Anda di halaman 1dari 22

HUKUM PERJANJIAN

INTERNASIONAL

Reservasi
(Pensyarata
n)Perjanjian
Internasion
al

PENGERTIAN
Pernyataan sepihak oleh suatu negara pada waktu
menandatangani
,
menerima,
menyetujui
atau
menyatakan ikut serta terhadap suatu perjanjian yang
maksudnya untuk menghilangkan atau mengubah
akibat hukum dari ketentuan2 tertentu dari perjanjian
itu dalam penerapannya terhadap negara ybs
Unsur2 esensial dari pensyaratan;
1.Pensyaratan harus dinyatakan secara formal
2.Pensyaratan
bermaksud
untuk
membatasi,
meniadakan atau mengubah akibat hukum dr
ketentuan2 yg terdapat dlm perjanjian
Pensyaratan merupakan penerimaan bersyarat dr
negara ybs thd materi perjanjian

LATAR BELAKANG RESERVASI


Dalam suatu PI adakalanya suatu negara yg akan
menjadi pihak dalam perjanjian internasional tidak
menyetujui keseluruhan materi perjanjian , karena
diantara materi atau ketentuan perjanjian itu ada
yg tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan nasional atau kepentingan nasional dr
negara ybs.
Hanya ditujukan thd isi (materi) dari perjanjian
multilateral
Tidak mengenai cara mengadakan perjanjian,
prosedur dll
Dengan
melakukan
reservasi,
negara
ybs
menyetujui isi perjanjian dengan syarat2 yg
diajukan.

BENTUK-BENTUK PENSYARATAN
1. Mengadakan penafsiran tertentu terhadap
pasal-pasal
tertentu
dalam
perjanjian
tersebut sesuai dengan kepentingannya
2. Menyatakan
bahwa
pada
pasal-pasal
tertentu akan diadakan perubahan sehingga
sesuai dengan kepentingannya
3. Menyatakan bahwa pasal atau pasal-pasal
tertentu tidak berlaku baginya

TIDAK DIIJINKANNYA PENSYARATAN


1. Pensyaratan tidak diijinkan oleh perjanjian
itu sendiri
2. Perjanjian tsb menyatakan bahwa hanya
pensyaratan khusus yg diperbolehkan ,
sedangkan pensyaratan lain ( specified of
reservation) tidak
3. Jika pensyaratan tidak mungkin diadakan
sesuai dengan maksud dan tujuan dari
perjanjian tersebut

KLASIFIKASI PENSYARATAN
RENATA SZAFARZ
1.Pensyaratan yg berkaitan dengan ketentuan2
penyelesaian sengketa (reservation to dispute
settlement provisions)
2.Pensyaratan
terhadap
berbagai
ketentuan
penutup ( Reservation to other final clause)
3.Pensyaratan
terhadap
inti
perjanjian
yg
berhubungan dengan suatu ketentuan yg khusus
(reservation to the merits or treaties that single out
a specific provision)
4.Pensyaratan terhadap inti perjanjian secara
keseluruhan (reservation to the merits of the entire
treaty)

KATEGORI PENSYARATAN
OSCAR SCHACHTER
1.Pensyaratan mengenai ketentuan2 substantif
dari perjanjian (resevation regarding substantive
treaty clauses)
2.Pensyaratan yg berhubungan dengan tidak
adanya pengakuan (reservation relating to nonrecognition)
3.Pensyaratan
yg
berhubungan
dengan
ketentuan2 (syarat2) penyelesian sengketa
( reservation relating to dispute settlement
clauses)

PENGGOLONGAN LAIN
1. MINOR SUBSTANTIVE RESERVATION ; suatu
pernyataan oleh negara yg tidak memberikan
pengaruh
yg
begitu
besar
terhadap
berlakunya perjanjian
2. MAJOR SUBSTANTIVE RESERVATIONS : apabila
pengaruhnya
begitu
besar
terhadap
berlakunya perjanjian

PERKEMBANGAN DOKTRIN MENGENAI


PERSYARATAN
Efek hukum dari pensyaratan tergantung diterima atau
ditolaknya
pensyaratan
tsb
oleh
negara
penandatangan lain
1.Asas Kesepakatan Bulat ( unanimity principle)
:pensyaratan hanya berlaku apabila para peserta lain
dalam perjanjian multilateral ybs menyetujuinya/ neg
itu tdk dpt mjd pihak dlm perjanjian dng pensyaratan
yg diajukannya
2.Sistem Pan Amerika : tdk diperlukan persetujuan
(consent) yg bulat dr para peserta konvensi atas
pensyaratan yg diadakan oleh negara yg hendak turut
serta dlm konvensi , melainkan konvensi itu dianggap
berlaku dng pensyaratan yg diajukan, antara yg
mengajukan pensyaratan dan negara yg menerimanya.

RESERVASI MENURUT KETENTUAN


KONVENSI WINA 1969
Diatur dalam Pasal 19 sampai dengan 23 Konvensi
Pasal
19:
negara
berhak
mengemukakan
pensyaratan
pada
saat
penandatanganan,
penyerahan
instrumen
ratifikasi,
menerima
(acceptance) suatu perjanjian, menyatakan turut
serta (accession), kecuali apabila perjanjian itu
melarang untuk mengadaakan pensyaratan.
(jk suatu perjanjian tdk scr tegas menyatakan adanya
pensyaratan,
negara
dapat
mengajukan
pensyaratan
terkecuali
pensyaratan
tersebut
bertentangan dengan maksud dan tujuan dari
perjanjian)

PASAL 20 AYAT
Ayat (1) Bila pensyaratan diijinkan oleh
perjanjian, maka tdk perlu meminta suatu
pernyataan diterima oleh negara lain
Ayat (2) dalam keadaan khusus, yakni jika
perjanjian
tsb
harus
berlaku
secara
keseluruhan (seutuhnya) , maka persetujuan
dari
setiap
negara
anggota
perjanjian
disyaratkan
Ayat (3) jika perjanjian dimaksud merupakan
suatu Anggaran Dasar dr suatu Organisasi
Internasional, kecuali ditentukan lain, maka
pensyaratan
memerlukan
persetujuan
dr
lembaga yg berwenang dr organisasi itu

AKIBAT HUKUM PENSYARATAN (PASAL


20 AYAT (4))
a. Suatu pensyaratan yg diajukan oleh suatu neg dan
diterima oleh neg peserta lain, maka antara negara yg
menyatakan pensyaratan dan negara yg menerimanya
, perjanjian itu akan berlaku diantara mereka
b. Suatu keberatan oleh negara peserta lain thd suatu
persyaratan
tdk
menegsampingkan
berlakunya
perjanjian (diantara mereka), kecuali bila maksud yg
bertentangan secara tegas dinyatakan oleh negara yg
berkeberatan tsb
c. Suatu tindakan yg meyatakan keinginan suatu negara
untuk diikat dlm suatu perjanjian dan berisikan suatu
pensyaratan, mulai berlaku sejak setidak22nya satu
peserta lain menerima pensyaratan tsb

PASAL 20 AYAT (4)


Kecuali dinyatakan lain, suatu pensyaratan
dianggap diterima oleh suatu negara, jk tdk
menimbulkan suatu keberatan terhadap
pensyaratan tsb, pada akhir 12 bulan setelah
pensyaratan itu diajukan, atau pada
saat
dijelaskan keinginannya untuk mengikatkan
diri pada perjanjian , satu dari kemungkinan
tsb yg lebih akhir ini

PASAL 23 AYAT (1)


Pernyataan
adanya
pensyaratan
atau
keberatan
terhadap
pensyaratan,
harus
dinyatakan
secara
tertulis
dan
harus
dberitahukan pada pihak peserta lainnya
dalam perjanjian tsb
Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian itu,
maka suatu pensyaratan dapat ditarik pada
setiap saat, dan persetujuan dari negara yg
telah menerima pensyaratan tidak diperlukan

PROSEDUR MENERIMA ATAU MENOLAK


SUATU PENSYARATAN
Pasal 23 ayat (1) : pernyataan menerima atau
menolak suatu pensyaratan haruslah diformulasikan
secara tertulis dan harus dikomunikasikan kpd
negara2 peserta dan negara2 lain yg berhak menjadi
pihak dalam perjanjian (demikian pula halnya dng
penarikan
(withdrawal)
thd
pensyaratan
dan
penarikan
thd
penolakan
(objecting)
suatu
pensyaratan jg hrs dinyatakan scr tertulis
Jika pensyaratan dirumuskan pd saat menandatangani
perjanjian berkaitan dng ratifikasi, penerimaan atau
persetujuan harus dilakukan scr formal (must be
formally confirmed) oleh neg yg mengajukan
pensyaratan pd saat menyatakan persetujuannya
mengikatkan diri pd perjanjian tsb
Dalam hal itu, pensyaratan dianggapntelah dibuat
pada saat penguatannya

