Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji dan
karena berkat
rahmat
dan
dan
hidayahNya
Penyuluhan
pelaku
serta
yang
kerja
Yang
keras
akan
Maha
Esa,
penyusun
telah
digunakan
bagi
para
mengucapkan terima kasih kepada para penyusun yang telah mencurahkan pikiran,
waktu, dan tenaganya, sehingga materi ini siap untuk digunakan.
Materi
Penyuluhan
merupakan
salah
satu
bagian
yang
penting
yang positif
terhadap
pencapaian
tujuan
dari
Penyelenggaraan
banyak
kekurangan.
Kritik,
usul,
atau
saran
yang
konstruktif
sangat
masa mendatang.
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Sambutan ............................................................................................................ i
Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Daftar informasi fisual....................................................................................... vi
Petunjuk Penggunaan Materi Penyuluhan .......................................................
I. Pendahuluan ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat ......................................................................................... 1
C. Tujuan Pembelajaran ................................................................................... 2
II. Materi Pokok 1. Pembenihan Bandeng........................................................ 3
A. Indikator Keberhasilan ................................................................................ 3
B. Materi.......................................................................................................... 3
1. Alasan Melakukan Pembenihan ............................................................ 3
2. Persyaratan Lokasi................................................................................ 4
3. Sarana Prasarana ................................................................................. 5
4. Teknik Pemeliharaan............................................................................. 8
5. Panen ................................................................................................... 15
C. Ringkasan pembenihan ............................................................................. 18
D. Latihan Soal............................................................................................... 18
E. Evaluasi materi pokok................................................................................ 19
F. Umpan Balik Tindak Lanjut ........................................................................ 20
III. Materi Pokok 2. Penggelondongan Bandeng............................................ 21
A. Indikator Keberhasilan ............................................................................... 21
B. Materi Penggelondongan Bandeng ........................................................... 21
1. Pemilihan Lokasi .................................................................................. 23
2. Konstruksi dan Desain Tambak ........................................................... 23
3. Persiapan ............................................................................................. 24
4. Penebaran Benih.................................................................................. 26
5. Pemeliharaan ...................................................................................... 26
6. Pemupukan Susulan ............................................................................ 27
7. Pengendalian Hama dan Penyakit ....................................................... 27
8. Lama Pemeliharaan ............................................................................. 28
9. Cara Panen .......................................................................................... 28
C. Latihan Soal............................................................................................... 29
D. Rangkuman ............................................................................................... 30
E. Evaluasi ..................................................................................................... 30
iii
BAB I
1. Pendahuluan
A. Latar belakang
Penyuluhan Perikanan sebagian dari upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara
Republik indonesia. Sektor perikanan yang berperan penting dalam pembangunan
nasional memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas,
berkemampuan
manejerial,
kewirausahaan
dalam
andal, serta
melaksanakan
usahanya.
dirinya
dalam
mengaskes
informasi
pasar,
teknologi,
pertanian
adalah
upaya
untuk
membantu
menciptakan
iklim
pembelajaran yang kondusif bagi pelaku utama dan keluarganya.Salah satu metode
pengembangan kapasitas pelaku utama dilakukan melalui pelaksanankan kegiatan
penyuluhan yang dikelola oleh pelaku utama itu sendiri. Metode ini menitikberatkan
pada pengembangan kapasitas manejerial, kepemimpinan dan kewirausahaan
pelaku utama dalam pengelolaan kegiatan penyuluhan perikanan.
Dalam metode ini pelaku utama dan pelaku usaha mengidentifikasi permasalahan
dan potensi yang ada pada diri, usaha dan wilayahnya, perencanaan kegiatan
belajarnya sesuai dengan kebutuhan mereka secara partisipatif dalam rangka
meningkatkan
produktivitas
usahanya
guna
peningkatan
pendapatan
dan
kesejahteraan keluarganya.
Program pemberdayaan petani melalui program penyuluhan merupakan program
yang memfasilitasi kegiatan penyuluhan perikanan yang di kelola oleh petani.
Melalui kegiatan ini petani difasilitasi untuk merencanakan dan mengelola sendiri
kebutuhan belajarnya, sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan
sesuai denggan kebutuhan pelaku utama.
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan umum dari penulisan modul ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
pelaku utama dan pelaku usaha dalam merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan- kegiatan penyuluhan
perikanan dari oleh dan untuk pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola
usahanya secara optimal dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
keluarga pelaku utama secara berkelanjutan.
Tujuan khusus dari penulisan modul ini adalah meningkatkan kapasitas pelaku
utama dan pelaku usaha dalam :
a) Mengidentifikasi
dihadapi
dalam
potensi
yang
dimilikinya,
pengelolaan
usahanya
masalah-masalah
dan
yang
alternatif-alternatif
pemecahannya.
b) Memilih usaha yang paling menguntungkkan serat mengidentifikasi
kebutuhan informasi, teknologi dan sarana yang diperlukan untuk
mengembangkan usahanya secara berkelanjutan.
c) Mengembangkan kemitraan usaha dengan pihak lain.
BAB II
A. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari materi pokok
Faktor
ketersediaan
benih
merupakan
salah
satu
kendala
dalam
meningkatkan teknologi budidaya bandeng. Selama ini produksi nener alam belum
mampu untuk mencukupi kebutuhan budidaya bandeng yang terus berkembang,
oleh karena itu peranan usaha pembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi
masalah kekurangan nener tersebut menjadi sangat penting. Tanpa mengabaikan
arti penting dalam pelestarian alam, pengembangan wilayah, penyediaan dukungan
terhadap
pembangunan
perikanan
khususnya
dan
pembangunan
nasional
hatchery sepenggal
dapat diandalkan. Karena resiko kecil, biaya rendah dan hasil memadai. Hatchery
sepenggal sangat cocok dikembangkan di daerah miskin sebagai salah satu upaya
penaggulangan kemiskinan bila dikaitkan dalam pola bapak angkat dengan hatchery
lengkap (HL). Dilain pihak, hatchery lengkap (HL) dapat diandalkan sebagai
produsen benih bandeng (nener) yang bermutu serta tepat musim,
jumlah dan
PERSYARATAN LOKASI
Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau bulat dengan
kedalaman lebih dari 1 meter yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan dapat
diletakkan di luar ruangan langsung menerima cahaya tanpa dinding.
c. Bak Pemeliharan Telur
Bak perawatan telur terbuat dari akuarium kaca atau serat kaca dengan daya
tampung lebih dari 2.000.000 butir telur pada kepadatan 10.000 butir per liter.
d. Bak Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak penetasan telur dapat
terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton, sebaiknya berwarna agak gelap,
berukuran (4x5x1,5) m3 dengan volume 1-10 ton berbentuk bulat atau bujur sangkar
yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan diletakkan di dalam bangunan beratap
tembus cahaya tanpa dinding balik. Untuk mengatasi penurunan suhu air pada
malam hari, bak larva diberi penutup berupa terpal plastik untuk menyangga atap
plastik, dapat digunakan bentangan kayu/bambu.
e. Bak Pemeliharaan Makanan Alami, Kultur Plankton Chlorella sp dan Rotifera.
Bak kultur plankton chlorella sp disesuaikan dengan volume bak pemeliharaan
larva yang terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton ditempatkan di luar
ruangan yang dapat langsung mendapat cahaya matahari. Bak perlu ditutup dengan
plastik transparan pada bagian atasnya agar cahaya juga bisa masuk ke dalam bak
untuk melindungi dari pengaruh air hujan.
3) Sarana Pelengkap
Sarana pelengkap dalam kegiatan perbenihan terdiri dari ruang kantor,
perpustakaan, alat tulis menulis, mesin ketik, komputer, ruang serbaguna, ruang
makan, ruang pertemuan, tempat tinggal staf dan karyawan.
4. TEKNIK PEMELIHARAN
1) Persiapan Operasional.
a. Sarana yang digunakan memenuhi persyaratan higienis, siap dipakai dan bebas
cemaran. Bak-bak sebelum digunakan dibersihkan atau dicuci dengan sabun
detergen dan disikat lalu dikeringkan 2-3 hari. Pembersihan bak dapat juga
dilakukan dengan cara membasuh bagian dalam bak kain yang dicelupkan ke
dalam chlorine 150 ppm (150 mil larutan chlorine 10% dalam 1 m3 air) dan
didiamkan selama 1~2 jam dan dinetralisir dengan larutan Natrium thiosulfat
dengan dosis 40 ppm atau desinfektan lain yaitu formalin 50 ppm. Menyiapkan
suku cadang seperti pompa, genset dan blower untuk mengantisipasi kerusakan
pada saat proses produksi.
b. Menyiapkan bahan makanan induk dan larva pupuk fytoplankton, bahan kimia
yang tersedia cukup sesuai jumlah dan persyaratan mutu untuk tiap tahap
pembenihan.
c. Menyiapkan tenaga pembenihan yang terampil, disiplin dan berpengalaman dan
mampu menguasai bidang kerjanya.
2) Pengadaan Induk.
a. Umur induk antara 4~5 tahun yang beratnya lebih dari 4 kg/ekor.
b. Pengangkutan induk jarak jauh menggunakan bak plastik. Atau serat kaca
dilengkapi aerasi dan diisi air bersalinitas rendah (10~15)ppt, serta suhu 24~25
0C. Atau serat kaca dilengkapi aerasi dan diisi air barsalinitas rendah (10~15) ppt,
serta suhu 24~25 0C.
c. Kepadatan induk selama pengangkutan lebih dari 18 jam, 5~7 kg/m3 air.
Kedalaman air dalam bak sekitar 50 cm dan permukaan bak ditutup untuk
mereduksi penetrasi cahaya dan panas.
d. Aklimatisasi dengan salinitas sama dengan pada saat pengangkutan atau sampai
selaput mata yang tadinya keruh menjadi bening kembali. Setelah selesai
aklimatisasi salinitas segera dinaikan dengan cara mengalirkan air laut dan
mematikan pasok air tawar.
3) Pemeliharaan Induk
a. Induk berbobot 4~6 kg/ekor dipelihara pada kepadatan satu ekor per 2~4 m3
dalam bak berbentuk bundar yang dilengkapi aerasi sampai kedalaman 2 meter.
b. Pergantian air 150 % per hari dan sisa makanan disiphon setiap 3 hari sekali.
Ukuran bak induk lebih besar dari 30 ton.
c. Pemberian pakan dengan kandungan protein sekitar 35 % dan lemak 6~8 %
diberikan 2~3 % dari bobot bio per hari diberikan 2 kali per hari yaitu pagi dan
masa sore.
d. Salinitas 30~35 ppt, oksigen terlarut . 5 ppm, amoniak < 0,01 ppm, asam belerang
< 0,001 ppm, nirit < 1,0 ppm, pH; 7~85 suhu 27~33 C.
4) Pemilihan Induk
a. Berat induk lebih dari 5 kg atau panjang antara 55~60 cm, bersisik bersih, cerah
dan tidak banyak terkelupas serta mampu berenang cepat.
b. Pemeriksaan jenis kelamin dilakukan dengan cara membius ikan dengan 2
phenoxyethanol dosis 200~300 ppm. Setelah ikan melemah kanula dimasukan kelubang kelamin sedalam 20~40 cm tergantung dari panjang ikan dan dihisap.
Pemijahan (striping) dapat juga dilakukan terutama untuk induk jantan.
c. Diameter telur yang diperoleh melalui kanulasi dapat digunakan untuk menentukan
tingkat kematangan gonad. Induk yang mengandung telur berdiameter lebih dari
750 mikron sudah siap untuk dipijahkan.
9
d. Induk jantan yang siap dipijahkan adalah yang mengandung sperma tingkat III
yaitu pejantan yang mengeluarkan sperma cupuk banyak sewaktu dipijat dari
bagian perut kearah lubang kelamin.
5) Pematangan Gonad
a. Hormon dari luar dapat dilibatkan dalam proses metabolisme yang berkaitan
dengan
kegiatan
reproduksi
dengan
cara
penyuntikan
dan
implantasi
Salah satu sisik dilepas dengan pisau kecil kemudian pisau tersebut
ditisukkan untuk membuat lubang untuk menanam pellet hormon.
b. Implantasi pelet hormon dilakukan setiap bulan pada pagi hari saat pemantauan
perkembangan gonad induk jantan maupun betina dilakukan LHRH-a dan 17
alpha methiltestoteren masing-masing dengan dosis 100~200 mikron per ekor
(berat induk 3,5 sampai 7 kg).
6) Pemijahan Alami.
a. Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat
dilengkapi aerasi kuat menggunakan diffuser sampai dasar bak serta ditutup
dengan jaring.
b. Pergantian air minimal 150 % setiap hari.
10
mengapung
dipindahkan
secara
hati-hati
ke
dalam
bak
benturan antar telur yang dapat mengakibatkan menurunnya daya tetas telur.
Pengangkatan telur pada fase ini belum bisa dilakukan.
d. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi telur yang menggunakan larutan
formalin 40 % selama 10-15 menit untuk menghindarkan telur dari bakteri,
penyakit dan parasit.
9) Pemeliharaan Larva.
a. Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran, suhu 27 31 C salinitas
30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak tidak kurang dari 100 cm
yang sudah dipersiapkan dan dilengkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang
dengan jarak antara 100 cm batu aerasi.
b. Larva umur 0-2 hari kebutuhan makananya masih dipenuhi oleh kuning telur
sebagai cadangan makanannya. Setelah hari kedua setelah ditetaskan diberi
pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masa pemeliharaan berlangsung 21-25
hari saat larva sudah berubah menjadi nener.
c. Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larva yang baru
menetas perlu disiphon sampai hari ke 8-10 larva dipelihara pada kondisi air
stagnan dan setelah hari ke 10 dilakukan pergantian air 10% meningkat secara
bertahap sampai 100% menjelang panen.
d. Masa kritis dalam pemeliharaan larva biasanya terjadi mulai hari ke 3-4 sampai ke
7-8. Untuk mengurangi jumlah kematian larva, jumlah pakan yang diberikan dan
kualitas air pemeluharan perlu terus dipertahankan pada kisaran optimal.
e. Nener yang tumbuh normal dan sehat umumnya berukuran panjang 12- 16 mm
dan berat 0,006-0,012 gram dapat dipelihara sampai umur 25 hari saat
penampakan morfologisnya sudah menyamai bandeng dewasa.
10) Pemberian Makanan Alami
12
a. Menjelang umur 2-3 hari atau 60-72 jam setelah menetas, larva sudah harus diberi
rotifera (Brachionus plicatilis) sebagai makanan sedang air media diperkaya
chlorella sp sebagai makanan rotifera dan pengurai metabolit.
b. Kepadatan rotifera pada awal pemberian 5-10 ind/ml dan meningkat jumlahnya
sampai 15-20 ind/ml mulai umur larva mencapai 10 hari. Berdasarkan kepadatan
larva 40 ekor/liter, jumlah chlorella : rotifer : larva = 2.500.000: 250 : 1 pada awal
pemeliharaan atau sebelum 10 hari setelah menetas, atau = 5.000.000 : 500:1
mulai hari ke 10 setelah menetas.
c. Pakan buatan (artificial feed) diberikan apabila jumlah rotifera tidak mencukupi
pada saat larva berumur lebih dari 10 hari. Sedangkan penambahan Naupli
artemia tidak mutlak diberikan tergantung dari kesediaan makanan alami yang
ada.
d. Perbandingan yang baik antara pakan alami dan pakan buatan bagi larva bandeng
1 : 1 dalam satuan jumlah partikel. Pakan buatan yang diberikan sebaiknya
berukuran sesuai dengan bukaan mulut larva pada tiap tingkat umur dan
mengandung protein sekitar 52%. Berupa. Pakan buatan komersial yang biasa
diberikan untuk larva udang dapat digunakan sebagai pakan larva bandeng.
11) Budidaya Chlorella
Kepadatan chlorella yang dihasilkan harus mampu mendukung produksi larva
yang dikehendaki dalam kaitan dengan ratio volume yang digunakan dan ketepatan
waktu. Wadah pemeliharaan chlorella skala kecil menggunakan botol kaca/plastik
yang tembus cahaya volume 3-10 liter yang berada dalam ruangan bersih dengan
suhu 23-25 0C, sedangkan untuk skala besar menggunkan wadah serat kaca
volume 0,5-20 ton dan diletakkan di luar ruangan sehingga langsung dengan
kepadatan 10 juta sel/m3. Panen chlorella dilakukan dengan cara memompa,
dialirkan ke tangki-tangki pemeliharaan rotifera dan larva bandeng. Pompa yang
digunakan sebaiknya pompa benam (submersible) untuk menjamin aliran yang
13
a) chlorela
b) rotifera
disiapkan wadah penampungan serta jaringan yang bermata jaring 60-70 mikro
berukuran 40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang tertampung pada
saringan dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatannya per milimeter.
Pencatatan tentang perkembangan rotifer dilakukan secara teratur dan berkala serta
data hasil pengamatan dicatat untuk mengetahui perkembangan populasi serta
cermat dan untuk bahan pertimbangan pemeliharaan berikutnya.
5. PANEN
1) Panen dan Distribusi Telur.
Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki pemijahan, telur yang telah
dibuahi dapat dikumpulkan dalam bak penampungan telur berukuran 1x5,5x0,5 m
yang dilengkapi saringan berukuran 40x40x50 cm, biasa disebut egg collector, yang
ditempatkan di bawah ujung luar saluran pembuangan. Pemanenan telur dari bak
penampungan dapat dilakukan dengan menggunakan plankton net berukuran mata
200-300 mikron dengan cara diserok.
a) Kontruksi tambak
kurang dari 50 %, sebaiknya telur dibuang. Telur yang baik hasil sortasi dipindahkan
kedalam pemeliharaan larva atau dipersiapkan untuk didistribusikan ke konsumen
yang memerlukan dan masih berada pada jarak yang dapat dijangkau sebelum telur
menetas ( 12 jam).
2) Distribusi Telur.
Pengangkutan telur dapat dilakukan secara tertutup menggunakan kantong
plastik berukuran 40x60 cm, dengan ketebalan 0,05 0,08 mm yang diisi air dan
oksigen murni dengan perbandingan volume 1:2 dan dipak dalam kotak styrofoam.
Makin lama transportasi dilakukan disarankan makin banyak oksigen yang harus
ditambahkan. Kepadatan maksimal untuk lama angkut 8 16 jam pada suhu air
antara 20 25 0C berkisar 7.500-10.000 butir/liter. Suhu air dapat dipertahankan
tetap rendah dengan cara menempatkan es dalam kotak di luar kantong plastik.
Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mencegah
telur
tidak
perlu
diberi
pakan
sebelum
dipanen
untuk mencegah
16
a) Penghitungan benih
b) Packing benih
salinitas rendah antara 10-15 ppt dapat mengurangi metabolisme dan stress akibat
transportasi. Aklimatisasi induk setelah transportasi sangat dianjurkan untuk
mempercepat kondisi induk pulih kembali.
C. RINGKASAN PEMBENIHAN
Pemilihan tempat perbenihan bandeng sangat lah penting oleh karena itu
harus mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan pemilihan
karena pemilihan lokasi sangat penting dalam menunjang
lokasi
keberhasilan usaha
Hal apa saja yang harus di perhatikan dalam memilih lokasi untuk pembenihan
bandeng?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Masa kritis dalam pemeliharaan larva biasanya terjadi mulai hari ke 3-4 sampai
ke 7-8, hal apa yang harus kita perhatikan untuk mengantisipasi hal tersebut?
18
9.
Sebutkan jenis pakan apa yang diberikan pada larva yang berumur D 0-2
sampai 21-25?
Usaha pembenihan bandeng tidak mempunyai prospek yang baik karena nener
bandeng dapat di peroleh dari alam.
membangun kawasan
pembenihan.
3.
19
s/d
100%
: Amat Baik
81% s/d
90%
: Baik
71% s/d
80,99%
: Cukup
61% s/d
70,99%
: Kurang
Bila tingkat pemahaman saudara belum mencapai 81% ke atas (kategori baik),
maka disarankan mengulangi materi.
20
BAB III
Penggelondongan Bandeng
A. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari materi pokok 3 mengenai Penggelondongan
ikan Bandeng, peserta mampu melakukan pendederan ikan bandeng
yang meliputi teknik Penggelondongan bandeng, Konstruksi Tambak,
Persiapan Lahan, Penebaran Benih, Pemeliharaan, Pemupukan Susulan,
Pengendalian hama dan Penyakit, Lama Pemeliharaan, Cara Panen.
B.
melalui
budidaya
bermacam-macam
komoditi
salah
satu
komponen
penentu
menuju
keberhasilan
budidaya.
dan
kelulusan
hidup
yang
didapatkan
dalam
bandeng
sebagai
acuan
yang
dapat
dimanfaatkan
oleh
jalan
penjemuran
tanah
dasar
dan
pencucian
maupun
pengapuran.
Persyaratan Lokasi Penggelondongan Nener Bandeng
-
a) Tampak samping
b) tampak atas
sekunder
dipasang
pada
pematang
perantara
untuk
ikan secara
tidak langsung.
merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat
memperbaiki struktur tanah. Pupuk an-organik merupakan pelengkap
yang dapat menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan pakan
alami. Pakan alami yang bisa ditumbuhkan di tambak sebagai pakan
utama ikan bandeng adalah kelekap, yaitu kumpulan berbagai jenis jasad
dasar yang komponen utamanya terdiri dari alga biru (Cyanophyceae) dan
diatom (Bacillariophyceae). Tahap pertama usaha penumbuhan kelekap
adalah pengeringan tanah dasar. Apabila pengeringan telah dilakukan,
pupuk organik berupa kotoran ternak dengan dosis 2-3 ton/ha ditaburkan
secara merata di pelataran, kemudian disusul pemupukan anorganik
(buatan) berupa Urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan secara
merata di pelataran. Tambak diairi macak-macak dengan tinggi air sekitar
5 cm dan diberakan selama satu minggu. Selanjutnya dilakukan
pengairan secara bertahap, hari pertama setinggi 10 cm, hari kedua 20
cm, hari ketiga 30-40 cm dan dibiarkan selama kira-kira satu minggu
sampai kelekap tumbuh subur. Selanjutnya air ditambahkan lagi hingga
40-50 cm dan tambak siap ditebari benih ikan bandeng. Pada waktu
25
pengisian air, pintu air harus dipasang saringan yang cukup rapat untuk
menghindari masuknya organisme predator.
4. Penebaran Benih
- Ukuran
Benih (nener) ikan bandeng yang ditebar adalah benih yang berada
dalam tahap akhir masa larva, yang secara alami dijumpai di perairan
pantai dengan panjang tubuh total 10-16 mm. Apabila penebaran
menggunakan benih ikan bandeng yang dihasilkan dari panti pembenihan
maka benih tersebut merupakan benih yang berumur 21-25 hari.
- Padat tebar
Padat tebar yang baik untuk lama penggelondongan 40-60 hari
adalah 10-12 ekor/m2. Sebelum penebaran dilakukan, benih perlu
diaklimatisasi terhadap kondisi lingkungan (suhu dan salinitas) medium
tambak penggelondongan. Pertama sekali benih ditempatkan dalam suatu
wadah, kemudian air dari tambak sedikit demi sedikit dimasukkan ke
dalam wadah tersebut dengan selang melalui salah satu sisi wadah,
sedangkan dari sisi lain air dari wadah disipon keluar dengan
menggunakan selang yang dilengkapi saringan sehingga dengan
demikian akhirnya kondisi suhu dan salinitas air dalam wadah menjadi
sama dengan kondisi air dalam tambak. Setelah aklimatisasi benih selesai
dilakukan, selanjutnya benih dapat ditebar ke tambak.
5. Pemeliharaan
- Pengelolaan air
Kegiatan rutin setelah penebaran benih adalah pengamatan untuk
mempertahankan kualitas air yang baik dan tersedianya organisme pakan
yang cukup di dalam tambak. Pengelolaan kualitas air ditujukan untuk
memberikan kondisi media hidup yang optimal bagi pertumbuhan ikan.
26
alga
dasar
dan
sebaliknya
dapat
menyuburkan
dengan
pemanfaatan
gerakan
air
pasang
surut
atau
pompanisasi.
6. Pemupukan susulan
Setelah penebaran benih, kelekap sebagai pakan alami semakin
lama akan semakin berkurang sehingga perlu adanya pemupukan
susulan agar kelekap dapat tumbuh secara kontinuinitas. Pemupukan
susulan satu sampai dua minggu sekali, hal ini tergantung dari nilai
kesuburan tambak dan dimulai 2-3 minggu setelah penebaran. Pupuk
susulan yang digunakan masing-masing Urea 15-25 kg/ha dan SP36 1015 kg/ha dan ditambah pupuk perangsang seperti Forest, Ladan, Ursal,
dan lain-lain sebanyak 1 kg/ha.
7. Pengendalian hama dan penyakit
27
Hal ini menyebabkan ikan-ikan bergerak menuju arah masuknya air dan
berkumpul di dekat pintu air. Dengan menggunakan jaring, prayang atau pukat
ikan-ikan digiring menuju pintu air, kemudian secara perlahan-lahan lingkaran
jaring diperkecil sehinggga ikan-ikan terkurung di dekat pintu. Penangkapan pada
waktu air surut dilakukan terlebih dahulu untuk mengurangi air tambak sehingga
air tersisa di dalam caren sekitar 20 cm. Ikan digiring perlahan-lahan dan
lingkaran diperkecil sehingga ikan dapat berkumpul dekat pintu. Ikan-ikan yang
sudah terkurung perlu dibera selama 1-2 hari sebelum dipanen untuk
dipindahkan. Penangkapan ikan harus dilakukan sangat hati-hati untuk mencegah
kemungkinan luka-luka pada tubuh ikan dan kehilangan sisik akibat gesekan. Jika
lokasi pengangkutan agak jauh, ikan perlu dipak terlebih dahulu dalam kantong
plastik yang telah berisi air laut dengan kepadatan 25-50 ekor/liter sesuai ukuran
ikan diberi oksigen dengan perbandingan air dan oksigen 1:1,5 atau 1:2
tergantung jarak jauh pengangkutan.
C.
Latihan Soal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bagaimana cara pemanenan yang dapat dilakukan pada saat air pasang?
7.
8.
9.
Padat tebar yang baik untuk benih yang berukuran Padat tebar yang baik
untuk lama penggelondongan 40-60 hari adalah 10-12 ekor/m2.
10. Mengapa tanah tambak yang baru di buka harus di jemur dan di beri kapur?
29
D). Rangkuman
Kegiatan penggelondongan merupakan kegiatan yang sangat penting
karena merupakan muara dalam kegiatan budidaya selanjutnya yaitu kegiatan
pembesaran. Kegiatan penggelondongan meliputi persiapan lahan, penebaran
benih, pemeliharaan larva dan panen.
sampai panen
larva harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati sehingga dapat berhasil.
E) . Evaluasi
1. Persiapan
untuk
pengeringan
tanah
dasar
dilakukan
terlebih
dahulu
30
91%
s/d 100%
: Amat Baik
81% s/d
90%
: Baik
71% s/d
80,99%
: Cukup
61% s/d
70,99%
: Kurang
31
BAB IV
Pembesaran Bandeng
penyediaan
nener,
persiapan
pembesaran,
persiapan
tambak,
kerugian tidak hanya biaya dan tenaga tetapi juga kerugian waktu.
Contoh
dengan
jalan
umum,
dimaksudkan
untuk
memudahkan
dalam
4. Keamanan terjamin, bebas dari gangguan baik gangguan dari manusia jahil atau
gangguan dari hewan-hewan pengganggu.
5. Perkembangan kota dan industri, lokasi pertambakan tidak terkena daerah
pemekaran kota dan bebas dari limbah industri.
6. Mudah mendapatkan tenaga kerja, tenaga haruslah terampil dalam mengurus ikan
dan diharapakan yang menguasai teknik perikanan.
B. Segi Teknik
1. Sumber Air
Sumber air dalam kegiatan pembesaran ini
menjadi bagian yang vital.
c. Nener
d. Se asem
e. Segilang
f.
Sogok
gelondongan
33
b. Memiliki daya renang yang lebih lincah/agresif. Gerakan lamban atau tidak teratur
menandakan bahwa nener tersebut kurang sehat.
c. Cepat mengadakan reaksi apabila ada kegiatan pada wadah pengangkutannya.
Reaksi yang lamban menandakan nener kurang sehat. Hal ini dapat disebabkan
oleh kondisi pengangkutan yang terlalu lama atau kurang tersedianya pakan.
3. Persiapan Pembesaran
Pembagian Petak Tambak
Bandeng
dalam
pertumbuhannya
mempunyai
tahapan-tahapan,
dimana
tumbuh dan panjangnya mencapai 5 8 cm, berat 1,85 g/ekor dan siap
ditebarkan ke dalam petak penggelondongan (buyaran).
34
Selanjutnya di lakukan
pengangkutan dengan menggunakan kantong plastik yang telah diisi air. Tahap
berikutnya adalah penebaran gelondongan ke dalam petak pembesaran (rearing
pond) melalui proses aklimatisasi. Gambar 7 menunjukkan proses pemindahan
nener dengan cara menjaring nener ke sudut kolam dan penghitungan jumlah
nener yang akan ditebar dan Gambar 8 menunjukkan petak yang digunakan
untuk penggelondongan.
35
Pakan yang
diberikan pakan untuk nener di petak pembesaran ini pakannya berupa pakan
buatan sama seperti pakan yang digunakan
penggelondongan.
36
Persiapan Tambak
Sebelum dilakukan kegiatan pemeliharaan, tambak yang akan digunakan
dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan tambak dilakukan untuk membuang sisa
bahan beracun dan bibit penyakit. Kegiatan selama proses persiapan tambak ini
antara lain, yaitu : pengeringan atau pengurasan tambak, perbaikan pematang,
pengapuran dan pemupukan serta pengisian air yang dilakukan secara bertahap.
a) Pengeringan lahan
b) perbaikan current
Penebaran
Gambar 10. Penebaran Benih
Penebaran gelondongan dilakukan pada pagi hari saat suhu masih rendah untuk
menghindari agar ikan tidak mengalami stress dan dapat
menekan tingkat mortalitas. Suhu air tambak pada saat penebaran adalah 27 0C
dengan nilai pH 6,8 dan salinitasnya 10 ppt. Hal yang harus diperhatikan
sebelum penebaran adalah kesehatan dan vitalitasnya. Penebaran gelondongan
37
ini melalui proses aklimatisasi (Ditjenkan, 1994) yang meliputi suhu, salinitas dan
pH. Ukuran gelondongan pada saat ditebar yaitu 40 g/ekor dan panjangnya 16
cm dengan jumlah penebaran 10.000 ekor. Aklimatisasi suhu dilakukan dengan
cara mengapungkan kantong plastik dipermukaan air selama kurang lebih 15
menit
dalam
plastik
mengembun,
sedangkan
adalah 5 ekor/m . Padat penebaran ini sesuai dengan pendapat William et al.,
(1987) dalam Mayunar (2002), bahwa dengan padat penebaran tinggi akan
meningkatkan resiko kematian dan memperlambat pertumbuhan bobot individu.
