Anda di halaman 1dari 5

Faktor Risiko Tinggi dari Respiratory Distress Syndrome pada Masa Neonatus:

Retrospective Case-Control Study


Latar Belakang Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah penyakit yang serius pada masa
neonatal, tetapi penyebab terjadinya RDS masih belum jelas.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti penyebab RDS pada masa neonates
menggunakan Retrospective Case-Control Study
Desain Penelitian Case control study
Metode Pasien yang dirawat di RS Bayi Childrens Januari 2008 dan Desember 2010 dengan
total 205 neonatus dengan RDS ditetapkan untuk kelompok study dan 410 neonatus tanpa RDS
ditetapkan untuk kelompok control. Diklinis pembentukan, termasuk ada tidaknya ketuban pecah
dini (KPD), jenis kelamin dari neonatus, cara persalinan, berat badan baru lahir, dan kondisi
yang dialami neonatus dicatat.
Hasil Hasil analisis regresi logistic menunjukan bahwa penyebab berikut ini berhubungan
dengan RDS pada neonatal: operasi caesar yang selektif (OR:8.737;95%CI:5.232-14.588), asfiksia
berat (OR:6.988;95%CI:2.990-16.333), usia kehamilan muda (OR:6.222;95%CI:2.001-8.993),
infeksi maternal-fetal (OR:5.337;95%CI:1.999-8.233), KPD (OR:3.380;95%CI:1.986 5.754), laki-

laki

(OR:2.641;95%CI:1.721-4.053),

intoleransi

glukosa

pada

kehamilan

atau

diabetes

(OR:2.415;95%CI:1.721-4.053), berat bayi lahir rendah (BBLR) (OR:2.323;95%CI:1.329-4.060)


Kesimpulan Beberapa faktor berisiko tinggi, seperti operasi caesar, asfiksia berat, infeksi maternalfetal, KPD, dan laki-laki mempunyai hubungan untuk terjadi nya RDS pada neonatus.Ini dapat
memberikan referensi yang penting untuk diagnosis dan pengobatan RDS pada neonatal.
Kata kunci: masa, faktor risiko tinggi, neonatus, Respiratory Distress Syndrome

Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah salah satu penyebab yang paling umum
terjadinya kegagalan pernapasan dan kematian pada neonatus. Patogenesis yang mendasari RDS
melibatkan ketidakmatangan dari paru-paru, yang menyebabkan inadekuat produksi pulmonary
surfaktan (PS). Hal ini sebelumnya diyakini bahwa RDS terutama terjadi pada bayi prematur (1);
namun, dengan penerapan kortikosteroid antenatal dan ruangan persalinan PS, RDS yang khas
dan berat pada bayi prematur sekarang jarang didiagnosis. Kesadaran yang lebih besar dari RDS
telah menyebabkan lebih sering terdiagnosis pada masa neonates. Namun, perbedaan penyebab
terjadinya RDS pada masa neonatus dengan bayi lahir premature masih belum jelas. Penelitian
ini bertujuan untuk meneliti penyebab RDS pada masa neonatusdengan sebuah retrospective
case-control study, dan dengan demikian memberikan referensi yang penting untuk diagnosis
dan pengobatan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini telah disetujui oleh komite etika Rumah Sakit Umum Militer Beijing.
Dalam retrospective case-control study, proporsi kelompok kasus (pasien RDS) dan kelompok
control (pasien RDS-free) adalah 1: 2. Informasi berikut adalah mencatat: cara persalinan,
asfiksia, ketuban pecah dini (KPD), usia ibu pada kehamilan, hipertensi dalam kehamilan,
intoleransi glukosa gestational atau diabetes, jenis kelamin, berat badan baru lahir, tali di leher
dengan kompresi, oligohidramnion, pewarnaan meconium pada cairan ketuban, gawat janin yang
berat, dan solusio plasenta.
Dari Januari 2008 hingga Desember 2010, total 205 bayi baru lahir dengan RDS di
Departemen Neonatology & Neonatal Intensive Care Unit (NICU) (NICU terbesar di dunia
dengan 350 tempat tidur; ada sekitar 8.000 bayi baru lahir dirawat di NICU ini dalam satu tahun)
di RS Bayi Childrens, bergabung dengan RS Beijing Military General dari Beijing Millitary
Command, ditugaskan untuk penelitian ini. Diagnosis RDS pada masa neonatal memenuhi
kriteria sebagai berikut : (1) masa neonatus (usia kehamilan 37 minggu); (2) onset akut; (3),
seperti perinatal parah diperoleh infeksi, lahir dengan asfiksia berat, sindrom aspirasi mekonium,
atau persalinan dengan operasi caesar selektif; (4) manifestasi perwakilan, termasuk gangguan
pernapasan progresif yang terjadi segera setelah lahir, takipnea, stridor, nafas cuping hidung,
retraksi subkosta, sianosis, dan penurunan atau tidak ada nya suara nafas dan dyspnea berat yang
membutuhkan tekanan ventilasi setidaknya selama 72 jam; (5) ditemukan Chest X-ray yang
khas, seperti sebagai hypoexpansion, difus, finegranular densities, tanda air bronchogram,
2