PROSEDUR MENERIMA ATAU MENOLAK


SUATU PENSYARATAN (LANJUTAN)
Suatu pernyataan menerima atau menolak pensyaratan
yg dilakukan sblm penguatan (confirmation), maka
pensyaratan tsb tdk memerlukan penguatan lg
Penarikan (withdrawal) thd suatu pensyaratan dpt
dilakukan setiap waktu dan dalam hal ini , persetujuan
suatu neg yg telah menerima pensyaratan itu tdk
diwajibkan (Pasal 22 ayat (1) dan (2)
Penarikan diri (withdrawal) thd pensyaratan mulai
berlaku dlm hubungannya dng neg peserta yg lain,
apabila pemberitahuan ttg hal itu telah diterima oleh
neg ybs, sedangkan penarikan keberatan (penolakan)
thd pensyaratan, mulai berlaku apabila pemberitahuan
ttg hal itu telah diterima oleh negara yg mengajukan
pensyaratan (Pasal 22 ayat (3))

PROSEDUR MENERIMA ATAU MENOLAK


SUATU PENSYARATAN (LANJUTAN)
Jika tdk ada keberatan (penolakan) thd suatu
pensyaratan yg diajukan oleh suatu negara ,
maka pensyaratan dianggap telah diterima pd
akhir
12
bulan
setelah
pensyaratan
itu
diumumkan, atau pada saat (tanggal) negaraybs
menyatakan persetujuannya untuk mengikatkan
diri pada perjanjian tsb (Pasal 20 ayat (5))
Apabila setelah masa 1 thn itu lewat, berarti
pensyaratan yg diajukan oleh negara ybs
dianggap berlaku (mengikat) bg seluruh peserta
perjanjian atau
Penolakan atau keberaatan oleh suatu negara yg
diajukan setelah lewat masa satu tahun tsb,
dianggap tidak sah atau tdk dpt diterima

RESERVASI MENURUT UU NO 24 TAHUN


2000 TTG PERJANJIAN INTERNASIONAL
Pasal 8 ayat (1) : pensyaratan juga dimungkinkan dilakukan
sepanjang tdk ditentukan lain oleh Perjanjian Internasional
Pensyaratan perjanjian internasional biasanya dilakukan pd
perjanjian dalam kerangka multilateral
Pensyaratan dpt dilakukan pd suatu bagian perjanjian
internasional sepanjang pensyaratan dan pernyataan tsb
tdk bertentangan dng maksud dan tujuan dibuatnya
perjanjian
Dengan
pensyaratan
atau
pernyataan
sebagaimana
dimaksud
,
sesuai
dengan
ketentuan
perjanjian
internasional, Pemerintah RI tdk terikat pd ketentuan
dimaksud
Pensyaratan dalam praktik Indonesia dilakukan pd saat
penandataanganan perjanjian dan kemudian hrs ditegaskan
kembali pd saat penyampaian pengikatan diri pd perjanjian
internasional

RUMUSAN PENSYARATAN DNG FORMAT


DEKLARASI (CONVENTION ON THE RIGHTS
OF THE CHILD)
Declaration
The 1945 Constitution of the Republic of Indonesia
guarantees the fundamental rights of the child irrespectIve
of their sex,ethnic or race. The Constitution presscribes
those rights to be implemented by national laws and
regulations
The Ratification of the Convention on the Rights of the
child by the Republic of Indonesia does not imply the
acceptance of obligations going beyond the constitutional
limits nor the acceptance of any obligation to introduce
any rights beyond those prescribed under the Constitution
With
reference
to
the
provisions
Articles
1,14,
16,17,21,22 and 29 of this Convention, the Government of
the Republic of Indonesia declares that it will apply these
articles in conformity with its Constituton

MAKSUD
Indonesia berusaha membatasi kemungkinan
perluasan
penafsiran
terkait
dengan
kewajiban pelaksanaan Konvensi dengan
berbasis pada UUD 1945
Meskipun pd umumnya pensyaratan terjadi
pada perjanjian2 multilateral, tetapi dalam
perjanjian
bilateral
terdapat
rumusan
klausula yg memilii bobot yg sama dng
pensyaratan.

RUMUSAN KLAUSULA PERJANJIAN YG


BOBOTNYA SETARA DNG PENSYARATAN
Draft
persetujuan
Peningkatan
dan
Perlindungan Penanaman Modal (P4M) antara
Indonesia
dan
Slovakia
(dlm
proses
perundingan)
The provisions of this Agreement shall not
apply to matters of taxation in the territory
of either Contracting Party. Such matters
shall be governed by the domestic laws of
each Contracting Party and the terms of any
agreement relating to taxation concluded
between the Contracting Parties

KATEGORI NEGARA DALAM PI


1. Negotiating State : negara yg ikut serta
dalam pembuatan dan penerimaan naskah
perjanjian
2. Contracting State : negara yg terikat pada
perjanjian
3. Third State : negara yg tidak menjadi pihak
dalam perjanjian

Anda mungkin juga menyukai