenme biaya overhead produksi
naik secara signifikan.

Overhead
Biaya
lwv?2

Kelompok biaya
&ivitas

Tarif pemacu
Biaya
aktivitas
~ i & aditelusur $e konsumsi &macu

Produk

Gambar 2.3. Penentuan Biaya Overhead Sistem ABC

Penggunaan sistem biaya tradisional dalarn membebankan overhead


produksi menjadi tidak relevan lagi. Seperti Eta ketahui bahwa sistem biaya
tradisional menggunakan satu atau dua pemacu biaya yang berbasis unit (unit based
cost drivers) sebagai dasar pembebanan biaya.
Menggunakan satu atau dua pemacu biaya berbasis unit produk untuk
membebankan semua biaya overhead produksi akan rnenciptakan biaya produk
yang terdistorsi. Distorsi yang terjadi berupa subsidi siiang (cross subsldy) antar

produk, satu produk mengalami kelebihan biaya (overcosting) dan produk yang
lain mengalami kekurangan biaya (undercosting). Tingkat distorsi yang terjadi
tergantung pada proporsi biaya overhead produksi terhadap biaya produksi total.
Semakin besar proporsinya semakin besar distorsi yang terjadi. Demikian juga
sebaliknya. Inilah yang melandasi dikembangkannya sistem ABC.

2.4. Pemacu Biaya(COST D m R )

Pemacu biaya adalah penyebib terjadinya biaya, sedangkan aktivitas adalah


dampaknya. Dalam sistem ABC digunakan beberapa macam pemacu biaya
sedangkan pada sistem biaya konvensional hanya digunakan satu pemacu biaya
tertentu sebagai basis, misalnya jam orang, jam mesin, atau rupiah tenaga kerja.
Beberapa pemacu biaya yang sering dipakai antara lain :
1. Kelompok tenaga kerja (labor group) : rupiah tenaga kerja, jam tenaga kerja,

rupiah tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung.


Kelompok ini dipakai pada aktivitas yang elemen biaya utarnanya adalah
tenaga kerja atau pada aktivitas yang biaya aktivitasnya berubah secara paralel
dengan perubahan tenaga kerja. Rupiah tenaga kerja sering dipakai sebagai
pemacu biaya asuransi kompensasi tenaga kerja. Pada beberapa instansi, jam
tenaga kerja dipakai sebagai pemacu kontribusi pensiun. Jam tenaga kerja juga
dapat memacu konsurnsi utilitas.
2. Kelompok waktu operasi (operating time group): cell time, line time, machine

time, cycle time.

Dipakai sebagai pemacu. biaya pada satu grup operasi pengerjaan yang

merupakan operasi dari suatu peralatan tunggal atau beberapa peralatan. Jenis
pemacu biaya ini dapat dibagi menjadi dua subgrup, yaitu machine hour/ cycle
time dan line/cell time.

3. Kelompok throughput (throughput group) : potong, galon, satu muatan Ink,


satu muatan tanker, ton.
Dipakai sebagai pemacu biaya bila biaya utarna dari suatu aktivitas ditentukan
oleh jurnlah unit throughputnya. Sebagai contoh, bahan kimia tertentu yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan kimia selalu diukur dalam satuan batch. Satu
batch bahan kimia ini lalu dipacking dalam satuan tanker loads, drum 55 galon,
dan karton satu galon. Proses packing ini dapat dipisahkan sebagai tiga
aktivitas dengan unit throughput (tanker loads, drum 55 galon, dan karton satu
galon) masing-masing sebagai pemacu biaya.

4. Kelompok pemilikan (occupancy group) : ukuran pabrik, lokasi peralatan, nilai


peralatan.
Merupakan pemacu biaya yang dapat untuk mendistribusikan biaya tetap @xed
cost) berdasarkan lokasi aktivitas atau aset. Sebagai contoh, depresi bangunan,
pajak

bangunan,

pemeliharaan eksterior

atau

pelayanan

keamanan,

didistribusikan berdasarkan luas areal per aktivitas. Depresiasi peralatan atau


biaya sewa guna didistribusikan pada aktivitas yang terjadi di lokasi aset
tersebut. Kelompok pemacu ini jarang dipakai sebagai dasar untuk penentuan
berapa biaya yang terjadi (how much cost), tetapi sering dipakai untuk
menentukan dimana biaya didistribusikan (where - to distribution).

5. Permintaan (demund) : perawatan mesin (maintenance)

Dipakai sebagai pemacu bila distribusi biaya pada ddivibs lain m u pada

tujuan biaya didasarkan pada permintaan akan aktivitas tersebut. Contohnya


adalah perawatan, biaya penawam akan didistribusikan Qada aktivitas atau

tujuan biaya yang memerlukan pelayanan perawatan saja. Distribusi biaya yang
akurat akan didapat berdasarkan estimasi atau permintaan aktual perawatan.
Sama seperti kelompok occupancy, kelompok permintaan ini jamng dipakai
untuk menentukan berapa biaya yang terjadi, lebih senng dipakai untuk
menentukan dimana biaya harus didistribusikan.
6. Surrogate cost driver : pemasaran, ahnting, pembelian

Surrogate cost driver merupakan data atau ukuran yang sudah tersedia di
lapangan dan praktis untuk dipakai mendistribusikan suatu biaya ke aktivitas
lain atau departemen lain, apabila pemacu biaya yang secara teoritis benar
(ideal) sulit diukur datanya. Ada beberapa aktivitas yang pemacu biayanya sulit
dan tidak praktis untuk diukur ataupun pemacu biayanya sulit ditentukan
dengan tepat. Contohnya adalah production control, accounting, general
management, dan marketing. Contoh pemacu biaya ini adalah biaya material
(material cost) dan biaya konversi (conversion cost) . Kedua pemacu biaya ini
sering dipakai pada perusahaan kecil dm menengah.

Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih pemacu biaya yaitu :
a. Biaya pengukuran (cost of measurement)
Dalam sistem ABC, banyak alternatif pemacu biaya yang dapat dipilih
dan digunakan. Tetapi lebih baik rnemilih pemacu biaya yang mnggunakan
informasi yang telah tersediapengadaan informasi baru merupakan biaya
tambahan bagi perusahaan. Sebagai contoh, biaya quality control dan set up
memberikan pilihan penggunaan jam inspeksi atau jumlah production runs
sebagai pemacu biaya. Apabila jumlah konsumsi dari kedua pemacu biaya
tersebut telah tersedia dalam sistem informasi perusahaan, maka yang dipilih
adalah tidak penting. Apabila hanya production runs yang tersedia
informasinya, pemacu biaya inilah yang terpilih, untuk menwndari biaya
pengadaan infonnasi tambahan.
b. Derajat korelasi (degree of correlation) antara pemacu biaya clan konsumsi
overhead aktualnya.
Struktur infonnasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara lain
untuk meminimalkan biaya pengumpulan infonnasi konsumsi pemacu biaya.
Terdapat kemungkinan untuk menggantikan suatu pemacu biaya yang secara
langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas dengan pemacu biaya tidak secara
langsung mengukur konsumsi tersebut (indirect cost driver atau surrogate cost
driver). Misalnya, jam inspeksi dapat digantikan oleh jumlah inspeksi aktual
tiap produk, angka ini tampak lebih diketahui. Penggantian ini berlaku apabila
jam yang digunakan per inspeksi per produk adalah cukup stabil.

Pemacu biaya yang secara tidak langsung mengukur konsumsi suatu


aktivitas biasanya mengukur jumlah transaksi yang berhubungan dengan
aktivitas tersebut. Apabila jumlah aktivitas yang dikomumsi per transaksi
adalah stabil untuk setiap produk maka kita tidak akan kehilangan akurasi.
Dalam kasus demikian, pemacu biaya tidak langsung mempunyai korelasi yang
tinggi dan dapat Qgunakan.

2.5. Kelompok Biaya(COST POOL)

Difinisi kelompok biaya (cost pool) adalah sekelompok biaya yang


mempunyai karakteristik sama. Karakteristik ini berkaitan dengan tolak ukur
aktivitas yang sama, untuk maksud pembebanan biaya produk. Dalam studi kasus
ini, biaya-biaya utama dibagi menjadi kelompok-kelompok biaya, agar
pembebanan biayanya bisa dilakukan dengan lebih akurat.

