Anda di halaman 1dari 19

PERCOBAAN V

ZAT ORGANIK

5.1 PENDAHULUAN
5.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah mengetahui kandungan zat organik pada
suatu perairan.
5.1.2 Latar Belakang
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari
binatang atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon,
protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan
oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Senyawa organik adalah
senyawa yang terdiri dari atom C, H, O, N, S, P dan X.
Penentuan kandungan zat organik dalam air biasanya dilakukan dengan
mengukur kebutuhan oksigen dalam air untuk mendegradasi zat organik, baik
dengan bantuan mikroorganisme, zat kimia dan cara lainnya. Metode yang
digunakan adalah penentuan kandungan total bahan organik (Total Organic
Carbon) dan dapat diukur dengan parameter pengukuran kebutuhan oksigen
dalam air yaitu BOD dan COD. Kedua metode tersebut berhubungan dengan
kebutuhan oksigen untuk mendegradasi zat organik yang ada pada contoh air.
Adanya zat organik dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah
tercemar oleh kotoran manusia, hewan atau sumber lainnya. Zat organik dalam
perairan jika berlebihan dapat menyebabkan perubahan fisik seperti bau, warna,
rasa dan kekeruhan. Dalam percobaan ini akan dihitung kandungan zat organik
dengan metode asam.

Aplikasi dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui

kandungan zat organik dalam perairan.

V-1

V- 2
5.2 DASAR TEORI
Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan di muka bumi, tak terkecuali
bagi manusia. Setiap penggunaan air untuk suatu kebutuhan, diperlukan syaratsyarat kualitas air sesuai peruntukannya. Salah satu syarat yang penting adalah
ukuran banyaknya zat organik yang terdapat dalam air. Oleh karena itu penentuan
zat organik dalam air menjadi salah satu parameter penting dalam penentuan
kualitas air. Banyaknya zat organik dalam air menjadi salah satu ukuran seberapa
jauh tingkat pencemaran pada suatu perairan (Anonim1, 2008).
Penentuan kandungan zat organik dalam air biasanya dilakukan dengan
mengukur kebutuhan oksigen dalam air untuk mendegradasi zat organik, baik
dengan bantuan mikroorganisme, zat kimia dan cara lainnya. Metode yang
digunakan adalah penentuan kandungan total bahan organik (Total Organic
Carbon) dan dapat diukur dengan parameter pengukuran kebutuhan oksigen
dalam air yaitu biological oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand
(COD). Kedua metode tersebut berhubungan dengan kebutuhan oksigen untuk
mendegradasi zat organik yang ada pada contoh air. Pada metoda BOD digunakan
proses oksidasi melalui bantuan mikroorganisme. Sedangkan pada metoda COD,
proses oksidasi zat organik dalam sampel menggunakan pereaksi kimia, seperti
dikromat, sebagai oksidatornya (Anonim1, 2008).
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan
atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan
sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah
diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan
yang sangat encer. Permanganat beraksi secara beraneka, karena mangan dapat
memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day & Underwood, 1999).
Kalium permanganat (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada
penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikenal
sebagai parameter nilai permanganat atau sering disebut sebagai kandungan bahan
organik total atau TOM (Total Organik Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi

V- 3
oleh permanganat sangat bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang
terkandung dalam air. Penentuan nilai oksigen yang dikonsumsi dengan metode
permanganat selalu memberikan hasil yang lebih kecil dari nilai BOD (biological
oxygen demand). Kondisi ini menunjukkan bahwa permanganat tidak cukup
mengoksidasi bahan organik secara sempurna (Effendi, 2003).
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari
binatang atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon,
protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan
oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut (Anonim3,2009).
Sumber zat organik yang terdapat di dalam air adalah :
A. alam : Minyak tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak hewan,
alkohol, selulosa, gula, pati, dan sebagainya.
B. sintesa : Berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari prosesproses dalam pabrik.
C. fermentasi : alkohol, aseton, gliserol, antibiotik, asam-asam dan sejenisnya
yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap bahan-bahan
organik.
Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan
yang terendap, koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam
bentuk padatan akan langsung mengendap menuju dasar perairan sedangkan
bentuk lainnya berada di badan air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob
(Anonim2, 2007). Adanya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut
telah tercemar oleh kotoran manusia, hewan atau oleh sumber lain. Zat organik
merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainnya. Makin tinggi
kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa air tersebut telah
tercemar (Anonim3, 2009).
Dengan melihat proses asal terjadinya bahan-bahan organik tersebut dapat
diketahui bahwa sumber utama dari bahan-bahan tersebut adalah kegiatankegiatan rumah tangga dan proses-proses industri, tanpa mengesampingkan
adanya bahan-bahan organik yang berasal dari kegiatan-kegiatan dalam bidang
pertanian, peternakan, dan pertambangan (Sutrisno, 2006).

