Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TEKNIK PEMBAKARAN
: 22 Oktober 2015
: Ir. Sri Murwanti, MT
: Hanindito Saktya P, A.Md
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Pour Point adalah suhu terendah dimana minyak masih dapat
mengalir apabila didinginkan pada kondisi tertentu. Metode yang dipakai
yaitu sesuai dengan ASTM D97-04. Didalam penelitian pour point dari bahan
bakar dinyatakan sebagai kelipatan 5oF (3oC) dimana bahan bakar diamati
mengalir apabila bahan bakar didinginkan dan diperiksa pada kondisi
tertentu. Dibawah temperatur pour point ini bahan bakar sudah tidak dapat
mengalir lagi atau membeku karena adanya kandungan lilin (wax).
Dalam percobaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai pour point
pada sampel pelumas dibandingkan ASTM D97 dan untuk mengetahui
klasifikasi bahan bakar berdasarkan nilai pour point. Nilai pour point dapat
digunakan untuk menentukan karakteristik serta kualitas suatu produk
pelumas atau bahan bakar.
Berdasarkan jurnal aplikasi industri, penentuan pour point dapat
dilakukan dengan cara sebelumnya sampel berupa minyak ikan off grade
diesterifikasi dan dilanjutkan dengan proses trans-esterifikasi menggunakan
katalis asam sulfat. Baru kemudian di uji dengan menggunakan seperangkat
alat penguji pour point berupa gasket, hingga pembaca temperatur digital.
Sehingga nilai dapat terbaca otomatis dalam programnya dan dilakukan
pengulangan tiga kali agar didapatkan hasil yang akurat
I. 2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan pour point adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengetahui nilai maksimum dan minimum pour point
pada Pelumas produk Pertamina Mesrania SAE 30 dibandingkan ASTM
D97 Tahun 2005?
2. Bagaimana klasifikasi bahan bakar berdasarkan nilai pour point?
I.3. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan dari praktikum pour point adalah :
1. Untuk mengetahui nilai pour point pada Pelumas produk Pertamina
Mesrania SAE 30 dibandingkan ASTM D97 Tahun 2005.
2. Untuk mengetahui klasifikasi bahan bakar berdasarkan nilai pour point
I-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Pour Point
Percobaan Pour Point dilakukan dimana bahan bakar dipanaskan
pada temperatur 115oC untuk melarutakan semua lilin (wax) didalam bahan
bakar , dan didingikan pada temperatur 90oF sebelum percobaan dilakukan .
Campuran pendingin disebarkan pada 15oF sampai 30oF dibawah Pour Point
yang diperkirakan. Campuran pendingin yang umum digunakan adalah:
- Es dan air sampai 50oF (10oC)
- Pecahan es dan kristal NaCl sampai 10oF (-12oC)
- Pecahan es dan kristal CaCl2 sampai 16,6oF (-27oC)
- Karbondioksida padat dan aseton atau nafta sampai 70oF (-57oC)
Pada setiap penurunan 50F, tabung uji diangkat secara hati-hati dari
penangas pendingin yang dilapisi gasket di dalamnya, lalu tabung tersebut
diletakkan mendatar untuk mengetahui apakah bahan bakar mengalir. Jika
tidak mengalir, maka dinyatakan bahan bakar tersebut telah membeku.
Temperature saat itu disebut dengan titik beku (freezing point). Pour Point
dapat diketahui 50F (30F) di atas titik beku. (Ahadiat.Nur, 1987)
Pada percobaan pour point , bahan bakar yang mempunyai pour point
antara 90oF samapai 30oF ( 32oC samapai 34oC), bahan bakar dipanaskan
tanpa pengadukan sampai 115oF (46 oC) dalam penangas yang suhunya
dipertahankan 118oF (48oC). Setelah itu bahan bakar didinginkan diudara
samapi temperaturnya 95oF (35oC). Untuk bahan bakar yang mempunyai
pour pointn diatas 95oF (32oC), bahan bakar dipanaskan sampai
temperaturnya 115oF (46oC) atau samapai temperatur kira-kira 15oF (8oC)
diatas pour point yang diharapkan. Sedangkan untuk bahan bakar yang
mempunyai pour point dibawah 30oF (-34oC), bahan bakar dipanaskan
sampai mencapai 115oF (46oC) dan didinginkan samapai 60oF ( 16oC ) dalam
penganas air dimana temperaturnya dipertahankan 45 oF (7 oC).
Penentuan pour point dalam spesifikasi minyak pelumas bertujuan
untuk menghindari terjadinya pembekuan minyak pelumas pada keadaan
II-1
II-2
II-3
1986
0,8616
4,43
0,22
160,5
52,0
#
10.0
-
Sifat
Maksimal
Minimal
Metode
(ASTM)
0,82
0,87
D-1928
Colour ASTM
0,87
D-1566
Cetana Number
46
D-613
65
D-87
Sulfur Content
0,5
D-1551
0,05
D-95
150
D-93
2. Premium
Premium digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor,
berwarna kuning bening, serta merupakan hasil dari minyak bumi yang
mengandung karbon, hidrogen, dan sulfur didalam 25 jenis hidrokarbon
yang mengandung 6-9 gram molekulnya. Pengamatan yang dapat dilakukan
pada premium adalah :
Mudah menguap (volatility).
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Surabaya
II-4
Minimal
Maksimal
98
0,8
240
240
merah
3,0
74
125
180
205
2,0
9,0
4,0
Angka Octane
Kadar TEL (ml/us gal)
Destilasi (0C)
- 10%
- 50%
- 90%
- Titik Didih akhir
- Residu % volume
RUP pada 1000F RSI
Gum (getah) (mg/100ml)
Periode Industri (menit)
Kadar Sulfur (berat)
Endapan (%berat)
Warna
(A.F.J.Jas.Ir dan Mulyono, 1989)
0,2
0,0015
-
Metode
(ASTM)
D-2644
D-526
D-86
D-323
D-381
D-525
D-1266
D-1218
D-1500
3. Premix
Premix merupakan bensin berkualitas tinggi dalam ASTM. Untuk
kendaraan bermotor, premix memang lebih baik jika dibandiungkan
pemium, tetapi tingkat pencemaran lingkungan dari premix lebih tinggi bila
dibandingkan dengan premium. Premix mempunyai nilai oktan lebih tinggi
daripada premium , dan premix dapat dikatakan sebagai super 98 dengan
angka oktan 98. (E.Jasjfi, 1998)
Untuk membandingkan karakteristik dari premium dan premix dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
II-5
Premium
Premix
Min 87
Max 2,5
Max 74oC
Min 88OC
Max 205OC
Min 8oC
Max 2% vol
Max 0,20
Kuning bening
Min 98
Max 3.0
Max 74oC
Min 88oC
Max 205oC
Min 8oC
Max 2% vol
Max 0,20
Merah Bening
Metode
ASTM D-2699
ASTM D-526
ASTM D-86
ASTM D-1266
4. Bensin Biru
Bensin biru mempunyai nilai oktan dibawah premium dan premix.
Bersifat lebih ramah terhadap lingkungan karena asap yang dikeluarkan
tidak mencemari udara. Mengandung TEL yang sangat kecil, tetapi bensin
biru sangat merusak atau membuat mesin kendaraan tidak awet. Bensin biru
juga mempunyai sifat mengeluarkan panas lebih cepat dibandingkan dengan
premium sehingga mudah menguap (Flash Pointnya rendah) (E.Jasjfi, 1998).
5. Kerosine
Kerosine merupakan bahan bakar yang digunakan sebagai minyak
bakar (burning oil), minyak lampu, juga bahan bakar jet. Nilai atau harga
kerosine tergantung pada kerosine sebagai bahan bakar padat.
6. Olie SAE 30
Olie SAE 30 adalah salah satu minyak pelumas yang mempunyai
viscositas yang cukup besar yaitu 12,9 cSt. Jika minyak pelumas tersebut
bereaksi dengan SO3 akan terbentuk varnish (pernis) yang keras dan karbon,
apabila terjadi karena asam yang korosif dan gerusan oleh karbon material.
