Anda di halaman 1dari 2

HABIBIE AINUN

Siapa yang tidak mengenal Bapak Burhanudin Jusuf Habibie? Beliau merupakan
Presiden Republik Indonesia ketiga yang menggantikan Presiden sebelumnya, yaitu Bapak
Soeharto. Habibie memimpin Indonesia saat Indonesia sedang berada di ujung tanjuk. Krisis
moneter tengah menjerat perekonomian Indonesia tat kala itu. Habibie sebagai sosok yang
dianggap memiliki kecerdasan di atas manusia normal bahkan genius sekalipun harus
memikul beban yang sangat berat guna menyelesaikan permasalahan bangsa kala itu.
Ditambah lagi, terjadi krisis kepercayaan dari masyarakat Indonesia. Mantan Menteri Riset
dan Teknologi itu pun hanya menjabat sebagai presiden selama 1,5 tahun saja.
Kisah hidup beliau pun dituangkan kedalam sebuah buku yang berjudul Habibie &
Ainun. Buku tersebut beliau persembahkan untuk istri beliau yang meninggal dunia akibat
menderita kanker ganas. Sang penulis buku tersebut yang tak lain tak bukan adalah habibie
sendiri tidak menyangka bahwa bukunya menjadi salah satu buku terlaris. Buku tersebut
diangkat kedalam sebuah film layar lebar dengan judul yang sama. Reza Rahardian berperan
sebagai Habibie dan Esa sigit berperan sebagai Habibie kecil. Sedangkan ibu Ainun
deperankan oleh Bunga Citra Lestari.
Film garapan sutradara Faozan Rizal ini dimulai dengan adegan Habibie saat kecil.
Saat masih kecil, Habibie (Esa Sigit) suka mengolok Ainun yang kala itu berkulit hitam dan
tergolong gadis tomboi. Beberapa tahun kemudian, Habibie tumbuh menjadi sesosok pemuda
dengan otak yang sangat brilliant. Habibie (Reza Rahardian) mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan studi ke Jerman setelah menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung
yang tidak sempat terselesaikan. Habibie berlibur ke Indonesia setelah ia menyelesaikan
studinya di Jerman. Habibie diajak oleh pamannya untuk datang ke rumah keluarga Bestari
(keluarga Ainun). Habibie terkejut saat ia melihat Ainun yang telah tumbuh menjadi gadis
cantik dan berkulit putih. Sontak ia berkata, Rupanya gula jawa telah berubah menjadi gula
pasir.
Setelah pertemuan tersebut, mereka pun merajut cinta. Ainun yang berprofesi sebagai
dokter anak ternyata memiliki banyak penggemar pria. Namun, Ainun tidak memerdulikan
pria lain selain Habibie seorang. Habibie pun melamar Ainun dan mengajak Ainun untuk
tinggal bersamanya di Jerman. Ainun menerima lamaran Habibie. Mereka menikah lalu
memulai membina keluarga di Jerman. Habibie dan Ainun hidup dalam kesederhanaan di
Jerman. Dalam suatu adegan diceritakan bahwa Habibie harus menambal sepatunya yang
berlubang dengan kertas coretan saat musim salju. Keadaan ekonomi keluarga mereka
berubah saat Habibie berhasil menemukan sebuah rancangan kereta api pengangkut beban
yang baru. Keluarga mereka juga diramaikan dengan kehadiran dua orang putra, Ilham Akbar
dan Thareq Kemal. Habibie dan Ainun mendapat cobaan ringan saat ternyata Ainun divonis
mengidap kanker Akan tetapi, kanker tersebut berhasil disembuhkan oleh tim dokter yang
menangani Ainun saat itu.
Sejak awal, Habibie memang bertekad untuk membangun dunia perindustrian
Indonesia. Habibie merasa hal tersebut merupakan kewajiban bagi dirinya mengingat ia
adalah orang Indonesia. Keinginan tersebut terwujud saat Presiden Suharto menunjuk beliau
sebagai Menristek dan menugaskan beliau untuk membangun industri pembuatan kapal

terbang di Indonesia. Akhirnya, pesawat terbang pertama buatan anak Indonesia berhasil
diterbangkan dengan disaksikan langsung oleh Presiden Suharto. Habibie pun dipilih Suharto
untuk mendampinginya sebagai Wakil Presiden RI. Habibie menggantikan Suharto sebagai
Presiden RI setelah pengunduran diri Suharto pasca kerusuhan 1998.
Habibie memutuskan untuk tidak mencalonkan lagi sebagai Presiden RI agar dapat
menikmati masa tuanya bersama keluarga yang sangat ia cintai. Bertahun-tahun Habibie
menikmati kehidupannya pasca menjabat sebagai presiden. Sebuah kabar buruk mendatangi
Habibie dan Ainun saat ternyata dokter memberitahu mereka bahwa Ainun kembali mengidap
kanker. Namun, kanker yang diderita Ainun kali ini telah menyebar ke bagian organ tubuh
yang lain. Ainun langsung dibawa ke Jerman. Ainun mendapatkan perawatan intensif dari tim
medis di Rumah Sakit di Jerman. Akan tetapi, Tuhan berkata lain. Ainun meninggal dunia
beberapa hari setelah ulang tahun pernikahannya bersama Habibie. Ainun dimakamkan di
Indonesia di mana Presiden yang sedang menjabat saat ini, Susilo Bambang Yodhoyono,
memimpin langsung upacara pemakaman Ibu Ainun.
Film tersebut menggambarkan dengan sempurna bagaimana kisah cinta klasik antara
Habibie dan Ainun. Film tersebut juga menggambarkan dengan jelas bagaimana kejeniusan
Habibie dan kegigihannya dalam memimpin Indonesia. Habibie dan Ainun telah
menyadarkan kita bahwa di balik kesuksesan seorang pria pasti terdapat peran seorang wanita
hebat. Hj. Asri Ainun Habibie telah mendampingi Habibie hingga Habibie mencapai puncak
kariernya. Film ini sangat menginspirasi generasi muda khususnya para engineer untuk
kembali membangun bangsa yang sedang mati suri ini dan sangat direkomendasikan sekali
untuk ditonton.
Hal yang sangat disayangkan dari film yang berdurasi 118 menit ini adalah beberapa
adegan romantis yang ditulis secara jelas oleh Habibie di dalam buku tidak ditampilkan di
dalam film. Salah satu adegan yang menurut saya wajib ada namun ternyata dihilangkan
adalah saat dimana Habibie berjanji kepada Ainun untuk selalu berada dalam satu atap
selama ia berada dalam kondisi kritis. Apalagi, Habibie sempat berfikir untuk ikut masuk ke
liang lahat saat Ainun akan dimakamkan. Lalu, terdapat beberapa adegan yang menayangkan
produk-produk sponsor yang terkadang mengundang gelak tawa penonton. Salju yang jatuh
di dalam salah satu adegan juga terlihat sangat tidak nyata.
Terlepas dari beberapa kekurangan film ini, film ini merupakan film yang tepat untuk
ditonton karena dapat menginspirasi generasi muda agar mencontoh Habibie dalam proses
pembangunan bangsa mengingat bangsa ini kekurangan figur seorang pemimpin yang brilian.
Film yang akan diputar di beberapa negara ini juga telah menorehkan beberapa rekor baru
dalam segi jumlah penonton.
keterangan :

Biru

: Penggunaan kata sifat

Merah

: Kalimat Majemuk Setara

Hijau

: Kalimat Majemuk Tidak Setara

Bold Italic : Konjungsi Temporal

Anda mungkin juga menyukai