V- 4
Karakteristik bahan organik yang membedakannya dari bahan anorganik
adalah sebagai berikut :
1. Mudah terbakar.
2. Memiliki titik beku dan titik didih rendah.
3. Biasanya lebih sukar larut dalam air.
4. Bersifat isomerisme : beberapa jenis bahan organik memiliki rumus molekul
yang sama.
5. Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena bukan terjadi dalam
bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul.
6. Berta molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1000.
7. Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri (Effendi,
2003).
Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan
terjadinya perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau,
rasa, dan kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat
diketahui dengan menetukan angka permanganatnya. Walaupun KMnO4 sebagai
oksidator yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat organik yang ada,
namun cara ini sangat praktis dan cepat pengerjaannya (Sutrisno, 2006).
Bahan organik dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu
alifatik, aromatik, dan heterosiklik.
1. Senyawa Organik Alifatik
Senyawa organik alifatik adalah senyawa organik yang berupa ikatan
rantai karbon lurus dan bercabang.
2. Senyawa Organik Aromatik
Senyawa organik aromatik adalah senyawa organik yang berupa ikatan cincin
karbon, terdidri atas enam atom karbon dengan tiga ikatan ganda.
3. Senyawa Organik Heterosiklik
Senyawa organik heterosiklik adalah senyawa organik yang berupa ikatan
cincin karbon dengan salah satu elemen bukan atom karbon (Effendi, 2003).
Bahan-bahan organik yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kualitas
air adalah sebagai berikut :

V- 5
a. Karbohidrat (CHO).
Bahan organik yang mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen misalnya
glukosa (C6H12O6), kanji, dan selulosa.
b. Senyawa nitrogen (CHONS).
Bahan organik yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan
kadang-kadang sulfur misalnya protein, asam amino dan urea.
c. Lemak (CHO)
Bahan organik yang mengandung karbon, hidrogen, dan sedikit oksigen.
Lemak memiliki sifat kelarutan yang buruk dalam air, akan tetapi larut dalam
pelarut organik (Effendi, 2003).
Adanya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah
tercemar oleh kotoran manusia, hewan atau oleh sumber lain.zat organik
merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainnya. Makin tinggi
kandungan zat organik di dalam air, maka semakin jelas bahwa air tersebut telah
tercemar. Bilangan permanganat adalah jumlah mg KMnO4 yang diperlukan
untuk mengoksidasi zat organik yang terkandung didalam satu liter contoh air
dengan pendidihan selama 10 menit. Penentuan zat organik dengan cara oksidasi
dapat dilakukan dalam suasana asam atau basa.
1. Metode asam untuk air yang mengandung ion Cl < 300 ppm.
Prinsip dari metode asam adalah zat organik didalam sampel dioksidasi
oleh KMnO4 berlebih dalam keadaan asam dan panas. Sisa KMnO4 direduksi
dengan larutan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali
dengan KMnO4.
2. Metode basa untuk air yang mengandung ion Cl >300 ppm.
Prinsip dari metode basa adalah sampel dididihkan terlebih dahulu dengan
NaOH selanjutnya dioksidasi oleh KMnO4 berlebih. Sisa KMnO4 direduksi oleh
asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4
(Kurniawan, 2009).
Indikasi keberadaan bahan organik dapat diukur dengan parameter TOC
(Total Organic Carbon) atau kandungan total bahan organik, BOD (Biochemical
Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biokimiawi, dan COD (Chemical

V- 6
Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimiawi. Nilai COD bisanya lebih besar
daripada nilai BOD.
a. Kandungan Karbon Organik Total (Total Organic Carbon)
Karbon organik total (Total Organic Carbon) terdiri atas bahan organik
terlarut atau DOC (Dissolved Organic Carbon) dan partikkulat atau POC
(Particulat Organic Carbon) dengan perbandingan 10 : 1. Bahan yang terkandung
dalam TOC misalnya asam amino dan karbohidrat. TOC juga dapat
menggambarkan tingkat pencemaran, terutama apabila nilai TOC antara bagian
hulu dan bagian hilir dari tempat pembuangan suatu limbah dapat dibandingkan.
Pada penentuan nilai TOC, bahan organik

dioksidasi menjadi

karbondioksida yang diukur dengan non-dispersive infrared analyser. Pengukuran


TOC dapat juga dilakukan menggunakan flame ionization detector. Pada metode
ini, karbondioksida direduksi menjadi gas metana. Pada pengukuran TOC relatif
lebih cepat daripada pengukuran BOD dan COD.
b. Kebutuhan Oksigen Boikimiawi atau Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD merupakan gambaran bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbondioksida dan air.
Pada penetuan nilai BOD, selama waktu lima hari diperkirakan oksidasi
bahan organik sederhana, misalnya glukosa, berlangsung sempurna. Akan tetapi,
bahan organik yang terkandung dalam limbah domestik teroksidasi sekitar 65%
dan bahan organik kompleks teroksidasi hanya sekitar 45%.
c. Kebutuhan Oksigen Kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD)
COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis menjadi CO2 dan H2O.
Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah
dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel (Effendi, 2003).
Standar kandungan bahan organik dalam air minum menurut Permenkes
No : 492/Men.Kes/Per/IV/2010 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/L. Baik WHO maupun UD

V- 7
Public Health Service tidak mencamtumkan angka standar ini dalam standar
kualitas air minum yang ditetapkannya. Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat
ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar ini yaitu timbulnya bau yang
tidak sedap pada air minum, dan dapat menyebabkan sakit perut (Sutrisno, 2006).

V- 8
5.3 METODOLOGI PERCOBAAN

5.3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Gelas ukur
2. Pipet tetes
3. Gelas beaker
4. Buret
5. Labu Erlenmeyer
6. Batu didih
7. Hot plate.
5.3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. H2C2O4.2H2O 0,01 N
2. KMnO4 0,05 N
3. H2SO4 4 N
4. Sampel Air irigasi martapura
5. Sampel Air tambang cempaka
5.3.3 Prosedur Kerja
5.3.3.1 Pembebasan labu Erlenmeyer dari zat organik
1. Mengambil 50 ml air kran dan memasukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
2. Memasukkan batu didih
3. Menambahakn 2,5 ml H2SO4 4 N.
4. Menambahkan tetes dami tetes KMnO4 0,05 N hingga cairan berwaran merah
muda.
5. Memanaskan diatas hotplate dan membiarkan mendidih selama 5 menit.
6. Menambahkan larutan H2SO4 4 N jika selama pendidihan warna merah muda
hilang sampai tidak hilang lagi (berwarna merah muda).
7. Membuang cairan dalam Erlenmeyer.

V- 9
5.3.3.2 Pemeriksaan zat organik
1. Mengambil 50 ml sampel air dan memasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang
sudah dibebaskan dari zat organic pada prosedur sebelumnya.
2. Menambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N.
3. Menambahkan tetes dami tetes KMnO4 0,05 N hingga cairan berwaran merah
muda.
4. Memanaskan diatas hotplate sampai hampir mendidih.
5. Menambahkan 5 ml KMnO4 0,05 N dan membiarkan mendidih selama 5 menit
tepat.
6. Menambahkan larutan H2SO4 4 N jika selama pendidihan warna ungu hilang
sampai tidak hilang lagi (berwarna ungu).
7. Menambahkan 5 ml asam oksalat 0,01 N setelah selesai pemanasan.
8. Menitrasi dengan KMnO4 0,05 N sampai larutan berubah warna merah muda.
Kemudian mencatat berapa banyak larutan KMnO4 0,05 N yang digunakan.
5.3.3.3 Penentuan faktor ketelitian KMnO4 zat ooganik.
1. Mengisi 5 ml larutan asam oksalat terhadap labu erlenmeyer yang sama.
2. Menitrasi dengan KMnO4 0,05 N sampai larutan berubah warna merah muda.
Kemudian mencatat berapa banyak larutan KMnO4 0,05 N yang digunakan

V- 10
5.4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4.1 Hasil Pengamatan


5.4.1.1 Pembebasan Labu Erlenmeyer dari Zat Organik
No.

Langkah Percobaan

Hasil

1.

Memasukkan 50 ml air kran ke dalam labu

2.

Menambahkan larutan H2SO4 4 N sebanyak


2,5 ml

3.

Menambakan tetes demi tetes larutan KMnO4 2 tetes


0,05 N cairan bewarna merah muda.

4.

Memanaskan larutan di atas hot plate selama 5


menit.

5.

menambahkan lagi larutan KMnO4 0,05 N

1 tetes

sampai warna merah muda tidak hilang lalu


membuangnya

5.4.1.2 Pemeriksaan Zat Organik


No.

Langkah Percobaan

Hasil

1.

Memasukkan 50 ml sampel air (air irigasi


martapura dan air tambang cempaka) ke
dalam labu erlenmeyer.

2.

Menambahkan larutan 2,5 ml H2SO4 4 N.

3.

Menambahkan

tetes

demi

tetes

larutan

KMnO4 0,05 N sampai cairan berwarna 2 tetes


merah muda.
4.

Memanaskan larutan di atas hot plate sampai

V- 11
larutan hampir mendidih.
5.

Menambahkan larutan KMnO4 0,05 N lalu V KmnO4 = 1 ml


memanaskannya selama 5 menit tepat.

6.

Warna = ungu

Jika selama pemanasan warna KMnO4 hilang, Warna tetap ungu


maka menambahkan lagi larutan KMnO4 0,05
N sehingga larutan tetap berwarna ungu.

7.

Menambahkan 5 ml larutan Asam Oksalat VAsam Oksalat = 5 ml


0,01 N setelah pemanasan selesai.

8.

Warna = coklat

Menitrasi dengan larutan KMnO4 0,05 N


sampai berwarna ungu.

9.

Mencatat volume larutan KMnO4 0,05 N yang


digunakan untuk menitrasi

V titrasi = 1,1 ml

5.4.1.3 Penentuan Faktor Ketelitian KMnO4 Zat Organik


No. Langkah Percobaan
1.

Hasil

Menambahkan 5 ml larutan Asam Oksalat


0,01 N ke dalam labu erlenmeyer.

2.

Menitrasi dengan larutan KMnO4 0,05 N


sampai berwarna merah muda.

3.

Dicatat volume larutan KMnO4 0,01 N


yang digunakan untuk menitrasi.

V titrasi = 0,2 ml

V- 12
5.4.2 Pembahasan
Pada percobaan pertama yaitu pembebasan labu erlenmeyer dari zat
organik. Alat laboratorium dalam hal ini labu erlenmeyer, tentu tidak lepas dari
keberadaan adanya zat organik yang menempel pada permukaan dinding labu
erlenmeyer. Supaya percobaan mengenai perhitungan zat organik pada sampel air
irigasi dan air tambang mendapatkan hasil yang akurat dan valid.
Pembebasan labu erlenmeyer dari zat organik menggunakan air kran
sebanyak 50 ml sebagai media bahan, dikarenakan air kran dapat melarutkan
keberadaan zat organik yang berada dalam labu erlenmeyer sebelum dipanaskan
dimasukkan batu didih kedalam erlenmeyer, batu didih berfungsi untuk
menghindari terlewatnya titik didih. Kemudian menambahkan 2,5 ml asam sulfat
dan 2 tetes KMnO4

hingga cairan berwarna merah muda. Labu erlenmeyer

selanjutnya dipanaskan dengan hot plate hingga mendidih selama 5 menit.


Apabila selama pemanasan warna merah muda hilang maka ditambahkan kembali
larutan H2SO4 4 N.

