Anda di halaman 1dari 45

Presentasi Kasus

Asma Bronkhial

Disusun Oleh:
Arib Farras Wahdan
Pembimbing:
Dr. H. Edy Kurniawan, SpP
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Arjawinangun
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015

BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. J
Umur
: 40 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: IRT
Status
: Menikah
Masuk RS
: 26 Desember 2015

ANAMNESA (AUTOANAMNESA)
Keluhan Utama
Sesak napas

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 3 jam sebelum
masuk rumah sakit (SMRS). Sesak napas timbul bila
pasien terpapar debu dan udara dingin. Sesak terutama
timbul pada malam hari, dan disertai oleh batuk. Sesak
napas dirasakan mengganggu aktivitas dan tidur. Sejak
3 jam SMRS pasien mulai mengeluhkan sesak napas
dan batuk-batuk. Sesak napas bertambah bila pasien
batuk. Batuk pasien berdahak, tapi dahak tidak bias
dikeluarkan. Sesak terjadi naik dalam kondisi istirahat
maupun saat beraktivitas
Pasien mengeluhkan nyeri pada dada terutama tiap kali
batuk. Nyeri pada perut kiri bagian bawah. Pasien
mengeluhkan jantung sering terasa berdebar-debar.
Pasien mangaku nafsu makan berkurang, tapi BAB dan
BAK tidak ada kelainan.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Asma (+)
Hipertensi (+)
Asma Urat (-)
Diabetes (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat Asma pada keluarga (-)

Riwayat Alergi:
Alergi Dingin (+)
Alergi Debu (+)

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesadaran
Keadaan umum
Tekanan darah
Nadi
Nafas
Suhu

: Komposmentis
: tampak sakit sedang
: 160/100 mmHg
: 104 x/menit
: 22 x/menit
: 36.6 C0

Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk normocephale
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
bulat isokor, refleks cahaya +/+
Leher
Tidak ada pembesaran KGB

Thoraks
Paru
Inspeksi

: gerakan dada kanan dan kiri simetris

Palpasi

: fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi

: sonor pada seluruh lapangan paru

Auskultasi

: vesikuler dan bronchial (+) kanan dan kiri

simetris, ronkhi -/-, wheezing +/+

Jantung
Inspeksi

: iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

: iktus kordis teraba di ICS 5

Perkusi

: batas jantung kanan : Linea Sternalis Dekstra


batas jantung kiri : Linea Midclavicularis sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Perut datar, asites (-)


: Nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba
: Timpani diseluruh kuadran abdomen
: Bising usus normal

Genital
Tidak diperiksa
Ekstremitas (Superior et Inferior)
Akral hangat, edema (-), clubbing finger (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sabtu, 26 Desember 2015 pukul 21.33
LAB

RESULT

WBC

13,41

RBC

4,97

HGB

FLAGS

UNIT

NORMAL

103/Ul

5.2-12.4

106/Ul

4,2-6,1

12,6

g/dL

11,5-16,5

HCT

37,5

37-52

MCV

75,6

Fl

80-99

MCH

25,5

Pg

27-31

MCHC

33.7

g/dL

33-37

RDW

13,5

11,5-14,5

PLT

195

103/ul

150-450

Segmen

70.9

40-74

Limfosit

13,7

19-48

Monosit

6,4

3,4-9

Eosinophil

5.7

0-7

Basophil

0.7

0-1,5

Stab

2,7

0-4

115

mg/dl

70-140

KIMIA KLINIK
GDS

Resume
Ny. J, 40 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 3
jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Sesak napas bertambah
pada malam hari, dan sesak baik pada kondisi istirahat ataupun
beraktivitas. Batuk pasien berdahak namun dahak tidak keluar. Dari
pemeriksaan

fisik

didapatkan

frekuensi

pernapasan

meningkat,

auskultasi didapatkan ekspirasi memanjang, wheezing pada lapangan


paru kiri. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis.

DAFTAR MASALAH
Asma bronkial

RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Hindari faktor
pencetus

Medikamentosa :
IVFD RL 20 gtt/menit
Oksigen 4 liter/menit
Azitromisin 2 x 500 mg
Nebu meptin 1 amp / 8 jam
Metil Prednisolon 2 x 10 mg
Ranitidin 2 x 1 mg

Follow-up

Senin, 28 Desember 2015


S

: Sesak napas (+) terakhir pada minggu malam,


sesak biasanya setelah terpapar oleh debu dan
udara dingin, sesak disertai batuk berdahak (+),
dahak tidak bias keluar, nyeri pada dada (+) tiap kali
batuk, nyeri pada perut bawah sebelah kiri, habis
dilakukan pemberian uap jam 10 pagi
: TD : 160/100 mmHg
Nadi : 104 x/menit
RR
: 22 x/menit
S
: 36,60C