ground glass opacity, batas jantung yang tidak jelas, atau paru-paru putih; dan (6) analisis gas
darah arteri menunjukkan hipoksia, hiperkapnia, dan tekanan oksigen / fraksi rasio oksigen
inspirasi (PaO2/FiO2) 26.7 kPa. Sebanyak 410 neonatus dengan penyakit kuning yang dirawat
di rumah sakit yang sama pada periode yang sama dimasukkan sebagai kontrol. Mereka dengan
penyakit kuning yang disebabkan oleh penyakit infeksi, seperti septikemia dan pneumonia
bakteri, dieklusikan.
Selain itu, kriteria diagnostik lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: lahir dengan asfiksia berat didiagnosis menurut ahli konsensus ahli tentang kriteria untuk
diagnosis dan derajat asfiksia pada neonatal di Cina, yaitu Apgar Skor 7 pada 1 sampai 5 menit
setelah lahir dengan pH arteri umbilikalis <7,1 sampai 5 menit setelah bayi lahir dengan pH
arterial umbilical <7,15, dan dengan setidaknya satu hipoksia-iskemik cedera organ (seperti
hipoksia-iskemik encephalopathy, dll). Pedoman tersebut didirikan oleh Asosiasi Neonatal
Profesional Commite of the Chinnes Medical Doctor (6). Mekonium dengan cairan ketuban yang
berwarna hijau gelap dan serta keluarnya cairan nanah berbau cairan ketuban yang
terkontaminasi dengan mekonium (7). Infeksi maternal berarti infeksi pada fetal-neonatus seperti
pneumonia / septikemia yang disebabkan oleh infeksi intra-amnion (7). Fetal distress yang berat
didiagnosis sebagai kelainan yang signifikan dalam jantung janin dinilai menurut hasil
pemantauan denyut jantung janin (7).
Hasil pasien dengan RDS
Total pasien, dari 205 kasus RDS, 197 pasien menunjukkan pemulihan penuh sementara
delapan kasus berakhir dengan kematian dengan rata-rata mortalitas 3,90%. Rata-rata lama
tinggal di rumah sakit bayi yang masih hidup adalah (19,95 2,21) hari
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa operasi Caesar secara selektif, asfiksia yang
berat, KPD, jenis kelamin laki-laki, dan intoleransi glukosa pada kehamilan atau diabetes adalah
faktor risiko utama terjadinya RDS pada masa neonatus. Jadi faktor kecil untuk usia kehamilan,
berat badan lahir rendah, dan intoleransi glukosa pada kehamilan atau diabetes berperan dalam
mekanisme terjadinya RDS. Oleh karena itu, kami fokus pada faktor-faktor risiko tinggi lainnya.
Operasi Caesar secara selektif adalah salah satu faktor risiko yang paling penting
terjadinya RDS pada masa neonatus. Penyebabnya adalah sebagai berikut (8-14) .1- Kurangnya
aktivitas dari amiloride-sensitive sodium channels pada sel epitel alveolar pada operasi Caesar
3

secara selektif, menyebabkan berkurangnya pembersihan cairan. 2- Menyebabkan kelahiran