Namun jika tidak terjadi perubahan warna tidak perlu

ditambahkan H2SO4 4 N. Setelah mendidih larutan dibuang dan labu erlenmeyer


tersebut sudah terbebas dari zat organik. Sehingga dapat digunakan untuk
memeriksa kandungan zat organik pada sampel.
Pemeriksaan selanjutnya yaitu zat organik pada sampel air irigasi
martapura dan air tambang cempaka. Penambahan asam sulfat sebenarnya adalah
sebagai pereaksi terhadap KMnO4 dimana prinsip dari metode asam pada
pengukuran permanganat. Berikut ini reaksi yang terjadi ketika pembebasan
erlenmayer dari zat organik.
Zat Organik + KMnO4 berlebih CO2 + H2O

...(5.1)

Tahapan setelah pembebasan labu erlenmeyer dari zat organik, selanjutnya


adalah

pemeriksaan

zat

organik

dengan

menggunakan

metode

ttitrasi

permanganometri. Memasukkan sampel air irigasi dan air tambang masingmasing sebesar 50 ml ke dalam labu erlenmeyer yang telah terbebas dari zat
organik kemudian ditambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N dan tetes demi tetes KMnO4
0,05 N hingga sampel berubah warna menjadi

ungu. Kemudian dipanaskan

V- 13
dengan hot plate hingga mendidih selama 5 menit. Jika selama pemanasan warna
ungu hilang maka ditambahkan kembali larutan H2SO4 4 N. Namun jika tidak
terjadi perubahan warna tidak perlu ditambahkan H2SO4 4 N. Pada penentuan zat
organik menggunakan metode asam, zat organik didalam sampel dioksidasi oleh
KMnO4 berlebih dalam keadaan asam dan panas. Sisa KMnO4 direduksi dengan
larutan asam oksalat berlebih sebanyak 5 ml hingga larutan berubah warna
menjadi bening dari yang awalnya berwarna ungu pekat. Kelebihan asam oksalat
dititrasi kembali dengan KMnO4 atau kalium permanganat sebanyak 2,5 ml dan
menjadi endapan coklat dengan reaksi sebagai berikut :
2 KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 2MnSO4 + 10CO2 + K2SO4 + 8 H2O

...(5.2)

Endapan coklat menunjukkan bahwa sampel air tambang cempaka dan air
irigasi martapura mengandung zat organik. Tebentuknya endapaan coklat (MnO2)
karena asam oksalat yang dicampurkan pada sampel bersifat sebagai bahan
organik sehingga akan mengikat bahan organik lainnya. Kemudian dilakukan
dititrasi dengan larutan KmnO4 0,05 N. KmnO4 merupakan oksidator kuat yang
dapat bertindak sebagai autoindikator. Permanganat akan memberikan warna asal
sehingga titik akhir titrasi akan terlihat jelas. Reaksi yang terjadi adalah :
2 Na+ + C2O42- + 2 H+
Na2C2O4

2 Na +

H2C2O4 + 2 Na+
C2O42-

... (5.3)
... (5.4)

Atau
H2C2O4

2 H+ + C2O42-

2 MnO4- + 5 C2O42- + 16 H+

... (5.5)
2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

...(5.6)

Volume titrasi yang didapat sebesar 1,1 mL dan digunakan untuk


menghitung kandungan zat organik pada sampel air.
Faktor ketelitian KMnO4 zat organik diperlukan agar hasil perhitungan
yang didapat dalam mencari kandungan zat organik pada sampel air irigasi dan air
tambang. Dimana volume titrasi KMnO4 yang dibutuhkan sebanyak 0,2 ml untuk
mereaksikan larutan asam oksalat 5 ml menjadi berwarna ungu. Dari volume
KMnO4 yang didapatkan, maka diperoleh hasil perhitungan untuk faktor ketelitian
KMnO4 zat organik sebesar 25.

V- 14
Hasil perhitungan untuk kandungan zat organik pada sampel air irigasi
martapura didapatkan sebesar 315,93 mg/l KMnO4 dan 568,8 mg/l KMnO4 untuk
air tambang cempaka. Menurut peraturan menteri kesehatan (Permenkes) Nomor:
492/MenKes/Per/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
menyatakan bahwa untuk parameter zat organik (KMnO4) kadar maksimum yang
diperbolehkan yaitu 10 mg/l. Dari sini dapat diketahui bahwa ternyata kandungan
zat organik pada sampel air irigasi martapura dan air tambang cempaka sangatlah
tinggi, sehinga air tersebut tidak dapat digunakan sebagai air minum. Zat organik
biasanya berasal dari aktivitas manusia seperti pertambangan pertanian, kegiatan
rumah tangga maupun industri. Air irigasi banyak mengandung zat organik dari
limbah pertaniaan seperti penggunaan pupuk dan pestisida, sedangkan pada air
tambang zat organik berasal

dari proses pengolahannya atau sisa material

pengolahan bahan tambang. Adanya bahan-bahan organik dalam air menyebabkan


terjadi perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau, rasa,
dan kekeruhan.

