Menu
Skip to content
10 Votes
Tidak jarang diantara kita memaknai sebuah kata tanpa mengetahui apa medan makna dan
komponen maknanya. Jika kita memaknai sebuah kata dengan mengetahui medan makna dan
komponen makna, maka akan lebih mudah kita mengetahui kebenaran dari makna tersebut.
Sebenarnya setiap kata mempunyai komponen makna yang berbeda meskipun kata tersebut
merupakan kata yang bersinonimi, untuk mengetahui lebih jelas masalah diatas akan di bahas
lebih lanjut pada bab berikutnya.
Medan makna adalah salah satu kajian utama dalam semantik. Medan makna
merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang
kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat
unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Di dalam medan makna, suatu kata terbentuk
oleh relasi makna kata tersebut dengan kata lain yang terdapat dalam medan makna itu.
Sebuah medan makna, menurut Trier (1934), dapat diibaratkan sebagai mosaik. Jika makna
satu kata bergeser, makna kata lain dalam medan makna tersebut juga akan berubah (Trier,
dalam Lehrer, 1974:16). Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature,
semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal
terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna
unsur leksikal tersebut, untuk lebih jelasnya akan penulis bahas dalam penyampaian materi
pada bab selanjutnya.
Kata-kata atau leksern-leksem dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan dalam kelompokkelompok tertentu yang maknanya saling berkaitan atau berdekatan karena sama-sarna berada
dalam satu bidang kegiatan atau keilmuan. Umpamanya kata-kata menyalin menghapal,
menyontek, belajar, ujian, tes, guru, murid, catatan dan buku dapat dikelompokkan menjadi
satu karena semuanya berada dalam satu bidang kegiatan yaitu bidang pendidikan dan
pengajaran. Tetapi di samping itu setiap kata atau leksem dapat juga dianalisis rnaknanya atas
komponen-komponen makna tertentu sehingga akan tampak perbedaan dan persama makna
antar kata yang satu dengan kata yang lain. Kedua masalah yang saling berkaitan ini akan
dibicarakan berikut ini.
Medan Makna
Harimurti (1982) menyatakan bahwa medan makna (semantic field, semantic domain)
adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang
kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh
seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Kata-kata atau leksem-leksem
dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan
kesamaan ciri semantik yang dimiliki kata-kata itu. Umpamanya, kata-kata kuning, merah,
hijau, biru, dan ungu berada dalam satu kelompok, yaitu kelompok warna. Kata-kata yang
berada dalam satu kelompok lazim dinamai kata-kata yang berada dalam satu medan makna
atau satu medan leksikal, yang dimaksud dengan medan makna (semantic domain, semantic
field) atau medan leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling
berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam
alam semesta tertentu. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah tangga.
Kata-kata atau leksem-leksem yang mengelompokkan dalam satu medan makna,
bedasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan
medan set. Kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata-kata
atau unsur-unsur leksikal itu. Misalnya, pada kalimat penyerang tengah bernomor punggung
tujuh itu memasukkan bola ke gawang dengan melewati pemain belakang dari pihak lawan
yang ramai, kiper dari pihak lawan kewalahan menangkap bola tersebut sehingga wasit
menyatakan gol. Kita dapat melihat kata-kata penyerang tengah, penyerang belakang, gol,
bola, wasit, gawang, dan kiper merupakan kata-kata dalam satu kolokasi; satu tempat atau
lingkungan. Jadi, kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam
satu wilayah atau satu lingkungan.
Dalam pembicaraan tentang jenis makna ada juga istilah kolokasi, yaitu jenis makna
kolokasi. Yang dimaksud di sini adalah makna kata tertentu berkenaan dengan keterikatan
kata tersebut dengan kata yang lain yang merupakan kolokasinya. Misalnya kata cantik,
tampan, dan indah sama-sama bermakna denotatif bagus. Tetapi kata tampan memiliki
komponen atau ciri makna [+laki-laki] sedangkan kata cantik memiliki komponen atau ciri
makna [-laki-laki]; dan kata indah memiliki komponen atau ciri makna [-manusia]. Oleh
karena itulah, ada bentuk-bentuk pemuda tampan, gadis cantik, lukisan indah, sedangkan
bentuk *pemuda indah dan gadis tampan tidak dapat diterima.
Kalau kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmatik karena sifatnya yang linear
maka set menunjuk pada hubungan paradigmatik karena kata-kata atau unsur-unsur yang
berada dalam satu set dapat saling menggantikan. Kelompok set menunjuk pada hubungan
paradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set itu saling bisa
disubstitusikan. Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai kelas yang
sama, dan tampaknya juga merupakan satu kesatuan. Setiap unsur leksikal dalam satu set
dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota dalam set tersebut.
Misalnya kata remaja merupakan tahap pertumbuhan antara kanak-kanan dengan dewasa;
sejuk adalah suhu diantara dingin dengan hangat.
SET
Bayi
Dingin
(paradigmatik)
Kanak-kanak
Sejuk
Remaja
Hangat
Dewasa
Panas
Manula
Terik
Pengelompokan kata atas kolokasi dan set ini besar artinya bagi kita dalam
memahami konsep-konsep budaya yang ada dalam suatu masyarakat bahasa. Pengelompokan
kata atas kolokasi dan set dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai teori medan
makna. Oleh karena itu secara semantik diakui bahwa pengelompokkan kata atau unsur-unsur
leksikal secara kolokasi dan set hanya menyangkut satu segi makna. Makna seluruh tiap kata
atau unsur leksikal itu perlu dilihat dan dikaji secara terpisah dalam kaitannya dengan
penggunaan kata atau unsur leksikal tersebut di dalam pertuturan. Setiap unsur leksikal
memiliki komponen makna masing-masing yang mungkin ada persamaannya dan
perbedaannya dengan unsur leksikal lainnya.
Komponen Makna
Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang
disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna
ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan pengertianpengertian yang dimilikinya. Umpamanya, kata ayah
memiliki komponen makna /+manusia/, /+dewasa/, /+jantan/, /+kawin/, dan /
+punya anak. Perbedaan makna antara kata ayah dan ibu hanyalah pada ciri makna atau
komponen makna; ayah memiliki makna jantan, sedangkan ibu tidak memiliki kata jantan.
Komponen makna
Ayah
Ibu
Insan
Dewasa
Jantan
Kawin
Komponen makna
Becak
Bemo
Kendaraan umum
Beroda tiga
bermotor
Konsep analisis dua-dua ini (lazim disebut analisis biner) oleh para ahli kemudian diterapkan
juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata lain. Dengan analisis Biner ini kita
juga dapat menggolong-golongkan kata atau unsur leksikal seperti yang dimaui teori medan
makna. Misal
Benda
+bernyawa
+hewan
-bernyawa
-hewan
+berkaki empat
+reptil
Kadal
-reptil
kucing
-berkaki empat
+manusia
orang
-manusia
monyet
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa banyaknya ciri-ciri semantik setiap kata
tidak sama; jumlahnya sesuai dengan sifat unsur leksikal tersebut. Kata-kata yang umum
seperti manusia, hewan, dan makanan memiliki makna yang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan unsur leksikal yang lebih khusus seperti guru, kucing, dan bakso. Analisis Biner ini
juga dapat digunakan untuk mencari perbedaan semantik kata-kata yang bersinonim.
Ada tiga hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan analisis biner tersebut.
Pertama, ada pasangan kata yang satu diantaranya lebih bersifat netral atau umum sedangkan
yang lain bersifat khusus. Misalnya pasangan kata siswa dan siswi. Kata siswa lebih bersifat
umum dan netral karena dapat termasuk pria dan wanita. Sebaliknya kata siswi lebih
bersifat khusus karena hanya mengenai wanita saja. Kedua, ada kata atau unsur leksikal
yang sukar dicari pasangannya karena memang mungkin tidak ada; tetapi ada juga yang
memiliki pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasangannya adalah kata-kata
yang berkenaan dengan nama warna. Contoh kedua yaitu contoh yang pasangannya lebih dari
satu, yaitu berdiri misalnya. Kata berdiri bukan hanya bisa dipertentangkan dengan kata tidur,
tetapi bisa saja dengan kata tiarap, rebah, duduk, jongkok, dan berbaring.
rebah
jongkok
Berdiri
tidur
berbaring
tiarap
Ketiga, kita seringkali sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat, mana
yang lebih bersifat umum, dan mana yang bersifat khusus. Contohnya ciri jantan dan dewasa,
mana yang lebih bersifat umum antara jantan dan dewasa. Bisa jantan, tetapi bisa juga
dewasa sebab tidak ada alasan bagi kita untuk menyebutkan ciri jantan lebih bersifat umum
dari pada dewasa, begitu juga sebaliknya, karena ciri yang satu tidak menyiratkan makna
yang lain.
2. Dengan analisis komponen atau komposisi makna kata, kita dapat meramal hubungan antar
makna.
3. Komponen makna dapat dipakai sebagai alat uji bahwa kalimat A dan B berkecocokan,
kalimat B dan C bertentangan, dan kalimat C dengan D tidak berhubungan berdasarkan
desain satu sistem logika.