Anda di halaman 1dari 9

Misconception in Biology

" Viruses still mystify humans in many ways. Where do they originate ?
When and where will the next viral treat emerge ? While many
achievements including ' the eradication of the most deadly of human
viruses - smallpox ' have been made, there is much more to learn about
protein structures, virus replication cycle, ............... " ( War and Peace of
Viruses Deliberated at Nobel Conference, The Scientist, 23 November
1998 ).
" Thousands of medicines and medical devices had been invented to
combat world diseases. In addition, there are remarkable remedies and cure
for bacterial diseases, and yet, treatment for those affected by viruses,
cancer, and diseases of unknown cause remains uncertain. It's because no
one has truly discovered the origin of viral and incurable diseases. In other
words, medical scholars failed to define the origin of viruses. Is it not the
reason that they cannot stipulate the definite cure for them? " (
www.pyroenergen.com ).

Viruses do not cause disease :


Virus bukan penyebab terjadinya penyakit, melainkan hasil atau akibat dari
terjadinya penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab,
antara lain : Radiasi yang berlebihan / overexposure Ultraviolet, sinar-X,
radiasi Nuklir, atau terkena / menghirup gas2 beracun seperti Ozon, Radon,
atau akibat dari Radikal Bebas ( Free Radikal ) yang terjadi di dalam tubuh
manusia, dan atau akibat dari beberapa faktor yang saling berhubungan.
Dan beberapa faktor penyebab itu merupakan pemicu serta penggerak
( sumber energi ) dari terjadinya mutasi gen yang menyebabkan kerusakan
sel hidup.
Adanya virus di manusia maupun binatang merupakan hasil dari
suatu proses rusaknya sel-sel hidup atau ketidaknormalan / terganggunya
fungsi sel.
Dan fenomena adanya partikel virus yang diketahui memiliki struktur / pola
yang sama mengindikasikan adanya suatu proses kimia di dalam tubuh
manusia dan makhluk hidup lainnya yang bekerja berdasarkan hukum yang
berjalan dengan aturan / pola tertentu yang sama ( Efek dan Hukum Biokimia
).
______________________________________________________________________

Pendahuluan.
Ide / konsep di atas berasal dari pengamatan langsung selama bertahuntahun pada tradisi pencegahan penyakit yang dilakukan oleh orang2 tua
zaman dahulu. Pada saat2 tertentu - misalnya pada awal musim
penghujan dan ketika kemarau berkepanjangan - orang2 tua zaman dahulu
melarang anak2nya bermain di luar rumah. Hal itu dimaksudkan agar
anak2nya tidak terkena penyakit seperti demam / flu atau sakit perut / diare,
atau cacar dsbnya, karena mereka percaya pada saat2 tertentu tersebut
bila banyak berada di luar rumah bisa terserang penyakit.
Dan dalam sains modern sekarang ini dikenal adanya penyakit influenza
yang terjadi secara musiman di seluruh belahan dunia, yang disebut Flu
Musiman. . Secara medis, Flu Musiman merupakan penyakit menular
disebabkan oleh virus yang menginfeksi saluran pernafasan. Virus
penyebab yang sering ditemukan, khususnya infeksi pada saluran
pernafasan bagian atas : Corona Virus, Parainfluenza tipe 1, 2, 3, dan
Rhinovirus.
Dari dua hal tersebut di atas memberi inspirasi kepada penulis untuk
menelisik lebih dalam beberapa teori modern tentang penyakit, khususnya
pemahaman terhadap penyakit Influenza atau yang sering disebut Flu
Musiman. Dan karena penyakit tersebut berhubungan dengan perubahan
cuaca / musim, penulis mencoba mencermati kaitannya dengan
pembentukan Ozon secara alami di udara bebas.
Dan mengapa mengarah ke ozon, hal ini karena dipicu oleh pengalaman
lain, kejadian sekitar tahun 1994 - 1996, yaitu beberapa kali penulis
mengalami tak sengaja menghirup ozon dalam konsentrasi yang mungkin
kecil, sehingga tidak membahayakan, tetapi cukup mengakibatkan efek
pada kesehatan.
Kejadiannya adalah ketika berada dekat dengan
terjadinya hubungan singkat pada kabel listrik, baik di rumah maupun di
mobil, pertama terasa mencium bau yang menusuk hidung, kemudian bau
seperti ada sesuatu yang hangus. Seketika menjadi batuk-batuk atau
bersin, dan setelah itu tidak berapa lama mengalami pilek atau selesma.
Beberapa kali mengalami hal seperti itu, tadinya belum tahu apa
penyebabnya, tapi kemudian teringat teori tentang terbentuknya ozon,
bahwa ozon dapat terjadi di udara bebas dari hasil reaksi antara oksigen
dengan energi listrik. Pilek atau selesma ( common cold ) secara medis
dikatakan disebabkan karena virus, tapi pengalaman pribadi membuktikan
bahwa beberapa kali mengalami pilek / selesma akibat mencium bau

terbakar dari kabel listrik, memberikan dorongan untuk mengetahui lebih


lanjut hubungan antara ozon, dan juga radiasi ultraviolet dan radiasi
lainnya, dengan virus yang secara teori dinyatakan sebagai penyebab
penyakit ( patogen ). Sejarah juga telah banyak membuktikan, bahwa
pengalaman sederhana dan terlihat sepele, dan tentunya juga banyak
orang lain yang mengalami, ternyata bisa memberikan ide-ide kreatif untuk
kemajuan sains.

Strong relationship between Tropospheric Ozone and Influenza Pandemic.

Ozon secara alami dapat terjadi karena reaksi antara oksigen di udara dengan
panas dari sinar matahari / ultraviolet atau energi listrik. Lapisan ozon terdapat di
atmosfer bumi pada ketinggian sekitar 30 - 50 km. Lapisan ozon ini berfungsi untuk
menyerap radiasi ultraviolet dari sinar matahari, sehingga kadar radiasi yang
sampai di bumi tidak terlalu tinggi, cukup sesuai yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup di bumi.
Peluang meningkatnya ozon di udara bebas adalah ketika terjadi perubahan cuaca,
misalnya ketika musim penghujan dimana sering terjadi kilat / petir ( energi listrik ),
dan ketika musim panas yang berkepanjangan.
Secara alami ozon terbentuk dalam jumlah yang besar di atmosfer bumi ketika
terjadi kilat / petir, sebagian naik ke atas dan sebagian lagi terbawa oleh air hujan
turun ke bumi. Saat2 terjadi hujan dan banyak petir di suatu wilayah, itulah yang
dikatakan oleh para orang tua zaman dahulu sebagai saat2 terjadinya ' udara buruk
' atau di desa sering disebut dengan ' angin jahat ', dan bisa menimbulkan
bermacam-macam penyakit, bukan hanya flu saja melainkan juga sakit perut /
diare, campak, cacar, dsbnya.
Jumlah ozon dalam atmosfer berubah menurut lokasi geografi dan musim. Ozon
ditentukan dalam satuan Dobson (Du) di mana, sebagai contoh, 300 Du setara
dengan 3 mm tebal lapisan ozon yang tulen jika dimampatkan ke tekanan
permukaan laut.
Sebagian besar ozon stratosfer dihasilkan di kawasan tropis dan diangkut ke
ketinggian yang tinggi dengan skala-besar putaran atmosfer semasa musim salju
hingga musim semi. Umumnya kawasan tropis memiliki ozon yang rendah.
Lapisan ozon di stratosfer termasuk ozon ' baik ', karena dia berfungsi melindungi
bumi dari overexposure UV. Tapi ozon yang berada dekat permukaan bumi
mungkin berbahaya ( ground-level ozone atau tropospheric ozone / ozon
troposfer), dan termasuk ozon ' jahat ', mereka ini bisa terbawa aliran udara / angin
dan menyebar dari satu wilayah dunia ke wilayah dunia lainnya.
Contohnya, berdasarkan penelitian meningkatnya level ozon di Amerika Utara tiap
musim semi berasal dari tropospheric ozone yang terbentuk di Asia Selatan dan
Asia Timur, khususnya China.

In springtime, pollution from across the hemisphere, not nearby sources,


contributes to the ozone increases above western North America, said lead author
Owen R. Cooper, Ph.D., of the NOAA-funded Cooperative Institute for Research in
Environmental Sciences at the University of Colorado at Boulder. When air is
transported from a broad region of south and east Asia, the trend is largest.
( www.scienceblogs.com/ ).

Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2010 tersebut di atas, bila ditarik mundur
ke fakta sejarah terjadinya pandemi influenza ternesar di dunia pada tahun 1918 1919 yang menewaskan sekitar 20 - 40 juta orang di dunia, dan sekitar 675.000
yang meninggal di Amerika, kemungkinan besar faktor penyebabnya ada
hubungannya. Dari artikel tersebut di bawah ini, penyebab pandemi influenza
yang mulai muncul di awal musim semi di Amerika pada tahun 1918 itu dikatakan
sebagai pergeseran genetik yang jarang dari virus influenza, yang berasal dari
China !

" The origins of this influenza variant is not precisely known. It is thought to have
originated in China in a rare genetic shift of the influenza virus.
However, a first wave of influenza appeared early in the spring of 1918 in Kansas
and in military camps throughout the US. " ( http://virus.stanford.edu/uda/ ).

Dari referensi tersebut di atas, asal usul virus dari China yang dikatakan sebagai ' a
rare genetic shift ', menimbulkan pertanyaan : Virus dari China atau Ozon
Troposfer dari China ??
Fakta, bahwa asal usul pandemi flu tahun 1918 itu masih belum jelas sampai
sekarang ini.
Ada beberapa teori yang mencoba mengemukakan asal-usul pandemi flu tahun
1918. Referensi yang disampaikan di atas, bahwa pandemi itu datang dari virus
yang berasal dari China, dikemukakan oleh beberapa sejarawan medis dan
epidemiologis ( yang tidak disebutkan namanya, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ ).
Ada juga yang berteori pandemi itu berawal dari salah satu pos tentara Inggris di
wilayah Perancis. Teori lain, dari Pusat Penelitian Universitas Tulane
Bioenvironmental dan Xavier, New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat,
menyatakan bahwa pandemi itu berasal dari Haskell County, Kansas, sebuah
daerah terisolasi dan jarang penduduknya, dikenal sebagai daerah yang banyak
peternakan babi. Mungkin dari studi universitas Tulane itu sehingga pada akhirnya
memunculkan nama Swine Flu / Flu Babi.
Belakangan hari virus yang diduga dapat menyebabkan pandemi berhasil diisolasi.
Pertama kali dilakukan pada tahun 1933, dan digolongkan sebagai virus influenza

tipe A. Virus influenza tipe A dinyatakan sebagai virus yang bersifat paling virulen
dibanding tipe lain, B dan C, dan dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan
akut, serta termasuk jenis virus yang juga bersifat epidemik dan pandemik.
Ada beberapa subtipe virus influenza tipe A, hal tersebut didasarkan atas variasi
antigen pada glikoprotein permukaan HA dan NA, sehingga penamaannya
dinyatakan dengan simbol huruf H dan N, misalnya H1N1, H2N2, H3N2, H5N1,
dan sebagainya. Pandemi Flu pada tahun 1918 - 1919 dikatakan disebabkan oleh
H1N1 yang disebut juga Spanish Flu. Dan H1N1 dikatakan pula berasal dari hospes
Babi, yang pada tahun 2009 juga sempat diberitakan sebagai wabah Flu Babi atau
Swine Flu yang menyerang beberapa negara termasuk Amerika, namun korbannya
tidak sebesar pandemi flu tahun 1918.
Beberapa teori virus yang menyatakan asal-usul virus dari hewan ( virus
influenza, HIV ), kemudian virus tersebut bermutasi dan lalu menyerang manusia,
dan menjadi wabah yang mengglobal, argumennya secara ilmiah tampaknya
sangat lemah. Kita mengetahui, bahwa virus yang berada di luar tubuh manusia
atau diluar inangnya, adalah suatu partikel yang tidak aktif / bukan benda hidup,
dan partikel tersebut ' dalam perjalanannya ' tidak bisa menghindar dari terkena
radiasi ultraviolet yang berasal dari matahari, yang akan ' membunuhnya '.
Diketahui pula bahwa sinar ultraviolet dapat memusnahkan mikroorganisme yang
berada di udara, bahkan dalam praktek lampu UV digunakan untuk sterilisasi ruangruang operasi, sehingga penularan virus yang mengglobal / lintas negara dan
lintas benua, sepertinya perlu dikaji ulang. Mungkin masih bisa diterima dengan
akal sehat bila penularan yang dikatakan berasal dari ' percikan ' batuk atau bersin
manusia atau hewan itu, hanya terjadi di suatu ruangan.

