Anda di halaman 1dari 50

Laporan Kasus:

Prolaps Uteri
Pembimbing :g :
Ni Made Astijani Giri, dr, Sp.OG

oleh :
Sakina Usman, S.Ked N11114011

Pendahuluan
Dalam keadaan normal, uterus disangga oleh
otot panggul dan ligamentum penyangga.
Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi
akibat otot penyangga uterus menjadi kendor
Prolapsus uteri sering terjadi bersamaan
dengan urethrocele dan cystocele (urethra
dan atau kendung kemih terdorong keluar
dari dinding depan vagina) dan rectocele
(dinding rectum terdorong keluar dari dinding
belakang vagina).

Identitas
Tanggal Pemeriksaan : 13-09-2015
Ruangan : Pavilium Matahari RSUD Undata
Jam : 14.15 WITA

IDENTITAS
Nama : Ny. M` Nama Suami : Tn. S
Umur : 61 tahun Umur : 65 tahun
Alamat : Jl. S.Riyadi Alamat :Jl.Slamet Riyadi
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Kristen P Agama : Kristen P
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Anamnesis
P3A0
Menarche
35 tahun

: 15 tahun

Keluhan Utama

HPHT
:Perkawinan : I,

Peranakan turun

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien kiriman poliklinik kebidanan dan
kandungan RS Undata dengan diagnosis
Prolapsus uteri grade II-III masuk Pavilium
Matahari dengan keluhan peranakan turun yang
dirasakan sejak 2 tahun yang lalu.
Awalnya pasien tidak merasa terganggu, namun
lama kelamaan peranakan semakin turun
kebawah Penurunan benjolan peranakan ini dapat
bertambah besar terutama saat pasien berdiri
dan mengedan, tetapi mengecil ketika pasien
dalam posisi berbaring.
Kadang disertai nyeri perut terutama di perut
bagian atas kemaluan.

Pasien mengaku BAB-nya memang tidak


lancar, tetapi BAK biasa. Keluar cairan, lendir
ataupun darah dari kemaluan disangkal oleh
pasien. Batuk lama disangkal oleh pasien.
Pasien mengaku pernah melahirkan 3 orang
anak secara normal tetapi ia mengatakan
tidak pernah ada kesulitan pada saat
melahirkan.
Pasien sering mengangkat barang berat dan
memompa air

Riwayat penyakit dahulu


Riw. Operasi benjolan pada payudara
pada 2005.
Hipertensi (-), Penyakit Jantung (-),
Diabetes Mellitus (-), Asma (-).

Riwayat Menstruasi
Menarche

15 tahun

Durasi

6 hari

Siklus

28 hari, teratur

Ganti pembalut

2 kali / hari

Nyeri haid

Tidak ada

MENOPAUSE (+)

Terakhir dapat mens usia 46 th

Riwayat Obstetri
Anak
ke-

Tahun
lahir

Jenis
persalinan

Berat
lahir

Tempat

34 tahun

Partus spontan

Lupa

RS

31 tahun

Partus spontan

lupa

RS

27 tahun

Partus spontan

Lupa

RS

Pemeriksaan Fisik
Status generalisata
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :

Tekanan darah 100/60 mmHg


Nadi 88x/menit
Laju nafas 88/menit
Suhu 370C

Pemeriksaan Sistematis

Hasil

Kepala
Bentuk dan ukuran
Rambut

Normocephali, tidak ada


deformitas
hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut

Mata

Konjungtiva pucat -/-, sklera


ikterik -/-, mata cekung -/-

Telinga

serumen -/-, membran timpani


intak

Hidung

Sekret -/-, deviasi septum -/-

Pemeriksaan Sistematis

Hasil

Mulut

Bibir
Mukosa oral
Lidah
Tonsil

Leher

Lembab, kemerahan
Basah
Bersih
T1/T1, tidak hiperemis
Tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening

Thorax
Inspeksi

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Pergerakan nafas simetris baik


statis maupun dinamis tanpa
adanya retraksi
Bentuk dada: normal
Tactile fremitus simetris +/+
Sonor pada kedua lapang paru
Vesikular +/+, Rhonchi -/Wheezing -/Suara jantung S1/S2 normal
tanpa adanya bunyi tambahan

Pemeriksaan Sistematis

Hasil

Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

Tidak ada bekas luka, kelainan (-)


Bising usus (+) 4-6x/menit
Tidak teraba adanya massa. Nyeri
tekan +) suprapubik
Timpani pada seluruh abdomen

Vertebrae

Skoliosis, kyphosis, lordosis (-)

Anus

Liang anus normal, tidak ada


sekret

Ekstremitas

Hangat, capillary refill time <2


detik, tidak ada deformitas

Kulit

Tidak pucat, sianosis (-),turgor baik

Pemeriksaan Sistematis

Hasil

Genitalia
Inspeksi

: tampak tonjolan portio merah muda


keluar dari orificium vagina

Palpasi

teraba massa ukuran 2cmx2cmx2cm


konsistensi kenyal, nyeri tekan (-),
massa dapat dimasukkan, kesan uteri
atrofi, nyeri goyang (-)

Inspekulo
Tidak dilakukan

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang

Hasil

Hematologi rutin

WBC
HGB
MCV
HCT
MCH
PLT
MCHC
RBC

: 5,81 x 109/l
: 14,1 gr/dl
: 81,1 fL (80-99 fL)
: 41,7 %
: 28,3 pg (27-31 pg)
: 301 x 109/l
: 33,7 g/dL (33-37 g/dL)
: 4,99 x 1012/

Kimia darah

SGPT
SGOT
HbSAg
GDP
GD2PP

Fungsi ginjal

Creatinin serum
: 0,56 mg/dl (N)
Ureum serum
: 28,6 mg/dl (N)

: 16,6 u/l (N)


: 20,4 u/l (N)
: non-reaktif
: 81,4 mg/dl
: 122,4 mg/dl

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang
Urinalisis lengkap

Hasil

Sedimen
Sel epitel +
+
Leukosit
+ 3
0-1/LPB
Eritrosit
+ 1
2-6/LPB
Silinder
-
-/LPK
Kristal -
Berat jenis
1,015
1,003 1,030
pH
6,0
4,5 8
Protein
-
Glukosa
-
Keton
-
Darah/Hb Bilirubin
-
Urobilinogen normal
normal
Nitrit
-
-

Resume
Ny. M, 61 tahun, kiriman poliklinik obgyn RS Undata dengan
diagnosis Prolapsus uteri grade II-III masuk Pavilium Matahari
dengan keluhan adanya peranakan turun yang dirasakan keluar
dari jalan lahir yang dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan ini
dapat bertambah besar terutama saat pasien berdiri dan
mengedan, tetapi mengecil ketika berbaring, Benjolan ini dapat
dimasukkan kembali ke lubang kemaluan, benjolan terasa lembek
dan berwarna kemerahan. Nyeri suprapubik (+).BAB (+) tidak
lancar, BAK (+) lancar. Pasien sering mengangkat barang berat.
Riwayat persalinan: 3 kali. TD: 100/60 mmHg, N: 88 kali/m, P:22
kali/m, S: 37,0 C. Pemeriksaan genitalia luar: tampak tonjolan
portio merah muda dari vagina, Pemeriksaan dalam: teraba massa
ukuran 2cmx2cmx2cm konsistensi kenyal, nyeri tekan (-), dapat
dimasukkan, kesan uteri atrofi, nyeri goyang (-). Pemeriksaan
hematologi, fungsi ginjal, kimia darah dan urinalisis dalam batas
normal.

Diagnosis dan
Penatalaksanaan
PIIIA0, 61 tahun, Prolaps Uteri grade II-III
Rencana operasi histerektomi
Inform consent (tanda tangan
persetujuan pasien/keluarga pasien
mengenai tindakan operasi)
EKG, konsul anestesi
Persiapan darah 2 kantong WB

DIAGNOSIS POST OPERATIF


PIIIA0, 61 tahun, Prolaps Uteri
grade III

INSTRUKSI POST OP
IVFD RL : Dextosa 5% = 2 : 1= 28 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
Drips. Metronidazole 0,5 g /8 jam/IV
Inj. Ranitidin 1amp/8jam/IV
Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
Inj. Transamin 1amp/8 jam/IV
Puasa 2-3 jam
Cek HB 6 jam post op, jika Hb <8 transfusi 1 kantong
Observasi keadaan umum, tanda vital dan perdarahan

PROGNOSIS
Quo ad vitam adalah bonam
Quo ad functionam adalah malam
Quo ad sanactionam adalah bonam

Definisi
Prolapsus uteri adalah turunnya
uterus ke dalam vagina dan serviks
turun ke rongga vagina melalui
introitus vagina
Merupakan bagian dari prolaps organ
panggul (POP)
Akibat kegagalan atau kelemahan
dari ligamentum dan jaringan
penyokong (fasia).

Epidemiologi
WHO: lebih tinggi pada wanita yang mempunyai anak
>7 dari pada wanita yang mempunyai satu atau dua
anak.
Lebih berpengaruh pada perempuan di negara negara
berkembang yang perkawinan dan kelahiran anaknya
dimulai pada usia muda dan saat fertilitasnya masih
tinggi.
Di Amerika Serikat, studi dari 16.000 pasien
menunjukkan frekuensi prolapsus uteri sebesar 14,2%.
Frekuensi di Indonesia hanya 1,5 % dan lebih sering
dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita
tua dan wanita dengan pekerja berat.

Pembagian POP

Sistokel
Rektokel
Enterokel
Urethrokel
Prolapsus uteri

Faktor Risiko POP

Gejala prolaps

Klasifikasi
POP

Menurut Friedmann dan


Klasifikasi
Little, derajat prolapsus uteri prolaps uteri
adalah:
Desensus uteri, uterus turun, tapi
serviks masih dalam vagina
I
: Dimana serviks uteri turun
sampai introitus vaginae
II : Dimana serviks menonjol
keluar dari introitus vaginae
III : Dimana seluruh uterus keluar
dari vaginae
(prosidensia) uteri

Patofisiologi
Persalinan
Spontan
Pervaginam
susah

Tekanan
intraabdominal
meningkat dan
kronik

Beban kerja ligamen


meningkat

Ligamen melemah

Posisi uterus tidak


dapat dipertahankan

Prolapsus Uteri

Faktor resiko
lainnya

Diagnosis
1. Anamnesis
.Rasa berat atau rasa tertekan pada pelvis.
.Pada saat duduk pasien merasakan
ada benjolan seperti ada bola, atau
kadang-kadang keluar dari vagina.
.Nyeri pada pelvis, abdomen, atau
pinggang.
.Nyeri pada saat berhubungan.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada pasien
dalam keadaan istirahat, dan meneran.
Ada dua posisi yaitu posisi:
Posisi Litotomi
Posisi berdiri

Penatalaksanaan
1. Konservatif
1. Mencegah faktor risiko
2. Pessarium
3. Latihan otot dasar panggul (Kegel)
4. Estrogen replacement therapy
5. Stimulasi otot dg alat listrik
2. Operatif
1. Ventrofiksasi
2. Op Manchester
3. Histerektomi (vaginal)
4. Kolpokleisis (operasi Neugebauer Le Fort)

Konservatif
1. Latihan otot dasar panggul
Pada prolaps ringan terutama pasca
persalinan yang belum lewat 6 bulan.
Tujuan: menguatkan otot-otot dasar panggul
dan otot-otot yang mempengaruhi miksi.
2. Pemasangan pessarium
Pada kasus prolaps minimal tidak
dibutuhkan pengobatan, kecuali pasien
mulai merasa tidak nyaman.
Untuk mengembalikan posisi uterus seperti
semula.

Jenis-jenis Pessarium
A. Cube pessary.
B. Gehrung pessary.
C. Hodge with knob
pessary.
D. Regula pessary.
E. Gellhorn pessary.
F. Shaatz pessary.
G. Incontinence dish
pessary.
H. Ring pessary.
I. Donut pessary.

Tempat Pemasangan
Pessarium

Cara
Pemasangan
dan Melepaskan
Pessarium

Prognosis
Bila prolapsus uteri tidak di tatalaksana,
maka secara bertahap akan memberat.
Prognosis akan lebih baik pada pasien usia
muda, dalam kondisi kesehatan optimal atau
tidak disertai dengan penyakit lainnya.
Prognosis buruk pada pasien usia tua, kondisi
kesehatan buruk, dan adanya gangguan
sistem kardiovaskular.

Analisis Kasus
Pada kasus ini pasien di diagnosis
P3A0 + Prolaps uteri derajat II-III
berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik

Anamnesis keyword
Pasien usia tua + menopause
Multipara + riw.persalinan
pervaginam
Kebiasaan mengangkat benda berat
Peranakan turun sejak 2 tahun SMRS
Hilang timbul, timbul terutama saat
batuk, BAB dan beraktifitas, berdiri,
berjalan
Hilang, terutama berbaring

Pemeriksaan keyword
Ginekologis:
Tampak massa uterus keluar sebagian
dari introitus vagina, bulat, warna merah
mudah, tanpa discharge.
Teraba massa ukuran 2 cmx2cmx3cm,
konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
Dapat dimasukkan ke introitus vagina
dan dapat keluar kembali dengan
manuver Valsava

Adanya keluhan peranakan turun pada pasien


ini dipikirkan sebagai prolaps organ pelvis.
Gejala lain yang mendukung adalah nyeri
perut yang diperkirakan karena peregangan
ligamen dan otot dalam pelvis akibat tarikan
oleh organ yang prolaps
etiologi yang dipikirkan pada pasien ini
antara lain trauma obstetrik, penurunan
kadar estrogen, dan peningkatan tekanan
intraabdomen

Proses persalinan per vaginam berulang


menyebabkan trauma obsterik dan peregangan pada
dasar pelvis sehingga memicu kelemahan pada
jaringan penyokong pelvis. Hal tersebut merupakan
penyebab paling signifikan dari prolapsus uteri.
Seiring proses penuaan dan menopause, terdapat
penurunan kadar estrogen sehingga jaringan pelvis
kehilangan elastisitas dan kekuatannya.
Kebiasaan mengangkat benda berat pada pasien
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen
sehingga menambah penekanan pada dasar pelvis
dan memperberat prolaps organ di dalamnya.

Pada pemeriksaan fisik, secara inspeksi terlihat


massa yang membonjol keluar dari introitus
vagina, berbentuk bulat, berwarna merah muda.
Massa berbentuk bulat tersebut merupakan
protrusi uterus yang keluar melalui introitus
vagina
Dengan manuver valsava, massa tersebut dapat
keluar kembali melalui introitus vagina setelah
dicoba dimasukkan seluruhnya, menunjukkan
bahwa peningkatan tekanan intraabdominal
berperan dalam menyebabkan prolaps.

Sistem Friedmann dan Little dilakukan


untuk menilai derajat prolaps pada kasus
ini, didapatkan derajat prolapse uteri yaitu
derajat II dimana serviks menonjol keluar
dari introitus vagina.
Untuk sistem Baden Walker and Beecham,
didapatkan ujung prolapse turun
setengahnya pada luar vagina, sehingga
disebut derajat III untuk sistem Baden
Walker and Beecham.

Rencana terapi pada pasien ini sudah


tepat yaitu dilakukan operasi total
histerektomi
Usia tua
Tidak menginginkan hamil

Antibiotik pasca op tepat, untuk


pencegahan infeksi

Prognosis pada pasien ini,


prognosis quo ad vitam adalah bonam
karena prolaps uteri tidak mengancam
nyawa.
Untuk prognosis quo ad functionam
adalah malam, karena pasien akan
dilakukan histerektomi total.
Dan prognosis quo ad sanactionam
adalah bonam, karena pasien akan
dilakukan total histerektomi

Anda mungkin juga menyukai