05.2 Bab 212
05.2 Bab 212
LANDASAN TEORI
2.1. Activity- Based Costing (ABC)
2.1.1. Pengertian Activity Based Costing
aktivitas, yaitu:
1. Unit - level 0ctiv~'ries
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk setiap unit sehingga
biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas dibebankan berdasarkan
jumlah unit yang diproduksi. Misalnya jam tenaga keja langsung. Semakin
banyak jumlah unit yang diproduksi semakin banyak juga tenaga kerja
langsung yang dibutuhkan.
Sering juga disebut set - up related activities, yaitu berupa aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi sejumlah order tertentu
(batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch sehingga biaya
produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan berdasarkan
jumlah batch yang diproduksi. Misalnya biaya set up mesin. Semakin banyak
unit yang diproduksi tidak m e m p e n g d biaya pada aktivitas set up, tetapi
semakin sering set up dilakukan maka semakin bear pula biaya set up rnesin.
3. Protiuct-sustamIUn.gactivities
c. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu dan faktor waktu, d n g k a n sistem
tradisional memfokuskan pada kinerja keuangan jangka pendek seperti laba
yang akurat. Untuk itu ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen
yang ada. Harga pokok tradisional dalam menetapkannya diletakkan begitu
saja, sementara Activity Based Costing menelusuri biaya berdasarkan hubungan
sebab akibat.
Untuk lebih akuratnya ABC dalam mengkalsifikasikan biaya overhead
yang ada, maka Kaplan dan Cooper membaginya sebagai berikut :
1. Biaya variabel jangka pendek (short term variable costs).
Biaya
langsung
Biaya
produksi
Tarif
absorpsi
overhead
berdasarkan
volume
Produk
Overhead
Biaya
lwv?2
Kelompok biaya
&ivitas
Tarif pemacu
Biaya
aktivitas
~ i & aditelusur $e konsumsi &macu
Produk
produk, satu produk mengalami kelebihan biaya (overcosting) dan produk yang
lain mengalami kekurangan biaya (undercosting). Tingkat distorsi yang terjadi
tergantung pada proporsi biaya overhead produksi terhadap biaya produksi total.
Semakin besar proporsinya semakin besar distorsi yang terjadi. Demikian juga
sebaliknya. Inilah yang melandasi dikembangkannya sistem ABC.
Dipakai sebagai pemacu. biaya pada satu grup operasi pengerjaan yang
merupakan operasi dari suatu peralatan tunggal atau beberapa peralatan. Jenis
pemacu biaya ini dapat dibagi menjadi dua subgrup, yaitu machine hour/ cycle
time dan line/cell time.
bangunan,
pemeliharaan eksterior
atau
pelayanan
keamanan,
Dipakai sebagai pemacu bila distribusi biaya pada ddivibs lain m u pada
tujuan biaya yang memerlukan pelayanan perawatan saja. Distribusi biaya yang
akurat akan didapat berdasarkan estimasi atau permintaan aktual perawatan.
Sama seperti kelompok occupancy, kelompok permintaan ini jamng dipakai
untuk menentukan berapa biaya yang terjadi, lebih senng dipakai untuk
menentukan dimana biaya harus didistribusikan.
6. Surrogate cost driver : pemasaran, ahnting, pembelian
Surrogate cost driver merupakan data atau ukuran yang sudah tersedia di
lapangan dan praktis untuk dipakai mendistribusikan suatu biaya ke aktivitas
lain atau departemen lain, apabila pemacu biaya yang secara teoritis benar
(ideal) sulit diukur datanya. Ada beberapa aktivitas yang pemacu biayanya sulit
dan tidak praktis untuk diukur ataupun pemacu biayanya sulit ditentukan
dengan tepat. Contohnya adalah production control, accounting, general
management, dan marketing. Contoh pemacu biaya ini adalah biaya material
(material cost) dan biaya konversi (conversion cost) . Kedua pemacu biaya ini
sering dipakai pada perusahaan kecil dm menengah.
Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih pemacu biaya yaitu :
a. Biaya pengukuran (cost of measurement)
Dalam sistem ABC, banyak alternatif pemacu biaya yang dapat dipilih
dan digunakan. Tetapi lebih baik rnemilih pemacu biaya yang mnggunakan
informasi yang telah tersediapengadaan informasi baru merupakan biaya
tambahan bagi perusahaan. Sebagai contoh, biaya quality control dan set up
memberikan pilihan penggunaan jam inspeksi atau jumlah production runs
sebagai pemacu biaya. Apabila jumlah konsumsi dari kedua pemacu biaya
tersebut telah tersedia dalam sistem informasi perusahaan, maka yang dipilih
adalah tidak penting. Apabila hanya production runs yang tersedia
informasinya, pemacu biaya inilah yang terpilih, untuk menwndari biaya
pengadaan infonnasi tambahan.
b. Derajat korelasi (degree of correlation) antara pemacu biaya clan konsumsi
overhead aktualnya.
Struktur infonnasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara lain
untuk meminimalkan biaya pengumpulan infonnasi konsumsi pemacu biaya.
Terdapat kemungkinan untuk menggantikan suatu pemacu biaya yang secara
langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas dengan pemacu biaya tidak secara
langsung mengukur konsumsi tersebut (indirect cost driver atau surrogate cost
driver). Misalnya, jam inspeksi dapat digantikan oleh jumlah inspeksi aktual
tiap produk, angka ini tampak lebih diketahui. Penggantian ini berlaku apabila
jam yang digunakan per inspeksi per produk adalah cukup stabil.
biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku langsung, atau
dibebankan secara rata pada seluruh produk yang dihasilkan. Sistem biaya ini
mengasumsikan bahwa sumber daya yang dikonsumsi proporsional dengan acuan
tersebut.
Power costs
Space costs
1
Indirect labor
costs
Stage 1 :
Allocate
overhead costs
to costs centers t
v 7 v
Costs center 1
Costs center 2
Cost center 3
v v v
Stage 2 :
Allocate costs
incurred in
costs centers to
t
products
v v 7
1
Product 1
dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan untuk mendapatkan biaya
manufacturing per unit.
F
lF
l
department
depment
Stage 1:
Determine what
activities are
performed by
company
resources
Stage 2 :
Attribute cost
to products
based on their
us of
resources
I.
$1set UP
$ / DLH
'I 3