2.6. Prosedur Biaya Tahap Sistem ABC

Sistem biaya tradisional mendistribusikan biaya overhead produksi ke


produksi dengan menggunakan dasar aplikasi yang disebut dengan unit based
measures (pengukuran berdasarkan jumlah unit), yaitu jam tenaga kerja langsung,

biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku langsung, atau
dibebankan secara rata pada seluruh produk yang dihasilkan. Sistem biaya ini
mengasumsikan bahwa sumber daya yang dikonsumsi proporsional dengan acuan
tersebut.

Sistem biaya tradisional ini menggunakan pembebanan dua tahap. Tahap


pertama biaya overhead produksi didistribusikan ke pusat-pusat biaya (cost center).
Pada tahap kedua, biaya yang terakumulasi dalam tiap pusat biaya dialokasikan ke
produk dengan menggunakan pemacu unit based tadi.

Power costs

Space costs
1

Indirect labor
costs

Stage 1 :
Allocate
overhead costs
to costs centers t

v 7 v

Costs center 1

Costs center 2

Cost center 3

v v v

Stage 2 :
Allocate costs
incurred in
costs centers to
t
products

v v 7

1
Product 1

Gambar 2.4. Pembebanan Biaya 2 Tahap Tradisional


Sumber: Robin Cooper dan Robert S. Kaplan, The Design of Cost
Magement System: Txt, Cases, and Readings, New York:
Prmtice Hall, 1991, hal. 269

1. Prosedur Tahap Pertama


Sistem ABC merupakan suatu sistem yang pertama kali menelusuri
biaya ke aktivitas dan kemudian ke produk. Ddam sistem ABC juga dikenal
adanya prosedur pembebanan biaya dua tahap. Tahap pertama adalah
pembebanan biaya pemakaian sumber daya kepada aktivitas-aktivitas.
Sedangkan tahap kedua pembebanan biaya aktivitas kepada produk berdasarkan
aktivitas yang dikonsumsi produk tersebut.
2. Prosedur Tahap Kedua
Dalam tahap kedua, biaya setiap kelompok biaya dibebankan ke produk.
Ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap
pertama dikalikan dengan jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap
produk. Dengan demikian, overhead yang dibebankan setiap kelompok biaya
ke produk dihitung sebagai berikut :

Overhead yang dibebankan

tarif kelompok x jumlah pemacu biaya yang


dikonsumsi

Sebagai lanjutan contoh sebelumnya, pembebanan biaya overhead kelompok


pertama dan kedua dilakukan untuk jenis pupuk, A dan B sebagai berikut :
Biaya overhead kelompok 1 dan 2 dijumlahkan untuk mendapatkan biaya
overhead total. Dengan menzunbahkan biaya overhead total ke biaya utama
akan didapat biaya manufacturing total. Biaya manufacturing total ini kemudian

dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan untuk mendapatkan biaya
manufacturing per unit.

F
lF
l
department

depment

Stage 1:

Determine what
activities are
performed by
company
resources

Stage 2 :
Attribute cost
to products
based on their
us of
resources

I.

$1set UP

$ / DLH

'I 3

Gambar 2.5. Aliran Pembebanan BOP Pada ABC System


Sumber : Robin Cooper dan Robert S. Kaplan, The Design of Cost
Magement System: Txt, Cases, and Readings, New York:
Prentice Hall, 1991, hal. 270
Baik dalam kalkulasi biaya tradisional maupun kalkulasi biaya ABC,
keduanya terdiri dari dua tahap. Tahap keduanya juga sama-sama menelusuri biaya
ke produk. Perbedaannya adalah bahwa dalam tahap pertma sistem biaya
tradisional, biaya ditelusuri ke pusat biaya, bukan ke aktivitas. Selain ity pernacu
biaya yang digunakan untuk membebankan biaya pada tahap kedua sistem A3C
kbih banyak dan lebih akurat dibandingkan dengan siskrn Msional.

Anda mungkin juga menyukai