TAHUN 2015
c. Batuk lama 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan.
d. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh
(failure to thrive).
e. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
f. Diare persisten atau menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan
pengobatan baku diare. (KEMENKES 2013).
D. Klasifikasi
a. TB dengan konfirmasi bakteriologis
Pada anak kuman TB sangat sulit ditemukan disamping karena sulitnya
mendapatkan spesimen pemeriksaan, TB anak bersifat paucibacillary
(kuman sedikit).Sehingga tidak ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan
dahak tidak menyingkirkan diagnosis TB anak.
TB dengan konfirmasi bakteriologis terdiri dari hasil positif baik
dengan pemeriksaan BTA, biakan maupun tes cepat.TB anak yang sudah
mengalami perjalanan penyakit post primer, dapat ditemukan hasil BTA
positif pada pemeriksaan dahak, sama dengan pada dewasa. Hal ini biasa
terjadi pada anak usia remaja awal. Anak dengan BTA positif ini memiliki
potensi untuk menularkan kuman M tuberculosis kepada orang lain di
sekitarnya.
b. Tuberkulosis Meningitis
Tuberkulosis meningitis, merupakan salah satu bentuk TB pada
Sistem Saraf Pusat yang sering ditemukan pada anak, dan merupakan TB
dengan gejala klinis berat yang dapat mengancam nyawa, atau meninggalkan
gejala sisa pada anak. Anak biasanya datang dengan keluhan awal demam
lama, sakit kepala, diikuti kejang berulang dan kesadaran menurun
khususnya jika terdapat bukti bahwa anak telah kontak dengan pasien TB
dewasa BTA positif.Apabila ditemukan gejala-gejala tersebut, harus segera
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
c. TB Milier
Tuberkulosis milier termasuk salah satu bentuk TB dengan gejala
klinis berat dan merupakan 3 7% dari seluruh kasus TB, dengan angka
kematian yang tinggi (dapat mencapai 25% pada bayi).TB milier terjadi
oleh karena adanya penyebaran secara hematogen dan diseminata, bisa ke
seluruh organ, tetapi gambaran milier hanya dapat dilihat secara kasat mata
pada foto torak. Terjadinya TB milier dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
1) Kuman M. tuberculosis(jumlah dan virulensi).
2) Status imunologis pasien (nonspesifik dan spesifik), seperti infeksi
3) HIV, malnutrisi, infeksi campak, pertusis, diabetes melitus, gagal ginjal,
keganasan, dan penggunaan kortikosteroid jangka lama.
4) faktor lingkungan (kurangnya paparan sinar matahari, perumahan yang
padat, polusi udara, merokok, penggunaan alkohol, obat bius, serta
sosioekonomi).
d. Tuberkulosis Tulang atau Sendi
Tuberkulosis tulang atau sendi merupakan suatu bentuk infeksi TB
ekstrapulmonal yang mengenai tulang atau sendi.Insidens TB sendi berkisar
1 7% dari seluruh TB. Tulang yang sering terkena adalah: tulang belakang
(spondilitis TB), sendi panggul (koksitis), dan sendi lutut (gonitis). Gejala
dan tanda spesifik spesifik berupa bengkak, kaku, kemerahan, dan nyeri
pada pergerakan dan sering ditemukan setelah trauma. Bisa ditemukan
gibbus yaitu benjolan pada tulang belakang yang umumnya seperti abses
tetapi tidak .menunjukkan tanda-tanda peradangan. Warna benjolan sama
dengan sekitarnya, tidak nyeri tekan, dan menimbulkan abses dingin.
Kelainan neurologis terjadi pada keadaan spondilitis yang berlanjut,
membutuhkan oprasi bedah sebagai tatalaksanya kelainan pada sendi
panggul dapat dicurigai jika pasien berjalan pincang dan kesulitan
berdiri.Pada pemeriksaan terdapat pembengkakan di daerah lutut, anak sulit
berdiri dan berjalan, dan kadang-kadang ditemukan atrofi otot paha dan
betis.Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah foto radiologi, CT scan
dan MRI.Prognosis TB tulang atau sendi sangat bergantung pada derajat
kerusakan sendi atau tulangnya.Pada kelainan minimal umumnya dapat
kembali normal, tetapi pada kelainan yang sudah lanjut dapat menimbulkan
sekuele (cacat) sehingga mengganggu mobilitas pasien.
e. Tuberkulosis Kelenjar
Infeksi TB pada kelenjar limfe superfisial, yang disebut dengan
skrofula, merupakan bentuk TB ekstrapulmonal pada anak yang paling
sering terjadi, dan terbanyak pada kelenjar limfe leher.Kebanyakan kasus
timbul 6 9 bulan setelah infeksi awal M. tuberculosis, tetapi beberapa kasus
dapat timbul bertahun-tahun kemudian.Lokasi pembesaran kelenjar limfe
yang sering adalah di servikal anterior, submandibula, supraklavikula,
kelenjar limfe inguinal, epitroklear, atau daerah aksila.Kelenjar limfe
biasanya membesar perlahan-lahan pada stadium awal penyakit.Pembesaran
kelenjar limfe bersifat kenyal, tidak keras, diskrete, dan tidak nyeri.Pada
perabaan, kelenjar sering terfiksasi pada jaringan di bawah atau di
atasnya.Limfadenitis ini paling sering terjadi unilateral, tetapi infeksi
bilateral dapat terjadi karena pembuluh limfatik di daerah dada dan leherbawah saling bersilangan.
f. Tuberkulosis Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan abnormal cairan dalam rongga
pleura.Salah satu etiologi yang perlu dipikirkan bila menjumpai kasus efusi
pleura di Indonesia adalah TB. Efusi pleura TB bisa ditemukan dalam 2
bentuk, yaitu (1) cairan serosa, bentuk ini yang paling banyak dijumpai (2)
empiema TB, yang merupakan efusi pleura TB primer yang gagal
mengalami resolusi dan berlanjut ke proses supuratif kronik.
Gejala dan tanda awal meliputi demam akut yang disertai
batuknonproduktif
(94%),
nyeri
dada
(78%),
biasanya
unilateral
akibat invasi kuman secara langsung atau drainase limfatik dari kelenjar
limfe subkarinal.
Gejalanya tidak khas, yaitu demam subfebris, lesu, dan BB turun.Nyeri
dada jarang timbul pada anak. Dapat ditemukan friction rub dan suara
jantung melemah dengan pulsus paradoksus. Terdapat cairan perikardium
yang khas, yaitu serofibrinosa atau hemoragik. Basil Tahan Asam jarang
ditemukan pada cairan perikardium, tetapi kulturdapat positif pada 30 70%
kasus. Hasil kultur positif dari biopsi perikardium yang tinggi dan adanya
granuloma sering menyokong diagnosis TB jantung. Selain OAT diberikan
kortikosteroid,Perikardiotomi parsial atau komplit dapat diperlukan jika
terjadi penyempitan perikard (KESMAS 2013).
E. Patofisiologi
M. Tuberculosis terhirup udara
M. Bovis masuk ke paru-paru
Proliferasi sel epitel di sekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan
organ yang terinfeksi (tuberculosis). Basil menyebar melalui kelenjar getah bening,
menuju kelenjar regional dan menimbulkan reaksi eksudasi
Otak
Ginjal
Tulang
Pemeriksaan
serologi
yang
sering
digunakan
tidak
yang
tidak
dapat
mengeluarkan
dahak.Dianjurkan
spesimen
Nama Obat
Dosis harian
Dosis
(mg/KgBB/
maksimal
Efek Samping
Isoniazid (H)
Hari)
10 (7-15)
(mg/hari)
300
Rimfampisin (R)
15 (10-20)
600
hipersensitifitas
Gangguan gastrointestinal,
reaksi kulit, hepatitis,
trombositopenia,
peningkatan enzim hati,
cairan tubuh berwarna
Pirazinamid (Z)
35 (30-40)
orange kemerahan.
Toksositas hepar,
artaralgia, gangguan
Etambutol (E)
20 (15-25)
gastrointestinal.
Neuritis optik, ketajaman
mata berkurang, buta
warna merah hijau,
hipersensitivitas,
Streptomisin (S)
15-40
1000
gastrointestinal.
Ototoksik, nefrotoksik.
Pengkajian
a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal
kota dan daerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama
hamil
2) Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
3) Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi ,
asfiksia ikterus
hidung,
belajar
makan
sendiri,
menggambar
garis,
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
b. Ketidak seimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
c. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
proses Penyakit
3.
No.
Intervensi Keperwatan
NANDA: Nursing Diagnosis
suksion
10. Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.
(3140) Airway Management
Aktivitas keperawatan:
1. Buka jalan nafas,
2. guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
4.
5. 4. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
5. Keluarkan sekret
denganbatuk atau suction
6.
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
Fisiologis
Jalan napas alergik
Asma
Penyakit paru obstruksi kronis
Hyperplasia dinding bronchial
Infeksi
Disfungsi neuromuskular
2.
Ketidak
seimbangan
Nutrisi :
Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh
b.d Ketidakmampuan untuk
mengabsorpsi nutrisi
7.
(1100) Nutrition
Management
Aktivitas keperawatan:
1. Kaji adanya alergi
Makanan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
6.Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
mengoptimalkan
5.Monitor lingkungan
selama makan
6.Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan
Kesukaan
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
3.
Defisiensi
Pengetahuan
b.d
kurang informasi tentang proses
penyakit
Definisi :
Ketiadaan atau defisiensi informasi
kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu.
Tidak familiar
informasi
dengan
sumber
informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
Daftar Pustaka
Betz, C. L. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Didapat dari KEMENKES RI Tahun 2013.Senin 30-06-2014 21.45 WIB.
Didapat dari Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun
2012.Senin 30-06-2014 19.04 WIB.
Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing
Interventions Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika
Herdman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnosis : Defenitions and Clasification 2012
-2014. Jakarta : EGC.
Iks. 2006. Tuberculosa Pada Anak. Diunduh Tanggal 30 Oktober 2014.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Aanak Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info
Media.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Aanak Edisi 2. Jakarta: Sagung
Seto.