(P.Subardjo, 1987)
II-6
SAE 30
Metode
0,8912
440
470
1,74
5,14
0,349
5
106,15
11,70
ASTM D-1268
ASTM D-92
ASTM D-92
ASTM D-664
ASTM D-664
ASTM D-473
ASTM D-97
ASTM D-445
ASTM D-445
(P.Subardjo, 1987)
7. Olie SAE 40
Olie SAE 40 mempunyai viscisitas yang lebih besar daripada olie SAE
30 di atas. Jangkauan Viscositas pada olie SAE 40 ini pada temperatur 210oF
minimum 12,9 cSt dan maksimum 16,8 cSt. Minyak pelumas yang diambil
dari bengkel I dan kios pengencer I tidak memenuhi klasifikasi olie ini karena
mempunyai jumlah angka basa kurang dari 4 mg KOH/g, sehingga kurang
tahan terhadap oksidasi udara pada temperatur 200oC. (Literatur:
P.Subardjo, Ketahanan Oksidasi minykl Lumas, Lembaran Publikasi
Lemigas, No. I, 1987, halaman 6).
Tabel II.6 Sifat Fisika dan Kimia Olie SAE 40
Sifat
Berat jenis 60/60oF
Titik Nyala (oF)
Titik Api (oF)
Jumlah Angka Asam (TAN) (mg KOH/g)
Jumlah Angka Basa (TNB) (mg KOH/g)
Tidak Larut dalam Pentana (% Berat)
Titik Tuang (oF)
Viscositas 100oF (cSt)
Viscositas 210oF (cSt)
(P.Subardjo, 1987)
SAE 40
Metode
0,8962
470
495
2,81
9,70
0,284
0
148,62
16,71
ASTM D-1268
ASTM D-92
ASTM D-92
ASTM D-664
ASTM D-664
ASTM D-473
ASTM D-97
ASTM D-445
ASTM D-445
II-7
II-8
Rumus
Kimia
Amoniak
NH3
Sedikit bercampur
Carbon
dioksida
CO2
Sulfur
dioksida
SO2
Metil klorida
CH3Cl
Bercampur sempurna
Metilena
CH2Cl2
Bercampur sempurna
Freon 12,
Genetron 12
CCl2F2
Bercampur sempuran
Freon 21
CHCl2F
Freon 11,
Genetron 11
CFCl3
Freon 113,
Genetron 113
Freon 114,
Genetron114
C2Cl3F3
C2Cl2F4
Bercampur sempurna
Bercampur sempurna
Bercampurr sempurna
Bercampur sempurna
(Anton L, 1983)
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri - ITS
Surabaya
II-9
II-10
SAE 40
Metode
0,8962
470
495
2,81
9,70
0,284
0
148,62
16,71
ASTM D-1268
ASTM D-92
ASTM D-92
ASTM D-664
ASTM D-664
ASTM D-473
ASTM D-97
ASTM D-445
ASTM D-445
(P.Subardjo, 1987)
2. Olie SAE 90
Olie SAE 90 secara fisik mempunyai titik didih tinggi dan titik beku
yang rendah, dan mempunyai rantai atom carbon lebih dari 25 atom.
(Ahadiat.Nur, 1987)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
- Repeatability 2 kali
- Reproducibility 3 kali
III.2 Bahan Percobaan
1. Es Batu.
2. Garam Dapur
3. Pelumas Mesrania SAE 30
III.3 Alat Percobaan
1. Aluminium foil
2. Bunsen
3. Cooling Bath
4. Termometer skala (-12 OC) - 100 OC
5. Tabung reaksi
6. Tabung uji pour point.
7. Pipet Tetes
8. Stopwatch
III.4 Prosedur Percobaan
Tahap Persiapan
1. Menyiapkan sampel yang akan digunakan serta bahan-bahan lain
yang akan digunakan dalam percobaan yaitu es batu dan garam.
2. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan yaitu termometer skala 12 OC - 100OC, cooling bath, tabung uji pour point, tabung reaksi,
bunsen, gabus, serta pipet tetes
3. Mencuci alat-alat yang akan digunakan menggunakan sabun dan
membilas hingga bersih lalu mengeringkan dengan menggunakan tisu.
Tahap Pengamatan
1. Mengisi cooling bath dengan es batu yang dicampurkan dengan garam
dapur untuk digunakan sebagai media pendingin.
2. Perlakuan awal sampel
III-1
III-2
3.
4.
5.
6.
Selesai
III-3
III-4
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Pengamatan
Pengujian dilakukan oleh tiga operator berbeda pada sampel Pelumas
Mesrania SAE 30 dengan pengamatan (Reproduceability) dan dilakukan 2
kali pengujian (Repeatability). Pengambilan data percobaan pada sampel
Pelumas Mesrania SAE 30 dilakukan setiap penurunan suhu 2oC. Hasil
pengamatan sampel Pelumas Mesran SAE 30 dapat dilihat Tabel IV.1
Tabel IV.1 Hasil Pengamatan Pelumas Mesrania SAE 30 dengan Reproducibility 1 dan
Repeatability 1
Repeatability 1
No.
o
Suhu ( C)
Waktu (menit)
Keterangan
1
31
Tidak ada perubahan
2
29
0:07
Tidak ada perubahan
3
27
0:11
Mulai ada embun
4
25
0:19
Mulai ada embun
5
23
0:28
Mulai ada embun
6
21
0:04
Mulai ada Embun
7
19
0:04
Mulai ada embun
8
17
0:15
Mulai mengental
9
15
0:15
Mulai mengental
10
13
0:22
Mulai mengental
11
11
0:12
Mulai mengental
12
9
0:11
Mulai mengental
13
7
0:21
Mulai Mengental
14
5
0:08
Lebih kental lagi
15
3
0:10
Lebih kental lagi
16
1
0:13
Lebih kental lagi
17
-3
1:12
Cold point
Warna berubah memutih yang
18
-5
0:23
menandakan pelumas sedikit membeku
Mulai sedikit membeku, tapi masih
19
-7
0:17
mengalir
20
-9
1:30
Pour Point
21
-11
1:17
Mulai membeku
22
-12
0:55
Membeku
IV-1
IV-2
Waktu (menit)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
31
29
27
25
23
21
19
17
15
13
11
9
7
5
3
1
-3
0:08
0:13
0:10
0:05
0:05
0:07
0:26
0:26
0:10
0:13
0:16
0:14
0:26
0:28
0:33
0:15
18
-5
0:12
19
-7
0:53
20
21
22
-9
-11
-12
1:19
1:17
2:37
Keterangan
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
Mulai ada embun
Mulai ada embun
Mulai ada embun
Mulai ada Embun
Mulai ada embun
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai Mengental
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Cold Poit
Warna berubah memutih yang
menandakan pelumas sedikit membeku
Mulai sedikit membeku, tapi masih
mengalir
Mulai membeku
Pour Point
Membeku
IV-3
Suhu (oC)
Waktu (menit)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
31
29
27
25
23
21
19
17
15
13
11
9
7
5
3
1
-3
0:20
0:17
0:18
0:12
0:27
0:11
0:39
0:14
0:25
0:26
1:13
1:07
1:47
3:36
0:52
0:37
18
-5
0:33
19
20
21
22
-7
-9
-11
-12
1:02
1:26
1:17
1:18
Keterangan
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
Mulai ada embun
Mulai ada embun
Mulai ada embun
Mulai ada Embun
Mulai ada embun
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai Mengental
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Warna berubah memutih yang menandakan
pelumas sedikit membeku
Mulai sedikit membeku, tapi masih mengalir
Pour Point
Mulai membeku
Membeku
IV-4
IV-5
Suhu
(oC)
31
29
27
25
23
21
19
17
15
13
11
9
7
5
3
1
-3
18
-5
1:07
19
-7
1:52
20
21
22
-9
-11
-12
1:35
2:03
1:58
Waktu (menit)
0:14
0:09
0:31
0:09
0:10
0:07
0:11
0:08
0:46
0:31
0:39
0:43
1:23
0:59
1:31
0:54
Keterangan
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
Mulai ada embun
Mulai ada embun
Mulai ada Embun
Mulai ada embun
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai Mengental
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Warna berubah memutih yang
menandakan pelumas sedikit
membeku
Mulai sedikit membeku, tapi
masih mengalir
Pour Point
Mulai membeku
Membeku
IV-6
Suhu
(oC)
31
29
27
25
23
21
19
17
15
13
11
9
7
5
3
1
-3
18
-5
1:04
19
-7
1:53
20
21
22
-9
-11
-12
1:25
1:17
2:25
Waktu (menit)
0:11
0:09
0:37
0:10
0:08
0:07
0:08
0:08
0:44
0:30
0:34
0:45
1:03
0:59
1:41
0:44
Keterangan