Kepala
Bentuk normocephale
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+
Leher
Tidak ada pembesaran KGB
Thoraks
Paru
Inspeksi
: gerakan dada kanan dan kiri simetris
Palpasi
: fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi
: sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi
: vesikuler dan bronchial (+) kanan dan kiri simetris, ronkhi -/-, wheezing +/+
Jantung
Inspeksi
: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus kordis teraba di ICS 5
Perkusi
: batas jantung kanan : Linea Sternalis Dekstra
batas jantung kiri : Linea Midclavicularis sinistra
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: perut datar, asites (-)
Palpasi
: Nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi : bising usus normal
Genital
Tidak diperiksa
Ekstremitas (Superior et Inferior)
Akral hangat, edema (-), clubbing finger (-)

A
P

: Asma bronkial
: IVFD RL 20 gtt/menit
Oksigen 4 liter/menit
Azitromisin 2 x 500 mg
Nebu meptin 1 amp / 8 jam
Metil Prednisolon 2 x 10 mg
Ranitidin 2 x 1 mg

Selasa, 29 Desember 2015


S

: Sesak napas (-), batuk berdahak (+), dahak tidak


bisa keluar, sesak tiap kali batuk, nyeri perut bawah
sebelah kiri masih (+), jantung sering terasa
berdebar-debar.
: TD : 160/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
T
: 36.50C

Kepala
Bentuk normocephale
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+
Leher
Tidak ada pembesaran KGB
Thoraks
Paru
Inspeksi
: gerakan dada kanan dan kiri simetris
Palpasi
: fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi
: sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi
: vesikuler dan bronchial (+) kanan dan kiri simetris, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung
Inspeksi
: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus kordis teraba di ICS 5
Perkusi
: batas jantung kanan : Linea Sternalis Dekstra
batas jantung kiri : Linea Midclavicularis sinistra
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: perut datar, asites (-)
Palpasi
: Nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi : bising usus normal
Genital
Tidak diperiksa
Ekstremitas (Superior et Inferior)
Akral hangat, edema (-), clubbing finger (-)

A
P

: Asma bronkial
: IVFD RL 20 gtt/menit
Oksigen 4 liter/menit
Azitromisin 2 x 500 mg
Nebu meptin 1 amp / 8 jam
Metil Prednisolon 2 x 10 mg
Ranitidin 2 x 1 mg

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ASMA BRONKHIAL
Definisi

Asma adalah penyakit inflamasi kronis


saluran pernapasan yang dihubungkan
dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran
udara yang reversibel dan gejala
pernapasan

Epidemiologi
Ditemukan di segala usia, terutama pada usia dini.
Laki laki : perempuan pada usia dini adalah 2:1 dan
pada usia remaja menjadi 1:1.
Prevalensi asma > pada wanita usia dewasa.
Jumlah penderita asma di dunia diperkirakan mencapai
300 juta orang ( WHO )
Prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi
5,4%. (ISAAC) 2005, saat ini ada 12,5 juta pasien asma
di Indonesia.
Kelompok umur terbanyak yang menderita asma adalah
25 34 tahun sebanyak 17 orang (24,29%) dari 70
orang,

Faktor Resiko
Hiperreaktivitas
bronkus

Atopi

Faktor Resiko

Obesitas

Ras

Jenis Kelamin

Faktor Pencetus
Inflamasi Kronik

Faktor Pencetus

Penyempitan
saluran pernapasan

Faktor Lingkungan
Alergen dalam rumah
Alergen luar rumah
Faktor Lain
Alergen makanan
Alergen obat obat tertentu
Bahan yang mengiritasi
Ekspresi emosi berlebih
Asap rokok bagi perokok aktif maupun
perokok pasif
Polusi udara dari dalam dan luar ruangan

Klasifikasi
(Berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang dewasa)

Klasifikasi
(Berdasarkan menurut derajat serangan)

Patogenesis

Mediator Sel Mast dan Pengaruhnya


terhadap Asma
Mediator

Histamin
LTC4, D4,E4
Prostaglandin dan Thromboksan A2
Bradikinin

Platelet-activating factor (PAF)

Histamin
LTC4, D4,E4
Prostaglandin dan Thromboksan E2
Bradikinin
Platelet-activating factor (PAF) Chymase

Radikal oksigen

Histamin
LTC4, D4,E4
Prostaglandin

Hidroxyeicosatetraenoic acid

Radikal oksigen
Enzim proteolitik

Faktor inflamasi dan sitokin

Pengaruh terhadap asma

Kontruksi otot polos

Udema mukosa

Sekresi mukus

Deskuamasi epitel bronkial

Diagnosis
Anamnesis

Sesak napas, batuk, mengi, rasa berat di dada.


Asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat alergi.

Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi


pernapasan dan denyut nadi juga meningkat,
ekspirasi memanjang diserta ronki kering, mengi.

Pemeriksaan
Laboratorium

Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil,


spiral Cursshman, kristal Charcot Leyden).

Pemeriksaan
Penunjang

Spirometri, Uji Provokasi Bronkus, Foto Toraks

Diagnosis Banding
Emboli
paru

Gagal
jantung kiri

Emfisema
paru

Bronkitis
kronik

Penatalaksanaan
Tujuan utama

Meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup

Tujuan penatalaksanaan asma :


Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
Mencegah eksaserbasi akut
Meningkatkan dan mempertahankan faal paru
seoptimal mungkin
Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
Menghindari efek samping obat
Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow
limitation) ireversibel
Mencegah kematian karena asma

Pengobatan non-medikamentosa
Penyuluhan

Menghindari
faktor
pencetus

Pengendali
emosi

Pemakaian
oksigen

Pengobatan medikamentosa
Pengontrol
(Controllers)

Agonis beta2 kerja singkat


Kortikosteroid sistemik.
Antikolinergik
Aminofillin
Adrenalin

Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
Agonis beta-2 kerja lama, oral
Leukotrien modifiers
Antihistamin generasi ke dua
(antagonis -H1)

Pelega (Reliever)

Cara pemberian pengobatan


Diberikan melalui berbagai cara yaitu
inhalasi, oral dan parenteral (subkutan,
intramuskular, intravena)

Komplikasi

Status asmatikus
Atelektasis
Hipoksemia
Pneumothoraks
Emfisema

Prognosis
Terdapat 5000 kematian setiap tahun dari populasi
10 juta. Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum
angka kematian penderita asma wanita dua kali lipat
penderita asma pria.
Angka kematian pada usia tua lebih banyak, kalau
serangan asma diketahui dan dimulai sejak kanak kanak
dan mendapat pengawasan yang cukup kira-kira setelah 20
tahun, hanya 1% yang tidak sembuh dan di dalam
pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan
common cold 29% akan mengalami serangan ulang.
Pada penderita serangan intermitten angka
kematiannya 2%, sedangkan pada penderita yang dengan
serangan terus menerus angka kematiannya 9%.

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis asma bronkial


karena adanya keluhan sesak napas yang timbul bila
pasien terpapar debu dan udara dingin. Bila sesak napas
timbul terdapat suara wheezing. Sesak meningkat pada
malam hari.
Gejala sesak napas dirasakan > 1 kali dalam
seminggu, < 1 kali dalam sehari, dan saat malam hari > 2
kali dalam sebulan. Sesak napas dirasakan mengganggu
aktivitas dan tidur.
Hal ini sesuai dengan kriteria asma berdasarkan
gambaran klinis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
ekspirasi memanjang dan wheezing pada kedua lapangan
paru. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik yang
dapat ditemukan pada pasien asma.

DAFTAR PUSTAKA

Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam :


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke - 4. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. h 978 87.
Alsagaff H, Mukty A. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi ke 2.
Surabaya : Airlangga University Press. 2002. h 263 300.
Morris MJ. Asthma. [ updated 2011 June 13; cited 2011 June 29].
Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/296301-overview#showall
Partridge MD. Examining The Unmet Need In Adults With Severe
Asthma. Eur Respir Rev 2007; 16: 104, 6772
Dewan Asma Indonesia. You Can Control Your Asthma : ACT NOW!.
Jakarta. 2009 May 4th. Available from:
http://indonesianasthmacouncil.org/index.php?option=com_content&
task=view&id=13&Itemid=5

Anggia D. Profil Penderita Asma Bronkial yang Dirawat Inap di Bagian


Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari Desember
2005. Pekanbaru : Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2006.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta. 3 Nopember 2008.
Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. Patogenesis dan Patofisiologi
Asma. Jurnal Cermin Kedokteran. 2003; 141. 5 6.
Widjaja A. Patogenesis Asma. Makalah Ilmiah Respirologi 2003.
Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2003. h 27.
Noorcahyati S. Pemantauan Kadar Imunoglobulin M (Igm) dan
Imunoglobulin G (Igg) Chlamydia pneumoniae pada Penderita Asma di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Medan : Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2002.

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardani WI, Setiowulan W. Kapita


Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
2001. h 477 82.
Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah
Kedokteran Indonesia. Nopember 2008; 58(11), 444-51.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. 2003. h 73-5
Mcfadden ER. Penyakit Asma. Dalam Harrison Prinsip-prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Isselbacher KJ et al, editor. Jakrta : EGC. 2000.
1311-18.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai