Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Kelompok
:A
Nama Anggota
: 1. Adi Sampurno
2. Luluk Sidomukti
/311391
/3113100
Program Studi
: Refinery
Diploma
: I ( Satu )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum produk migas ini.
Penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat wajib dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar khususnya mata kuliah produk migas .
Sebagai bahan penyusunan laporan praktik produk migas ini, penulis telah
melaksanakan praktikum pengujian spesifikasi bahan bakar minyak di laboratorium
minyak bumi STEM Akamigas.
Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................iv
I.
II.
PAKET 1
1.1
1.2
1.3
PAKET 2
2.1
2.2
2.3
III. PAKET 3
3.1
3.2
3.2
IV. PAKET 4
V.
4.1
4.2
4.3
PAKET 5
5.1
5.2
5.3
VI . PAKET 6
6.1
6.2
6.3
6.4
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PAKET
1
Pengujian :
1. Density 15C Minyak Solar
2. SG 60/60F Crude Oil
3. RVP Bensin 88 ON
I.
TUJUAN
1. Menetukan density, specific gravity atau API-gravity memakai alat
hydrometer gelas dari sampel crude oil atau produk-produknya.
2. Mengubah hasilnya ke standar temperature 15oC atau 60/60 oF menggunakan
table reduksi pada ASTM D 1250.
II.
KESELAMATAN KERJA
1. Hati-hati menggunakan peralatan-peralatan yang mudah pecah
III.
DASAR TEORI
Density adalah berat cairan per unit volume, kg/L maupun kg/m3
Kerapatan relatif (relative density) atau berat jenis (specific gravity) minyak
adalah perbandingan antara rapat minyak pada suhu tertentu dengan rapat air
pada suhu tertentu yang diukur pada tekanan dan temperatur standar (60oF dan
14,7 psia). Suhu yang digunakan untuk minyak bumi adalah 15oC atau 60oF.
Gravitas American Petroleum Institute (API) yang sangat mirip dengan gravitas
baume adalah suatu besaran yang merupakan fungsi dari kerapatan relatif yang
dapat dinyatakan dengan persamaan:
S60/60oF adalah kerapatan relatif pada suhu 60oF (densitas minyak pada
60F (15,6 C) dibagi dengan densitas air pada 60F). Persamaan tersebut
menunjukkan bahwa API akan semakin besar jika berat jenis minyak makin
rendah. Semakin rendah API, maka mutu minyak semakin rendah karena banyak
mengandung lilin. Semakin tinggi berat jenis minyak berarti minyak tersebut
mempunyai kandungan panas (heating value) yang rendah. Berat jenis (specific
gravity) kadang-kadang digunakan sebagai ukuran kasar untuk membedakan
minyak mentah, karena minyak mentah dengan berat jenis rendah biasanya
adalah parafinik.
Kerapatan relatif dan gravitas API minyak bumi ditentukan dengan
menggunakan cara hydrometer ASTMD-1298. Uji ini dilakukan dengan
menempatkan hidrometer yang mempunyai skala kerapatan relatif atau gravitas
API pada contoh yang akan diuji yang mempunyai suhu tertentu, dan selanjutnya
baca skala hydrometer pada contoh sebagai kerapatan relatif atau gravitas API
contoh pada suhu 15oC (60 oF), dengan menggunakan Petroleum Measurement
Table yang disiapkan oleh ASTM (American Society for Testing Materials) dan
IP (Institute of Petroleum). Pada percobaan tidak harus dilakukan pada suhu 15oC
atau (60oF), tetapi disesuaikan dengan keadaan contoh. Temperatur yang lebih
dari 60F, perlu dilakukan koreksi dengan menggunakan chart yang ada.
Kualitas dari minyak (minyak berat maupun minyak ringan) ditentukan
salah satunya oleh specific gravity. Temperatur minyak mentah juga dapat
mempengaruhi viskositas atau kekentalan minyak tersebut. Hal ini yang dijadikan
dasar perlunya diadakan koreksi terhadap temperatur standar 60F.
Besarnya SG untuk tiap minyak bumi sangat erat hubungannya dengan struktur
molekul hidrokarbon dan kandungan sulfur serta nitrogen. Klasifikasi minyak
bumi menurut specific gravity ditunjukkan sebagai berikut:
Specific gravity dari minyak bumi adalah perbandingan antara berat yang
diberikan oleh minyak bumi tersebut pada volume tertentu dengan berat air suling
pada volume tertentu, dengan berat air suling pada volume yang sama dan diukur
pada temperatur 60oF. Sedangkan API (American Petroleoum Institute) gravity
minyak bumi menunjukkan kualitas minyak bumi tersebut berdasarkan standar
dari Amerika. Semakin kecil berat jenis (specific gravity) atau semakin besar API,
akan sedikit mengandung lilin atau residu aspal, atau paraffin. Jika specific
gravity dari zat kurang dari satu maka itu adalah kurang padat daripada referensi,
jika lebih besar dari satu maka itu lebih padat dari referensi. Jika kepadatan relatif
adalah persis 1 maka kepadatan adalah sama, yaitu volume yang sama dari dua
zat memiliki massa yang sama. Jika materi referensi adalah air maka substansi
dengan kepadatan relatif (spesifik gravitasi) kurang dari 1 maka akan mengapung
di air. Sebuah zat dengan densitas relatif lebih besar dari 1 akan tenggelam.
Sedangkan dalam industri perminyakan, specific gravity yang dianjurkan adalah
diatas 0,8 yang merupakan penentu dari jenis dan kualitas minyak mentah (crude
oil) yang diproduksi dari suatu lapangan atau area. Suhu dan tekanan juga harus
ditentukan untuk kedua sampel dan referensi. Hampir selalu tekanan 1 atm sama
dengan 101,325 kPa. Specific gravity umumnya digunakan dalam industri sebagai
cara sederhana untuk memperoleh informasi tentang konsentrasi larutan dari
berbagai bahan salah satunya adalah minyak mentah (crude oil). Specific gravity
digunakan sebagai ukuran untuk membedakan minyak mentah, karena minyak
mentah dengan densitas yang rendah cenderung bersifat parafinik. Semakin kecil
specific gravity minyak bumi akan menghasilkan produk-produk ringan yang
semakin banyak, dan sebaliknya semakin besar specific gravity minyak bumi
akan menghasilkan produk-produk ringan yang semakin sedikit dan produk
residunya semakin banyak.
IV.
b. Alat:
Hydrometer standar:
Skala SG
V.
LANGKAH KERJA
a. Langkah Kerja Pengukuran Density 15oC
Mengatur suhu sampel
Memasukkan hydrometer
density yang sesuai
Tidak sesuai
Hydrometer tenggelam
dan mengapung
Sesuai
pilih hydrometer sampai
ada yang sesuai
Hydrometer melayang,
membaca skala dan mencatat
density
Mengeluarkan hydrometer,
mengukur dan mencatat
temperature sampel
Konversi density
Pengamatan
ke density 15 oC
selesai
Memasukkan hydrometer
density yang sesuai
Tidak sesuai
Hydrometer tenggelam
dan mengapung
Sesuai
pilih hydrometer sampai
ada yang sesuai
Hydrometer melayang,
membaca skala dan mencatat
SG
Mengeluarkan hydrometer,
mengukur dan mencatat
temperature sampel
Konversi SG pengamatan
ke SG 60/60oF
Selesai
VI.
KETELITIAN
Temperature,
Repeat-
Reprodu-
ability
cibility
kg/m3
0,5
1,2
(29 to 76)
kg/L or g/mL
0,0005
0,0012
-2 to 24,5
NONE
0,0005
0,0012
0,1
0,3
Units
-2 to 24,5
Range, C ( F)
Density
Relative density
(29 to 76)
API Gravity
(42 to 78)
API
Relative density
-2 to 24,5
kg/m3
0,6
1,5
(29 to 76)
kg/L or g/mL
0,0006
0,0015
-2 to 24,5
NONE
0,0006
0,0015
0,2
0,5
(29 to 76)
API Gravity
VII.
(42 to 78)
API
HASIL PENGAMATAN
Koreksi tabel
Konversi
Densit
awa
percobaa
rata-
density
Density ke SG
y awal
rata
53
53 B
51
51
lama
baru
Solar / 1
Solar / 2
0,8445
28,1
0,8450
27,5
28,0
0,853
0,853
0,853
0,853
27,6
0,853
0,853
0,853
0,854
28
27,8
SG
awal
T
T
T
rataawal percobaan
rata
o
o
F
F
o
F
Koreksi tabel
SG
23
23 B
Konversi SG ke
Density
21
21
lama
baru
Crude Oil
0,8416
83,5
83
0,8490
0,8501
0,8441
83
82,5
0,8524
0,8528
/1
Crude Oil
/2
VIII.
ANALISIS
a. Percobaan Pengukuran Density 15oC (Minyak Solar)
Batasan
Pada pengujian ke-
Satua
(pada spesifikasi)
Karakteristik
n
Berat Jenis (pada suhu 15oC)
kg/m3
Min
Maks
0,815
0,870
1
0,8534
2
0,8537
Tabel di atas merupakan tabel perbandingan antara density minyak solar pada
pengujian dengan density minyak solar yang ada pada spesifikasi jenis minyak solar
48 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Migas tahun 2006. Pada saat pengujian
density solar ini peguji menggunakan thermometer ASTM 12 C yang digunakan
untuk mengetahui suhu awal dari solar dan menggunakan hydrometer density skala
0,80 0,85. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penguji melakukan percobaan
sampai dengan 2 kali dengan sampel yang sama dan dengan waktu yang sedikit
berdekatan dengan tujuan mendapatkan hasil yang repeatability atau teliti. Dari kedua
pengujian tersebut dapat diketahui bahwa minyak solar yang diuji masih dalam range
density pada spesifikasi, dan dapat dipastikan bahwa minyak solar yang diuji masih
dalam kategori onspec.
b.
pengujian tersebut dilakukan percobaan atau pengukuran sampai 2 kali dengan tujuan
yang sama yaitu memperoleh data yang repeatability atau teliti. Dari hasil pengujian
tersebut diperoleh data atau SG dari sampel pada percobaan ke.1 yaitu 0,8416 dan
percobaan ke.2 yaitu 0,8441, dari hasil data yang diperoleh ini praktikan
membandingkan hasilnya dengan tabel klasifikasi minyak bumi berdassarkan SG, dan
dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sampel atau crude oil yang diuji termasuk
dalam klasifikasi Minyak Bumi kategori Medium ringan. Besarnya SG untuk tiap
minyak bumi sangat erat hubungannya dengan struktur molekul hidrokarbon.. Makin
kecil SG minyak bumi itu maka akan menghasilkan produk ringan yang semakin
makin besar, dan sebaliknya.
IX.
SIMPULAN
Solar yang diuji masih masuk dalam spesifikasi atau onspec karena masih masuk
dalam range density bahan bakar minyak jenis solar yang ditentukan, yang
dikeluarkan oleh Dirjen Migas
Sesuai dengan tabel Klasifikasi Minyak Bumi berdasarkan SG, Crude oil yang
diuji termasuk dalam kategori minyak bumi Medium ringan.
X.
SARAN
Ikuti semua aturan yang berlaku di laboratorium agar proses praktikum berjalan
dengan lancer.
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012.
Teori
tentang
SG
dan
Density.
(http://sputumutia.blogspot.com/2012/11/massa-jenis-atau-densitas.html). Diakses
pada tanggal 15 Juni 2014
I.
TUJUAN
1. Menetapkan vapour pressure dari gasoline, crude oil yang mudah menguap dan
produk-produk lain yang mudah menguap.
II.
KESELAMATAN KERJA
1. Bila menggunakan peralatan bertenaga listrik, lihat terlebih dahulu tegangan
jaringa listrik yang ada.
2. Hati hati bekerja dengan menggunakan bahan yang mudah terbakar.
III.
DASAR TEORI
1. Pengertian RVP (Reid Vapour Pressure)
RVP (Reid Vapoure Pressure) adalah tekanan uap vapor pressure liquid
pada 100oF dalam ukuran absolut (absolute vapor pressure). Makin besar RVP
suatu sample menunjukan bahwa sample tersebut semakin mudah menguap.
Vapor Pressure crude dan beberapa produk sangat penting baik oleh produsen
maupun konsumen sehingga perlu diukur. ASTM D-323 sendiri merupakan
standard yang mengatur prosedur untuk menentukan RVP dari produk-produk
perminyakan (minyak bumi) yang mudah menguap (volatile) seperti gasoline,
serta produk yang mudah menguap lainnya.
Ada 4 prosedur yang diatur dalam standard ini, yaitu:
2. Konfigurasi peralatan
Peralatan untuk mengukur RVP sesuai ASTM D-323, terdiri dari:
a. RVP apparatus, yang terdiri dari vapor chamber & liquid chamber yang
digunakan sebagai wadah untuk menguapkan sample
b. Pressure gauge, untuk mengukur tekanan chamber
c. Water Bath untuk menjaga suhu chamber pada 100oF
d. Thermometer untuk mengukur suhu bath atau chamber
e. Pressure Measurement Device, berupa Manometer atau Dead-Weight
f. Komponen pendukung lainnya seperti flexible coupler, vapour chamber
tube dan sample transfer connection.
3. Prinsip kerja
Mula-mula liquid
chamber
diisi
dihubungkan dengan vapour chamber yang sudah dipanaskan hingga suhu 100oF
dalam bath. Kedua chamber yang sudah terhubung tersebut direndam kembali
dalam bath yang bersuhu 100oF hingga tekanan yang dihasilkan pada vapour
chamber konstan. Besar tekanan yang dihasilkan tersebut merupakan RVP.
IV.
a. Bahan
1. Gasoline
b. Peralatan
1. Vapour chamber, Liquid chamber
2. Tempat pendingin atau kulkas
3. Penangas air atau water bath
4. Pressure Gauge
V.
LANGKAH KERJA
Memulai
Selesai
VI.
KETELITIAN
Procedure
A Gasoline
B Gasoline
A
A
C
D Avgas
VII.
Range
kPa
psi
35 100
5 15
35 100
5 15
0 35
05
110 180
16 26
>180
>26
50
7
HASIL PENGAMATAN
Percobaan Pengocokan
ke-
ke-
Reproducibility
kPa
Psi
5.2
0.75
4.5
0.66
2.4
0.35
2.8
0.4
4.9
0.7
1.0
0.15
Tekanan
t kocok
t rendam
(menit)
(menit)
Psi
kPa
10
5,8
40
20
6,3
43,5
30
6,65
46
30
7,65
53
7,9
54,5
54,9
54,9
Percobaan
Pengcokan
t kocok
t rendam
ke-
ke-
(menit)
(menit)
1
2
VIII.
Repeatability
kPa
Psi
3.2
0.46
1.2
0.17
0.7
0.10
2.1
0.3
2.8
0.4
0.7
0.1
ANALISIS
30
Tekanan
Psi
kPa
10
48
20
7,2
50
30
7,5
52
8,3
58
8,2
57
8,2
57
Karakteristik
Tekanan
Satuan
kPa
Batasan
Pada Pengujian
(pada Spesifikasi)
ke-
Min.
Maks.
45
60
54,9
57
Tabel diatas merupakan tabel perbandingan antara RVP atau tekanan uap bensin
pada pengujian dengan RVP bensin yang ada pada spesifikasi bahan bakar minyak
jenis bensin 91 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Migas tahun 2006. Dari tabel
di atas dapat diketahui bahwa penguji melakukan percobaan sampai dengan 2 kali
dengan sampel yang sama dan dengan waktu yang sedikit berdekatan dengan tujuan
mendapatkan hasil yang repeatability atau teliti. Dari kedua pengujian tersebut dapat
diketahui bahwa bensin yang diuji masih dalam range RVP pada spesifikasi, dan
dapat dipastikan bahwa bensin yang diuji masih dalam kategori onspec. Pengujian
yang dilakukan termasuk repeatability atau teliti karena masih masuk dalam range
repeatability jenis A Gasoline yang ada pada tabel, selisih RVP dari kedua percobaan
yang dilakukan yaitu: 57 54.9 = 2.1 kPa.
IX.
SIMPULAN
Bensin yang diuji masih masuk dalam spesifikasi atau onspec karena
masih masuk dalam range RVP bahan bakar minyak jenis bensin yang
ditentukan, yang dikeluarkan oleh Dirjen Migas.
X.
SARAN
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://asro.wordpress.com/2008/08/
PAKET
2
Pengujian :
1. Distilasi Minyak Solar
2. Distilasi Avtur
3. Copper Strip Pertasol
DISTILASI ASTM D 86
I.
TUJUAN
2.
3.
Mahasiswa dapat menentukan End Point (EP) atau Final Boiling Point (FBP),
adalah pembacaan thermometer yang paling tinggi (maksimal) yang diperoleh
selama pemeriksaan.
2.
Adanya perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini merupakan
syarat utama supaya pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan. Kalau komposisi
fase uap sama dengan komposisi fase cair, maka pemisahan dengan jalan distilasi
tidak dapat dilakukan. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan
Hukum Dalton.