Teori yang mengemukakan bahwa asal-usul pandemi flu tahun 1918 berasal dari
Eropa, menyatakan bahwa gelombang awal pandemi diketahui muncul sekitar
bulan Juli-Agustus 1918 dan menyebar dengan cepat ke kawasan-kawasan dunia di
luar Eropa : Afrika Utara, Asia, Australia, dan Amerika. Beberapa analisa
terhadap pandemi flu 1918 menyatakan, bahwa penyebaran virus influenza yang
sangat cepat ke seluruh penjuru dunia itu disebabkan karena ditularkan oleh para
pelaut yang baru pulang dari Eropa. Contohnya, dilaporkan bahwa pada bulan
Agustus 1918 ada tiga pelaut Amerika yang menunjukkan gejala flu, lalu virus itu
masuk melalui negara bagian Massachusets sehingga akhirnya mewabah di seluruh
kawasan Amerika. Dilaporkan pula, dalam waktu bersamaan di kota-kota
pelabuhan yang jaraknya terpisah ribuan mil dari Eropa, diberitakan
meningkatnya kematian akibat wabah flu. Brest, Perancis, adalah tempat
pendaratan bagi tentara Amerika, dan dari sana melalui kapal-kapal laut wabah
menyebar ke kawasan-kawasan dunia lainnya.
Analisa penyebaran wabah yang begitu cepat - lintas benua - ditularkan oleh
orang-orang yang terjangkiti dengan melalui media transportasi, baik kapal-kapal
laut maupun kereta api, dan pesawat udara, argumen ilmiahnya juga
mengandung kelemahan. Satu-satunya media penularan / wabah yang dengan

sangat cepat bisa melanda ke seluruh dunia, memang melalui mzedia udara.
Media udara ibaratnya adalah jalan raya bebas hambatan, namun hal itu tidak
berlaku untuk mikroorganisme, karena ada sinar ultraviolet yang akan
menewaskannya. Dan justru radiasi sinar ultraviolet yang berasal dari matahari itu
yang bisa memicu terjadinya reaksi fotokimia terhadap polutan udara yang berasal
dari aktivitas manusia di bumi. Media udara dengan transportasi angin, dan
akibat dari gerakan rotasi bumi dapat dengan mudah memindahkan hasil-hasil dari
proses fotokimia, dari suatu wilayah dunia ke wilayah dunia lainnya. Termasuk
radiasi nuklir yang terjadi akibat percobaan bom2 nuklir, dan dari kecelakaan
reaktor2 nuklir.
Dan berkaitan dengan pandemi flu tahun 1918 - 1919, diduga kuat bukannya
virus influenza yang terbawa oleh putaran angin, melainkan adalah polutan udara
termasuk ozon troposfer.
Berdasarkan hal tersebut di atas, kemungkinan besar polutan udara / ozon
troposfer itulah penyebab wabah influenza / pandemi flu tahun 1918-1919. Ozon
troposfer adalah penyebabnya, dan hal ini mengacu pula terhadap hasil
pemeriksaan sampel jaringan paru-paru yang dilakukan oleh co-author NIAID dan
ahli patologi Jeffery Taubenberger, MD, Ph.D., yang telah memeriksa sampel
jaringan paru dari 58 tentara yang meninggal akibat influenza pada berbagai
pangkalan AS militer pada tahun 1918 dan 1919. Hasil pemeriksaan
menyimpulkan bahwa pukulan yang mematikan disebabkan oleh bakteri
pneumonia, setelah sebelumnya didahului oleh virus influenza, identik dengan
pukulan yang mematikan yang disebabkan oleh ozon troposfer :

" Bacterial Pneumonia Caused Most Deaths in 1918 Influenza Pandemic :


Implications for Future Pandemic Planning.
NIAID co-author and pathologist Jeffery Taubenberger, M.D., Ph.D., examined lung
tissue samples from 58 soldiers who died of influenza at various U. S. military bases
in 1918 and 1919. The samples, preserved in paraffin blocks, were re-cut and
stained to allow microscopic evaluation. Examination revealed a spectrum of tissue
damage "ranging from changes characteristic of the primary viral pneumonia and
evidence of tissue repair to evidence of severe, acute, secondary bacterial
pneumonia," says Dr. Taubenberger. In most cases, he adds, the predominant
disease at the time of death appeared to have been bacterial pneumonia. There
also was evidence that the virus destroyed the cells lining the bronchial tubes,
including cells with protective hair-like projections, or cilia. This loss made other
kinds of cells throughout the entire respiratory tract including cells deep in the
lungs vulnerable to attack by bacteria that migrated down the newly created
pathway from the nose and throat. " ( www.nih.gov/news/health/ ).

Misconception in Virology ??
Sebagaimana diketahui,

bahwa keberadaan virus sebagai penyebab penyakit baru

diketahui pada akhir abad- 19, diawali dengan penemuan ahli bakteriologi Rusia,
Dimitri Iwanovski, pada tahun 1892 melaporkan penularan infeksi oleh filtrat
saringan bakteri pada tembakau yang menyebabkan penyakit mosaik pada
tanaman tembakau. Daun sehat yang diolesi ekstrak daun tembakau yang
menunjukkan gejala mosaik dapat tertular. Ketika ekstrak itu disaring dengan
saringan keramik -- yang sangat halus sehingga bakteri pun tidak dapat menembus,
dan dioleskan pada daun sehat, daun itu pun tetap tertular. Ivanovski berpendapat
ada substansi super kecil yang bertanggung jawab atas gejala tersebut. Penemuan
Ivanovski tersebut dibenarkan oleh ilmuwan Belanda, Martinus Beijerinck.
Beijerinck (1851-1931) adalah profesor berkebangsaan Belanda yang berkontribusi
besar terhadap teknik kultur pengkayaan. Pada teknik ini, mikroorganisme diisolasi
dari alam dan ditumbuhkan di laboratorium dengan memanipulasi nutrisi dan
kondisi inkubasinya. Dengan menggunakan teknik ini, Beijerinck berhasil
mengisolasi kultur murni berbagai mikroorganisme air dan tanah untuk pertama
kalinya. Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan
merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit,
dikemudian hari dikenal sebagai virus yang bersifat patogen.
Both Ivanovsky, a Russian botanist, and Beijerinck have been credited with the
discovery of the virus
Teori virus sebagai penyebab penyakit semakin berkembang pada awal abad -20,
ketika pada tahun 1935 seorang ahli kimia dari Institut Rockefeller Amerika,
Wendel Stanley, berhasil mengisolasi tobacco mosaic virus.
Dalam hal ini perlu diingat, bahwa masa berkembangnya teori virus sebagai
penyebab penyakit, sampai tahun 1952 ketika John Enders berhasil membiakkan
virus Poliomyelitis dalam biakan kera, pada masa-masa tersebut teori tentang
radiasi juga sedang berkembang.
Dikenal Marie Sklodowska Curie (Warsawa, Polandia, 1867 1934) adalah perintis
dalam bidang radiologi dan pemenang Hadiah Nobel dua kali, yakni Fisika pada
1903 dan Kimia pada 1911. Curie adalah salah satu peneliti terpenting dalam
bidang radiasi dan efeknya, sebagai perintis radiologi, dan meninggal karena
penyakit yang disebabkan oleh paparan radiasi yang berasal dari peralatan
percobaannya ( yang pada saat itu belum diketahui bahayanya / efeknya bagi
kesehatan ).
Bahkan, bahaya dari radiasi sinar ultraviolet terhadap kesehatan manusia, baik
UVA, UVB, dan UVC, baru diyakinkan pada medio 2009, atau 106 tahun sejak
penemuan terapi UV. Terapi UV pertama kali dilakukan oleh Niels Finsen, yang
sukses menangani TBC kulit dengan terapi UV. Dan Niels Finsen memperoleh
hadiah Nobel tahun 1903. Sejak saat itu terapi UV banyak digunakan di dunia
medis. Antara lain juga untuk perawatan bayi yang baru lahir ( Bayi Kuning /
Bilirubin ) dan perawatan untuk kecantikan wanita. Namun pada 29 Juli 2009,
WHO / International Agency for Research on Cancer (IARC) mengumumkan
peningkatan status radiasi UV ( UVA, UVB, UVC ) yang semula termasuk dalam

grup 2 A ( masih diduga termasuk bahan karsinogenik ) menjadi grup 1 (


karsinogenik bagi manusia ) :
" The Special Report describes why sunlamps and sunbeds, and UV radiation,
which were previously classified as Group 2A: "The agent is probably carcinogenic
to humans", are now in the highest group, Group 1: "The agent is carcinogenic to
humans ". ( www.medicalnewstoday.com ).
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, kemungkinan telah terjadi
miskonsepsi di awal terciptanya teori virus patogen pada akhir abad-19 dan awal
abad-20 berkaitan dengan faktor penyebab mosaik tembakau : pada tahun
1892 dikatakan karena infeksi virus mosaik. Tapi setelah pengetahuan tentang
radiasi makin berkembang sampai menjelang akhir abad-20, dan dengan terjadinya
pemanasan global di bumi, diketahui bahwa mosaik yang terjadi pada tanaman di
hutan-hutan, kebun-kebun dan ladang dapat disebabkan karena paparan radiasi
ultraviolet dan atau ozon troposfer ( tropospheric ozone ).

" Ozone causes agricultural crop loss each year in Ontario and noticeable leaf
damage in many crops, garden plants and trees."
( http://www.airqualityontario.com/ ).

Virus mosaik tembakau (Tobacco mosaic virus, TMV) adalah virus yang
menyebabkan penyakit pada tembakau dan tumbuhan anggota suku terungterungan (Solanaceae) lain. Gejala yang ditimbulkan adalah bercak-bercak kuning
pada daun yang menyebar, seperti mosaik. TMV adalah virus pertama yang
ditemukan orang. Teori virus patogen bermula dari teori virus yang menyerang
tanaman.
Peneliti dari Universitas Maryland menyatakan bahwa tanaman yang rentan
terhadap ozon adalah tanaman sayuran dan juga tembakau :

" Dr. Gerald Brust, a vegetable specialist at the University of Maryland, found that
squash are the most vegetables most susceptible to ozone damage. Tomatoes,
potatoes, string beans, snap beans, pinto beans, tobacco, soybeans, alfalfa, beets,
sunflower, carrots, sweet corn, gourds, green peas and turnips are also highly
sensitive to air pollution damage. Brust's studies show cucumbers, pumpkins and
peppers are less affected by ground level ozone. " ( www.ehow.com ).
Sedangkan peneliti dari Universitas Gothenburg, Swedia, pada pertengahan tahun
2011 mengingatkan bahaya ground-level ozone ( tropospheric ozone ) terhadap
manusia dan tanaman :

" Climate Change Increases the Risk of Ozone Damage to Plants, Swedish
Research Finds
ScienceDaily (June 30, 2011) Ground-level ozone is an air pollutant that harms
humans and plants. Both climate and weather play a major role in ozone damage to
plants. Researchers at the University of Gothenburg, Sweden, have now shown that
climate change has the potential to significantly increase the risk of ozone damage
to plants in northern and central Europe by the end of this century.
This ground-level ozone is an air pollutant that is toxic to humans. Plants are more
sensitive than humans and ground-level ozone generates large costs in the form of
reduced crop yields in agriculture and reduced forest growth. " (
http://www.sciencedaily.com/releases/ ).

Sesuai teori tentang hama dan penyakit tanaman, penularan virus mosaik yang
menyerang tanaman disebabkan oleh serangga yang menggigit daun tercemar
virus, lalu serangga tersebut menggigit daun lainnya yang belum tercemar,
sehingga virusnya menyebar menyerang tanaman2 lainnya. Argumen yang
selayaknya perlu dikaji ulang. Kalau tanaman yang terserang cuma berada dalam
satu kebun kecil, mungkin argumen tersebut masih bisa diterima / masuk akal.
Namun bagaimana bila tanaman yang terserang itu berupa lahan pertanian yang
luasnya ratusan atau ribuan hektar ??

Anda mungkin juga menyukai