IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
Ruang
Umur
BB/tinggi
Diagnosa
II.
:
:
:
:
:
Tn. Tritis
52 tahun
83 kg/165 cm
Rheumatoid arthritis
SUBYEKTIF
Keluhan utama : nyeri pada sendi, pergelangan tangan, dan jari tangan. Pagi hari sering
kaku dan berkurang pada siang dan nyeri pinggang.
V.
PLAN
5.1
Care plan
Pasien.
Apoteker dapat memberikan konseling dan edukasi pada pasien mengenai terapi non
farmakologi yang dapat diberikan untuk mengatasi peningkatan Ca oksalat.
Selanjutnya perlu dilakukan monitoring untuk memantau nilai Ca oksalat pasien. Jika
dengan terapi non farmakologi belum mencapai luaran yang dinginkan, maka
dipertimbangkan untuk penambahan terapi farmakologi yaitu allopurinol (Frassetto et
al, 2011).
a. Perlu dilakukan diskusi dengan dokter penulis resep untuk menambahkan suplemen
asam folat dengan dosis 5-27,5 mg per minggu pada pasien.
b. Terapi prednisone dapat dhentikan jika gejala nyeri RA telah mereda dan memastikan
kembali dosis prednison yang digunakan dengan dosis berkisar pada 5-7,5mg per hari.
c. Apoteker dapat memberikan konseling pada pasien mengenai terapi non farmakologi
yang dapat diberikan untuk menurunkan nilai Ca Oksalat dengan menyarankan untuk
mengkonsumsi buah dan sayur, mengurangi makanan sumber oksalat (bayam, teh,
kacang-kacangan dan coklat), mengkonsumsi air mineral minimal 2,5 liter setiap
harinya, serta melakukan penurunan berat badan karena diketahui obesitas
meningkatkan resiko pembentukan batu ginjal (Frassetto et al, 2011).
5.3 Monitoring
a. Efektivitas terapi
Efektivitas utama terapi RA adalah menghilangkan penyakit secara total, namun
hal ini sulit dicapai. Evaluasi terhadap keberhasilan terapi didasari pada berkurangnya
tanda dan gejala RA, termasuk reduksi pembengkakan, panas, dan nyeri pada sendi,
reduksi morning stiffness, pengurangan kelelahan di siang hari, serta peningkatan
kemampuan melakukan aktivitas harian. Selain itu, pemantauan progresifitas penyakit
dapat dilihat melalui radiografi sendi. (Dipiro et al., 2008; Chisholm-Burns et al.,
2008). Pasien diketahui mengalami obesitas (BMI= 30,5 kg/m 2), pasien perlu
melakukan penurunan berat badan sehingga tidak memperparah tekanan pada sendi.
Pasien mengalami peningkatan nilai Ca Oksalat dilihat dari hasil laboratoriumnya
sehingga pasien disarankan untuk melakukan terapi non farmakologi berubat diet serat
dan menghindari makanan kaya oksalat. Terapi non farmakologi ini harus diikuti
dengan pengecekan Ca Oksalat rutin, untuk mengetahui keberhasilan terapi non
farmakologi itu sendiri.
b. Efek samping
Efek samping MTX yang perlu diwaspadai adalah gangguan gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya diare, mual, muntah. Toksisitas hematologi yang mungkin
terjadi adalah trombositopenia, leukopenia. Selain itu, kemungkinan dapat terjadi
penurunan fungsi hati dan defisiensi asam folat. Oleh karenanya diperlukan tes fungsi
hati dan tes hematologi secara rutin pada terapi MTX jangka panjang (Dipiro et al.,
2008). Efek samping yang mungkin terjadi dari Prednisone adalah osteoporosis,
perdarahan gastrointestinal, retensi cairan, atau immunosuppressive. Sehingga obat ini
hanya diberikan selama gejala nyeri berlangsung. Selain itu, suplementasi kalsium dan
1
vitamin D pada pasien yang menerima prednisone dilakukan untuk meminimalisir bone
loss yang dapat menyebabkan osteoporosis. Adanya risiko perdarahan gastrointestinal
tidak berarti bahwa prednisone dapat diganti dengan COX2-selective, karena COX-2
selektif berisiko tinggi menurunkan klirens dari MTX sehingga prednisone tetap dipilih
sebagai analgesik dan antiinflamasi namun dengan dosis terendah (Dipiro et al., 2008;
Chisholm-Burns et al., 2008).