Anda di halaman 1dari 5

kespro

A.

Upaya Advokasi, Promosi, KIE dan Konseling dalam Kesehatan


Reproduksi Remaja.
Tujuan dari program kesehatan reproduks remaja adalah untuk membantu
remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki
sekap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya
dengan masalah kehidupan reproduksi. Upaya yang dilakukan melalui
advokasi, KIE, konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki
permasalahan khusus serta pemberian dukungan pada kegiatan remaja
yang bersifat positif.
Upaya memiliki kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab,
berarti pula suatu upaya meningkatkan kualitas keluarga karena remaja
bagian dari suatu keluarga.
Menguraikan ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya
menggunakan pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan
kekhususan kebutuhan penanganan system reproduksi pada setiap fase
kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut.
Karena masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat
diperkirakan, maka apabila tidak ditangani dengan baik maka akan
berakibat buruk bagi masa kehidupan selanjutnya.
Tahapan dalam siklus hidup adalah sebagai berikut :
KONSEPSI
BAYI
ANAK

&
USIA

LANJUT

USIA SUBUR

REMAJA

Remaja :
B.

Gizi seimbang
Informasi tentang
kesehatan reproduksi
Pencegahan
kekeresan termasuk
seksual
Pencegahan
terhadap

ketergantungan napsa
Perkawinan pada usia yang wajar
Pendidikan peningkatan keterampilan
Peningkatan penghargaan diri
Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
TUJUAN DAN SASARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Tujuan Umum
Mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan
pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku remaja dan orang tua agar
peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta
memberikan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan
khusus (BKKBN,2002:98)
Sasaran program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah agar
seluruh remaja dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap
dan perilaku kesehatan reproduksi sehingga menjadikan remaja siap
sebagai keluarga berkualitas pada tahun 2015 (BKKBN, 2002:98)
Tujuan Khusus
Mengutip buku Materi Program KB dan Kesehatan Reproduksi (BKKBN,
2002:98-101) tujuan khusus dalam program Kesehatan Reproduksi
Remaja adalah sebagai berikut :
a. Seluruh lapisan masyarakat mendapatkan informasi tentang KRR.
Sasarannya ialah meningkatnya cakupan penyebaran informasi KRR
melalui mass media.
b. Seluruh remaja di sekolah mendapatkan informasi tentang KRR.
Sasarannya ialah meningkatnya cakupan penyebaran informasi KRR
di sekolah umum, SLTP, dan SMU, pesantren, dll.

c.

Seluruh remaja dan keluarga yang menjadi anggota kelompok


masyarakat mendapat informasi tentang KRR.
Sasarannya ialah meningkatnya cakupan remaja dan orang tua yang
memperoleh informasi KRR melalui kelompok remaja dan orang tua
seperti : karang taruna, remaja mensjid, perusahaan, remaja gereja,
pramuka, arisan.
d. Seluruh remaja di perusahaan tempat kerja mendapatkan informasi
KRR.
Sasarannya ialah meningkatkan cakupan remaja yang memperoleh
informasi dan layanan KRR melalui perusahaan di tempat mereka
bekerja.
e. Seluruh remaja yang membutuhkan konseling serta pelayanan khusus
dapat dilayani.
Sasarannya ialah meningkatkan jumlah dan peningkatan pusat
konseling dan pelayanan khusus bagi remaja.
f. Selurh masyarakat mengerti dan mendukung pelaksanaan program
KRR.
Sasarannya ialah meningkatnya komitmen bagi politisi, toga, toma,
serta LSM dalam pelaksanaan KRR.
C.

KEBIJAKAN TEKNIS OPERASIONAL DAN STRATEGINYA.


1. Meningkatkan promosi keseheatan reproduksi remaja
Dengan melaksanakan berbagai metoda untuk memberikan
pengetahuan kepada remaja, mengenai kesehatan reproduksi,
diharapkan akan tumbuh keadaan yang kondusif dalam
peningkatan pengetahuan, kemuadian sikap dan perilaku
kehidupan seksual yang sehat dan bertanggung jawab pada remaja.
Promosi yang dilakukan mencakup kajian-kajian pada peraturanperaturan perundangan dan kebijakan pemerintah di tingkat pusat
maupun daerah.
2.

Meningkatkan sokongan (advokasi) KRR


Dengan adanya advokasi, sokongan atau dukungan program KRR
Dari pemerintah, maka diharapkan semua pihak turut memberikan
dukungan, baik para politisi, Toga, Toma dan pengelola program
tingkat pusat maupun daerah, hal ini penting karena dikhawatirkan
atau bahkan persepsi masyarakat. Upaya ini adalah bentuk
pendidikan seks yang tidak bertanggung jawab dan bahkan
menjurus ke pornografi.

3.

KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) KRR


Peranan KIE yang langsung kepada sasaran yaitu remaja dan
orang tua, sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi agar remaja memiliki sikap dan
perilaku yang lebih bertanggung jawab.

4.

Meningkatkan aktivitas konseling remaja melalui KIE


Banyak kasus-kasus kesehatan reproduksi bersifat pribadi. Dalam
hal ini kegiatan konseling dengan tujuan KIE amat penting.
Pusat konseling remaja perlu dikembangkan dan bila belum ada
perlu untuk dirintis. Tentukan saja konselor di pusat konseling
remaja tersebut harus memiliki tingkat kredibilitas dan popularitas
yang tinggi dikalangan remaja, pemilihan tempat juga menjadi
factor penting, karena system birokrasi yang berlebihan justru
membawa kesan negative bahwa pusat konsultasi tersebut adalah
tempat orang bermasalah. Untuk itu konselor selain dilatih
mengenai masalah yang bersifat teknis kesehatan reproduksi dan
teknik konseling, juga perlu mendapat pelatihan yang berkaitan
dengan masalah komunikasi interpersonal.

5.

Meningkatkan dukungan pelyanan remaja yang memiliki masalah


khusus.
Tindakan aborsi yang tidak aman dan ilegar, kehamilan diluar
nikah, merupakan masalah khusus yang harus ditangani secara
khusus. Lebih lebih bila ada kecenderungan terkenalnya
penyakit-penyakit seksual yang berbahaya, dalam hal ini BKKBN
perlu memberikan dukungan pelayanan agar bila ditemukan kasus
pada remaja tidak akan bertambha buruk akibatnya.
Kini sudah ada beberapa LSM yang memberikan pelayanan
kepada remaja yang memiliki masalah khusus seperti dilukiskan
diatas. OLeh Karena itu dukungan kerjasama dan pembinaan
dengan pemerintah diperlukan agar apa yang mereka lakukan tidak
bertentangan dengan visi dan misi pemerintah.

6.

Meniingkatkan dukungan bagi kegiatan remaja yang positif


Tidak sedikit pula remaja yang memiliki kegiatan kegiatan yang
positif, seperti halnya karang taruna, pramuka, kegiatan agama,
serta kegiatan kemasyarakatan lainnya. Dengan kegiatan tersebut,
tentulah KRR dapat diintegrasikan secara sehat dalam komunikasi
social sehari hari. Untuk itu perlu adanya dorongan pada semua
remaja agar memiliki kegiatan positif seperti tersebut diatas

D. STRATEGI
Agar sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif, maka
diperlukan strategi yang tepat. Strategi tersebut :
1. Mewujudkan peningkatkan koordinasi dan kesepakatan operasioan
semua komponen.
2. Mewujudkan kemantapan institusi yang mengelola kegiatan KRR
baik dilembaga pemerintah, LSM, sekolah, organisasi profesi dan
institusi masyarakat pedesaan dalam rangka desentralisasi dan
otonomi daerah.

3.

Mewujudkan pengelolaan yang makin meningkat dari kegiatan KRR


melalui kemitraan dengan sector pemerintah atau swasta dengan cara
memberikan kewenangan (otoritas) dan tanggung jawab
pengelolaannya. Memberikan stimulant kepada masyarakat agar
timbul partisipasi aktif yang melalui kegiatan yang sudah ada tanpa
membuat kelompok baru.
4. Mewujudkan kegiatan peran remaja (siswa dan mahasiswa) melalui
kegiatan kegiatan positif yang dilaksanakan oleh remaja sendiri.
E.

KEBIJAKAN DEPKES DALAM KRR


Adapun kebijakan DepKes dalam KRR adalah sbb :
1. Pembinaan KRR meliputi remaja awal, remaja tengah, remaja akhir
2. Pembinaan KRR dilaksanakan terpadu, lintas program dan lintas
sektoral.
3. Pembinaan KRR dilaksakan melalui jaringan pelayanan upaya
kesehatn dasar dan rujukannya.
4. Pembinaan KRR dapat dilakukan pada 4 daerah tangkapan yaitu :
rumah, sekolah, masyarakat dan semua pelayanan kesehatan.
5. Peningkatan peran serta orang tua, unsur potensial di keluarga, serta
remaja sendiri.

F. DASAR HUKUM
Demikian juga mengenai landasan hukum didasarkan pada buku
kebijakan dan strategi nasional kesehatan reproduksi di Indonesia
(Depkes, 2005)
Landasan hukum yang dipakai sebagai dasar pembinaan kesehatn remaja :
1. UU No 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
2. UU No 10 tahun 1992 tentang pengembangan kependudukan dan
keluarga sejahtera
3. UU No 3 tahun 1992 tentang kesehatan
4. Inpres 1997 tentang penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan
kualitas anak.
5. Permenkes no 433/menkes/SK/1998 tentang pembentukan komisi
kesehatan reproduksi
http://anaanggun.blogspot.co.id/2015/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai