Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Jenis puisi di Indonesia sebagai kreasi manusia selalu berkembang dari masa ke
masa. Perkembangan puisi merupakan refleksi pemikiran penyair dalam menyikapi
zaman, sekaligus menyikapi perpuisian itu sendiri. Akan tetapi, walaupun puisi
berubah menjadi seribu macam bentuk, ada yang tetap melakat dalam puisi sebagai
hakekatnya, yaitu menyampaikan sesuatu secara langsung. Hal itu merupakan
pemikiran Riffaterre (lewat Sarjono, 2001:124) bahwa a poem says one thing and
means another.
Di Indonesia, puisi telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri dalam bentuk syair
Melau dan ditulis dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17
(Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian Indonesia
menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama itu masih
tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disamping itu, puisi baru juga tidak
bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang penuh keindahan untuk
digarap.

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Ingin mengetahui definisi/ pengertian puisi.


Untuk mengetahui unsur-unsur puisi.
Untuk mengetahui jenis-jenis puisi.
Untuk mengetahui yang membedakan puisi dengan prosa

1.3. Fokus Penelitian


Adapun fokus penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan puisi?
2. Apa saja unsur-unsur puisi?
3. Apa saja jenis-jenis puisi?
4. Apa yang membedakan puisi dengan prosa?
1.4. Sistematika Penulisan
Makalah ini kami disusun dalam tiga bab, yang tiap-tiap babnya terdiri dari:
BAB I
Pendahuluan
- Latar Belakang Masalah
- Tujuan Penulisan
- Fokus Penelitian
- Sistematika Penulisan
BAB II Menganalisi Jenis Karya Satra Puisi Indonesia
- Pengertian Puisi
- Unsur-unsur Puisi
- Jenis-jenis Puisi
- Yang Membedakan Puisi dengan Prosa
BAB III Penutup
- Simpulan
- Saran
Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Puisi


Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Poesis
yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry
yang erat dengan poet dan poem. Mengenai kata poet, Coluter (dalam Tarigan,
1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunan yang berarti membuat atau
mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti imajinasinya, orang yang
hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepad dewa-dewa. Dia adalah
orang yang berpenglohatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf,
negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian
puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu berupa emosi, imajinasi,
pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata kiasan, kepadatan,
dan perasaan yang bercampur-baur.
Menurut Kamus istilah Sastra (Sudjimanm 1984), puisi merupakan ragam sastra
yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9), Mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi
yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan
berirama.
Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal,
kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang
merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata yang
teridah dalam susunan terindah.
Ralph Waido Emerson (Situmorang, 1980:8), menyatakan bahwa puisi
mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
Putu Arya Tirtawirja (1980:9), menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan
secara implisit dan samar, dengan makna yang samar dimana kata-katanya condong
pada kata konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra
yang

mengungkapkan

pikiran

secara

imajinasi

dan

disusun

dengan

mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur fisik


dan struktur batinya.
Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam
wujud dan bahasa yang paling berkesan.
2.2. Unsur-Unsur Puisi
3

Secara sederhana batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata,
larik, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan
sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut:
a. Kata, adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang
tepat sangat menentukan kesatuan dan kutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata
yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
b. Larik (baris), mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik
bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi
lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buah, tapi pada puisi baru
tak ada batasan.
c. Bait, merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah
biasanya ada kesatuan makna.
d. Bunyi, dibentuk oleh irama dan rima. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi
yang ditimbulkan oleh huruf atau katra-kata dalam larik dan bait. Sedangkan
irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut
ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perualangan bunyi secara
berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata,
perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras-lemahnya (karena
sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat
dipahami bahwa irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama
inilah yang menciptakan efek musiklasasi pada puisi, yang membuat puisi
menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
e. Makna, adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait.
Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi
penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi dibedakan menjadi:
a. Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi halhal sebagai berikut:
1) Tema/ makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap
kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyari terhadap pokok permasalahan yanga
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rata erat kaitannya dengan
latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya lata belakang
pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat,
usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Ke dalam
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa,
4

dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar
belakang sosiologis dan psikologisnya.
3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema
dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk
memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong menganggap bodoh dan rendah pembaca.
4) Amanat/tujuan/maksud (intention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang
mendorong penyari menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum
penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
b. Struktur fisik puisi, atau terkadang pula disebut metode puisi, adalah saranasarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi.
Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan berisnya, hingga baris puisi
yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titilk. Hal-hal tersebut danga menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan opleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata
dapat mengungkapkan banyak hal, makna kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo,
1987:68-69) menjelaska bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek
penyimpanan

yaitu;

penyimpanan

penyimpanan

fonologis,

leksikal,

penyimpanan

penyimpanan

sintaksis,

semantis,

penggunaan

dialek,

penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/ profesi tertentu),


penyimpanan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan
grafologis (penggunaan kapital hingga titik).
3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan
pembaca seakan-akan melihat, mendengar dan merasakan seperti apa yang
dialami penyair.
4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan
atau lambang. Misalnya kata kongkret salju: melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret rawa-rawa dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/


meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128).
Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan
banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif
disebut juga majas.
6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima. Ritme, dan metrum. Rima adalah
persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, di tengah, dan di akhir baris puisi.
Rima mencakup (a) onomatope (tiruan terhadap bunyi) (b) bentuk intern pola
bunyi (alterasi, asonasi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak, berselang,
sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi) (c) pengulangan kata/ ungkapan.
Ritme merupakan tinggi- rendah, panjang-pendek, keras-lembutnya bunyi.
2.3. Jenis-jenis Puisi
Berikut jenis-jenis puisi yang dirangkum oleh Waluyo (1995:135):
a. Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
1) Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair baik secara
sederhana, sugestif, atau kompleks. Contoh; romansa, epik dan syair.
2) Puisi lirik, merupakan sarana penyair untuk mengungkapkan aku lirik atau
gagasan pribadi (Waluyo, 1995:136). Contoh; elegi, ode dan serenada.
3) Puisi deskriptif, penyair memberi kesan terhadap suatu peristiwa atau
fenomena yang dipandang menarik perhatian penyari (Waluyo, 1995:137).
Contoh: satire, dan puisi impresionistik.
b. Puisi Kamar dan Puisi Auditorium
Pusi kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua
pendengar saja. Puisi auditorium adalah puisi yang cocok dibacakan di
auditorium, mimbar yang jumlah pendengarnya bisa dikatakan banyak.

c. Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal


Puisi fisikal berisi pelukisan kenyataan yang sebenarnya, apa yang dilihat,
didengar, dan dirasakan oleh penyair. Puisi platonik adalah puisi yang
sepenuhnya berisi hal-hal kejiwaan atau spiritual. Puisi metafisikal adalah puisi
yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan atau
ketuhanan.
d. Puisi Subjektif dan Objektif

Puisi subjektif adalah puisi yang mengungkapkan gagasan, perasaan, pemikiran,


dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi objektif adalah puisi yang
mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri.
e.

Puisi Kongkret
Adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahannya dari sudut
penglihatan.

f.

Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis


Puisi diafan adalah yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata
kongkret, dan bahasa dalam puisi mirip dengan bahsa sehari-hari. Puisi gelap
adalah puisi yang terbentuk dari dominasi majas atau kiasan sehingga menjadi
gelap dan sukar ditafsirkan. Puisi prismatis adalah puisi yang menggambarkan
kemampuan penyair majas, diksi, dan sarana puitik yang lain, sehingga puisi bisa
dikatakan sudah menjadi.

g. Puisi Parnasian dan Puisi Inspitratif


Puisi parnasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan
bukan didasari oleh inspirasi karena adanya modal dalam jiwa penyair. Puisi
inspiratif diciptakan berdasarkan modal dan passion menyair.
h. Stansa
Adalah jenis puisi yang masih mengikat bentuknya dalam kaidah baris, yaitu
terdiri dari delapan baris.
i.

Puisi Demonstrasi
Puisi ini merupakan pelukisan dan hasil refleksi demonstrasi para mahasiswa dan
pelajar.

j.

Alegori
Dalam KBBI, alegori adalah cerita yang dipakai sebagai lambang (kiasan)
perikehidupan manusia yang sebenarnya untuk mendidik atau menerangkan
sesuatu (gagasan, cita-cita atau nilai kehidupan, seperti kebijakan, kesetiaan, dan
kejujuran).

2.4. Yang Membedakan Puisi dari Prosa


7

Slametmulya (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara puisi


dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedanglan
kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan
sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris
sajak ada periodisitas dari mulai sampai akhir.
Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada
bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil
aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan
lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu
proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko
Pradopo, 1987).
Perbedaan lain terdapat pada sifat. Pusi merupakan aktivitas yang bersifat
pencurahan jiwa yang padat, bersifat sigestif dan asosiatif. Sedangkan prosa
merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo,
1987).
Perbedaan lain adalah puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung,
sedangkan prosa secara langsung.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa puisi meruapakan karya sastra yang mengungkapkan perasaan, pikiran baik
imajinasi, maupun kongkrit yang bahasanya singkat, lugas, mempunyai keindahan,
dan memiliki makna yang sangat luas. Puisi memiliki beberapa unsur diantaranya;
kata, bait, larik, bunyi dan makna. Selain itu juga mempunyai unsur lain yaitu unsur
batin puisi dan unsur fisik puisi.
Puisi terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya; Puisi Naratif, Lirik, dan
Deskriptif, Puisi Kamar dan Puisi Auditorium, Puisi Fisikal, Platonik, dan
Metafisikal, Puisi Subjektif dan Objektif, Puisi Kongkret, Puisi Diafan, Gelap, dan
Prismatis, Puisi Parnasian dan Puisi Inspitratif, Stansa, Puisi Demonstrasi, dan
Alegori.

3.2. Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Pelajarilah karya sastra dengan baik agar kita memperoleh pengetahuan tentang
karya sastra terutama puisi.
2. Dalam menulis karya sastra adalah suatu hal yang sangat menyenangkan dan bisa
menjadi motivasi untuk menjadi seorang sastrawan. Oleh sebab itu, marilah kita
belajar berkarya sastra.
3. Tingkatkanlah prestasi belajar untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.

DAFTAR PUSTAKA
9

Adabiyyat. 2013. Jurnal bahasa dan sastra. Yogyakarta: UIN Sunan

Kalijaga.
Lembaga penelitian. 1997. Dasar-dasar metedologi penelitian. Malang: IKIP

Malang.
Manshur, Munawar Fadli. 2011. Perkembangan Sastra dan Teori Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Tarigan, Guntur Henry. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book

publisher.
http://en.wikipedia.org/wiki/Elia_Abu_Madi
http://hedisasrawan.blogspot.com/2012/12/unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-

puisi.html
http://ricky24virgo.blogspot.com/2012/10/puisi-elia-abu-madilastu-adri.html
http://copasdotco.blogspot.com/

10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat petunjuk dan
bimbingan-Nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah dengan judul Menganalisis
Unsur Puisi yang berisi pemahaman materi bagi siswa sebagai saran belajar agar siswa
lebih aktif dan kreatif.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali mengalami banyak kesulitan
karena kurangnya ilmu pengetahuan. namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun banyak kekurangan. Maka
selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al Hidayah.
2. Bapak Retno, S.Pd, selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang berkenan
membimbing dalam penyusunan makalah ini.
3. Kedua orang tua yang memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral
maupun spiritual.
4. Teman-teman yang membantu menyelesaikan makalah ini.
penulis menyadari sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya belum seberapa
dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah
ini.
Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan
sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Amiin..

Arjasa,

Mei 2014

Penulis,

DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
1.3 Fokus Penelitian ............................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puisi ............................................................................... 3
2.2 Unsur-unsur Puisi ............................................................................. 4
2.3 Jenis-jenis Puisi ................................................................................ 6
2.4 Yang Membedakan Puisi dengan Prosa ........................................... 8

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan .......................................................................................... 9
3.1 Saran ................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11

ii

Anda mungkin juga menyukai