V- 15
5.4 PENUTUP
5.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Pengujian

kandungan

zat

organik

menggunakan

metode

titrasi

permanganometri dengan prinsip metode asam.


2. Hasil perhitungan faktor ketelitian KMnO4 zat organik sebesar 25 M
3. Hasil perhitungan untuk kandungan zat organik pada sampel air irigasi
martapura sebesar 315,93 mg/l KMnO4 sedangkan pada air tambang cempaka
568,8 mg/l KMnO4.
4. Hasil perhitungan kandungan zat organik pada sampel air irigasi martapura dan
air tambang cempaka melebihi baku mutu, menurut (Permenkes) Nomor:
492/MenKes/Per/IV/2010 tentang syarat

kualitas air untuk parameter zat

organik (KMnO4) kadar maksimum yaitu 10 mg/l.


5.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah agar praktikan teliti dalam setiap
langkah percobaan agar mendapat hasil yang maksimal.

V - 16

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1, M. B. 2008. Pengembangan Sensor Chemical.
http://www.digilib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F12626
KIM.006-08-Pengembangan%2520sensor_Pendahuluan.pdf
Diakses tanggal 8 Desember 2010.
Anonim2. 2007. Bahan Organik.
http://kmit.faperta.ugm.ac.id/artikel%20-%20organik.html
Diakses tanggal 8 Desember 2015.
Anonim3. 2009. Penetapan Kadar Zat Organik (Bilangan Permanganat).
http://sodiycxacun.blogspot.com/2009/10/penetapan-kadar-zatorganikbilangan_09.html
Diakses tanggal 8 Desember 2010.
Day, R.A.Jr & A.L. Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanius, Yogyakarta.
Sutrisno, C. Totok, dkk. 2006. Teknologi Pengyediaan Air Bersih. Rineka Cipta,
Jakarta.

V - 17

LAMPIRAN
PERHITUNGAN ZAT ORGANIK

1. Penentuan Faktor Ketelitian KMnO4 Zat Organik


Diketahui

: Volume KMnO4 = 0,2 ml

Ditanya

: Faktor Ketelitian ?

Jawab

Faktor Ketelitian =
=
=
2. Pemeriksaan Zat Organik
a. Pada air irigasi martapura
Diketahui : Vsampel air irigasi

= 50 ml

Volume KMnO4 0,01 N

= 1 ml

Berat ekivalen KMnO4

= 31,6 ml

Vtitrasi KMnO4 (a)

= 1 ml

Faktor Ketelitian (F)

= 25

Ditanya :

Kandungan Zat Organik?

Jawab

Kandungan Zat Organik


= 1000/(V sampel) x[{V(KMnO4)+ a)x F}-V(KMnO4)] x N(KMnO4 ) x
BE(KMnO4 )
= 1000/50 x [{(1+1)x 25}- 5]}x 0,01x 31,6
= 20 x [49,99]x 0,01 x 31,6
= 315,93 mg/l KMnO4

V - 18

a. Pada air tambang cempaka


Diketahui

: Volume H2SO4

= 2,5 ml

Volume titrasi KMnO4 (a) = 1,1 ml


Volume sampel air

= 50 ml

Normalitas KMnO4

= 0,01 N

Berat ekivalen KMnO4 = 31,6


Faktor Ketelitian (F)

= 25

: Kandungan Zat Organik?

Ditanya
Jawab

Kandungan Zat Organik


[{(

=
=

,*(

)
)

= 20 x [90] x 0,01 x 31,6


= 568,8 mg/l KMnO4

]
-

V - 19

LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan organik?


2. Jelaskan bagaimana memeriksa kandungan bahan organik pada suatu sampel!

JAWABAN
1. Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang
atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein,
dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh
bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut.
2. Memeriksa kandungan bahan organik pada suatu sampel dengan metode
permanganometri. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan
menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai
titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks.
Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih
dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan
indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat
beraksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2,
+3, +4, +6, dan +7.

Anda mungkin juga menyukai