Anda di halaman 1dari 27

Dari Sampah Menjadi Bahan Bakar

Masa Depan
Apakah bahan bakar bisa dihasilkan dari kulit buah, biji-bijian, jerami atau
limbah kayu? Harapannya, produk limbah pertanian dan kehutanan yang
berlimpah, di masa depan dapat menggantikan minyak bumi.

Biomassa sebenarnya tersedia di setiap sudut jalan. Potongan dahan bisa diolah menjadi
'pelet' bahan bakar. Dedaunan yang gugur diproses menjadi pupuk. Tapi di seluruh
dunia berton-ton sampah organik dibuang begitu saja. Contohnya ampas kelapa sawit
setelah minyaknya dipress keluar.
"Hanya bijinya yang dimanfaatkan. Lainnya dibuang. Dan setiap 5 tahun seluruh pohon
kelapa sawit dibuang," ujar Stefan Schll, manajer pabrik perusahaan termokimia
PYTEC di Hamburg.
"Sungguh disayangkan," lanjutnya. Limbah produk pertanian dan kehutanan itu padahal
dapat dipress melalui proses khusus. Hasilnya minyak pirolisis, yang dapat diproses
lebih lanjut menjadi bahan bakar.

Pengembangan kemampuan mesin


Kini perusahaan di Hamburg itu tengah menyempurnakan cara untuk menggunakan
minyak pirolisis secara langsung di instalasi pembangkit listrik dan energi panas, atau di
lokasi yang tak memiliki biomassa.

Bersama pabrik mesin Amerika, Caterpillar, para peneliti mengembangkan mesin


berbahan bakar minyak pirolisis tadi.

M A S A D E P AN T AN P A E N E R G I F O S I L

Musuh Terbesar Iklim


CO2 yang berjumlah 65 persen dari semua gas rumah kaca, diproduksi selama proses
pembakaran batu bara, minyak dan gas. Sebelas persen melalui penebangan hutan dan
pembukaan lahan. Sementara Methana yang bertanggungjawab atas 16 persen gas rumah kaca,
berasal dari peternakan sapi dan pengolahan gas. Adapun Dinitrogen oksida yang berjumlah
enam persen, tercipta melalui penggunaan pupuk kimia.
123456789

"Kami baru mampu mengembangkan mesin berdaya kerja 1000 jam. Dalam satu tahun,
sistem injeksi bahan bakar harus diganti 8 kali. Kami ingin menemukan materi baru
yang tahan lama seperti pada operasi mesin diesel normal," ungkap Schll.

Pengolahan berskala besar


Dari sampah menjadi bahan bakar masa depan. Ini juga yang menjadi salah satu fokus
penelitian Universitas Ilmu Terapan HAW Hamburg.
Jelantah, plastik, minyak berat - semua diproses jadi bahan bakar minyak di
laboratorium. Banyak bahan, yang dapat menggantikan minyak bumi sebagai bahan
bakar berkelanjutan untuk jangka panjang.
"Secara global, kebutuhan bahan bakar mencapai 100 Exajoule," ujar Thomas Willner,
dosen HAW Hamburg. "Kalau angka ini bisa dipertahankan dan tidak meningkat di
negara-negara seperti India dan Cina, kita punya kesempatan dengan biomassa
berkelanjutan, untuk memenuhi kebutuhan ini."
Masih diperlukan solusi untuk mengatasi membengkaknya permintaan negara
berkembang. Metode baru sebenarnya punya potensi besar. Tinggal menunggu
pengembangan instalasi yang bisa mengolah biomassa secara efisien dalam skala besar.

Briket kulit pisang


VARIASI JENIS DAN PERBANDINGAN KOMPOSISI KULIT PISANG
TERHADAP PEMBUATAN BRIKET KULIT PISANG
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

Bumi semakin lama semakin mengalami krisis bahan bakar. Sumber Daya Alam (SDA) penghasil bahan bakar
minyak bumi dan gas semakin berkurang karena terjadi eksploitasi besar besaran tanpa mempertimbangkan
dampak yang akan terjadi. Sumber Daya Alam (SDA) penghasil bahan bakar minyak bumi dan gas akan habis
karena tidak dapat diperbaharui. Kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga
minyak dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah
energi bersama-sama (Kompas, 23 Juni 2005).
Saat ini bangsa Indonesia menuju krisis energi yang sangat parah karena energi yang kita konsumsi lebih
banyak daripada energi yang dapat dihasilkan. Dilihat dari angka konsumsi BBM, Indonesia termasuk dalam
kategori negara yang boros. Pada tahun 2006, saat konsumsi BBM di negara-negara lain berada di bawah 1 juta
bph, konsumsi BBM, Indonesia mencapai 1,84 juta bph. (http://hemat.blogspot.com/2009/04/konsumsi-bbmindonesia-tergolong-sangat.html)
Realistis tingkat penggunaan terus meningkat sehingga generasi sekarang akan menghadapi krisis energi yang
parah di tahun-tahun berikutnya. Namun demikian kita tidak siap menghadapi krisis energi yang pasti akan
terjadi. Tanggung jawab bukan hanya dipegang oleh pemerintah tapi oleh semua masyarakat pengguna energi.
Bahan bakar berbentuk briket itu pertama dikembangkan oleh kelompok aktivis lingkungan hidup Nepal.
Foundation for Sustainable Technologie (FoST) nama LSM itu melirik potensi yang terkandung dalam sampah
yang menumpuk dan mengotori jalan dan sungai di Kathmandu dan kota-kota lain di Nepal. Lantas muncullah
ide pembuatan briket sampah, meniru briket batu bara yang lebih dulu dikenal masyarakat Nepal. Bedanya,
residu dan asap briket batu bara sangat mengotori udara, sedangkan briket sampah relatif lebih bersih. Tak
berasap, tak beresidu. Selain itu, cara memproduksi briket sampah itu terbilang mudah.
Usaha mengurangi dampak dari krisis energi dapat dilakukan melalui beberapa hal. Salah satunya dengan
pemanfaatan sampah. Oleh karena itu, kami mencoba menggunakan limbah dari kulit pisang untuk
dimanfaatkan sebagai pengganti alternatif bahan bakar dalam bentuk briket kulit pisang. Selama ini limbah kulit
pisang hanya dipandang sebelah mata dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Dalam pembuatan briket ini
kita mennggunakan limbah serbuk gergaji, dimana serbuk gergaji merupakan bahan yang dapat mengikat
energi, oleh karena itu rantai pelepasan energi dimaksud diperpanjang dengan cara memanfaatkan serbuk
gergaji sebagai bahan pembuatan briket kulit pisang.
1.

Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1.

Berkurangnya persediaan sumber daya energi yang menyebabkan terjadinya krisis energi.

2.

Kurangnya pemanfaatan sampah organik sebagai energi alternatif bahan bakar pengganti minyak
tanah.

3.

Meningkatnya jumlah penjual pisang goreng dan aneka olahan pisang lainnya yang menyebabkan
semakin banyak limbah kulit pisang yang dihasilkan.

4.

Limbah kulit pisang mengganggu kebersihan lingkungan.

5.

Limbah kulit pisang belum dimanfaatkan secara maksimal.

1.

Batasan Masalah

Banyaknya masalah di atas menuntut adanya pembatasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1.

Jenis pisang yang digunakan adalah pisang kepok (Musa sp) dan pisang ambon (Musa
paradisiaca sapientum L)

2.

Jenis alternatif bahan bakar yang akan dibuat dalam bentuk briket.

1.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.

Bagaimana pengaruh jenis pisang terhadap pembuatan briket kulit pisang ?

2.

Jenis pisang manakah yang dapat menghasilkan briket kulit pisang yang paling baik ?

3.

Bagaimanakah perbandingan komposisi antara kulit pisang dengan sebuk gergaji yang paling baik
sebagai bahan briket ?

1.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :


1.

Untuk mengetahui pengaruh jenis pisang terhadap pembuatan briket kulit pisang.

2.

Untuk mengetahui jenis pisang yang dapat menghasilkan briket yang paling baik.

3.

Untuk mengetahui perbandingan komposisi antara kulit pisang dengan serbuk gergaji yang paling baik
dalam briket kulit pisang.

1.

Luaran yang diharapkan

Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini mennghasilkan briket kulit pisang yang dapat digunakan sebagai
arang.
1.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:


1.

Memberikan informasi mengenai potensi briket kulit pisang sebagai alternatif bahan bakar.

2.

Memberikan informasi tentang jenis pisang yang dapat menghasilkan briketyang paling baik.

3.

Memberi informasi tenang pemanfaatan kulit pisang Kepok dan Ambon dalam pembuatan briket kulit
pisang sebagai energi alternatif.

4.

Meningkatkan nilai ekonomis limbah kulit pisang.

KERANGKA TEORI
1.

Deskripsi Teori

A. 1.
Tanaman Pisang (Musa sp)
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia).
Tanaman pisang merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara dengan pusat keanekaragaman utama wilayah
Indo-Malaya.
Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang
semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan
tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah
batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup
pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau
bersifat partenokarpi. Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam topografi
tanah, baik tanah datar ataupun tanah miring. Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang
ditanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah
pada pH 4.5-7.5. Suhu harian berkisar antara 250 C-270 C dengan curah hujan 2000-3000mm/tahun.
Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar
serabut dengan batang bawah tanah (bongol) yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa
tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang
tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan 20-50 cm. Daun yang paling muda terbentuk di
bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progersif
membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm,
permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan
menyirip, warnanya hijau.
Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah
kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ketanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang
secara normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh
seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Jantung pisang ini harus dipangkas setelah selesai berbuah. Tiap
kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 buah. Buahnya buah
buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau
coklat. Tiap kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Berbiji atau tanpa biji. Bijinya kecil, bulat,
dan warna hitam. Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari sejak keluarnya jantung pisang. Karena bukan buah
musiman, buah pisang selalu ada setiap saat.
Buah pisang kebanyakan dimakan segar, dikolak, dikukus, atau diolah lebih lanjut menjadi pisang selai, keripik,
atau tepung pisang. Yang termasuk kelompok pisang buah meja adalah Musa sapientum (banana) karena lebih
enak dimakan segar, seperti pisang ambon, ambon lumut, raja, raja sereh, mas, susu dan barangan.
Jenis pisang dibagi menjadi tiga:
1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var
Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja,
cavendish, barangan dan mas.
2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma Typical atau disebut juga M.
paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan
klutuk.
4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
Tanaman pisang cepat tumbuhnya, dan dalam rata-rata umur 1 tahun telah dapat berbuah, bahkan dalam tahun
berikutnya dapat berlipt ganda 3 4 kali. Keistimewaan tanaman pisang adalah dapat bertahan terhadap angin
keras dan musim kering, dan bilamana mengalami kerusakan akan mudah baik kembali.

Buah pisang yang masih hijau kulitnya tetapi sudah cukup tua, dagingnya mengandung 21 25 % zat tepung.
Bila mengalami pemeraman atau masak sendiri di pohon, zat tepung itu sebagian besar berubah menjadi
berbagai jenis gula.
Kadar mineral dalam 100 gram daging pisang (rata-rata) :

kandungan
Natrium (garam)
Kapur
Mangan
Besi
Belerang
Kalium
Magnesium
Kuningan
Pospor
Chlor
Yodium

jumlah
42 mgr
8 mgr
0,6 mgr
0,6 mgr
12 mgr
373 mgr
31 mgr
0,2 mgr
28 mgr
125 mgr
0,003 mgr

Kadar vitamin yang dikandungnya cukup tinggi. Dalam 100 gram daging pisang terdapat : Vitamin 250 335 IU.
Vitamin C 10 -11 mgr. Vitamin B1 42 54 microgr. Vitamin G (riboflavin) 88 microgr. Niacin 0,6 miligram. (Datadata tersebut dari Home Economic Dep. Fruit Dispatch Coy)
A. 2.
Briket
Penghematan energi ini sebetulnya harus telah kita gerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang
berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable), sedangkan
permintaan naik terus, demikian pula harganya sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan permintaan dan
penawaran. Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi
alternatif yang dapat diperbarui (renewable).
Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin, terutama di pedesaan, sebagian
besar dipenuhi oleh minyak tanah yang memang dirasakan terjangkau karena disubsidi oleh pemerintah. Namun
karena digunakan untuk industri atau usaha lainnya, kadang-kadang terjadi kelangkaan persediaan minyak
tanah di pasar. Selain itu mereka yang tinggal di dekat kawasan hutan berusaha mencari kayu bakar, baik dari
ranting-ranting kering dan tidak jarang pula menebangi pohon-pohon di hutan yang terlarang untuk ditebangi,
sehingga lambat laun mengancam kelestarian alam di sekitar kawasan hutan.
Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan
sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau bio massa di dalam
alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja
manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan sebagainya. Namun,
sebagian besar terdiri atas kotoran ternak.
Serbuk gergaji adalah serbuk kayu berasal dari kayu yang dipotong dengan gergaji. serbuk gergaji merupakan
bahan yang masih mengikat energi, oleh karena itu rantai pelepasan energi dimaksud diperpanjang dengan cara
memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket kulit pisang. Briket kulit pisang adalah bahan
bakar alternatif yang digunakan sebagai bahan alternatif energi.
Dengan penggunaan briket kulit pisang sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan minyak
sebagai bahan bakar. Selain itu penggunaan briketkulit pisanng dapat menghemat pengeluaran biaya untuk
membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan
pembuatan briketkullit pisang maka akan menningkatkan pemanfaatan limbah piang sekaligus mengurangi
pencemaran, karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja. Manfaat lainnya adalah
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket kulit pisang ini dikelola dengan baik untuk
selanutnya briket kulit pisanng dijual. Bahan pembuatan briket arang mudah didapatkan disekitar kita berupa
serbuk kayu gergajian.

1.

Penelitian Yang Relevan


1.

Para peneliti dari Universitas Nottingham, Inggris menemukan cara untuk mengolah sampah
kulit pisang yang banyak terdapat di Afrika, menjadi bahan bakar sumber energi.

2.

Di beberapa negara di Afrika, seperti Rwanda, terdapat banyak sekali pohon pisang. Pisang
juga diolah menjadi makanan dan minuman, karena itu banyak terdapat sampah kulit pisang.
Agar tidak menjadi sampah yang terbuang percuma, para peneliti memanfaatkannya menjadi
bahan bakar yang bisa digunakan oleh masyarakat setempat.

3.

Penelitian tentang pembuatan briket dari sampah dedaunan yang merupakan hasil penelitian
usman, guru SMAN 17 Palembang, Sumatra Selatan pada tahun 2007.

METODE PENELITIAN
1.

Subyek dan Obyek Penelitian


1.

Subjek

Subjek penelitian ini adalah limbah kulit pisang kepok (Musa sp), dan limbah kulit pisang ambon (Musa
pardisiaca sapientum L).
1.

Objek

Objek penelitian ini adalah pembuatan briket kulit pisang yang berkualitas.
1.

Variabel Penelitian
1.

Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

1)
2)
3)

1.

Jenis kulit pisang yaitu kulit pisang kepok (Musa sp) dan kulit pisang ambon(Musa pardisiaca
sapientum sp).

2.

Variasi kulit pisang yang digunakan, yaitu :

kulit pisang kepok,


kulit pisang ambon, dan
campuran antara kulit pisang kepok dan kulit pisang ambon dengan perbandingan 1:1
1.

Perbandingan komposisi antara kulit pisang dengan serbuk gergaji yaitu 1:1, 1:2 dan 2:1.

1.

Variabel kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah :


a)
Waktu pembusukan pisang selama 2 minggu.
b)
Jenis serbuk gergaji yang digunakan yaitu serbuk gergaji yang berasal dari pemotongan pohon kelapa.
c)
Skala perbandingannya 1 = 250 gr.
d)
Cetakan briket
e)
Waktu pembakaran pertama selama 1 jam dan waktu pembakaran kedua selama 2 jam.

1.

Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kualitas briket kulit pisang.
C. Alat dan bahan
1.

Peralatan
1.

Ember

2.

Pengaduk

3.

Cetakan briket

4.

Tungku

Nama Alat
Ember
Pengaduk
Cetakan briket

Spesifikasi
Sebagai tempat bubur kulit pisang
Untuk mengnaduk bubur pisang
Untuk mencetak briket, ukuran
cetakan 5 x 5 cm.
Untuk membakar briket kulit pisang
Untuk menumbuk kulit pisang

Tungku
Penumbuk
1.

Bahan
1.

Kulit pisang ambon

2.

Kulit pisang kepok

3.

Serbuk gergaji

4.

Air

Nama bahan
Kulit pisang ambon
Kulit pisang kepok
Serbuk Gergaji
Air

Spesifikasi
Sebagai bahan untuk
pembuatan briket
Sebagai bahan untuk
pembuatan briket
Sebagai pencampur bubur briket
Untuk pengencer

Tabel perbandingan komposisi kulit pisang : serbuk gergaji

Jenis kulit
pisang
Kepok
Ambon

Perbandingan kulit pisang dengan serbuk gergaji (gr)


1:1
1:2
2:1
250 : 250
250:500
500:250
250 : 250
250:500
500:250

Untuk campuran pisang kepok dan pisang ambon

Jenis kulit pisang Perbandingan kulit pisang dengan serbuk gergaji


(gr)
::1
::2
1:1:
Kepok + ambon 125 : 125 : 250 125 : 125 : 500 250 : 250 : 125
D. Cara Pembuatan

Kulit pisang yang telah membusuk dicampur dan ditumbuk menjadi satu
Dibakar. Setelah dibakar, kulit pisang tersebut akan berubah menjadi seperti bubur.
Kemudian bubur akan dicampur dengan serbuk gergaji
Kemudian dipadatkan atau dikompres hingga terbentuk seperti balok
Balok kemudian dibakar kembali
Balok siap untuk digunakan
E. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung dari bulan Mei juli 2010 bertempat di Laboratorim IPA Prodi
Pendidikan IPA, FMIPA UNY, Yogyakarta dan rumah peneliti.
F. Evaluasi
Tahap evaluasi ini dilakukan selama 1 minggu bertujuan untuk mengetahui kekurangan yang ada dalam
penelitian sebelum melanjutkan pada tahap penyusunan draf laporan sehingga diharapkan dapat menghasilkan
barang atau produk yang lebih baik.
G. Jadwal Kegiatan Program

No. Kegiatan
1
2
3
4
5

Bulan
Mei
2
3

Juni
1
2

Juli
1
2

Persiapan Kegiatan
Pelaksanaan Program
Evaluasi
Penyusunan Draf
Laporan
Penyusunan Laporan
Akhir

H. Daftar Pustaka
Kompas. Edisi 23 Juni 2005
Nurseffi Dwi Wahyuni . 2009. Konsumsi BBM Indonesia Tergolong Sangat Boros. Diakses tanggal 10 Mei 2010
dari. http://hemat-bensin.blogspot.com/2009/04/konsumsi-bbm-indonesia tergolong-sangat. html
Anonim. 2009. Kulit pisang jadi bahan bakar. Diakses tanggal 29 April 2010
darihttp://www.muslimdaily.net/artikel/ringan/3350/kulit-pisang-jadi-bahan-bakar

Peneliti UGM Ubah Limbah Tanaman


Jadi Bensin
SABTU, 11 JANUARI 2014 | 03:55 WIB

Ilustrasi Bensin eceran. ANTARA/Noveradika

TEMPO.CO, Yogyakarta--Riset selama dua tahun terkahir, yang dilakukan oleh


Profesor Arief Budiman bersama delapan mahasiswa S3 dan S2 bimbingannya,
menghasilkan temuan teknologi menarik. Pengajar Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada itu menemukan cara memproduksi bensin dan minyak
tanah dari bahan sisa-sisa tanaman perkebunan, hutan dan pertanian alias biomassa.
"Kami sedang menyempurnakan riset ini agar bisa diaplikasikan di industri energi
terbarukan," kata Arief kepada Tempo di kampus Fakultas Teknik UGM pada Jumat, 10
Januari 2014.
Arief menguji teknologinya ini ke biomassa dari sisa-sisa tanaman yang berstruktur
pejal, seperti tandan kelapa sawit, ranting dan cabang kayu hutan produksi serta ampas
sisa perasan tebu atau bagasse. Dalam catatannya, aktivitas perkebunan kelapa sawit
di Indonesia diperkirakan menghasilkan 20 juta ton tandan kosong selama 2014.
Sementara kegiatan penebangan kayu di hutan produksi biasanya hanya mengambil 4060 persen dari komponen pohon saja. Jumlah biomassa berstruktur pejal lebih besar
lagi apabila ditambah dengan sisa kayu perkebunan dan ampas perasan tebu di pabrik
gula yang kerap terbuang percuma. "Batang padi sisa panen petani juga bisa

dimanfaatkan sebagai bahan," kata dia.


Dia memperkirakan saat ini Indonesia memiliki bahan limbah tandan kelapa sawit dan
kayu hutan serta perkebunan sekitar 98 juta ton per tahun. Teknologi hasil penelitiannya
menemukan cara memerah bensin dari biomassa dengan hasil 10 persen dari bahan.
"Dari 98 juta ton biomassa bisa didapatkan 9,8 juta ton minyak atau 235.000 barrel per
hari, jadi 20 persen dari kebutuhan BBM nasional," kata dia.
Secara ringkas, teknologi pengubahan biomassa menjadi bahan bakar minyak ini
terbagi dalam tiga tahap. Menurut Arief, bahan biomassa di tahap awal diolah dalam
proses bernama pirolisis. Tahapan ini berupa mengonversi biomassa padat menjadi gas,
cairan dan arang atau char lewat pemanasan dengan oksigen minim pada sushu 500-an
derajat celcius.
Cairan hasil proses pirolisis, yang berwarna hitam pekat seperti kopi kental, merupakan
bio-oil. Bahan ini sebenarnya berpotensi menjadi beragam produk jadi berbahan minyak
seperti bensin, minyak tanah, oli hingga biodiesel alias solar. "Saya lebih fokus ke
bensin karena ini yang paling dibutuhkan saat ini," kata akademikus yang menekuni riset
energi terbarukan sejak 1997 ini.
Menurut Arief bio-oil kemudian dimasukkan dalam peralatan lain untuk menjalani proses
cracking atau perengkahan. Perengkahan dalam suhu 700 derajat celcius dilakukan
dengan melibatkan zat katalis untuk membuat proses pemecahan rantai molekul lebih
efektif. "Banyak zat katalis yang potensial dipakai, salah satu yang kami manfaatkan
ialah zeolit," kata Arief.
Cairan hasil dari proses perengkahan tersebut kemudian menjalani proses distilasi atau
pemisahan zat dengan membedakan titik didih. Hasilnya, dua jenis cairan, yakni gasolin
alias bensin dan kerosin atau minyak tanah. Gasolin berupa cairan berwarna kuning
keemasan, sementara kerosin, kuning kehitaman.
Dia mengaku belum menguji tingkat efektivitas bensin dari bahan biomassa ini pada
mesin, meskipun unsur kimiawinya sudah mirip seperti bensin dari bahan fosil. Arief
masih mendalami kemungkinan efek tingkat keasaman yang tinggi dari bahan itu. "Kami
akan kerja sama dengan peneliti di teknik mesin UGM," kata Arief.
Dia juga menjelaskan ada satu teknologi lagi yang melengkapi hasil riset ini agar bisa

teraplikasi secara mudah dalam industri. Dia merakit alat khusus yang berfungsi
menyerap gas panas dari dua tabung baja tempat proses pirolisis dan perengakahan
berlangsung. Fungsinya menyimpan limbah gas bersuhu tinggi untuk dimanfaatkan lagi
dalam proses pirolisis atau perengkahan selanjutnya.
Arief menyebut alat tersebut berfungsi melakukan oksidasi parsial. Intinya menyimpan
panas hasil proses di dua alat lain agar limbah gas tak terbuang dan mengurangi
kebutuhan energi penaik suhu.
Dengan begitu, proses produksi bensin dari biomasaa ini miskin limbah. Sebabnya,
arang hasil proses pirolisis atau biochar juga bisa dipakai untuk menyerap karbon tanah
karena tekstur dalamnya yang berongga. "Bisa di tanam di lapisan tengah tanah dan
membantu kesuburan karena menyerap karbon," kata Arief.
Kalau ketiga peralatan tadi diintegrasikan, maka sudah layak jadi skema industri energi
terbarukan. Kebetulan dia sudah membuat miniatur model industri yang memakai
konsep pengintegrasian alat itu di laboratoriumnya. "Masih kami teliti lagi agar
konsepnya matang," kata dia.
Seorang mahasiswa S3 bimbingan Arief yang pernah berkunjung ke Brazil, Dani
mengatakan model industri energi terbarukan yang terintegrasi sudah lazim dipraktikkan
di negeri samba itu. Di sana semua pabrik gula memproduksi gula sekaligus etanol
untuk bahan bakar kendaraan. "Kalau gula harganya naik, dipakai untuk produksi gula,
tapi kalau turun, etanol yang diproduksi pabrik tebu di sana," kata dia.
Semua proses riset teknologi mengubah biomassa jadi bensin ini dilakukan di
laboratorium sederhana seluas separuh lapangan tenis. Dindingnya terbangun dari
tumpukan batako tanpa pelapis semen tembok. Lokasinya ada di tebing pinggiran Kali
Code yang meliuk tepat di belakang kompleks kampus Fakultas Teknik UGM

Memanfaatkan limbah Batang Pisang untuk bahan-bakar


Abstrak
Kenaikan harga bahan bakar minyak dan menipisnya cadangan sumber
minyak bumi di Indonesia dapat menjadi penghambat pembangunan pertanian
berkelanjutan. Atas dasar masalah tersebut, maka diperlukan upaya untuk mencari
sumber-sumber energi alternatif. Salah satu potensi energi alternatif adalah limbah

biomasa yang dihasilkan dari aktivitas produksi pertanian yang jumlahnya sangat
besar. Satu di antaranya adalah pemanfaatan limbah biomassa. Tanaman Pisang
merupakan salah satu yang menghasilkan limbah biomassa, yaitu Batang pisangnya
sebagai bahan baku pembuatan ethanol. Etanoldapat digunakan sebagai bahan
bakar untuk mobil, baik sendiri (E100) dalam mesin khusus atau sebagai
tambahan bensin untuk mesin bensin (wikipedia,2008). Etanol sendiri memiliki
angka oktan rata-rata 104. Jika dicampur dengan bensin, angka oktannya mampu
mencapai 118. Bioetanol adalah etanol yang terbuat dari sumber daya hayati melalui
proses fermentasi biologis. Proses Fermentasi merupakan salah satu rangkaian
proses pada pembuatan Bioethanol. Proses pembuatan bioethanol yaitu meliputi
ekstraksi pati dari bonggol pisang, hidrolisis pati menjadi glukosa, fermentasi
glukosa menjadi Bioethanol, destilasi dan dehidrasi. Dari rangkaian proses tersebut
akan dihasilkan Bioethanol berkadar kemurnian 99,5 % yang dapat dimanfaatkan
sebagai campuran bahan bakar yang ramah lingkungan (anneahira,
).
Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui proses pemanfaatan limbah
batang pisang untuk campuran bahan bakar melalui proses fermentasi pati menjadi
ethanol.

1.

Pendahuluan
Krisis energi mendorong pemerintah melakukan kebijakan penghentian
subsidi bahan bakar, konversi minyak ke gas, dan lain-lain. Kebijakan tersebut
membuat masyarakat sering kali sulit mendapatkan bahan bakar untuk memasak
karena keterbatasan gas di pasaran dan ketidak tersediaan minyak tanah terutama di
kota-kota besar.
Untuk mengatasi hal tersebut, masyarakat kini banyak mengembangkan
energi alternatif dan mandiri, antara lain: mengupayakan bio gas dengan
memanfaatkan kotoran hewan dan manusia, mengolah sampah menjadi gas, dan
pengembangan bio etanol.
Bio etanol yang dikembangkan masyarakat umumnya menggunakan bahan
dasar pati yang diperoleh dari singkong dan sagu, molase yang diperoleh dari tebu,
dan lain sebagainya. Bio etanol dapat digunakan sebagai campuran bensin untuk
bahan bakar kendaraan, dan juga dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam
memasak di rumah tangga. (nurdiyanto,2010)
2.
Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui proses pemanfaatan limbah
batang pisang untuk campuran bahan bakar melalui proses fermentasi pati menjadi
ethanol.
3.
Proses Fermentasi Etanol Dari Pati untuk Campuran Bahan
Bakar
3.1

Limbah Tanaman Pisang/ Biomassa


Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar
memanjang dari sukuMusaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M.

paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun
dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua
buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang
berwarna jingga, merah, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan
merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.
Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi cukup
tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium,
fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan
serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan
berasal dari karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi daripada apel. Apel
dengan berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori. Karbohidrat pisang menyediakan
energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan gula pasir dan sirup, tetapi lebih cepat dari
nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab itu, banyak atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi
pisang sebagai cadangan energi.
Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu
singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang
merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat
menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan
energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.
Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek
glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan
energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu
timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak kekurangan energi, sehingga
aktivitas secara biologis juga menurun.
Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa. Glukosa darah
sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik, antara lain diekspresikan dalam
kemampuan daya ingat. Glukosa tersebut terutama diperoleh dari sirkulasi darah otak karena
glikogen sebagai cadangan glukosa sangat terbatas keberadaannya. Glukosa darah terutama
didapat dari asupan makanan sumber karbohidrat. Pisang adalah alternatif terbaik untuk
menyediakan energi di saat-saat istirahat atau jeda, pada waktu otak sangat membutuhkan
energi yang cepat tersedia untuk aktivitas biologis.
Namun, kandungan protein dan lemak pisang ternyata kurang bagus dan sangat rendah,
yaitu hanya 2,3 persen dan 0,13 persen. Meski demikian, kandungan lemak dan protein pisang
masih lebih tinggi dari apel, yang hanya 0,3 persen. Karena itu, tidak perlu takut kegemukan
walau mengonsumsi pisang dalam jumlah banyak.
Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan besi. Bila
dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang, khususnya besi, hampir
seluruhnya (100 persen) dapat diserap tubuh. Berdasarkan berat kering, kadar besi pisang
mencapai 2 miligram per 100 gram dan seng 0,8 mg. Bandingkan dengan apel, yang hanya
mengandung 0,2 mg besi dan 0,1 mg seng untuk berat 100 gram.
Kandungan vitaminnya sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu betakaroten, sebesar
45 mg per 100 gram berat kering, sedangkan pada apel hanya 15 mg. Pisang juga mengandung
vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 (piridoxin). Kandungan vitamin B6

pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk
beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam sintetis dan metabolisme
protein, khususnya serotonin. Serotonin diyakini berperan aktif sebagai neurotransmiter dalam
kelancaran fungsi otak. Vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari
karbohidrat. Peran vitamin B6 ini jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas
sehari-hari (wikipedia,
).

Contoh penanganan limbah pisang dengan cara guna ulang (Reuse) ialah
a. Kulit Pisang Ambon Bisa Digunakan Untuk Pengobatan. `

Pisang ambon sangat bermanfaat bagi tubuh kita. Selain mengandung vitamin
C, pisang ambon juga mengandung serat tinggi yang berfungsi melancarkan saluran
pencernaaan, sehingga buang air besar pun jadi lancar. Ternyata, selain buahnya,
kulit pisang ambon pun berguna untuk mengobati bercak-bercak hitam agak kasar
( misalnya bekas cacar) pada kulit. Caranya, gosokkan kulit pisang ambon bagian
dalam pada kulit yang terdapat bekas cacar. Biarkan beberapa saat, setelah itu cuci
dengan air hangat. Lakukan cara ini secara rutin dan penuh kesabaran. Hasilnya,
kulit akan kembali mulus seperti sediakala.
b. Bonggol pisang untuk obat dan makanan

Air bonggol pisang kepok dan klutuk juga diketahui dapat dijadikan obat
untuk menyembuhkan penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur serta untuk
memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Sedangkan untuk makanan,
bonggol pisang dapat diolah menjadi penganan, seperti urap dan lalapan.
c. Batang Pisang yang dijadikan pakan ternak
Batang pisang yang tidak dipakai biasanya langsung dibuang atau untuk menahan laju air
tapi selain itu batang pisang juga bisa digunakan untuk pakan ternak karena kandungan yang
terkandung di dalam batang pisang dapat meningkatkan gizi pada ternak tersebut sehingga akan
meningkatkan kualitas dari ternak tersebut (Rina,2009).

Biomassa, dalam industri produksi energi, merujuk pada bahan biologis yang
hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk
produksi industrial. Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang
dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, tapi dapat juga mencakup materi
tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi serat, bahan kimia,
atau panas. Biomassa dapat pula meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat
dibakar sebagai bahan bakar. Biomassa tidak mencakup materi organik yang
telah tertransformasi oleh proses geologismenjadi zat seperti batu bara atau minyak
bumi.
Biomassa biasanya diukur dengan berat kering. Biomassa sangat beragam
jenisnya yang pada dasarnya merupakan hasil produksi dari makhluk hidup.
Biomassa dapat berasal dari tanaman perkebunan atau pertanian, hutan, peternakan
atau bahkan sampah. Biomassa (bahan organik) dapat digunakan untuk
menyediakan panas, membuat bahan bakar, dan membangkitkan listrik, hat ini
disebut bioenergi. Bioenergi berada pada level kedua setelah tenaga air dalam
produksi energi primer terbarukan di Amerika Serikat.

Pemanfaatan energi biomassa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dewasa


ini teknologi pemanfaatan energi biomassa yang telah dikembangkan terdiri dari :
1. Pembakaran langsung (direct combustion) dalam bentuk pemanfaatan
panas.
Pemanfaatan panas biomassa telah dikenal sejak dulu seperti pemanfaatan
kayu bakar. Pemanfaatan yang cukup besar umumnya untuk menghasilkan uap pada
pembangkitan listrik atau proses manufaktur. Dalam sistem pembangkit, kerja
turbin biasanya memanfaatakan ekspansi uap bertekanan dan bertemperatur tinggi
untuk menggerakkan generator. Di industri kayu dan kertas, serpihan kayu
terkadang langsung dimasukkan ke boiler untuk menghasilkan uap untuk proses
manufaktur atau menghangatkan ruangan. Beberapa sistem pembangkit berbahan
bakar batubara menggunakan biomassa sebagai sumber energi tambahan dalam
boiler efisiensi tinggi untuk mengurangi emisi.
2. Konversi menjadi bahan bakar cair.
Dua bahan bakar bio yang paling umum adalah ethanol dan biodiesel. Ethanol
merupakan alkohol yang dibuat dengan fermentasi biomassa dengan kandungan
hidrokarbon yang tinggi seperti jagung metaldi proses yang sama untuk membuat
bir. Ethanol paling sering digunakan sebagai aditif bahan bakar untuk mengurangi
emisi CO dan asap lainnya dari kendaraan. Biodiesel merupakan ester yang dibuat
menggunakan minyak tanaman, lemak binatang, ganggang, atau bahkan minyak
goreng bekas. Biodiesel dapat digunakan sebagai aditif diesel untuk mengurangi
emisi kendaraan atau dalam bentuk murninya sebagai bahan bakar kendaraan
3. Pemanfaatan Gas Biomassa
Pemanfaatan gas biomassa skala kecil yang banyak diaplikasikan oleh
masyarakat adalah pemanfaatan gas metana hasil fermentasil yang langsung dibakar
untuk dimanfaatkan panasnya. Pada skala yang lebih maju pemanfaatan gas
biomassa dilakukan melalui sistem gasifikasi menggunakan temperatur tinggi untuk
mengubah biomassa menjadi gas (campuran dari hidrogen, CO dan metana)
(anonim,2007).
3.2

Ethanol / Bio Ethanol


Etanol adalah cairan tak berwarna, mudah terbakar, dan bersifat volatil (mudah
menguap). Etanol biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari pada minuman beralkohol,
antiseptik, dan termometer. Secara trivial, dalam kehidupan sehari-hari, sebutan alkohol
biasanya merujuk pada etanol. Kini telah populer juga bahan bakar etanol. Bioetanol adalah
etanol yang terbuat dari sumber daya hayati melalui proses fermentasi biologis. Contoh paling
sederhana pembuatan bietanol adalah pembuatan minuman beralkohol seperti bir, tuak
atau wine. Etanol bisa digunakan sebagai bahan bakar karena kalor dan energi yang
dihasilkannya cukup tinggi, yaitu sekitar 21,2 Mega Joule/Liter. Nilai ini hanya 35% lebih rendah
dibandingkan kalor yang dihasilkan oleh bensin.