Selain itu, akan terjadi kompetisi terhadap kebutuhan makanan, ruang gerak,
dan kondisi lingkungan.
Pakan
Pakan berfungsi sebagai sumber energi bagi kehidupan, pertumbuhan, dan
reproduksi ikan. Melalui proses metabolisme pakan akan menjadi energi bagi
ikan untuk melakukan aktivitasnya.
dikonsumsi ikan secara utuh sehingga pakan tidak ada yang terbuang. Berikut
ini akan diuraikan mengenai pakan yang diberikan selama pemeliharaan
pembesaran bandeng, yaitu :
a). Penambahan Suplemen
Makanan tambahan (suplemen) yang lebih dikenal dengan istilah probiotik
menurut Fuller (1987) dalam Irianto (2003), berupa sel-sel mikroba hidup yang
memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya
melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya. Pemberian suplemen atau
feed additive ke dalam pakan ikan sebagai mediumnya mempunyai manfaat,
38
mineral
yang
perkembangan ikan.
berfungsi
dalam
mempercepat
pertumbuhan
dan
ukuran
diameter pelletnya 3,3 mm. Komposisi nutrisi pakannya ialah sebagai berikut :
protein 19 22 % ; kadar air (max) 10 % ; lemak (min) 5 % ; serat kasar (max)
39
8 % dan kadar abu (max) 15 %. Bentuk pellet yang mudah hancur, tidak cepat
tenggelam, mempunyai aroma yang merangsang nafsu makan dan tidak berbau
tengik merupakan ciri pakan yang disukai ikan menurut Ahmad et al., (1999).
Pemberian pakan pellet disebar pada satu tempat untuk mempermudah dalam
pengontrollan pakannya. Selanjutnya ikan akan memakan makanannya melalui
proses metabolisme dan dicerna. Semua pakan yang dicerna akan diserap oleh
tubuh.
semuanya dilakukan pada siang hari, seperti yang dianjurkan oleh Ditjenkan
(1993), dalam pendapatnya bahwa gelondongan bandeng lebih banyak makan
40
pada siang hari daripada malam hari. Pakan membutuhkan waktu 27 50 menit
untuk melewati usus pada stadium gelondongan 60 g.
d). Konversi Pakan
Salah satu faktor yang menunjukkan tumbuhnya bandeng adalah efektivitas dan
efisiensi pakan yang digunakan. Konversi pakan atau Food Convertion Ratio
(FCR) merupakan perbandingan antara pakan yang digunakan dengan daging
ikan yang dihasilkan.
bahwa makin besar ukuran ikan yang ditebar, makin kecil nilai konversi pakan
yang dihasilkan dan kaitannya pula dengan lamanya periode pemeliharaan.
Perbedaan percepatan pertumbuhan yang ditunjukkan dari dua perlakuan yang
dilakukan terlihat dari nilai konversi pakannya. Selain itu, konversi pakan sangat
berhubungan dengan jumlah dan kualitas pakan yang diberikan.
Makin baik
41
feeding rate. Selama masa pemeliharaan bandeng, kisaran feeding rate atau
persentase jumlah pakan yang digunakan berkisar antara 3 5 %.
Pemberian pakan 5 % diberikan pada dua minggu pertama dengan frekuensi
pemberian pakan 4 kali dalam satu hari, yaitu pukul 06.00, pukul 10.00, pukul
14.00 dan pukul 18.00. Persentase pakan ini kemudian diturunkan menjadi 3 %
pada minggu ketiga sampai minggu terakhir pemeliharaan atau minggu
kedelapan. Frekuensinya pun menjadi tiga kali dalam satu hari, yaitu pukul
08.00, pukul 12.00 dan pukul 16.00. Persentase pemberian pakan ini sesuai
dengan pendapat
a.
Laju Pertumbuhan
Berdasarkan pertumbuhan berat rata-rata harian atau Average Daily Growth
(ADG), didapatkan laju pertumbuhan sebesar 3,82 g/hari pada
42
bandeng dengan perlakuan. Hal ini berbeda dengan bandeng tanpa perlakuan
yang laju pertumbuhan hariannya lebih kecil, yaitu 1,45 g/hari. Bandeng dengan
perlakuan mempunyai nilai laju pertumbuhan yang lebih besar karena adanya
penambahan suplemen pada pakan ikan (pellet). Suplemen pakan ini
bermanfaat dalam meningkatkan fungsi pencernaan ikan sehingga penyerapan
nutrisi lebih maksimal, nafsu makan ikan pun bertambah dan akhirnya
pertumbuhan ikan akan berjalan lebih cepat.
menunjukkan
bahwa
bandeng
yang
mendapatkan
Grafik
perlakuan
penebaran, luas tambak dan masa pemeliharaan yang sama, yaitu 55 hari
bandeng dengan perlakuan mampu mencapai berat 250 g/ekor panjang 29,5 cm
sedangkan bandeng tanpa perlakuan beratnya hanya mencapai 120 g/ekor dan
panjangnya 23 cm.
Tabel 1. Hasil Sampling Bandeng Selama Pemeliharaan
Minggu
No.
ke-
Perlakuan
Tanpa Perlakuan
Berat
Berat
Panjang
(g
Panjang
(g
(cm)
(cm)
1.
16 cm
40 g
16 cm
40 g
2.
17 cm
56 g
17 cm
56 g
3.
20 cm
91 g
17.5 cm
62.5 g
4.
22 cm
115 g
18 cm
70.5 g
5.
24 cm
142 g
19 cm
80 g
6.
25.5 cm
170 g
21 cm
91 g
7.
27 cm
196 g
21.5 cm
100g
43
8.
28 cm
225 g
22 cm
110 g
9.
29.5 cm
250 g
23 cm
120 g
300
Berat (g/ekor)
250
200
Perlakuan
150
Tanpa perlakuan
100
50
0
1
Minggu ke-
ADG (g/hari)
5
4
Perlakuan
Tanpa perlakuan
2
1
0
0
14
21
28
35
42
49
55
Umur (hari)
Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup atau survival rate (SR) diperoleh dengan cara menghitung jumlah
ikan bandeng pada awal dan akhir pemeliharaan dengan menggunakan rumus (Effendi,
1979) dan hasilnya adalah sebagai berikut :
- Bandeng dengan perlakuan
9.990 ekor
SR =
9.980 ekor
x 100 %
SR =
10.000 ekor
x 100 %
10.000 ekor
= 99,9 %
= 99,8 %
44
Tingkat kelangsungan hidup pada bandeng tanpa perlakuan sedikit lebih kecil,
yaitu 99,8 % daripada bandeng dengan perlakuan yang kelangsungan hidupnya
mencapai 99,9 %.
5. Pengelolaan Kualitas Air
Salah satu faktor penyebab ikan mudah sekali terserang penyakit adalah
pengelolaan air sebagai media pemeliharaan ikan yang tidak terkontrol dengan
baik. Sehingga perlu dilakukan pengukuran kualitas air yang bertujuan untuk
mengetahui perubahan pada media air dan apabila terjadi perubahan akan lebih
cepat dalam mengatasinya. Kualitas air untuk budi daya bandeng haruslah
memenuhi beberapa persyaratan yang sesuai dengan sifat fisik ikan bandeng.
Ada beberapa variabel penting yang berhubungan dengan kualitas air dimana
variabel ini antara lain berkaitan pada :
a). Parameter Kimia
Kandungan oksigen dan karbondioksida, derajat keasaman (pH), zat-zat
beracun, dan tingkat kekeruhan air merupakan contoh sifat kimia air. Namun
karena adanya kendala teknis sehingga parameter kimia yang diamati hanya
derajat keasaman (pH) dan salinitas.
a. Derajat Keasaman (pH)
Pengamatan pH selama pemeliharaan berkisar antara 6,8 - 7,9.
Ini berarti
10 ppt. Daya toleransinya yang tinggi terhadap perubahan kadar garam menurut
pendapat Ismail dan Pratiwi (2002), menjadi salah satu faktor pendukung bagi
ikan bandeng untuk tetap bertahan hidup. Tambak-tambak di musim penghujan
salinitasnya cenderung di bawah 10 ppt atau di saat kemarau salinitasnya dapat
mencapai di atas 30 ppt tetap bisa memelihara bandeng karena sifatnya yang
euryhaline.
b). Parameter Fisika
a. Suhu
Salah satu parameter fisika air yang sangat penting peranannya dalam
kehidupan ikan adalah suhu. Setiap organisme akuatik mempunyai kisaran suhu
tertentu dalam pertumbuhannya karena suhu air mempengaruhi nafsu makan
ikan dan pertumbuhan badan ikan.
dan
meningkatkan
produktivitas
tambak.
probiotik
Serangan
penyakit pada ikan bandeng menurut Ismail et al., (1998) memang jarang
ditemukan terutama serangan penyakit yang dapat mengakibatkan kematian.
Namun, langkah pencegahan tetap harus dilakukan apabila telah terlihat tandatanda penyakit pada ikan agar tidak menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Timbulnya penyakit pada bandeng dapat disebabkan, antara lain padatnya
pertumbuhan plankton dan ganggang pirang, kotoran, dan terlalu banyaknya sisa
pakan serta tidak diketahuinya masuknya bahan-bahan pencemar ke dalam
tambak seperti yang dinyatakan Ismail et al., (1998).
Hama merupakan hal yang harus diwaspadai selama pemeliharaan bandeng
karena selain dapat menurunkan jumlah produksi juga dapat merusak ekologi
tambak. Kepiting (Scylla serrata) dan ketam (Branchiura) adalah jenis hama
perusak yang sering dijumpai di tambak.
jumlahnya tidak terlalu banyak dan untuk mengatasinya dapat diambil secara
manual. Selain hama perusak menurut Ismail et al., (1998) terdapat pula hama
pemangsa yang sering ditemui, yaitu : ulat kadut (Archroodus granularus),
burung kuntul (Anhinga rafa melanogaster), dan burung pecuk (Phalacrocorak
pygmaeus). Pencegahannya dapat dilakukan dengan pemasangan plastik yang
47
diberi tiang seperti bendera dan tali nilon yang dibentangkan di atas petakan.
Pengusiran secara mannual juga dapat dilakukan untuk mengatasinya.
7. Panen
Secara umum pemanenan ikan hasil pembesaran sama seperti pemanenan
lainnya yang dilakukan setelah bobot ikan memenuhi permintaan pasar.
Menurut Jangkaru (1995), panen dapat dilakukan secara selektif maupun total.
Pemanenan selektif artinya, pemanenan hanya dilakukan untuk individu ikan
yang telah mencapai bobot sesuai dengan permintaan pasar. Caranya tambak
dikeringkan terlebih dahulu kemudian untuk menangkap ikan digunakan jaring
arad dan jaring insang. Panen selektif juga dimaksudkan agar ikan yang masih
kecil dapat dipelihara kembali dan kesempatannya untuk tumbuh lebih cepat
karena pesaingnya berkurang.
Benih yang ditebar di petak pembesaran menurut Ahmad dan Yakob (1998),
sebaiknya menggunakan gelondongan muda karena benih tersebut mudah
beradaptasi dengan lingkungan tambak. Sehingga tingkat kelangsungan hidup
(survival rate) yang dihasilkan dapat mencapai 80 90 % dengan kualitas air
yang optimal.
bagian terpenting dari kegiatan tersebut karena akan menghasilkan ikan yang
berukuran
konsumsi.
Kegiatan
pembesaran
meliputi
pemilihan
lokasi,
Nener yang sehat adalah nener yang memiliki kriteria , sebagai berikut :
a. Mempunyai kebiasaan berenang bergerombol menuju satu arah mengikuti arah
jarum jam atau sebaliknya.
b. Memiliki daya renang yang lebih lincah/agresif. Gerakan lamban atau tidak teratur
menandakan bahwa nener tersebut kurang sehat.
c. Cepat mengadakan reaksi apabila ada kegiatan pada wadah pengangkutannya.
Reaksi yang lamban menandakan nener kurang sehat. Hal ini dapat disebabkan
oleh kondisi pengangkutan yang terlalu lama atau kurang tersedianya pakan.
2.
3.
4.
Pemberian pakan yang tidak tepat baik dari kualitas dan kuantitasnya akan
menyebabkan sisa pakan menumpuk di dasar tambak.
49
5.
Sedangkan
probiotik
mempunyai
manfaat,
sebagai
berikut
mempercepat
s/d
100%
: Amat Baik
81%
s/d
90%
: Baik
71%
s/d
80,99%
: Cukup
61%
s/d
70,99%
: Kurang
50
PENUTUP
51
52
53
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persyaratan lokasi adalah sebagai berikut:
a) Status tanah dalam kaitan dengan peraturan daerah dan jelas sebelum hatchery
dibangun.
b) Mampu menjamin ketersediaan air dan pengairan yang memenuhi persyaratan
mutu yang ditentukan;
- Pergantian air minimal; 200 % per hari.
- Suhu air, 26,5-310C.
- PH; 6,5-8,5.
- Oksigen larut; 3,0-8,5 ppm.
- Alkalinitas 50-500ppm.
- Kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke dasar pelataran).
- Air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun an organik.
c) Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasang arus
perlu diketahui secara rinci.
d) Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai makanan, species
dominan, keberadaan predator dan kompetitor, serta penyakit endemik harus
diperhatikan karena mampu mengakibatkan kegagalan proses produksi.
2. Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan produksi
adalah bak penampungan air tawar dan air laut, laboratorium basah, bak
pemeliharaa larva, bak pemeliharaan induk dan inkubasi telur serta bak pakan alami.
opersional) harus tersedia sesuai kebutuhan dan memenuhi persyaratan dan ditata
untuk menjamin kemudahan serta keselamatan kerja.
4. Sarana pelengkap dalam kegiatan perbenihan terdiri dari ruang kantor,
perpustakaan, alat tulis menulis, mesin ketik, komputer, ruang serbaguna, ruang
makan, ruang pertemuan, tempat tinggal staf dan karyawan.
5. a. Berat induk lebih dari 5 kg atau panjang antara 55~60 cm, bersisik bersih, cerah
dan tidak banyak terkelupas serta mampu berenang cepat.
b. Pemeriksaan jenis kelamin dilakukan dengan cara mem-bius ikan dengan 2
phenoxyethanol dosis 200~300 ppm. Setelah ikan melemah kanula dimasukan
ke-lubang kelamin sedalam 20~40 cm tergantung dari panjang ikan dan dihisap.
Pemijahan (striping) dapat juga dilakukan terutama untuk induk jantan.
c. Diameter telur yang diperoleh melalui kanulasi dapat digunakan untuk
menentukan tingkat kematangan gonad. Induk yang mengandung telur
berdiameter lebih dari 750 mikron sudah siap untuk dipijahkan.
d. Induk jantan yang siap dipijahkan adalah yang mengandung sperma tingkat III
yaitu pejantan yang mengeluarkan sperma cupuk banyak
sewaktu dipijat dari bagian perut kearah lubang kelamin.
6. LHRH a, 17 alpha methiltestoteron dan HCG.
7. Telur ikan bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung pada salinitas
> 30 ppt, sedang tidak dibuahi akan tenggelam dan berwarna putih keruh.
8. Untuk mengurangi jumlah kematian larva, jumlah pakan yang diberikan dan
kualitas air pemeluharan perlu terus dipertahankan pada kisaran optimal. suhu 27
31 C salinitas 30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak tidak
kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan dan dilengkapi sistem aerasi dan
batu aerasi dipasang dengan jarak antara 100 cm batu aerasi.
9. Larva umur 0-2 hari kebutuhan makananya masih dipenuhi oleh kuning telur
sebagai cadangan makanannya. Setelah hari kedua setelah ditetaskan diberi
55
pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masa pemeliharaan berlangsung 21-25
hari saat larva sudah berubah menjadi nener.
10. Nener tidak perlu diberi pakan sebelum dipanen untuk mencegah penumpukan
metabolit yang dapat menghasilkan amoniak dan mengurangi oksigen terlarut
secara nyata dalam wadah pengangkutan.
B. kunci jawaban (B/S)
1. B
2. B
3. S
4. B
5. B
KUNCI JAWABAN PEMBESARAN
KUNCI JAWABAN
1. karena kemerosotan mutu lingkungan yang diakibatkan oleh mewabahnya penyakit
pada udang sehingga bandeng dibudidayakan sebagai usaha diversifikasi
2. Bandeng memakan makanan yang mikroskopis dengan cara menghisap dengan
mulutnya
3. klekap adalah suatu kumpulan jasad renik nabati maupun hewani yang tumbuh pada
permukaan dasar tambak
4. Secara biologis lokasi sangat menentukan tingkat produktivitas usaha bahkan
keberhasilan panen
5. digunakannya benih hatchery karena kemurnian benih ini dapat dijamin 100 % dari
percampuran dengan spesies lain, seperti payus dan bandeng lelaki
6. Kegiatan selama proses persiapan tambak ini antara lain, yaitu : pengeringan atau
pengurasan tambak, perbaikan pematang, pengapuran dan pemupukan serta
pengisian air yang dilakukan secara bertahap
7. karena untuk menghindari agar ikan tidak mengalami stress dan dapat menekan
tingkat mortalitas
56
8. Aklimatisasi
suhu
dilakukan
dengan
cara
mengapungkan
kantong
plastik
dipermukaan air selama kurang lebih 15 menit atau sampai permukaan dalam
plastik mengembun
9. pemberian pellet tenggelam lebih hemat karena selain memakan pellet, bandeng
juga memakan organisme dasar yang pada umumnya berprotein tinggi.
10. Peningkatan kandungan oksigen dalam air dapat dilakukan dengan aerasi, filter
mekanis, dan penambahan bahan penyegar
57
DAFTAR PUSTAKA
59
Glosarium
a. Pendederan
b. Nener
: Benih bandeng
c. Hatchery
: Rumah Pembenihan
d. Predator
: Pemangsa
e. Kompetitor
: Pesaing
f.
Endemik
suatu hal
g. Kanula
h. Morfologi
i. Sortasi
j. Salinitas
k. Euryhaline
60