Metode yang banyak dipakai untuk melakukan pemeriksaan terhadap minyak dan
produknya adalah :
1.
2.
3.
IP (Institude de Petrol)
4.
1. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan untuk gasoline, nafta dan
kerosin adalah dengan metode ASTM D-86, untuk bensin alam dengan ASTM D216, dan untuk gas oil dengan ASTM D-158. Distilasi laboratorium dilakukan pada
volume 100 ml dengan kecepatan tetesan yang keluar adalah 5 ml/menit. Suhu uap
mula mula menetes (setelah mengembun) disebut IBP (Initial Boiling Pint).
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di kilang bagaimana fraksi
fraksi seperti komponen gasoline, bahan bakar jet, minyak diesel dapat diambil dari
minyak mentah yang disajikan melalui kinerja dan volatilitas dalam bentuk persen
penguapannya
panas yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 lb cairan pada titik didihnya pada
tekanan atmosfer. Penguapan dapat terjadi pada tekanan lain atau suhu lain. Panas
laten berubah dengan berubahnya suhu atau tekanan dimana terjadi penguapan. Panas
laten pada tekanan atmosfir untuk fraksi minyak bumi dapat dilihat pada grafik 5-5
s/d 5-9 Nelson.
Titik Didih
Sifatsifat fisik minyak mentah maupun produknya mempunyai hubungan yang
erat dengan titik didih ratarata seperti terlihat pada Table 1. Titik didih ratarata
(MABP = Molal Average Boiling Point) lebih memuaskan dibandingkan dengan
penguapan. Hubungan titik didih ratarata dapat dilihat pada grafik 5-4 dan 5-5
Nelson.
Sifat-sifat fisik
Berat
molekul
(M),
faktor
Distilasi kontinyub
Distilasi batch
Distilasi atmosferis
Distilasi vakum
Distilasi tekanan
Single-stage Distillation
Group 1
Group 2
Group 3
Group 4
37 C, kPa
65.5
<65.5
<65.25
<65.5
100 F, psi
9.5
<9.5
<9.5
<9.5
Sampel
Characteristics
Distilate type
Vapor pressure at
100
>100
212
>212
EP C
250
250
>250
>250
482
482
>482
>482
V. LANGKAH KERJA
a. Cara Penyiapaan Peralatan
Mempersiapkan Labu
Distilasi Volume 125 mL
dan Termometer ( ASTM
7OC atau ASTM 8oC )
Mempersiapkan
penyangga labu
Group 2
Group 3
Group 4
Flash, mL
125
125
125
125
7C
7C
7C
7C
low
low
low
high
diameter of hole, mm
38
38
50
50
Flask oC
13-18
13-18
13-18
not above
oF
55-65
55-65
55-65
ambient
oC
13-18
13-18
13-18
13-ambient
oF
55-65
55-65
55-65
55-ambient
Group 2
Group 3
Group 4
0-1
0-5
0-5
0-60
60-100
60-100
5 max
5 max
5 max
5 max
Memasang
Thermometer
serapat mungkin ke
dalam labu distilasi
Menaikkan dan
mengatur labu
hingga sesuai
Mengatur pemanasan
dari IBP sampai 5%
volume.
Mengatur pemanas
hingga dari 95% vol
sampai FBP.
Matikan pemanas dan
mengukur volume residu
Menghitung
% volume
Losses
VI. KETELITIAN
E10: r = 1.33
E50: r = 0.74
FBP: r = 3.33
E10: r = 0.0094T
E50: r = 0.94
E90: r = 0.0041T
FBP: r = 2.2
E10: R = 3.20
E50: R = 1.88
FBP: R = 6.78
IBP: R = 0.055T
E10: R = 0.022T
E50: R = 2.97
E90: R = 0.0015T
E95: R = 0.0423(T-140)
valid
range:
260-340oC
(Diesel)
valid range: 135-260oC
FBP: R = 2.2
: Avtur
- Temperature Awal
: 30,5oC
- Temperature Kondensor
: 36oC
Distillation
Satuan
Suhu
153
172
178
185
192
198
205
213
fuel
C
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
Volume
80%
90%
Final Boiling Point
98.30%
Residu
Losses
C
C
C
mL
mL
222
234
270
1,6
0.1
B. Pengamatan Distilasi 2
- Contoh Uji
: Minyak Solar
- Temperature Awal
: 30oC
- Temperature Kondensor
: 44oC
Distillation
Satuan
Suhu
Volume
oC
195
10%
oC
236
20%
oC
252
30%
oC
264
40%
oC
276
50%
oC
283
60%
oC
300
70%
oC
314
80%
oC
330
90%
oC
354
97.00%
oC
385.5
Residu
mL
2.6
Losses
mL
0.4
VIII. PEMBAHASAN
Volume Losses Avtur (mL) = Volume Awal Sampel (Total Recovery + Residu )mL
IX. ANALISIS
a.
Percobaan 1
Perbandingan sampel produk avtur yang diuji dengan standar dan mutu
(spesifikasi) bahan bakar minyak jenis avtur yang dikeluarkan oleh Direktur Jendral
Minyak dan Gas Bumi Nomor 33633.K/10/DM.T/2011, bahwa distilasi sampel
(avtur) memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Terbukti :
Satuan
Sampel
IBP
153
Report (dilaporkan)
10% Recovery
172
Max 205.0
50% Recovery
198
Report (dilaporkan)
90% Recovery
234
Report (dilaporkan)
End Point
270
Max 300.0
Residue
% v/v
0.016
Max 1.5
Loss
% v/v
0.001
Max 1.5
FBP atau EP (end point) membatasi adanya material berat yang akan memberi
penguapan buruk dan mempengaruhi kinerja pembakaran mesin.
b.
Percobaan 2
Perbandingan sampel produk minyak solar yang di uji dengan Spesifikasi Bahan
Bakar Minyak Jenis Minyak Solar 51 yang dikeluarkan oleh Direktur Jendral Minyak
dan Gas Bumi Nomor 3675 K/24/DJM/2006, bahwa sampel (Minyak Solar) tidak
memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
Distilasi Sampel (Minyak Solar) pada 90% vol terlampau tinggi spesifikasi, dan
juga FBP (Final Boiling Point) dari sampel melebihi batas spesifikasi.
Terbukti:
Satuan
Sampel
90% Recovery
oC
354
Maks 340
End Point
oC
385.5
Maks 370
Distilasi
Ini Menunjukan bahwa sampel telah terkontaminasi oleh fraksi yang lebih berat,
misalnya residue. Terkontaminasinya minyak solar dapat menyebabkan deteriosasi
atau perubahan sifat.
Naiknya FBP, berpengaruh pada :
- Meningkatnya : Densitas, Aromat konten, Napthalenes, Freezing point,
viskositas, Megajoule per volome.
- Menurunnya
: Smoke Point,
kilogram.
Sehingga membuat :
- Menurunnya kwalitas pembakaran
- Menurunkan gravimetric heat content
- Menaikkan Volumetric heat content
- Jeleknya sifat pembakaran pada temperatur rendah
X. SIMPULAN
Pada percobaan pertama, menunjukan tidak terjadinya masalah pada sampel
(avtur) atau sudah sesuai dengan spesifiasi Dirjen Migas Bahan Bakar Minyak Jenis
Avtur Nomer 33633.K/10/DJM.T/2011 ASTM D 86. Ini menunjukan proses
pemisahan, penyimpanan, dan pendistribusian produk berlangsung dengan baik.
Untuk percobaan kedua, menunjukan sampel tidak sesuai dengan spesifikasi Dirjen
Migas Minyak Solar 51 ASTM D 86 (off spec), akibat terjadinya kontaminasi
(terikutnya fraksi yang lebih berat) menandakan bahwa pemisahan tidak berjalan
dengan baik atau mungkin adanya kejailan pada pendistributor.
XI. SARAN
Sebelum dilakukan pengujian sebaiknya bersihkan dulu kondensor agar effsiensi
kerja pengembunan berjalan baik sehingga proses distilasi tidak terganggu.
Hati-hati saat pengujian telah selesai dilakukan karena labu distilasi terkadang masih
panas.
XII. DAFTAR PUSTAKA
.., Aviation Fuels Technical Review (FTR-3), Chevron Products Company,
2000.
, Prosedur Operasi dan Quality Control Bahan Bakar Penerbangan, Into
Plane Fuelling Service, Pertamina Aviation, 2007.