Etanol saling melarut sempurna dengan bensin pada setiap perbandingan


komposisinya sehingga etanol biasa digunakan sebagai bahan bakar campuran
bensin. Keuntungan dari pencampuran etanol ke dalam bensin adalah naiknya nilai

angka oktan campuran etanol-bensin. Angka oktan adalah perbandingan komposisi


iso-oktana terhadap heptana dalam bahan bakar. Angka oktan merupakan salah satu
penanda unjuk kerja bensin sebagai bahan bakar. Semakin tinggi angka oktan,
semakin mudah bahan bakar mengalami auto-ignisi (terbakar dengan sendirinya)
sehingga daya bangkit bahan bakar terhadap mesinnya semakin besar. Etanol sendiri
memiliki angka oktan rata-rata 104. Jika dicampur dengan bensin, angka oktannya
mampu mencapai 118. Bandingkan dengan bensin premium yang angka oktannya
hanya 87 atau Pertamax yang berangka oktan 98.
Melimpahnya sumber bahan baku alami bioetanol di Indonesia menunjukkan
bahwa Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan industri bioetanol. Dan
mulai mengurangi konsumsi bahan bakar berbasis minyak bumi. Gula tebu dan
jagung ini salah satunya yang kemudian digunakan sebagai bahan baku
fermentasi alkohol untuk menghasilkan bioetanol (anneahira,
).
3.3

1.

2.

Proses Fermentasi Etanol dari pati limbah Batang Pisang untuk


Campuran Bahan Bakar
Bonggol pisang memiliki komposisi yang terdiri dari 76% pati, 20% air.
Potensi kandungan pati bonggol pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai
bioetanol dengan metode hidrolisis asam dan enzimatis menjadi bioetanol. Bioetanol
merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di
samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa
(gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi.
Proses Fermentasi merupakan salah satu rangkaian proses pada pembuatan
Bioethanol. Proses pembuatan bioethanol yaitu meliputi ekstraksi pati dari bonggol
pisang, hidrolisis pati menjadi glukosa, fermentasi glukosa menjadi Bioethanol,
destilasi dan dehidrasi. Dari rangkaian proses tersebut akan dihasilkan Bioethanol
berkadar kemurnian 99,5 % yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan
bakar yang ramah lingkungan.
Langkah langkah yang digunakan untuk mengubah bonggol pisang menjadi
bioetanol adalah sebagai berikut:
Bonggol pisang dikupas, diparut, lalu dihidrolisis (pengubahan pati menjadi
glukosa) dengan ragi tape. Proses peragian atau fermentasi gula menjadi bioetanol
dilakukan dengan menambahkan yeast atau ragi. Pada tahun 1815, Gay-Lussac
memformulasikan konversi glukosa menjadi etanol dan karbondioksida. Formulanya
sebagai berikut :
C6H12O6

2C2H5OH + 2CO2
Pati yang telah dipecah menjadi glukosa difermentasi secara anaerob
dengan yeast untuk menghasilkan etanol.Pada proses tersebut, mikroorganisme
yang dilibatkan adalah Saccharomyces cerevisiae (Naila,2010).
Kemudian ditambahkan Yeast (komponen utama dalam peragian) untuk fermentasi
alkohol. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2. Bahan kemudian
dialirkan ke dalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran
27-32 0C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba
lainnya (Naila,2010).

3.
4.

5.

6.

7.

Setelah itu disaring.


Hasilnya kemudian didestilasi (proses pemisahan air). Proses distilasi pada
pembuatan etanol sebagai bahan bakar alternatif bertujuan untuk meisahkan etanol
dengan air pada etanol hasil fermentasi. Pada distilasi ini, pemisahan alkohol dengan
air dilakukan dengan memperhitungkan perbedaan titik didih kedua zat tersebut.
Dengan proses distilasi atau pemisahan ini, maka akan didapatkan etanol dengan
kemnurnian yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar
alternatif.
Jadilah bioetanol dengan grade sebesar 83%. Akan tetapi, masih ada halangan
dalam mendapatkan etanol dengan kemurnian yang lebih tinggi 99,5 % (fuel based
ethanol) yaitu adanya ikatan hidrogen pada struktrur senyawa kimia ethanol yang
sangat sulit untuk dilepaskan. Uleh karena itu untuk mendapatkan etanol dengan
kadar kemurnian paling tinggi (fuel grade ethanol) haruslah dilakukan distilasi
azeotrop, yaitu proses pemisahan senyawa pada suatu campuran dimana fasa uap
yang dihasilkan pada proses pemanasan distilasi sama dengan fasa cair pada
campuran, sehingga kedua zat sangat sulit dipisahkan dengan menggunakan distilasi
biasa.
Besarnya grade bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk
kendaraan harus betul betul kering dan anhydrous supaya tidak menyebabkan
korosi, sehingga bioetanol harus mempunyai grade sebesar 99,5% - 100%. Bioetanol
yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya
lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92 lebih
tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 94.
Agar mendapati grade sebesar 99,5% maka ditambahkan kapur sebagai zat pengikat
air kemudian didestilasi (proses pemisahan molekul air) (majalahenergi.com, 2010) .
4.

Manfaat Bioetanol
Bioetanol memiliki banyak manfaat karena dicampurkan dengan bensin pada
komposisi berapapun memberikan dampak yang positif dalam mengurangi emisi
yang dihasilkan oleh bahan bakar minyak (bensin). Pencampuran bioetanol absolut
sebanyak 10 % dengan bensin 90 % sering disebut gasohol E-10 yang memiliki angka
oktan 92 dibanding dengan premium hanya 87-88. Bioetanol dikenal sebagai octan
enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dibandingkan Tetra Ethyl Lead
(TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE). Keuntungan dari
pencampuran etanol ke dalam bensin adalah naiknya nilai angka oktan campuran
etanol-bensin.
5.
Kesimpulan
1. Kandungan pati bonggol pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol
dengan metode hidrolisis asam dan enzimatis menjadi bioetanol.
2. Proses pembuatan bioethanol yaitu meliputi ekstraksi pati dari bonggol pisang,
hidrolisis pati menjadi glukosa, fermentasi glukosa menjadi Bioethanol, destilasi dan
dehidrasi.
3. Proses ini akan menghasilkan Bioethanol berkadar kemurnian 99,5 % yang dapat
dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar yang ramah lingkungan.

4. Keuntungan dari pencampuran etanol ke dalam bensin adalah naiknya nilai angka
oktan campuran etanol-bensin.
5. Manfaat campuran Bioethanol dengan bensin adalah dapat mengurangi emisi yang
dihasilkan oleh bahan bakar minyak.

Daftar Referensi :
Naila,
2010,
Fermentasi
Bioethanol,
[online],
(http://dunianaila.blogspot.com/2010/04/proses-fermentasi-glukosa-menjadibioethanol, diakses tanggal 07 maret 2011)
Rezky, 2009, Proses Pembuatan bioethanol sebagai sumber energi alternatif,
[online], (http://padang-today.com/?mod=artikel&today=detil&id=230, diakses tanggal 07
maret 2011)
Anonim,

2010,

bioethanol

dari

bonggol

pisang,

[online],

(http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/bioetanol-daripisang, diakses tanggal 07 maret 2011)


Wikipedia,
2009,
Bahan
Bakar
Ethanol,
[online],
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar_etanol, diakses tanggal 06 maret 2011)

Anne,
, Bahan Bakar Etanol, Sumber Energi Masa Depan, [online],
(http://www.anneahira.com/bahan-bakar-etanol.htm, diakses tanggal 06 maret
2011)
Anonim,
2010,
Pati
dari
limbah
batang
pisang,
[online],
(http://id.shvoong.com/lifestyle/food-and-drink/2053512-pati-dari-limbah-batang-pisang/,
diakses tanggal 07 maret 2011)
Wikipedia, 2009, Pisang, [online], (http://id.wikipedia.org/wiki/Pisang, diakses tanggal 07
maret 2011)
Rina,
2009,
Pemanfaatan
Limbah
darii
tanaman
Pisang,
(http://onlinebuku.com/2009/01/29/pemanfaatan-limbah-dari-tanaman-pisang/,

[online],
diakses

tanggal 07 maret 2011)


Anonim, 2007, Energi Biomassa, [online], ( diakses tanggal 05 maret 2011)

Tanaman Penghasil Biomassa


Biomassa adalah salah satu sumber energi terbarukan yang menjadi sangat populer karena
banyak orang mulai beralih ke sumber-sumber energi hijau. Biomassa berasal dari tanaman
yang dapat diolah untuk menghasilkan panas atau listrik. Karbon yang digunakan untuk
menghasilkan energi ini diserap oleh tanaman dari atmosfir. Tanaman penghasil biomassa akan
menyerap karbon ketika tumbuh dan kemudian mengembalikannya kembali ke atmosfer ketika
mati dan terurai (membusuk). Ada berbagai tanaman biomassa yang dapat digunakanu untuk

menghasilkan energi biomassa. Diantaranya adalah kayu alami, tanaman energi, residu
pertanian, limbah makanan dan co-produk industri.
Kayu Alami
Kayu Alami termasuk diantaranya berupa kayu dan turunannya seperti serbuk gergaji dan kulit
kayu yang belum bersentuhan dengan perlakuan kimia. Kayu ini bisa berasal dari jenis yang
berbeda-beda dan hal ini akan menentukan karakteristik fisik dan kimianya. Kayu alami adalah
pilihan yang cocok untuk aplikasi energi yang beragam. Bahan ini dapat digunakan untuk
menghasilkan panas dan listrik. Kayu alami bisa berasal dari hutan, kebun atau taman dan
merupakan salah satu bahan biomassa yang paling umum digunakan.
Tanaman Energi

"Tanaman energi" adalah tanaman yang hanya ditanam untuk produksi bahan bakar. Ada
berbagai jenis tanaman energi termasuk tanaman energi siklus pendek, rumput dan non-kayu,
serta tanaman pertanian. Ketika tanaman energi ditanam, fokus utamanya adalah
memaksimalkan panen untuk mendapatkan sejumlah besar biomassa per hektarnya.
Tanaman energi biasanya ditanam di daerah yang memiliki luas hutan terbatas untuk memenuhi
kebutuhan energi biomassa. Penggunaan tanaman energi sebagai sumber daya listrik telah
dikritik oleh banyak pihak karena dianggap mengganggu produksi pangan. Produksi tanaman
energi juga dipermasalahkan karena biaya pangan yang tinggi di dunia. Tetapi tanaman energi
ini merupakan sumber biomassa yang terbaik setelah kayu alami.
Residu Pertanian
Residu pertanian juga merupakan bahan biomassa dan ada berbagai sumber yang dapat
digunakan, termasuk diantaranya adalah kotoran hewan, sisa tanaman pertanian seperti sekam
dan jerami, alas kandang hewan dan bahan organik lainnya seperti silase dan rumput. Bahan
biomassa jenis ini dibagi menjadi residu kering dan residu basah. Sebelum residu pertanian
basah dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, mereka harus dikeringkan terlebih dahulu.
Sisa Makanan

Sisa makanan adalah jenis lain bahan biomassa dari tanaman. Bahan sumber energi ini berasal
dari sisa makanan individu, restoran, rumah dan hotel. Sampah tersebut dikumpulkan selama
proses distribusi bahan baku, pengolahan dan penanganan makanan. Banyak limbah yang
dihasilkan dari sisa makanan dan limbah ini bisa digunakan untuk menghasilkan energi
biomassa.
Co-produk Industri
Kebanyakan operasi dan proses industri akan menghasilkan limbah dan co-produk, yang dapat
digunakan untuk menghasilkan bahan bakar biomassa. Jenis bahan tanaman biomassa dapat
dikategorikan ke dalam bahan kayu (seperti cangkang sawit) dan bahan non-kayu (limbah
agroindustri non kayu). Teknologi yang diterapkan untuk mendapatkan energi biomassa dari
kayu alamiah digunakan pula untuk limbah industri dan co-produk. Sumber bahan biomassa ini
meliputi kayu yang belum mendapatkan perlakuan, kayu laminasi dan komposit kayu, serta
limbah dan residu pengolahan kayu.

Apa itu Energi Biomassa? Definisi dan


4 Contohnya
AMAZINE.CO - ONLINE POPULAR KNOWLEDGE

Baca juga

Pengganti BBM: Ketahui 6 Sumber Bahan Bakar Alternatif

Apa itu Asam Laktat? Karakteristik & Proses Pembentukannya

Apa itu Biogas? Proses Pembentukan & Kegunaannya

Terdapat dua jenis energi yaitu energi terbarukan dan energi tak terbarukan.
Energi terbarukan merupakan sumber energi yang bisa diperbarui lagi atau bisa
digunakan secara berulang.
Di sisi lain, sumber energi tak terbarukan tidak bisa digunakan terus menerus serta
akan habis pada satu titik.

Biomassa merupakan jenis sumber energi terbarukan yang diperoleh dari materi
alami.

Apa itu Energi Biomassa?


Energi biomassa adalah jenis bahan bakar yang dibuat dengan mengkonversi bahan
biologis seperti tanaman.
Bahan organik juga dapat diperoleh dari hewan dan mikroorganisme.
Seperti diketahui, tumbuhan memproduksi makanan dengan bantuan sinar matahari
melalui proses fotosintesis.
Energi ini lantas ditransfer ke hewan dan manusia saat mereka mengkonsumsi
tumbuhan.
Biomassa, yang terutama terdiri dari tumbuhan, mampu memberikan sejumlah besar
energi yang digunakan untuk berbagai keperluan.
Saat tidak dikonsumsi oleh hewan, tumbuhan lantas dipecah atau dimetabolisme
oleh mikroorganisme untuk kemudian melepaskan karbon dioksida dan metana
kembali ke atmosfer.
Hal tersebut merupakan proses berkesinambungan yang berkontribusi pada siklus
karbon.

Contoh Energi Biomassa


Seperti disebutkan sebelumnya, biomassa adalah bentuk energi terbarukan karena
diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diproduksi lagi.
Hal ini karena sumber utama biomassa (tumbuhan) berlimpah di alam dan dapat
terus tumbuh, serta limbahnya (dalam bentuk daun kering, cabang mati, dll) tersedia
terus-menerus.
Berikut adalah berbagai contoh sumber energi biomassa:

1. Limbah pertanian
Sejumlah limbah pertanian dapat digunakan untuk produksi energi biomassa.
Berbagai limbah tersebut diantaranya adalah jerami, ampas tebu, kotoran ternak,
serta kotoran unggas yang bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan panas dan listrik.
2. Biogas
Biogas diproduksi melalui pemecahan bahan organik seperti kotoran manusia,
material tanaman, pupuk kandang, dll.
Semua bahan organik tersebut diuraikan melalui proses fermentasi dengan bantuan
mikroorganisme anaerobik untuk menghasilkan karbon dioksida dan metana.
Gas yang dihasilkan lantas digunakan untuk bahan bakar seperti menyalakan
kompor, digunakan sebagai pemanas, atau untuk membangkitkan listrik.
3. Tanaman energi
Terdapat juga sejumlah tanaman energi yang ditanam secara komersial sebagai
sumber energi.
Tanaman ini dibudidayakan dalam skala besar dan diproses untuk menghasilkan
bahan bakar.
Berbagai tanaman sumber energi ini diantaranya adalah jagung, kedelai, rami, serta
gandum.
Produk bahan bakar yang dihasilkan meliputi butanol, etanol, metanol, propanol,
serta biodiesel.
4. Kayu

Kayu dibakar sebagai bahan bakar di banyak tempat di seluruh dunia. Kayu
dianggap sebagai bentuk sederhana dari biomassa.
Energi yang dilepaskan oleh pembakaran kayu digunakan untuk memasak, untuk
menghasilkan panas, dll.
Kayu juga digunakan untuk produksi listrik pada skala besar seperti dalam kasus
pembangkit listrik tenaga uap.
Hanya saja, pembakaran kayu disertai dengan emisi sejumlah besar karbon dioksida
ke udara yang merupakan gas rumah kaca.
Untuk menyeimbangkan polusi, lebih banyak pohon harus ditanam sehingga mampu
menyerap kelebihan karbon dioksida dari atmosfer.[]

No.

Judul Tugas Akhir

Mahasiswa

Prarancangan Pabrik Methyl Ester dari Trigliserida Desi Nurandini


(Minyak CPO)
Sulaiman

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka Emma Fitriya


dengan Proses Hydrogenasi
Irham Nurhandi
Sali Ashar

Prarancangan Pabrik Methanol dari Batubara


Bitumious

Maulana Haris M.

Prarancangan Pabrik Dimethyl Eter dari Metanol


dan Aniline

Prarancangan pabrik Polyprolilene dari Ethylene


dan Propilene

Indra Prana
I Putu Arya
Anniy Nurin Najma
Abdiatul Husna

Prarancangan pabrik Cement Portland

Yuda Sissriani
Ria Dewi A.

Prarancangan Pabrik Etanol dari Pati/selulosa

Tejo Wahyudi
Noor Wahidayanti

Prarancangan pabrik etilen dicloride

Ade Ristriananda

Prarancangan Pabrik Hexamethylendiamnine dari Verawati H.D.


Adiponitril dengan Proses Hydrogenasi
Diah Ayu R.
Sri Mawarni

10

Prarancangan pabrik formaldehid dari metanol


dengan proses oksidasi

Amin Setyo W.

11
12

Prarancangan pabrik ammonium sulfat dengan


proses netralisasi
Prarancangan pabrik asetaldehid dari etilen dan

Hasnawati
Syaiful A.
Saridha Ariyani A.

oksigen dg one-stage process kapasitas 150 ton/th Anna Permanasari


13

Prarancangan pabrik etilenoksid dengan kapasitas Berty Andarini


396000 kg/th dan 360000 kg/th
Ernawati
Niska Nana P

14

Prarancangan pabrik Methyl Ethyl Keton dari


Secondary Buthyl Alcohol
Prarancangan pabrik etilcloride dari etilen dan
klorin

M. Joko Adi Nugroho

15

Arief Faturrahman

16

Prarancangan Pabrik Melamine dari Urea dengan


Proses BASF

17

Prarancangan pabrik urea glue dengan kapasitas


25.000 ton/tahun

18

Prarancangan pabrik phenol dari cumene dengan Maya Puspita sari


menggunakn proses oksidasi
Ni Luh Ratna AKD

19

Prarancangan Pabrik Acetone dari Isopropyl


Alkohol dengan Proses Dehidrogenasi

20

Prarancangan Pabrik Gliserol Monoleat dari Crude Fathul Hamidi


Oil Palm dengan Proses Esterifikasi
Sugiantoro

21

Prarancangan Pabrik Purified Therepthalic Acid


Dari Paraxilena Dengan Proses Oksidasi

22

Prarancangan pabrik Nitrogliserin dan Asam Nitrat Nur Halisah


dan Gliserin
Afrisa Noor Hidayanti
Prarancangan Pabrik Maleic Anhydryde dari
Butana

Yuliawati

23

Dessy Rosiana

24

Prarancangan Pabrik Phthalic Anhydride dari Oxylene dengan Proses Oksidasi

M. Aris Pramana

25

Prarancangan Pabrik Polystyrene dari Styren


dengan kapasitas 60.000 ton/tahun

26

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Yuka Al Isnaini


Proses Oksidasi
Qastalina Nuryani

27

Prarancangan Pabrik Hexachlorobutadiene Dari 1,3 Ahmad Fadhillah


Butadiene dan Chlor
Sisca Florencia Lukito

Lisa Mariani
Winyka Hayatun Hajjah
Noerhadi Wiyono
Agus Suriyani

Pahrian Hifni
Novhan D.N.

Puput Wulandari
Noor Annisa

Doony H.N.
Agnes Yanti Manalu
Ahmad Taufik

Isma Farah
28

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Crude Palm Oil Rahmawati Auliya

29

Prarancangan Pabrik Etanolamine dari Etilenoksid


dan ammonia
Tutang Kania Koswartin

30

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Ampas


Tapioka dan HNO3 dengan Proses Oksidasi

31

Prarancangan pabrik asetonitril dari ammonia dan


propilena
Wirabayu Adisastra

32

Prarancangan pabrik cumene dari benzene denganVera Indriyani


proses alkylasi
Sri Widia Luthfianti

33
34

Prarancangan Pabrik Phenil Eter Alkohol dari


Benzene dan Ethylen Oxide
Prarancangan Pabrik Pentaerythritol dari

Yennie
Rima Nurul H

Mayang amalia
Hetti Andriayani
Eka Rosiyana

35

Asetaldehid, Formaldehid dan Sodium Hidroksida

Yenni Cristin

Prarancangan Pabrik Asam Formiat dari Metil


Format dan Air

Yunita Novianti
Musyaddah
Thoyib Nur

36

Prarancangan Pabrik Kopolimer Acrylic

Rizky Miraji

37

Prarancangan pabrik bioetanol dari Molase

Risti Mustika Sari

38

Prarancangan Pabrik Precipitated Silica dari Asam Mursyidah


Sulfat dan sodium Silica
Nur Izatil Hasanah

39

Prarancangan Pabrik Dimethyl Terephalate dari


Asam Terephalate dan Metanol

Parsiah Qudsi

41

Prarancangan pabrik Lauril Sulfat dari Lauril


alkohol dan asam sulfat kapasitas 50.000 ton/th
Prarancanagn Pabrik Dibuthyl Phthalate dari
Phthalic Anhidride dengan Butanol Kapasitas
16.000 ton/tahun dan 17.000/tahun

42

Prarancangan Pabrik Aluminium Sulfat dari Baulsit Kamal Adi Saputra


dan Asam Sulfat
Ricky Rahmat

43

Prarancangan pabrik styrene dari ethylbenzene


proses dehidrogenassi kapasitas 50.000 ton/thn

40

Nugraha Yunan M
Aliyah
Ervina Astuti

Haikal Farabi
Sugianto

Anda mungkin juga menyukai