Anda di halaman 1dari 9

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS ILMU THT-KL

REFLEKSI KASUS

OTOMIKOSIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
Alvintari Amalia Safitri, S.Ked
(20090310050)
Dokter Pembimbing :
dr. Tolkha Amaruddin, M.Kes.,Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
2014

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS ILMU THT KL


BAB I
REFLEKSI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
ANAMNESIS

: Nn. NY
: 23 tahun
: Perempuan
: Jenar Lor RT/RW 03/01 Purwodadi Purworejo
: Ibu Rumah Tangga

Pasien wanita, usia 23 tahun datang ke poli THT dengan keluhan utama gatal di lubang
telinga sebelah kanan, keluhan dirasakan sejak 2 minggu yang terus-menerus dan sangat
mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluhan disertai nyeri hilang timbul, rasa seperti penuh di
telinga dan keluar cairan dari telinga sebelah kanan. Keluhan yang sama sebelumnya telah
dirasakan pasien sejak 3 bulan sebelumnya sehingga pasien sering mengorek telinga
kanannya dengan korek kuping karena rasa gatalnya dan didapati cairan yang kental putih
kekuningan. Penurunan pendengaran tidak dirasakan oleh pasien. Dalam kesehariannya
pasien menggunakan jilbab.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum
:
Kesadaran
:
Vital Sign
:
B. Status Lokalis

Baik
Composmentis
TD : 120/80 mmHg, RR: 24x/m, N: 70x/m, S: 36,5oC

Lokasi : Telinga Kanan

Inspeksi
Aurikula : Edema (-), hiperemis (-), massa (-)
Preaurikula : Edema (-), hiperemi (-), massa (-), fistula (-), abses (-)
Retroaurikula: Edema (-), hiperemi (-), massa (-), fistula (-), abses (-)
2

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS ILMU THT KL

Palpasi:
Nyeri pergerakan aurikula (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan retroaurikula (-)

Pemeriksaan menggunakan otoskop:


CAE: Edema (+), hiperemi (+), serumen (-), sekret (+) putih sebagian hitam kental,
filament jamur (miselium) (+) dan debris jamur (+), pada 2/3 bagian dalam memenuhi
seluruh CAE, Membran timpani : Sulit dinilai, Reflek cahaya: sulit dinilai.

DIAGNOSA KLINIS
Otomikosis Auricula Dekstra
PENATALAKSANAAN
Zalf Mikonazole AD
Ketokonazole 2x200mg
MASALAH YANG DIKAJI
1. Mengetahui dan memahami definisi, etiologi dan gejala klinis otomikosis
2. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan otomikosis

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS ILMU THT KL


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi
Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur, atau infeksi jamur,
yang superficial pada kanalis auditorius eksternus. Otomikosis ini sering dijumpai pada daerah
yang tropis. Infeksi ini dapat bersifat akut dan subakut, dan khas dengan adanya inflamasi,
rasa gatal, dan ketidaknyamanan. Mikosis ini menyebabkan adanya pembengkakan,
pengelupasan epitel superfisial, adanya penumpukan debris yang berbentuk hifa, disertai
supurasi, dan nyeri.5
2. 2. Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna, dalam hal ini otomikosis, meliputi
ketiadaan serumen, kelembaban yang tinggi, peningkatan temperature, dan trauma lokal, yang
biasanyasering disebabkan oleh kapas telinga (cotton buds) dan alat bantu dengar. Serumen
sendiri memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang berfungsi menekan pertumbuhan bakteri
dan jamur. Olah raga air misalnya berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan
keadaan ini oleh karena paparan ulang dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan
keringnya kanalis auditorius eksternus.Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif
pada telinga. Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis allergika, dan
asthma.5
Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat saprofit,
terutama Aspergillus niger . Agen penyebab lainnya meliputi A. flavus, A. fumigatus,
Allescheria boydii, Scopulariopsis, Penicillium, Rhizopus, Absidia, dan Candida Spp. Sebagai

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS ILMU THT KL


tambahan, otomikosisdapat merupakan infeksi sekunder dari predisposisi tertentu misalnya
otitis eksterna yang disebabkan bakteri yang diterapi dengan kortikosteroid dan berenang.5
Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan jamur saprofit ini mejadi jamur
yang patogenik, tetapi bagaimana mekanismenya sampai sekarang belum dimengerti.
Beberapa darifaktor dibawah ini dianggap berperan dalam terjadinya infeksi, seperti
perubahan epitel, peningkatan kadar pH, gangguan kualitatif dan kuantitatif dari serumen,
faktor sistemik ( sepertigangguan imun tubuh, kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia ),
faktor lingkungan ( panas, kelembaban ), riwayat otomikosis sebelumnya, Otitis media
sekretorik kronik, postmastoidektomi, atau penggunaan substansi seperti antibiotika spectrum
luas pada telinga.5
2. 9. Gejala Klinis
Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis eksterna pada
umumnya yakni otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai,
kemudiandiikuti dengan kurangnya pendengaran, rasa penuh pada telinga dan gatal.4
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Tang Ho,et al pada tahun 2006, yakni
dari132 kasus otomikosis didapati persentase masing- masing gejala otomikosis sebagai
berikut :
Tabel 1. Presentase masing-masing gejala otomikosis
Simptom
Otalgia