., Turbine Fuel, Aviation Kerosine Type, Jet A-1, Ministry of Defence,
Defence Standard 91-91, Issue 6,
PAKET
3
Pengujian :
1. Freezing Point Avtur
2. Pour Point Minyak Solar
3. Pour Point Base Oil HVI 95
TUJUAN
Pengamatan ini bertujuan untuk menetapkan suhu terendah pada saat kristal
hidrokarbon padat dapat terbentuk dalam bahan bakar aviation turbin (Avtur )
dan aviation gasoline (Avgas).
II.
KESELAMATAN KERJA
1. Memeriksa tegangan listrik yang ada bila menggunakan peralatan yang
bertenaga listrik.
2. Hati-hati dengan menggunakan bahan yang mudah terbakar.
PRINSIP
Contoh didinginkan perlahan-lahan sambil diaduk keatas kebawah (posisi
vertical ) dengan hati-hati dan terus menerus sambil diamati sampai mulai
terlihat (tampak) pembentukan Kristal-kristal, baca dan catat suhunya.
Kemudian panaskan diudara terbuka sambil diaduk, baca dan catat suhunya
pada saat Kristal mulai menghilang sebagai titik beku.
Avtur
Cryogenic system
V.
LANGKAH KERJA
Start
Memasukan contoh
dalam jaket
keluarkan jaket
contoh & panaskan
diudara. Catat suhu
Hitung
T > 3C
T > 3C
VI.
KETELITIAN
Perbedaan hasil uji yang diperoleh operator yang sama dengan alat yang
sama pada kondisi dan contoh yang sama 1,5 %.
Perbedaan hasil uji yang diperoleh operator yang berbeda, untuk contoh
yang sama adalah 2,5 C
Avtur
-45C
VIII. PERTANYAAN
Apakah nilai warna saybolt sampel Avtur tersebut masih masuk spesifikasi
berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi ASTM D 2386 ?
IX. ANALISA
Standart mutu dan spesifikasi Avtur berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Minyak dan Gas Bumi ASTM D 2386
Batasan
Unit
Hasil
Karakteristik
Freezing Point
X.
(satuan)
Min.
Max.
Pengujian
-47
-45
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisa ASTM D 2386 dapat
disimpulkan bahwa sampel Avtur yang diamati masih dalam kategori Onspec.
Hal ini dikarenakan freezing point yang dimiliki avtur tersebut masih berada
dalam range spesifikasi yaitu -45C sedangkan didalam spesifikasi Avtur
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi ASTM D
2386 menstandartkan nilai freezing point Avtur yaitu minimal -47C dan nilai
maksimal tidak terbatas .
XI. SARAN
1. Harus rutin untuk memeriksa pembentukan kristal hidrokarbon pada sampel
Avtur.
2. Teliti dalam memeriksa keberadaan kristal-kristal hidrokarbon.
I.
TUJUAN
Mengetahui pour point (titik tuang) pada produk minyak bumi (minyak solar,
pelumas, minyak diesel dan minyak minyak bakar). Metode ini sesuai untuk
black specimen, cylinder stock dan fuel oil yang tidak didistilasi.
II.
KESELAMATAN KERJA
1.
2.
V.
HVI 95
Minyak Solar
Test jar
Thermometer, spesifikasi E1
Bak pendingin
LANGKAH KERJA
Tuangkan sampel
Ke jar test
Sampai tanda batas
Celupkan thermometer
Dalam sampel
Pendinginan dimulai
Dari suhu hangat
Lakukan pengamatan/ 3oC
Dengan memiringkannya
Sampai diketahui suhu
Dimana minyak tidak Lagi mengalir
No
Suhu pengamatan
Pour Point.C
Minyak Solar
HVI 95
- 10,75
-7,75
VII. PERTANYAAN
Apakah pour point dari sampel minyak solar dan HVI 95 tersebut masih
masuk spesifikasi menurut Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi
ASTM D 97 ?
VIII. ANALISA
Standart mutu dan spesifikasi Minyak Solar dan HVI 95 berdasarkan
Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi ASTM D 97
Batasan
Unit
NO
Hasil
Karakteristik
(satuan)
Min.
Max.
Pengujian
Minyak solar 48
18
HVI 95
-7,75
IX. PERTANYAAN
1.
Apakah pour point dari produk minyak solar 48 tersebut masih masuk
dalam spesifikasi ASTM D 97 ?
2.
Apakah pour point dari produk HVI 95 tersebut masih masuk dalam
spesifikasi ASTM D 97 ?
X.
SIMPULAN
1.
2.
XI. SARAN
1.
2.
PAKET
4
Pengujian :
1.
2.
3.
TUJUAN
1. Menentukan nilai viskositas kinematika
II.
KESELAMATAN KERJA
1. Hati-hati bekerja menggunakan peralatan peralatan yang mudah pecah
2. Bila menggunakan peralatan bertenaga listrik, lihat terlebih dahulu tegangan
jaringan listrik yang ada.
III.
DASAR TEORI
1. Pengertian Viscositas
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair
dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita
lihat lebih kental daripada minyak solar. Kekentalan atau viskositas dapat
dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain
dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu
bagian fluida terhadap yang lain.
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan
untuk mengalir, dimana makin tinggi kekentalan maka makin besar hambatannya.
Kekentalan didefenisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan
secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lain
dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan
cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Viscositas dibagi menjadi 2, yaitu:
Viscositas Kinematis dan Viscositas Absolute.
a. Viskositas Kinematic
Viskositas Kinematik adalah ukuran dari arus resistif atau sifat hambatan bagi
cairn atau dari fluida. Hal ini sering diukur dengan menggunakan perangkat yang
disebut viskometer kapiler pada dasarnya adalah bisa lolos dengan tabung
sempit di bagian bawah. Bila dua cairan volume sama ditempatkan di viscometers
kapiler identik dan dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gravitasi, cairan kental
memerlukan waktu lebih lama daripada kurang cairan kental mengalir melalui
selang. Viskositas kinematis ini dipengaruhi oleh gravitasi.
b. Viscositas Absolute
Viscositas absolute juga sering disebut sebagai viscositas dinamik, yaitu
perkalian antara viscositas kinematik dengan densitas.
Viscositas absolute = viscositas kinematik x densitas
kembali pada gambar 1 : Gaya yang diaplikasikan kepada lapisan plastic diatas
adalah sebesar F.
Persamaan 1:
Untuk menganalisa lapisan yang lebih tebal, dibayankan cairan terdiri dari lapisanlapisan yang sangan tipis seperti tumpukan kertas. Gaya F yang diaplikasikan
kepada lapisan paling atas akan diteruskan ke lapisan dibawahnya. Dan setiap
lapisan akan meneruskan gaya sebesar F. Akibatnya, gradien (du/dy) kecepatan
disetiap lapisan (laminar) adalah sama. Profil kecepatan pada setiap lapisan adalah
sebagai berikut:
2. Satuan viscositas
Berdasakan analisa pada persamaan 1 satuan viscositas adalah L2/T. Satuan
internasinal bagi viskositas kinematik adalah mm2/s atau centiStoke atau cSt.
d. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
IV.
1. Bahan
a. Pelumas
b. Minyak solar
2. Peralatan
a. Viscometer
b. Viscometer Holders
c. Temperature-Controlled Bath
d. Temperature Measuring Device,
e. Stopwatch
V.
LANGKAH KERJA
Memulai
Memasukkan viscometer
Melakukan pengujian
3 kali
V= c x t
D= konstanta x V rata
Selesai
VI.
KETELITIAN
Determinability
Base Oil at 40 and 100oC
Gas Oil at 40oC
VII.
0,0020
(0,20 %)
0,0013 (y+1)
HASIL PENGAMATAN
a. Pengamatan Viskositas Kinematik 1
Contoh uji
Suhu thermostat
40oC
Waktu perendaman
30 menit
Tipe Viscometer
H 177
0,2615
Hasil Pengamatan
Percobaan ke-
t (s)
V (cSt)
184,72
48,30428
185
48,3775
48,34089
V rata-rata
Suhu thermostat
100oC
Waktu perendaman
36 menit
Tipe Viscometer
76570
0,07422
Hasil Pengamatan
Percobaan ke-
t (s)
V (cSt)
156,63
11,6250786
156,62
11,6243364
11,6247075
V rata-rata
c. Pengamatan Viskositas Kinematik 3
Contoh uji
Minyak solar
Suhu thermostat
40oC
Waktu perendaman
35 menit
Tipe Viscometer
76509
0,009794
Hasil Pengamatan
Percobaan ke1
t (s)
186,9
V (cSt)
1,830986
187,45
1,8358853
V rata-rata
VIII.
PERTANYAAN
a. Hitung viskositas kinematik
b. Hitung Determinability
IX.
ANALISA
a. Perhitungan Viscositas Kinematic
1. Pengamatan Viskositas Kinematik 1
V1 = c x t
= 0,2615 x 184,72
= 48,30428 cSt
1,8334356
V2 = c x t
= 0,2615 x 185
= 48,3775 cSt
Vrata = V1 + V2
2
= 48,30428 + 48,3775
2
= 48,34089 cSt
2. Pengamatan Viskositas Kinematik 2
V1 = c x t
= 0,07422 x 156,63
= 11,6250786 cSt
V2 = c x t
= 0,07422 x 156,62
= 11,6243364 cSt
Vrata = V1 + V2
2
= 11,6250786 + 11,6243364
2
= 11,6247075 cSt
3. Pengamatan Viskositas Kinematik 3
V1 = c x t
= 0,009794 x 186,9
= 1,830986 cSt
V2 = c x t
= 0,009794 x 187,45
= 1,8358853 cSt
Vrata = V1 + V2
2
= 1,830986 + 1,8358853
2
= 1,8334356 cSt
b. Perhitungan Determinability
Keterangan:
V < D = teliti
V > D = tidak teliti
= 0,0020 x Vrata-rata
= 0,0020 x 48,34089
= 0,0966818
= 0,0020 x Vrata-rata
= 0,0020 x 11,6247075
= 0,0232494
= 0,0013 x (Vrata-rata + 1)
= 0,0013 x (1,8334356 + 1)
= 0,0013 x 2,8334356
= 0,0036853
X.
SIMPULAN
XI.
SARAN
XII.
DAFTAR PUSTAKA
http://dcycheesadonna.wordpress.com/2012/12/15/viskositas/
TUJUAN
1. Menetapkan titik asap dari kerosin
II.
KESELAMATAN KERJA
1. Hati hati bekerja menggunakan peralatan peralatan yang mudah pecah.
2. Hati hati bekerja dengan menggunakan bahan yang mudah terbakar.
III.
DASAR TEORI
1. Pengertian Smoke Point
Titik asap (smoke pint) didefinisikan sebagai tinggi nyala maksimum dalam
milimeter dimana kerosin terbakar tanpa timbul asap apabila ditentukan dalam
alat uji baku pada kondisi tertentu. Disamping dikenakan pada kerosin, uji titik
asap juga dikenakan kepada bahan bakar jet (ASTM D 1332-90)
Titik asap ditentukan dengan cara membakar sampel atau bahan bakar jet dalam
lampu titik asap.
Nyala dibesarakan dengan cara menaikkan sumbu sampai timbul asap, kemdian
nyala dikecilkan sampai asap tepat hilang. Tinggi nyala dalam keadaan terakhir
ini dalam milimeter adalah titik asap sampel.
Kerosin yang baik harus mempunyai titik asap yang tinggi, sehingga nyala api
bahan bakar kerosin ini dapat dibesarkan dengan kecenderungan ntuk
memberikan asap yang kecil.
2. Makna uji smoke point
IV.
V.
LANGKAH KERJA
Memulai
Memasukkan sampel
kedalam candle
Mengulangi pekerjaan
sampai 3 kali
Selesai
VI.
HASIL PENGAMATAN
Sampel / Contoh uji = Kerosin
Hasil uji:
VII.
Percobaan ke-
13
11
12
ANALISIS
Batasan (pada
Sifat
Titik Asap
Satuan
Mm
Spesifikasi
Min.
Maks.
15
13
11
12
Tabel di atas merupakan tabel perbandingan antara smoke point minyak tanah
atau kerosin pada pengujian dengan smoke point minyak tanah yang ada pada
spesifikasi jenis minyak tanah yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Migas tahun
1999. Pada saat pengujian smoke point ini peguji menggunakan ASTM D 1322. Dari
tabel di atas dapat diketahui bahwa penguji melakukan percobaan sampai dengan 3
kali dengan sampel yang sama dan dengan waktu yang sedikit berdekatan dengan
tujuan mendapatkan hasil yang repeatability atau teliti. Dari ketiga pengujian tersebut
dapat diketahui bahwa minyak tanah yang diuji tidak masuk dalam range spesifikasi,
dan dapat dipastikan bahwa minyak tanah atau sampel yang diuji dinyatakan offspec.
Hal ini mungkin dikarenakan oleh beberapa hal, misalnya: kerosene terkontaminasi
oleh fraksi minyak yang lebih berat.
VIII.
SIMPULAN
Minyak tanah atau kerosin yang diuji tidak masuk dalam spesifikasi atau
offspec karena tidak masuk dalam range smoke point bahan bakar minyak jenis
minyak tanah yang ditentukan, yang dikeluarkan oleh Dirjen Migas.
IX.
SARAN
Saat menentukan smoke point atau menentukan masih atau tidak adanya asap,
hendaknya lakukan hal ini dengan pengujian menggunakan kertas berwarna
putih yang diletakkan di atas keluaran asap pada alat smoke point.
X.
Pada saat pembacaan skala pengukuran tinggi api, lihat sejajar dengan mata.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/3659861/Laporan_acara_2_revisi/
PAKET
5
Pengujian :
1.
2.
3.
I.
TUJUAN
Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap yang merupakan
fungsi dari temperature cair, dengan naiknya suhu, tekanan uap juga meningkat.
Dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi cairan yang mudah terbakar menguap
diudara meningkat pula. Oleh karena itu, temperatur menetukan konsentrasi menguap
cairan yang mudah terbakar di udara. Jika titik nyala lebih rendah dari temperature
cairannya maka uap diatas permukaannya siap untuk terbakar atau meledak. Lebih
rendah dari titik nyala adalah lebih berbahaya, terutama bila temperatur ambientnya
labih dari titik nyala.
Dengan diketahui titik yala suatu produk minyak pelumas, kita dapatmengetahui
kondisi maksimum yang dapat dihadapai minyak pelumas tersebut. Salah satu contoh
dari pentingnya informasi ini adalah untuk menentukan jenis minyak pelumas
yangtepat untuk digunakan didalam system hidrolik tekanan tinggi seperti pada
pesawat terbangatau pada alat penempa bertekanan tinggi, dimana kebocoran minyak
dari saluran pipa dapatmenyebabnkan terjadinya musibah dengan adanya kontak dari
minyak yang tumpah denganlogam yang sangat panas.Titik nyala merupakan sifat
fisika minyak yang sangat penting yang harus diketahuidari produk-produk hasil
pengolahan minyak bumi, baik itu minyak pelumas, bahan baker maupun produk
lainnya. Dengan diketahi titik nyala suatu produk minyak kita dapatmenerapkan
produk tersebut dengan tepat. Hal ini berartimemberikan perlindungan padamesin
yang menggunakan dan memberikan keamanan pada orang yang menangani.
V. LANGKAH KERJA
Metode A (untuk minyak yang mempunyai flash point 0-65oF (-30 - +18,5oC)
Mencatat temperatur
pada
saat
api
menyambar
uap
minyak sebagai FB
Melakukan pengadukan
produk dan apabila suhu
sampel 16oC dibawah
perkiraan FP (flash point)
lakukan pengujian
Mengatur
temperature
water bath
(54oC) dan
Sampel (32oF)
Mencatat suhu
saat api
menyambar uap
minyak
VI. KETELITIAN
1. Repeatability
: 2oF (1.0oC)
2. Reproducibility
: 3oF (1.5oC)
VIII. ANALISIS
Menurut Spesifikasi bahan bakar minyak jenis minyak tanah keputusan
Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi bahwa standar titik nyala minimal kerosene
adalah 38oC, sedangkan flash point hasil uji kerosene adalah 27oC ini berarti
menandakan sampel (kerosene) off spec. Flash point yang rendah dapat disebabkan
oleh masih adanya / terikutnya fraksi yang lebih ringan dari range kerosene, seperti
gasoline. Nilai Flash point yang terlampu rendah dapat membahayakan penggunaan,
sehingga dengan temperature yang relative rendah sumber api sudah cukup untuk
menyambar uap dari kerosene.
IX. KESIMPULAN
Dari data yang di uji dengan menggunakan metode pengamatan flash point abel (IP
170) sampel (kerosene) off spec bila dibandingkan dengan standar spesifikasi Dirjen
Minyak dan Gas Bumi bahan bakar minyak jenis minyak tanah IP-170. Karena suhu
minimum spesifikasi Dirjen Migas bahan bakar minyak jenis Minyak tanah adalah
38oC.
X. SARAN
Perhatikan suhu bath pemanas, jika terlalu tinggi dapat mengakibatkan perolehan
data yang tidak akurat.
Jika membaca skala temperatur pastikan mata sejajar lurus dengan thermometer, agar
didapat data yang tepat.
I.
TUJUAN
METHOD
SLOPE C/MN
1st FLAME
SPEED
STIRRING
18oC before
1oC<110oC
90 to 120 t/mn
expected To
2oC>110oC
PRESENT
A
5 to 6oC/mn
1 to 1,5oC/mn
240 to 260
t/mn
Ambient
Natural rise
1oC
At First Degree
90 to 120 t/mn
or without
stirring
Bitument
**
(Preheating +B)
18 C before
1 C<110 C
Without
expected To
2oC>110oC
stirring 240 to
260 t/mn
Quick A
Avarage
90 to 120 t/mn
At First Degree
1oC<110oC
In according
2oC>110oC
with the
12oC/mn then
5 to 6oC/mn at
expected To50oC
Search of an
A or B or
unknown Flash
Bitumen or
Point
Quick A
method
Untuk method A digunakan pada jenis produk bahan bakar (fuel), pelumas
(lubricating oils) dan (homogenous liquids). Dan kecepatan pengadukan (stirring)
kira-kira 90 RPM - 120RPM. Sedangkan methode B dipakai untuk liquid yang
mengandung suspended solids dan membentuk surface film selama pengujian jika
dipanaskan. Kecepatan pengadukan (stirring) kira-kira 240RPM 260RPM.
75 mL sampel bahan bakar disiapkan dan dipanaskan dengan laju pengadukan yang
terus-menerus secara perlahan di dalam cawan uji (brass test cup). Kemampuan uji
(test range) alat PMCC sekitar 0-400oC.
Flash point atau titik nyala dari suatu minyak adalah suhu terendah dimana
minyak dipanasi dengan peralatan standar hingga menghasilkan uap yang dapat
dinyalakan dalam pencampuran dengan udara.Titik Nyala secara prinsip ditentukan
untuk mengetahui bahaya terbakar produk-produk Minyak bumi.
Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap yang merupakan
fungsi dari temperature cair, dengan naiknya suhu, tekanan uap juga meningkat.
Dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi cairan yang mudah terbakar menguap
diudara meningkat pula. Oleh karena itu, temperatur menetukan konsentrasi menguap
cairan yang mudah terbakar di udara. Jika titik nyala lebih rendah dari temperature
cairannya maka uap diatas permukaannya siap untuk terbakar atau meledak. Lebih
rendah dari titik nyala adalah lebih berbahaya, terutama bila temperatur ambientnya
labih dari titik nyala.
Dengan
di
mengetahui kondisi maksimum yang dapat dihadapai minyak pelumas tersebut. Salah
satu contoh dari pentingnya informasi ini adalah untuk menentukan jenis minyak
pelumas yang tepat untuk digunakan didalam system hidrolik tekanan tinggi seperti
pada pesawat terbang atau pada alat penempa bertekanan tinggi, dimana kebocoran
minyak dari saluran pipa dapat menyebabnkan terjadinya musibah dengan adanya
kontak dari minyak yang tumpah denganlogam yang sangat panas.Titik nyala
merupakan sifat fisika minyak yang sangat penting yang harus diketahui dari produkproduk hasil pengolahan minyak bumi, baik itu minyak pelumas, bahan
baker maupun produk lainnya. Dengan diketahi titik nyala suatu produk minyak kita
dapatmenerapkan produk tersebut dengan tepat. Hal ini berarti memberikan
perlindungan pada mesin yang menggunakan dan memberikan keamanan pada orang
yang menangani.
V. LANGKAH KERJA
Membersihkan mangkok
dengan larutan yang cocok
uji
VI. KETELITIAN
Repeatability
Reproducibility
Flash Point
42oC
43,5oC
Fire Point
46oC
48,5oC
Methode
60oC
Expected temperature
80oC
85oC
Sample no
ATL
Jika data diatas dibandingkan dengan spesifikasi Dirjen Migas bahan bakar minyak
jenis minyak solar 48, maka produk minyak solar tersebut (sampel) memenuhi
spesifikasi / on spec. Yang mana di spesifikasi Dirjen Migas titik nyala (Flash point)
solar 48 adalah min 60oC dan nilai maksimalnya tidak dibatasi.
IX. KESIMPULAN
Dari data yang diperoleh dengan menggunakan metode pengamatan flash point
Pensky-Martens Closes Cup (PMCC) sempel on spec atau memenuhi spesifikasi
berdasarkan keputusan Dirketur jendral Minyak dan Gas Nomor 3675
K/24/DJM/2006 ASTM D 93-99c . Ini menunjukan proses operasi penggolahan
berjalan lanjar dan sesuai kondisi normalnya.
X. SARAN
Penelitian harus dilakukan dengan cermat, sabar dan teliti. Jangan sampai merusak
alat uji. Dan jika terjadi kendala pengujian atau kejanggalan pada alat laporkan
kepada dosen pembimbing.
XI. DAFTAR PUSTAKA
1. Annual Book ASTM, Petroleum Product and Lubricant, Volume 05.01;
05.02; 05.03, West Conshohocken.
2. Hobson G. D., Modern Petroleum Technology, Part 2, 5th Edition, John Wiley
& Son, London, 1984
3. Mahmudah Muthoharoh, Ayu. Flash Point, [online],
http://www.scribd.com/doc/135304089/BAB-II-Flash-and-Fire-Point-awalinpdf, diakses tanggal 14 Juni 2014)
4. Toni, A.,2013, Laporan Praktikum Flash Point, [online],
(http://tonimpa.wordpress.com/2013/05/16/laporan-parktikum-flash-pointtitik-nyala/, diakses tanggal 14 Juni 2014)
PAKET
6
Pengujian :
1.
2.
3.
4.
BS & W
I.
TUJUAN
Pengamatan ini bertujuan untuk menentukan panas pembakaran bahan bakar
hidrokarbon dengan produk IFO (Industria Fuel Oil)
II.
DASAR TEORI
Kalor merupakan jumlah energi yang dipindahkan dari satu benda atau
tubuh kepada benda lain akibat suatu perbedaan suhu diantara mereka. Jika zat
menerima kalor, maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu
sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan
wujud dari padat menjadi cair. Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan
wujud dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan melepaskan sejumlah
kalor. Dalam Sistem Internasional (SI) satuan untuk kalor dinyatakan dalam
satuan kalori (kal), kilokalori (kkal), atau joule (J) dan kilojoule (kj).
1 kilokalori= 1000 kalori
1 kilojoule= 1000 joule
1 kalori = 4,18 joule
bahan
terbakar, itu akan memanaskan udara disekitarnya, yang mengembang dan keluar
melalui pipa udara yang mengarah keluar dari kalorimeter. Ketika udara keluar melalui
tabung tembaga itu juga akan memanaskan air di luar tabung. Suhu
air memungkinkan
untuk
menghitung
kadar
kalori
bahan
III. PRINSIP
Sejumlah berat contoh uji dibakar dalam calorimeter bomb oksigen pada
kondisi yang dikontrol. Panas pembakaran dihitung dari hasil pengamatan
temperature sebelum, selama dan sesudah pembakaran denagn koreksi untuk
termokimia dan perpindahan panas. Dapat digunakan jaket kalorimeter jenis
adiabatic atau isothermal untuk pekerjaan ini.
IV.
V.
Buret kapasitas 50 ml
Gelas beaker
Stop watch
LANGKAH KERJA
a.
Menggunakan asam benzoat standart dengan berat tidak boleh kurang dari 0,9
gr dan tidak boleh lebih dari 1,1 gr
Setiap pengujian dilakukan seperti yang diuraikan dalam pengujian contoh uji
Keterangan :
W = energy ekuivalen calorimeter , MJ / C
Q = panas pembakaran asam benzoate standart (dilihat pada labelnya), MJ / gr
g = berat asam benzoate standart , gr
t
b.
Prosedur pengujian
Timbang sampel
1,0 gr
c.
atur cawan
Tutup calorimeter.
Hubungkan &
Hidupkan
Motor pemutar
pengamatan selesai,
matikan motor
isi bomb 10 ml
dengan air suling,
Pasang & tutup bomb
Perhitungan
Kenaikan temperature calorimeter internal
t = tc ta r1( b a ) + r2 ( c b )
Keterangan :
t = kenaikan temperature terkoreksi
a = waktu pengapian
b = waktu (ketelitian 0,1 menit) saat temperature mencapai 60 % dari total
kenaikan
c = waktu
ta=
d.
Koreksi Termokimia
e1
e2
e.
Keterangan :
= panas pembakaran kotor pada volume tetap, MJ / kg
= kenaikan temperature terkoreksi, C
= energy ekuivalen calorimeter, MJ / C
VI. KETELITIAN
Repeatability = 0,13 MJ / kg
Reproducibility = 0,40 MJ / kg
T (C)
29, 058
30, 272
32, 227
32, 857
33, 111
10
33, 210
T sebelum percobaan
= 29,110 C
T awal percobaan
= 29,058 C
T tertinggi
= 33,263 C
= 33,263 - 29,058
= 4,205 C
g
W
= 1,088 gr
= 6143,177 cal / C
= 2,5720 x 10-2 MJ / C
11
33, 249
12
33, 263
13
33, 260
Perhitungan
D1 = T sebelum percobaan
= 29,110 C
T awal percobaan
T tertinggi
= 29,058 C
= 33,263 C
= 33,263 - 29,058
= 4,205 C
= 1,088 gr
= 6143,177 cal / C
= 25720253,4636 J / C
D2 = Q?
D3 =
/ gr
/ Kg
Jadi panas pembakarannya yaitu
VIII. PERTANYAAN
/ Kg
Apakah nilai kalori sampel IFO tersebut masih masuk spesifikasi berdasarkan
Rancangan Spesifikasi MINYAK BAKAR CEPU (MBC) Produk Pertamina
Hasil Pengolahan Kilang Pusdiklat Migas Cepu ASTM D 240?
IX. ANALISA
Standart mutu dan spesifikasi IFO (diasumsikan seperti Minyak Bakar)
berdasarkan Rancangan Spesifikasi MINYAK BAKAR CEPU (MBC)
Produk Pertamina Hasil Pengolahan Kilang Pusdiklat Migas Cepu ASTM D 240
Batasan
Karakteristik
Nilai kalor
X.
Unit
MJ / Kg
Min.
Max.
41,87
Hasil Pengujian
/ Kg
Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisa ASTM D 240 Standart
mutu dan spesifikasi IFO (diasumsikan seperti Minyak Bakar) yang terdapat
pada Rancangan Spesifikasi MINYAK BAKAR CEPU (MBC) Produk
Pertamina Hasil Pengolahan Kilang Pusdiklat Migas, dapat disimpulkan bahwa
sampel IFO (Industrial Fuel Oil) yang diamati dikategorikan offspec.
Hal ini dikarenakan nilai kalori sampel IFO lebih kecil yaitu
/ Kg dibandingkan dengan nilai kalori IFO berdasarkan
Rancangan Spesifikasi MINYAK BAKAR CEPU (MBC) Produk Pertamina
Hasil Pengolahan Kilang Pusdiklat Migas Cepu yang memiliki nilai kalori
berkisar 41,78 MJ / Kg.
XI. SARAN
TUJUAN PENGAMATAN
Pengamatan ini bertujuan untuk menetapkan secara visual warna produk
minyak seperti minyak pelumas, heating oil, diesel fuel oil dan petroleum wax.
II.
KESELAMATAN KERJA
Selama proses pengolahan minyak bumi akan selalu diperiksa nilai warna dari
minyak tersebut yang bertujuan untuk menaikan kualitas minyak bumi ketika telah
disempurnakan sampai elevasi yang diperlukan. Warna minyak bumi juga digunakan
sebagai sarana untuk mengkonfirmasikan bahwa minyak tersebutlah atau bahan bakar
itu lah yang digunakan untuk penggunaan yang dimaksudkan dan untuk menyakinkan
bahwa tidak ada kontaminasi atau penurunan kualitas.
ASTM D1500 memiliki skala satu warna mulai dari kuning pucat hingga
merah tua di enam belas langkah (0,5-8,0 unit dengan penambahan sebesar 0,5 unit).
Skalanya sudah ditentukan oleh 16 standar kaca ditentukan transmisi bercahaya dan
Kromatisitas, lulus dalam langkah 0,5 dari 0,5 untuk warna ringan dan, 8,0 untuk
paling gelap. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan warna dari berbagai produk
minyak bumi seperti minyak pelumas, minyak pemanas, minyak solar, mineral.
Minyak Solar
Wadah contoh, silinder bening, ID 32,5 33,4, tinggi dalam 120 130
mm, tebal dinding 1,2 2,0 mm.
V.
LANGKAH KERJA
Switch On
Switch Off
Tabung dikeluarkan
Dan dibersihkan
Skala
Kesamaan dengan warna ASTM
Kelipatan 0.5
Kelipatan 1
0.5
VII. PERTANYAAN
Apakah warna minyak solar tersebut masih masuk dalam spesifikasi ASTM
color berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi ASTM
D 1500?
VIII. ANALISA
Standart mutu dan spesifikasi Minyak Solar berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi ASTM D 1500
Karakteristik
Batasan
Unit
Min.
Hasil
Max.
Pengujian
Warna
No. ASTM
3,0
IX. SIMPULAN
Menurut hasil pengamatan dan hasil analisa ASTM D 1500 berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, dapat disimpulkan bahwa
sampel minyak solar yang diamati dikategorikan Onspec.
Hal ini dikarenakan nilai warna minyak solar masih dalam range spesifikasi
standart warna ASTM D 1500 yaitu bernilai 2. Sedangkan menurut ASTM D
1500 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, minyak
solar memiliki nilai warna maksimal 3 dan nilai minimal yang tidak terbatas
X.
SARAN
Didalam mengamatai warna pada colorimeter hendaknya dilakukan secara
hati-hati dan cermat.
Berhati-hati ketika mengisikan sample didalam wadah terutama wadah
yang tebuat dari kaca.
I.
TUJUAN
Menentukan warna dari refined oil seperti undyed motor dan aviation gasoline,
jet fuel,Pertasol CC, naphta, kerosene dan petroleum wax.
II.
KESELAMATAN KERJA
1.
2.
kerozine, dan, di samping itu, lilin petroleum dan minyak putih farmasi.
Saybolt chromometer digunakan untuk pengendalian kualitas dan
identifikasi produk pada cairan yang sangat halus seperti undyed bermotor dan
penerbangan bensin, bahan bakar jet, naphtas, minyak tanah dan lilin minyak
bumi jika dilengkapi dengan lampiran yang sesuai. Didalam pengukuran warna
dilakukan dengan membandingkan kolom sampel terhadap cakram warna.
Instrumennya dilengkapi dengan satu set untuk sampel dan rakitan tabung
gelas standar dengan penampil optik, dipasang pada bingkai logam, dalam
wadah kayu, dengan 1/2, 1 dan 2 cakram warna standar pada tiga posisi turret,
tabel konversi melekat dan memiliki range pengukuran dari -16 (paling gelap)
sampai +30 (ringan)
V.
LANGKAH KERJA
Tutup kerangan
Tabung
Sesuai
Konversi warna
Pada tabel
Tentukan warna
Yang sesuai
(baca & catat)
Hasil uji
Pertasol CC
Ketinggian sampel
6,625
Skala saybolt
+16
VII. PERTANYAAN
Apakah nilai warna saybolt sampel Pertasol CC tersebut masih masuk
spesifikasi berdasarkan Rancangan Spesifikasi PERTASOL CC Produk
Pertamina Hasil Pengolahan Kilang Pusdiklat Migas Cepu ASTM D 156?
VIII. ANALISA
Standart mutu dan spesifikasi nilai warna saybolt spesifikasi berdasarkan
Rancangan Spesifikasi MINYAK BAKAR CEPU (MBC) Produk Pertamina
Hasil Pengolahan Kilang Pusdiklat Migas Cepu ASTM D 156?
Karakteristik
Batasan
Unit
Min.
Warna Saybolt
+16
Hasil
Max.
Pengujian
+16
IX. SIMPULAN
Menurut hasil pengamatan dan hasil analisa ASTM D 156 berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, dapat disimpulkan bahwa
sampel Pertasol CC yang diamati dikategorikan Onspec.
Hal ini dikarenakan nilai warna saybolt Pertasol CC masih berada dalam range
spesifikasi standart warna ASTM D 1506 yaitu bernilai +16. Sedangkan
menurut ASTM D 156 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan
Gas Bumi, Pertasol CC memiliki nilai warna saybolt minimal +16 dan nilai
warna saybolt maksimal tidak terbatas.
X.
SARAN
1. Harus teliti dalam membandingkan warna yang sesuai antara sampel dan
standart warna
2. Berhati-hati ketika menuangkan sampel ke dalam gelas ukur ataupun wadah
sampel yang mudah pecah.
I.
TUJUAN
1. Menentukan nilai BS & W
d = dalam mm atau
, d = dalam inchi
b. Tabung Centrifuge
c. Pipet
secara berseberangan
V.
