Bab 123 Hipoglikemi
Bab 123 Hipoglikemi
PENDAHULUAN
Tubuh manusia mengandung glukosa darah atau yang sering disebut gula
darah. Glukosa darah adalah gula utama yang dihasilkan oleh tubuh yang berasal dari
makanan yang dikonsumsi. Glukosa dibawa ke seluruh tubuh melalui pembuluh
darah untuk menghasilkan energi ke semua sel di dalam tubuh. Glukosa dihasilkan
dari makanan yang mengandung karbohidrat yang terdiri dari monosakarida,
disakarida dan polisakarida. Karbohidrat akan dikonversikan menjadi glukosa di
dalam hati dan seterusnya berguna untuk pembentukan energi dalam tubuh. Glukosa
tersebut akan diserap oleh usus halus kemudian akan dibawa ke aliran darah dan
didistribusikan ke seluruh tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa
glikogen yang disimpan di dalam otot dan hati. Selain itu, glukosa juga disimpan
pada plasma dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Fungsi glukosa dalam
tubuh adalah sebagai bahan bakar bagi proses metabolism dan juga merupakan
sumber energi utama bagi otak.
Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70110 mg/dl. Keadaan dimana kadar gula terlalu tinggi disebut hiperglikemia,
sedangkan keadaan dimana kadar gula darah terlalu rendah disebut hipoglikemia.
Resiko hipoglikemia timbul akibat ketidaksempurnaan dari glukosa yang
distribusikan ke seluruh tubuh, sehingga faktor utama yang menyebabkan
hipoglikemia sangat tergantung dari jaringan saraf pada asupan glukosa yang
berkelanjutan. Seperti yang kita ketahui bahwa glukosa bahan bakar metabolisme
yang utama untuk otak. Oleh karena otak hanya menyimpan glukosa (dalam bentuk
glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga fungsi otak yang normal sangat
tergantung pada asupan glukosa dari sirkulasi.
Oleh sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang
terkena dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan
aliran darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma. Selain itu, hipoglikemia juga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah di
dalam
konteks
terapi
diabetes,
diagnosis
hipoglikemia
2.2.
kebutuhan tubuh, khususnya system saraf dan peredarah darah (eritrosit). Kegagalan
glukoneogenesis berakibat fatal yaitu terjadinya disfungsi otak yang berakibat koma
hingga kematian. Nilai norma laboratoris dari glukosa dalam darah ialah 65-110
mg/dl atau 3,6-6,1 mmol/L. Setelah penyerapan makanan kadar glukosa darah pada
manusia berkisar antara 4,5-5,5 mmol/L. Jika orang tersebut makan karbohidrat
kadarnya akan naik menjadi sekitar 6,5-7,2 mmol/L. Saat puasa kadar glukosa darah
turun berkisar 3,3-3,9 mmol/L.
Pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolic dan
hormonal. Pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatic. Aktivitas metabolic
yang mengatur kadar glukoda darah dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :
mutu dan jumlah glikolisis dan glukoneogenesis, aktivitas enzim seperti glukokinase
dan heksokinase. Hormon penting yang memainkan peranan sentral dalam
pengaturan kadar gula darah adalah insulin. Insulin dihasilkan oelh sel-sel beta dari
pulau Langerhans pancreas dan disekresikan langsung ke dalam darah sebagai reaksi
langsung bila keadaan hiperglikemia.
Proses pelepasan insulin dari sel beta pulau Langerhans pancreas dijelaskan
sebagai berikut :
a. Glukosa dengan bebas dapat memasuki sesl-sel beta langerhans karena
adanya transporter glut 2. Glukosa kemudian disfosforilasi oleh enzim
glukokinase
yang
kadarnya
tinggi.
Konsentrasi
glukosa
darah
pencernaan.
pasca
Pasien
makan
yang
adalah
menjalani
Galaktosemia
d. Sesitivitas leusin
e.
Idiopatik
a. Hipoglikemia Puasa (Post absorbsi)
Hipoglikemia yang terjadi setelah absorbsi selesai, atau sekitar 2 jam atau
lebih setelah makan. Penyebab utama terjadinya hipoglikemia
puasa adalah:
5
terjadi
pada
dua
pentamidine, sulfonamide.
Penyakit kronik : gagal ginjal, gagal jantung, sepsis.
Defisiensi Hormon : kortisol, growth hormone, glucagon dan epinefrin.
pentamidin
Renjatan endotoksik
Kadar insulin yang memadai
Tumor ekstrapankreas
Defisiensi karnitin sistemik
Defisiensi enzim oksidasi lemak
Defisiensi 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA liase
Kakeksia dengan penipisan lemak
b. Hipoglikemia Reaktif (Post Prandial)
Post gastrektomi
Sindrom noninsulinoma pankreatogenus hipoglikemia
Intoleransi fruktosa herediter
Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes dan Non diabetes dengan
etiologi sebagai berikut :
a. Pada Diabetes
Overdose Insulin
Asupan Makanan berkurang
Aktivitas Berlebihan
Gagal Ginjal
Hipotiroid
b. Pada Non Diabetes
Peningkatan Produksi Insulin
Paska Aktifitas
Konsumsi Makanan rendah Kalori
Konsumsi Alkohol
Post Melahirkan
Post Gastroctomy
Penggunaan Obat-obatan
b. Hipoglikemia Sedang
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas
sehari-hari yang nyata.
c. Hipoglikemia Berat
Sering tidak simptomatik, karena gangguan kognitif pasien tidak mampu
mengatasi sendiri.
Jenis Hipoglikemia
Sign dan Simptom
Ringan
Dapat diatasi sendiri dan tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari
Penurunan glukosa (stressor) merangsang saraf
simpatis : perpirasi, tremor, takikardia,
palpitasi, gelisah
Penurunan
glukosa
merangsang
saraf
Berat
2.3.
Terapi Hipoglikemia
Tata laksana hipoglikemia meliputi pemberian glukosa oral, glukosa
intravena, dan monitoring kadar gula darah. Terapi berbeda pada pasien sadar dan
tidak sadar. Pada stadium permulaan (pasien sadar) berikan gula murni 30 gram (2
sendok makan) atau sirup/permen atau gula murni (bukan pemanis pengganti gula
atau gula diet), atau bisa juga memberikan makanan yang mengandung karbohidrat.
11
Pantau gukosa sewaktu tiap 1-2 jam. Pada stadium lanjut (pasien tidak sadar), berikan
larutan dextrose 40% sebanyak 2 flakon bolus intra vena, dan berikan infuse dextrose
10 %, dan pantau gula darah sewaktu.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.KESIMPULAN
12
2.SARAN
Untuk memudahkan pemberian tindakan dalam keadaan darurat secara cepat
dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat digunakan
setiap hari.
Penanganan hipoglikemi harus dilakukan secara cepat dan tepat sesuai gejala
yang muncul, untuk menghindari terjadinya komplikasi yang menimbulkan
kerusakan dari saraf dan sel otak.
DAFTAR PUSTAKA
13
14