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
Mulai ada embun
Mulai ada embun
Mulai ada Embun
Mulai ada embun
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai mengental
Mulai Mengental
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Lebih kental lagi
Warna berubah memutih yang
menandakan pelumas sedikit membeku
Mulai sedikit membeku, tapi masih
mengalir
Pour point
Mulai membeku
Membeku
IV-7
30
Viscosity Index
Colour ASTM
L 3 5 (ASTM D-1500)
-9 (ASTM D-97)
Reproduce
Mesrania
SAE 30
Repeatability
I
Repeatability
II
Repeatability
ASTM D
97-05
Keterangan
-12 C
-12 C
0 C
Max 3 C
Sesuai
II
-12 C
-12 C
0 C
Max 3 C
Sesuai
III
-12 C
-12 C
0 C
Max 3 C
Sesuai
IV-8
Grafik IV.1 Hubungan antara Penurunan Suhu (oC) dan Waktu Pendinginan pada sampel
pelumas Mesrania SAE 30 Reproducibility 1, Repeatability 1
IV-9
Grafik IV.2 Hubungan antara Penurunan Suhu (oC) dan Waktu Pendinginan
pada sampel pelumas Mesrania SAE 30 Reproducibility 1, Repeatability 2
IV-10
C/detik, slope II sebesar 0,0972 oC/detik, slope III 0,0935 oC/detik, dan pada
slope IV sebesar 0,0198 oC/detik. Sehingga rata-rata kecepatan pendinginan
slope I, II, III, dan IV sebesar 0,0943 oC/detik. Hal ini membuktikan bahwa
semakin lama waktu pendinginan maka penurunan suhu makin kecil.
Grafik IV.3 Hubungan antara Penurunan Suhu (oC) dan Waktu Pendinginan pada sampel
pelumas Mesrania SAE 30 Reproducibility 2, Repeatability 1
IV-11
Grafik IV.4 Hubungan antara Penurunan Suhu (oC) dan Waktu Pendinginan pada sampel
pelumas Mesrania SAE 30 Reproducibility 2, Repeatability 2
IV-12
Grafik IV.5 Hubungan antara Penurunan Suhu (oC) dan Waktu Pendinginan pada sampel
pelumas Mesrania SAE 30 Reproducibility 3, Repeatability 1
IV-13
Grafik IV.6 Hubungan antara Penurunan Suhu (oC) dan Waktu Pendinginan pada sampel
pelumas Mesrania SAE 30 Reproducibility 3, Repeatability 2
IV-14
IV-15
0.103940C/detik
IV-16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan Pour Point adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran dan perhitungan hasil percobaan dilakukan berdasarkan
ASTM D97-05 untuk sampel Pelumas Mesrania SAE 30.
2. Setelah dilakukan percobaan pada sampel Pelumas Mesrania SAE 30,
Repeatability 1, Reproducibility 1 didapatkan data bahwa cloud point
sebesar -3o C, pour point sebesar -11o C dan freezing point sebesar -12o C.
3. Setelah dilakukan percobaan pada sampel Pelumas Mesrania SAE 30,
Repeatability 1, Reproducibility 2 didapatkan data bahwa cloud point
sebesar -3o C, pour point sebesar -11o C dan freezing point sebesar -12o C.
4. Setelah dilakukan percobaan pada sampel Pelumas Mesran SAE 30,
Repeatability 1, Reproducibility 3 didapatkan data bahwa cloud point
sebesar -4o C, pour point sebesar -11o C dan freezing point sebesar -12o C.
5. Setelah dilakukan percobaan pada sampel Pelumas Mesran SAE 30,
Repeatability 2, Reproducibility 1 didapatkan data bahwa cloud point
sebesar -3o C, pour point sebesar -11o C dan freezing point sebesar -12o C.
6. Setelah dilakukan percobaan pada sampel Pelumas Mesran SAE 30,
Repeatability 2, Reproducibility 2 didapatkan data bahwa cloud point
sebesar -4o C, pour point sebesar -11o C dan freezing point sebesar -12o C.
7. Setelah dilakukan percobaan pada sampel Pelumas Mesran SAE 30,
Repeatability 2, Reproducibility 3 didapatkan data bahwa cloud point
sebesar -4o C, pour point sebesar -11o C dan freezing point sebesar -12o C.
V.2 Saran
Saran dari percobaan Pour Point adalah:
1.
V-1