prematur relatif. Ketika operasi caesar dilakukan sebelum waktunya, terjadi peningkatan
kejadian RDS pada masa neonatus. Pada penelitian kami, 31,7% bayi dengan RDS berada pada
usiakehamilan 38 minggu, sementara itu hanya 15,1% neonatus tidak dengan RDS.
Asfiksia yang berat pada bayi baru lahir dan infeksi maternal-fetaladalah penyebabyang
penting padamasa neonatus dengan RDS (5). Ini mungkin menjadi penyebab dua alasan berikut:
1- cedera paru akut yang disebabkan oleh asfiksia yang berat pada bayi baru lahir atau penurunan
infeksi maternal-fetalsintesis dan sekresi PS; dan 2- hipoksia infeksi maternal-fetalyang
menghambat aktivitas PS dan bahkan menyebabkan inaktivasi. Selain itu, asfiksia berat dan
infeksi maternal-fetal Infeksi dapat meningkatkan angka kematian dan memperpanjang pasien
RDS untuk tinggal di RS; dengan demikian, penting bagi kita untuk memberi perhatian dan
penanganan pada pasien ini.
Penelitian ini adalah yang pertama untuk menunjukkan bahwa laki-laki adalah faktor
risiko untuk RDS pada masa neonatal.Risiko relatif RDS adalah 2,641 kali lebih tinggi untuk
laki-laki daripada perempuan.Hal ini diyakini bahwa paru janin perempuan menghasilkan
surfaktan lebih awal pada kehamilan daripada paru-paru janin laki-laki. Alasan untuk temuan ini
mungkin sebagai berikut (15-18) .1- Androgen memperlambat sekresi fibroblast paru-paru dari
faktor fibroblast-pneumocyte, yang dapat memperlambat pembentukan darisel alveolar tipe II
dan menurunkan pelepasan dari PS. 2- Androgen memperlambat pembentukan fetal paru
dengan menyesuaikan jalur sinyal dari faktor pertumbuhan epidermal dan perubahan growth
factor-beta. 3- Estrogen juga meningkatkan sintesis PS, termasuk fosfolipid, lecithin, dan
surfaktan protein A dan B. 4- Estrogen juga meningkatkan pengembangan paru janin oleh
meningkatkan jumlah sel alveolar tipe II dan oleh peningkatan pembentukan tubuh lamellated.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KPD juga merupakan faktor risiko yang penting
untuk RDS pada masa neonatal. Kami berhipotesis bahwa ada beberapa alasan mengapa hal ini
mungkin terjadi (10,19) .1- KPD menyebabkan infeksi pada maternal-fetal; ini terjadi hampir 1/3
dari pasien dengan KPD (20). Infeksi intrauterine dan korioamnionitis disebabkan oleh KPD
dapat menyebabkan injury secara langsung pada paru-paru janin dan sel alveolar tipe II,
penurunan sintesis atau pelepasan surfaktan.2-

Inflamasi paru fetal-neonatus meningkatkan

permeabilitas membran alveolar-capillary untuk kedua cairan dan zat terlarut. Hal ini
menyebabkan proteinplasma memasuki hypophase alveolar, yang selanjutnya menghambat
4

fungsi surfaktan. 3- PROM menyebabkan kelahiran premature. OR dari neonatus yang lahir
38 minggu kehamilan mengalami RDS versus neonatus yang lahir > 38 minggu adalah 6,222
(95% CI: 2,001-8,993). Oleh karena itu, kelahiran prematur merupakan salah satu alasan penting
mengapa RDS berhubungan dengan PROM.Serupa dengan asfiksia pada bayi baru lahir dan
infeksi maternal-fetal, PROM juga dapat meningkatkan angka kematian dan memperpanjang
pasien RDS untuk tinggal di rumah sakit; dengan demikian, juga penting untuk memperhatikan
penangangan pasien RDS dengan PROM.
Kesimpulannya, hasil penelitian membuktikan bahwa operasi caesars secara elektif,
asfiksia berat pada bayi baru lahir, PROM, jenis kelamin laki-laki, intoleransi glukosa pada
kehamilan atau diabetes, berat badanlahir rendah, usia kehamilan muda dan infeksi maternalfetal merupakan faktor risiko tinggi untuk terjadinya RDS pada masa neonatus. Temuan ini
memiliki implikasi klinis yang penting untuk diagnosis dan pengobatan RDS pada masa
neonatal.

Anda mungkin juga menyukai