Selesai
HASIL PENGAMATAN
Tabung Centrifuge
0,5
0,45
0,7
0,63
VI. ANALISA
a. Putaran ke 1
BS & W
=
=
b. Putaran ke 2
BS & W
=
=
VII. KESIMPULAN
Crude Oil yang diuji memiliki BS & W yang sangat kecil atau rendah,
artinya Crude Oil berkualitas baik atau bagus karena tidak terdapat
banyak air dan juga kotoran yang mengendap.
VIII. SARAN
Anonym. Tanpa Tahun. Standard Test Method for Water and Sediment
in Crude Oil by the Centrifuge Method (Laboratory Procedure) (Online).
(http://www.astm.org/Standards/D4007.htm, diakses pada tanggal 20 Juni
2014, pukul 08:30 WIB)
I.
TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan :
Mahasiswa dapat menguraikan penetapan titik nyala dan titik bakar produk
minyak bumi dengan peralatan cawan Cleveland. Metode uji ini dapat digunakan
untuk semua produk minyak bumi dengan titik nyala di atas 79oC (175oF) dan di
bawah 400oC (752oF) kecuali minyak bakar.
2.
rendah dari titik nyala adalah lebih berbahaya, terutama bila temperatur ambientnya
labih dari titik nyala.
Dengan
mengetahui kondisi maksimum yang dapat dihadapai minyak pelumas tersebut. Salah
satu contoh dari pentingnya informasi ini adalah untuk menentukan jenis minyak
pelumas yangtepat untuk digunakan didalam system hidrolik tekanan tinggi seperti
pada pesawat terbangatau pada alat penempa bertekanan tinggi, dimana kebocoran
minyak dari saluran pipa dapatmenyebabnkan terjadinya musibah dengan adanya
kontak dari minyak yang tumpah denganlogam yang sangat panas.Titik nyala
merupakan sifat fisika minyak yang sangat penting yang harus diketahuidari produkproduk hasil pengolahan minyak bumi, baik itu minyak pelumas, bahan
baker maupun produk lainnya. Dengan diketahi titik nyala suatu produk minyak kita
dapatmenerapkan produk tersebut dengan tepat. Hal ini berartimemberikan
perlindungan padamesin yang menggunakan dan memberikan keamanan pada orang
yang menangani.
2.
Peralatan
3.
4.
5.
Api Penguji
V. LANGKAH KERJA
Memanaskan dengan
kecepatan 25-30oF / menit
VI. PERHITUNGAN
Titik Nyala dikoreksi = C + 0,25 (101,3-K)
Titik Nyala dikoreksi = F + 0,06 (760-P)
Titik Nyala dikoreksi = C + 0.033 (760-P)
Dimana :
C = Titik nyala pengamatan, oC
F = Titik nyala pengamatan, oF
P = Tekanan barometer kamar, mm Hg
K = Tekanan barometer kamar, kPa
VII. KETELITIAN
Repeatability
Reproducibility
Flash Point
8oC (15oF)
18oC (32oF)
Fire Point
8oC (15oF)
11oC (25oF)
IX. PERTANYAAN
-
Untuk percobaan 1
VIII. ANALISIS
Sehubung dengan spesifikasi Pelumas Toyota Motor Oil belum kami temukan,
maka penulis belum bisa menentukan produk ini off spec atau on spec,
IX.
KESIMPULAN
Belum dapat diambil kesimpulan.
X.
SARAN
Perlu diperhatikan langkah kerja pengujian dengan benar agar tidak terjadi
kecelakaan kerja, karena pengujian Cleveland Open Cup (COC) dilakukan dalam
bejana terbuka.
Pembacaan thermometer harus tepat agar diperoleh data yang refresentative
.
XI. DAFTAR PUSTAKA
1. Mahmudah Muthoharoh, Ayu. Flash Point, [online],
(http://www.scribd.com/doc/135304089/BAB-II-Flash-and-Fire-Point-awalinpdf, diakses tanggal 14 Juni 2014)
I.
TUJUAN
Metode ini meliputi penentuan korosivitas untuk tembaga pada avgas, avtur,
gasoline, solvent, kerosine, diesel fuel, fuel oil, minyak lumas, dan natural gasoline
atau hidrokarbon lain yang mempunyai tekanan uap tidak lebih besar daripada 124
kPa (18 psi) pada temperatur 37,8 C.
ASTM D-130 megatur cara untuk mendeteksi tingkat korosi pada tembaga
(corrosivenes to copper) dari produk-produk minyak bumi. Produk minyak bumi
yang diatur oleh standard ini meliputi aviation gasoline, aviation turbine fuel,
automotive gasoline, natural gasoline atau produk lainnya yang meliliki RVP tidak
lebih besar dari 18 psi (124 kPa), cleaners solvent, kerosene, diesel fuel, distillate
fuel oil, dan lubricating oil atau produk jenis lainnya.
Korosi merupakan proses degradasi atau penurunan mutu material karena adanya
rekasi secara kimia dan elektrokimia dengan lingkungan. Korosi tidak bisa dihindari
sama sekali, tetapi hanya bisa dikurangi atau dikendalikan (dikontrol). Pencegahan
(prevention) adalah usaha-usaha yang dilaksanakan sebelum konstruksi terpasang,
termasuk pemilihan bahan-bahan yang tahan korosi, perancangan dalam mencegah
adanya pemakaian beberapa jenis logam yang berbeda, dimensi atau perhitungan
tebal komponen. Perlindungan (protection) adalah usaha-usaha melindungi untuk
komponen-komponen yang terpasang termasuk metoda-metoda pemisahan dengan
lingkungan (inhibitor) atau sistem katodis (berdasar mekanisme tingkat oksidasi
Karena hampir semua korosi adalah merupakan suatu reaksi elektrokimia, semua
yang mempengaruhi kecepatan suatu reaksi kimia atau jumlah arus yang mengalir
akan mempengaruhi laju korosi. Laju korosi berbanding lurus dengan sejumlah arus
yang mengalir pada sel korosi elektrokimia.
V. LANGKAH KERJA
a. Persiapan Copper Strip
Membersihkan Lempeng
Tembaga dengan cara
menggosok ke 6 sisi-nya
dengan silica carbide grit
paper
Lakukan lagi
penggosokan dengan alas
kain katton basah yang
telah dibasahi iso oktana.
jangan sampai tersentuh
tangan, jika tersentuh
ulangi penggosokan.
b. Langkah Kerja
Memasukkan Lempeng
Tembaga(Copper Strip) yang telah
dibersihkan dan dikeringkan
kedalam test tube yang telah berisi
contoh
Memasukkan 30
mL pertasol CC
kedalam test tube.
Membandingkan nomor
warna copper strip
dengan Copper Strip
Color Standard
kemudian mencatatnya.
3a
Copper Strip B
3b
VII.ANALISIS
Jika hasil pengujian dibandingkan dengan spesifikasi pertasol EK5 Kilang
Pusdiklat Migas Cepu hasil rapat di Jakarta tanggal 06 Februari 2012 tentang Spec
Pertasol CC EK5 Kilang cepu ASTM D-130 yang menyantumkan Standar No,1
sebagai nilai minimal dan maksimal copper strip corrosion. Sehingga sampel
(Pertasol CC) termasuk produk off spec. Ini menandakan sampel (Pertasol CC)
memiliki kandungan sulfur yang tinggi yang dapat membuat alat-alat lebih cepat
rusak. Sulfur yang tinggi dapat disebabkan dari sumber crude oilnya atau pemisahan
sulfur yang kurang baik. Pengurangan sulfur dapat dilakukan dengan injeksi amoniak.
VIII. SIMPULAN
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa sampel (Pertasol CC) yang di uji
menggunakan metode Copper Strip Corrosion Test ASTM D130 off spec, bila
dibandingkan dengan standar spesifikasi dengan spesifikasi pertasol EK5 Kilang
Pusdiklat Migas Cepu hasil rapat di Jakarta tanggal 06 Februari 2012 tentang Spec
Pertasol CC EK5 Kilang cepu ASTM D-130.
IX. SARAN
Penggosokan lempeng tembaga harus dilakukan dengan benar-benar agar
didapatkan hasil uji yang valid, usahakan jangan sampai bersentuhan dengan tangan.
Perlu diperhatikan perendaman lempeng tembaga pada iso oktan yang merata.
X. DAFTAR PUSTAKA
1.
Asro,
2008,
Pengukuran
Copper
Corrosion
ASTM
D-130,
[online],
(http://asro.wordpress.com/2008/08/20/pengukuran-copper-corrosion-astm-d-130/,
diakses tanggal 20 Juni 2014)
2.
Capung,
2011,
Teori
Dasar
Korosi,
[online],
TUGAS
1.
= [1.030341/0.00715]+100
= 244.1036
2.
Ditanya :
CCI ?
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6