Pancasila 1
Pancasila 1
SEKARANG INI
Diajukan kepada STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah
PENDIDIKAN PANCASILA
Disusun oleh :
NAMA
:D
DOSEN
STMIK AMIKOM
YOGYAKARTA
2011
ABSTRAK MAKALAH
HUBUNGAN TINGKAT KESADARAN NILAI-NILAI PANCASILA DI
ERA GLOBALISASI
SEKARANG INI
Disusun Oleh :
NAMA
NIM / JURUSAN
1.
politik
ketika negara
Indonesia
didirikan,dan
hingga
sekarang
di
era
menghadapi
tantangan
global
dunia
yang
terus
berkembang.
Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga
eksistensi kepribadian bangsa indonesia,karena dengan adanya globalisasi batasan
batasan diantara negara seakan tak terlihat,sehingga berbagai kebudayaan asing
dapat masuk dengan mudah ke masyarakat.
Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa
indonesia,jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari
dampak globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena
dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di
dunia.Tapi jika kita tidak dapat memfilter dengan baik sehingga hal-hal negatif
dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan
indonesia.
Dari faktor-faktor tersebutlah di butuhkan peranan pancasila sebagai dasar
dan pedoman negara dalam menghadapi tantangan global yang terus meningkat
diera globalisasi.
2.
Rumusan Masalah
Pada saat ini kita berada pada era globalisasi yang ditandai dengan
terbukanya arus informasi, barang, jasa, tenaga kerja, baik antar negara maupun
antar bangsa.
Dampak
semakin
3.
Pendekatan Historis
Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang berbeda satu
dengan yang lainnya, diambil dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang
di dalam kehidupan bangsa yang bersangkutan. Demikian halnya dengan
Pancasila yang merupakan ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia digali
dari tradisi dan budaya yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan
bangsa Indonesia sendiri sejak kelahirannya dan berkembangnya menjadi bangsa
yang besar.
Pembahasan
historis
Pancasila
dibatasi
pada
tinjauan
terhadap
1) Telah tentang dasar negara Indonesia merdeka baru dimulai pada tanggal 29
Mei 1945, saat dilaksanakan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI);
2) Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut, kerancuan pendapat
tentang rumusan Pancasila dapat dianggap tidak ada lagi.
Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang
penghayatan dan pengamalannya saja. Hal ini tampaknya belum terselesaikan
oleh berbagai peraturan operasional tentangnya. Dalam hal ini, pencabutan
Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 (Ekaprasetia Pancakarsa) tampaknya juga
belum diikuti upaya penghayatan dan pengamalan Pancasila secara lebih
alamiah. Tentu kita menyadari juga bahwa upaya pelestarian dan pewarisan
Pancasila tidak serta merta mengikuti Hukum Mendel.
Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranya cukup
untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang proses dan dinamika
Pancasila hingga menjadi Pancasila otentik. Hal itu perlu dilakukan mengingat
bahwa dalam membahas Pancasila, kita terikat pada rumusan Pancasila yang
otentik dan pola hubungan sila-silanya yang selalu merupakan satu kebulatan
yang utuh.
Sidang BPUPKI 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945
Dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin
menyampaikan telaah pertama tentang dasar negara Indonesia merdeka sebagai
berikut:
1) Peri Kebangsaan;
2) Peri Kemanusiaan;
3) Peri Ketuhanan;
4) Peri Kerakyatan;
5) Kesejahteraan Rakyat. Ketika itu ia tidak memberikan nama terhadap
lima
(5) azas yang diusulkannya sebagai dasar negara.
4
Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sidang yang sama, Ir. Soekarno juga
mengusulkan lima (5) dasar negara sebagai berikut:
1) Kebangsaan Indonesia;
2) Internasionalisme;
3) Mufakat atau Demokrasi;
4) Kesejahteraan Sosial;
5) Ketuhanan Yang Berkebudayaan.
Piagam Jakarta 22 Juni 1945
Rumusan lima dasar negara (Pancasila) tersebut kemudian dikembangkan
oleh Panitia 9 yang lazim disebut demikian karena beranggotakan sembilan
orang tokoh nasional, yakni para wakil dari golongan Islam dan Nasionalisme.
Mereka adalah: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. A.A. Maramis,
Abikusno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Mr. Achmad
Subardjo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Muhammad Yamin. Rumusan sistematis
dasar negara oleh Panitia 9 itu tercantum dalam suatu naskah Mukadimah yang
kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta, yaitu: 1) Ke-Tuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemelukknya; 2) Menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; 5)
Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, Piagam Jakarta diterima
sebagai rancangan Mukadimah hukum dasar (konstitusi) Negara Republik
Indonesia. Rancangan tersebut khususnya sistematika dasar negara (Pancasila)
pada tanggal 18 Agustus disempurnakan dan disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menjadi: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa; 2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan; 5)
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; sebagaimana tercantum dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
juga
memungkinkan
terjadinya
penafsiran
individual
yang
petunjuk
seorang
temannya
yang
ahli
bahasa.
Dengan demikian kiranya jelas pada kita bahwa secara historis kehidupan bangsa
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dan dengan nilai-nilai Pancasila serta telah
melahirkan keyakinan demikian tinggi dari bangsa Indonesia terhadap kebenaran
dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan Negara Republik
Indonesia, sejak resmi disahkan menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sampai
dengan saat ini dan insya Allah untuk selamanya.
4.
Pembahasan
a. Fenomen Globalisasi
Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara
seakan memudar karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek
kehidupan,khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
terjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan khususnya di bidang
iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan
lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang
terjadi di dunia.
Namun fenomena globalisasi ini tidak selalu memberi dampak
positif,berbagai perubahan yang terjadi akibat dari globalisasi sudah
sangat
terasa,baik
itu
di
bidang
politik,ekonomi,sosial,budaya,dan
7
teknologi informasi.
Berbagai dampak negatif terjadi dikarenakan manusia kurang bisa
memfilter dampak dari globalisasi sehingga lebih banyak mengambil halhal negatif dari pada hal-hal positif yang sebenarnya bisa lebih banyak kita
dapatkan dari fenomena globalisasi ini.
b. Pancasila Sebagai Pedoman Dalam Menghadapi Globalisasi
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan
oleh para pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,berbagai tantangan
dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu untuk
menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,pancasila
terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar
negara,itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang sejati
untuk
b angsa
Indonesia.
dari
nilai-nilai
luhur
pancasila.
Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang
jelas antar setiap bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa Indonesia harus
membuka diri.
Dahulu,sesuai
dengan
tangan
terbuka
menerima
masuknya
dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti
penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapatrapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman
dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni
Sovietyang terkenal anti dunia luartidak bisa bertahan dan terpaksa
membuka diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat
bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan
dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap
masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi
juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan
bangsa lain.
Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia
mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai
dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai
budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti
ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan
bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilainilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan
sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka seperti
saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir.
Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya
sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun
tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar sertamerta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam
sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem
demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah
kepada faham liberalisme. Padahal, negara Indonesiaseperti ditegaskan
dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum PBBmenganut faham
1
0
5.
bisa
menjaga
eksistensi
dan
jatidiri
bangsa
Indonesia.
Saran saya sebagai penulis kepada para pembaca diharapkan bisa tetap menjaga
kepribadian bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi,serta bisa mengambil
hal-hal positif dari efek globalisasi dengan tetap berpegang teguh kepada
pancasila sebagai dasar negara sehingga bisa membantu pembangunan dan
perkembangan negara.
1
1
REFERENSI
1. Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok
Pendekatan Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.
2. Kaelan, M.S. 2003.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta : Paradigma.
3. http://jangkrik-muda.blog.friendster.com/
4. http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm
5. http:// www.google.com
6. http://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.htm
7. http:// www.teoma.com
8. http:// www.kumpulblogger.com
1
2