Jumlah
Pasien ( n )
63

Persentase (
%)
48

Otorrhea

63

48

Kehilangan

59

45
5

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS ILMU THT KL


pendengaran
Rasa penuh pada
telinga

44

33

20

23

Gatal
Tinnitus
Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan
inike bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah
dalam.Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai
kedalam,sampai ke membran timpani, maka akan dapat mengeluarkan cairan serosanguinos.6
Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati adanya akumulasi
debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari
permukaan kulit, hilangnya pembengkakan signifikan pada dinding kanalis, dan area
melingkar dari jaringan granulasi diantara kanalis eksterna atau pada membran timpani.6

2.10. Diagnosis
Diagnosa didasarkan pada anamnesis. Adanya keluhan nyeri di dalam telinga, rasa
gatal, adanya secret yang keluar dari telinga.Yang paling penting adalah kecenderungan
beraktifitas yang berhubungan dengan air, misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya.6
Gejala Klinik. Yang khas, terasa gatal atau sakit di liang telinga dan daun telinga
menjadi merah, skuamous dandapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.
Didapati adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang
berwana putih dan panjang dari permukaan kulit. Biasanya terdapat juga gangguan
pendengaran.
6

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS ILMU THT KL


Pemeriksaan Laboratorium. Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit liang
telinga diperiksa dengan KOH 10 % akantampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan kadangkadang dapat ditemyukan spora-spora kecildengan diameter 2-3 u.6
Pembiakan : Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan dieramkan pada suhu
kamar.Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filament berwarna putih.
Denganmikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma
dan spora berjejer melekat pada permukaannya.6

2.11. Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering , jangan lembab,
dandisarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti
korek api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan.6
Pengobatan yang dapat diberikan seperti :

Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang telinga

biasanya dapat menyembuhkan.


Tetes telinga siap beli seperti VoSol ( asam asetat nonakueus 2 % ), Cresylate ( m-

kresil asetat ) dan Otic Domeboro ( asam asetat 2 % ) bermanfaat bagi banyak kasus.
Larutan timol 2 % dalam spiritus dilutes ( alkohol 70 % ) atau meneteskan larutan
burrowi 5 % satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan

biasanya memberi hasil pengobatan yang memuaskan.


Dapat juga diberikan Neosporin dan larutan gentian violet 1-2 %.
Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik, seperti preparat
yang mengandung nystatin , ketokonazole, klotrimazole, dan anti jamur yang
diberikan secara sistemik.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS ILMU THT KL


Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak secara kompli
tmengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas tidak menunjukkan
keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali. Hal ini menjadi penting untuk
diingat bahwa, selain memberikan anti jamur topikal, juga harus dipahami fisiologi dari
kanalisauditorius eksternus itu sendiri, yakni dengan tidak melakukan manuver-manuver pada
daerahtersebut, mengurangi paparan dengan air agar tidak menambah kelembaban,
mendapatkan terapiyang adekuat ketika menderita otitis media, juga menghindari situasi
apapun yang dapatmerubah homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik,
maka akan membawakepada resolusi komplit dari penyakit ini.5

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS ILMU THT KL


Daftar Pustaka
1. K Murat Ozcan, Muge Ozcan, Aydin Karaarslan, & Filiz Karaarslan. (2003).
Otomycosis inTurkey: Predisposing factors, aetiology and therapy. The Journal of
Laryngology and Otology
2. Tang Ho, Jeffrey T Vrabec, Donald Yoo, Newton J Coker. (2006). Otomycosis :
Clinical features and treatment implications. The Journal of Otolaryngology-Head and
neck Surgery
3. P Hueso Gutirrez, S Jimenez Alvarez, E Gil-carcedo Sanudo, et al. (2005). Presumed
diagnosis : Otomycosis
4. Soetirto, I. Hendarmin, H. Bashiruddin, J. Gangguan Pendengaran. Dalam : Buku Ajar
IlmuKesehatan Telinga - Hidung Tenggorok Kepala Leher. Eds 6. Jakarta : FK UI.
2007
5. Fungal Ear Infection. available from www.patient.co.uk
6. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri,dkk. (2001). Otomikosis.Kapita
Selekta Kedokteran ,Jakarta: Media Aesculapius
7. Ali Zarei Mahmoudabadi. (2006). Mycological Studies in 15 Cases of
Otomycosis. Pakistan Journal of Medical Sciences, 22 (4 ),486-488
8. Hafil, A. Sosialisman. Helmi. Kelainan Telinga Luar. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga - Hidung Tenggorok Kepala Leher. Eds 6. Jakarta : FK UI. 2007
9. Efendi, H. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai