Anda di halaman 1dari 14

BAB VI

PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan membahas tentang hasil yang telah
didapatkan pada penelitian tentang hubungan antara locus of
control dengan motivasi berprestasi pada
Keperawatan

di

Fakultas

Ilmu

mahasiswa S1-

Kesehatan

Universitas

Muhammadiyah Malang. Pembahasan ini meliputi gambaran


locus of control pada mahasiswa, gambaran motivasi berprestasi
pada

mahasiswa,

keterbatasan

penelitian

dan

implikasi

keperawatan dalam penelitian ini.


6.1

Gambaran Locus Of Control

pada Mahasiswa S1-

Keperawatan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa locus of control pada
mahasiswa

S1-Keperawatan

di

Fakultas

Ilmu

Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang didapatkan hasil tabulasi


data yang menunjukkan locus of control mahasiswa didominasi
oleh internal locus of control yakni 126 orang dari 177 orang
responden penelitian. Internal locus of control merupakan suatu
keyakinan bahwa hasil yang diperolehnya ditentukan oleh
faktor-faktor dalam dirinya. Hal ini dikarenakan mahasiswa
lebih mempercayai dan menyakini bahwa keberhasilan maupun
kegagalan yang dialami mahasiswa merupakan tanggung jawab
dari

diri

mereka

sendiri.

Penelitian

68

Rahmanto

(2009)

69

menunjukkan bahwa internal locus of control berhubungan


dengan kematangan karir siswa. Menurut lachman (2001),
individu dengan internal locus of control, mempunyai usaha
yang

lebih

besar

untuk

memperoleh

informasi

dari

lingkungannya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang


dilakukan

oleh

Lestari

(2007),

yang

menyatakan

bahwa

mahasiswa yang memiliki internal locus of control mempunyai


motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa yang memiliki eksternal locus of control.
Berdasarkan tabulasi kuesioner, pada faktor internal dari
locus of control mendominasi jawaban pertanyaan dimana
mahasiswa

mempercayai

diinginkan,

seseorang

memperolehnya.Hal

ini

untuk
harus
terjadi

memperoleh
bekerja
karena

apa

yang

keras

untuk

mahasiswa

akan

cenderung untuk bekerja keras dalam perkuliahan dengan


mengasah kemampuan yang dimiliki. Hal ini didukung oleh
pendapat Robbin (2007) yang menyatakan bahwa kemampuan
merupakan kapasitas individu untuk melakukan beragam tugas
dalam

suatu

pekerjaan.

Locus

of

control

yang

lebih

mengutamakan kemampuan akan lebih banyak berdampak


positif pada prestasi seseorang, hal ini dimungkinkan karena
locus of control yang berfokus pada kemampuan dipengaruhi
oleh minat mahasiswa yang akan berdampak pada kontrol
perilaku yang ditunjukkan mahasiswa. Selain itu usaha juga

70

dapat memberikan hal yang positif bagi mahasiswa karena


dengan usaha akan ada sikap optimis mahasiswa dan pantang
menyerah untuk mencapai tujuan.
Sedangkan mahasiswa yang mempunyai eksternal locus of
control yakni 45 mahasiswa mereka mempercayai bahwa
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka karena
alasan-alasan yang tidak ada hubunganya dengan tingkah laku
individu yang disebabkan faktor dari luar dirinya. Eksternal
locus of control dalam penelitian ini terbagi menjadi dua faktor
yaitu faktor powerful other dan faktor chance. Powerful other
adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam
hidupnya ditentukkan terutama oleh orang lain yang berkuasa.
Sedangkan faktor chance adalah keyakinan seseorang bahwa
kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukkan terutama oleh
nasib, peluang, dan keberuntungan (Levenson 1972, dalam
Azwar, 1999).
Berdasarkan tabulasi kuesioner

dari ekternal locus of

contorol faktor yang mendominasi adalah faktor powerful other,


dimana

dalam

kehidupan

mahasiswa

sebagian

besar

ditentukkan oleh orang lain yang berkuasa. Sedangkan 6


mahasiswa memiliki

internal locus of control dan eksternal

locus of control, hal ini disebabkan karena skala locus of control


bersifat kontinum, sehingga setiap individu memiliki keduanya
pada

sisi

yang

berlainan,

dimana

adakalanya

seseorang

71

mempunyai

internal

locus

of

control

kecenderungan eksternal locus of control.


Mahasiswa dengan eksternal locus

dan
of

adakalanya

control

lebih

cenderung bergantung pada orang lain dan lebih banyak


mencari situasi yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dalam
setiap

peristiwa-peristiwa

dalam

kehidupannya.

Menurunt

Kritner dan Kinichi(2001), individu yang memiliki eksternal


locus of control menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai
dikontrol oleh keadaan sekitarnya. Menurut Kucukkaragoz
(dalam Rana, 2011) mengatakan individu dengan eksternal
locus of control percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan mereka tidak dapat diprediksikan dan dikendalikan.
Mahasiswa dengan eksternal locus of control akan menunjukkan
sikap bahwa individu tidak mempunyai kendali atas setiap
keadaan. Hal ini didukung oleh penelitian Tektonika (2012)
yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara eksternal
locus

of

control

dengan

proktasi

Muhammadiyah 2 yogyakarta.
Individu yang memiliki

akademik

eksternal

locus

siswa
of

SMA

control

mempunyai sifat mudah cemas, depresi, dan lainnya. Hal ini


menyebabkan

indvidu

dengan

eksternal

locus

of

control

kemungkinan besar mengalami frustasi karena mudah tertekan


dan kurang berhasil. Menurut Rotter (dalam Musaheri, 2013),
menyatakan bahwa individu yang memiliki eksternal locus of
control

akan

berhubungan

dengan

sifat

pasif

dan

72

ketidakberdayaan

dalam

menghadapi

lingkungan.

Hal

ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan Astiningsih (2010),


yang menyatakan bahwa mahasiswa program B PSIK FK UGM
yang memiliki eksternal locus of control lebih cenderung
mengalami depresi.
6.2

Gambaran Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa S1Keperawatan


Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar dari

responden

memiliki

motivasi

berprestasi

dengan

kategori

sedang dan memiliki rentang nilai (95-<133) yaitu 169 orang


responden dari 177 orang responden penelitian. Berdasarkan
hasil tabulasi kuesioner motivasi berprestasi dengan kategori
sedang

memiliki

nilai

tertinggi,

dimana

sebagian

besar

mahasiswa tidak menyukai kenaikan prestasi yang teratur tetapi


hanya sedikit demi sedikit. Prestasi yang diraih oleh mahasiswa
menggambarkan

bahwa

kemampuan

mahasiswa

untuk

mencapai titik kesuksesan dibidang studi merupakan wujud


terpenuhinya kebutuhan mahasiswa untuk berprestasi. Hal ini
didukung oleh teori yang diutarakan McClelland (dalam latipah,
2012)

yang

menyatakan

bahwa

kebutuhan

akan

prestasi

seseorang merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang


diukur

berdasarkan

standar

kesempurnaan

dalam

diri

seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan belajar dan

73

mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi


tertentu.
Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat berperan
penting

dalam

meningkatkan

prestasi

mahasiswa,

dimana

prestasi tidak akan pernah berhasil tanpa ada suatu usaha


maupun dorongan dari mahasiswa sendiri. Menurut McClelland
motivasi berprestasi dapat terbentuk melalui proses belajar,
dalam proses belajar motivasi juga berfungsi sebagai : 1) motor
penggerak yang mendorong mahasiswa untuk mencapai sesuatu
seperti proses belajar 2) menyelesaikan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan 3) menentukan arah tujuan yang
ingin dicapai seperti memiliki target yang harus dicapai.
Rumiani (2006) mengatakan bahwa motivasi berprestasi
adalah dorongan yang menggerakkan individu untuk meraih
sukses dengan standar tertentu dan berusaha untuk lebih
unggul dari orang lain dan mampu mengatasi segala rintangan
yang menghambat tujuan. Pemberian motivasi berprestasi
kepada mahasiswa diperlukan untuk mendorong mahasiswa
agar mencapai prestasi yang diharapkan, dimana mahasiswa
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan memperoleh
hasil yang tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan

oleh

Hamdan

(2009),

yang

menyatakan

bahwa

motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi pada mahasiswa


di pengaruhi oleh rasa percaya diri dari individu itu sendiri.

74

Dalam penelitian ini motivasi berprestasi dibagi kedalam


kategori tinggi dan rendah. Berdasarkan hasil tabulasi pada
kuesioner motivasi berprestasi tertinggi, dimana mahasiswa
percaya bahwa untuk mencapai hasil yang baik dalam ujian,
harus disertai belajar dengan baik. Mahasiswa dengan motivasi
berprestasi tinggi akan cenderung meningkatkan usahanya
dalam belajar untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut
Rohwer (dalam Muqtadir, 2013) seseorang yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi akan berusaha mencoba setiap tugas
yang

menantang

dan

Sedangkan

motivasi

mahasiswa

tidak

sulit

tetapi

berprestasi
ingin

mampu

terendah

diselesaikan.

berada,

dimana

membanding-bandingkan

hasil

prestasinya dengan orang lain. Mahasiswa dengan motivasi


rendah akan cenderung tidak ingin memperlihatkan hasil
kerjanya, dikarenakan kurangnya usaha untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Berbeda dengan individu dengan motivasi
berprestasi

tinggi,

individu

akan

membandingkan

hasil

prestasinya dengan orang lain yang hasil prestasinya lebih


tinggi, hal ini dilakukan agar individu termotivasi dan lebih giat
berusaha untuk mencapai target yang ingin dicapai. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian Sugiyanto (2006) yang
menyatakan siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan
berhasil

memahami

atau

memperoleh

prestasi

akademik

cenderung tinggi dan siswa yang motivasi berprestasinya

75

rendah sebaliknya cenderung memperoleh prestasi akademik


yang rendah.
Motivasi berprestasi merupakan upaya mahasiswa untuk
menambah dan meningkatkan usaha dan kemampuannya dalam
belajar. Cara belajar dan penguasaan materi dari mahasiswa
akan membantu mahasiswa dalam proses kegiatan belajar.
Mahasiswa

yang

memiliki

kemampuan

memahami

konsep

pembelajar diluar kegiatan proses belajar mengajar akan lebih


baik dan lebih mudah mempelajari suatu konsep karena telah
mempelajari suatu konsep atau teori terlebih dahulu. Menurut
Regeiluth (dalam Hamid 2009) yang menyatakan ada empat
faktor

indikasi

keberhasilan

seseorang

yaitu

kondisi

pembelajaran, bidang studi, strategi pembelajaran dan hasil


pembelajaran. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Hutapea (2012) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
antara

strategi

pembelajar

tutor

sebaya

dengan

motivasi

berprestasi terhadap hasil belajar siswa.


6.3

Hubungan Antara Locus Of Control dengan Motivasi


Berprestasi

pada

Mahasiswa

S1-Keperawatan

di

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammdiyah


Malang
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji
pearson product moment, didapatkan bahwa nilai signifikansi
menunjukkan 0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti locus of control di mahasiswa S1-Keperawatan

76

berhubungan

secara

signifikan

motivasi

berprestasi

pada

mahasiswa. Motivasi berprestasi yang dimiliki mahasiswa tidak


lepas dari peran locus of control yang dimiliki tiap individu.
Berdasarkan ini, peneliti menemukkan bahwa locus of control
menjadi

salah

satu

faktor

untuk

meningkatkan

motivasi

berprestasi pada mahasiswa, yang mana apabila individu


memiliki locus of control yang baik, atau dapat mengendalikan
peristiwa-peristiwa

yang

dialaminya

maka

motivasi

berprestasinya akan baik pula. Hal ini menunjukkan apabila


locus of control yang dimiliki oleh mahasiswa tinggi akan
semakin
tersebut.

meningkatkan

motivasi

berprestasi

mahasiswa

Hal ini dapat terjadi karena locus of control

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi


berprestasi seseorang. Menurut Harter (dalam Hawadi, 2001)
ada tiga hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang
yaitu : 1) kompetensi yang dimiliki individu, 2) afek dalam
kegiatan belajar yang dilakukan, 3) persepsi tentang locus of
control.
Berdasarkan hasil tabulasi silang menunjukkan individu
yang memiliki internal locus of control dan eksternal locus of
control cenderung memiliki motivasi sedang. Berbeda dengan
individuyang memiliki internal locus of control mempunyai
motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu

dengan

eksternal

locus

of

control

yang

lebih

77

mempunyai motivasi berprestasi yang rendah. Hal ini sesuai


dengan pendapat Rotter 1966 (dalam Khayyer, 1994) bahwa
individu yang menunjukkan kontrol internal akan memiliki
motivasi yang kuat dalam prestasi. Hasil penelitian ini didukung
oleh Lestari (2007), yang menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara mahasiswa dengan internal locus of
control dengan mahasiswa yang memiliki eksternal locus of
control, dimana mahasiswa dengan internal locus of control
lebih

tinggi

motivasi

berprestasinya

dibandingkan

dengan

mahasiswa yang memiliki eksternal locus of control.


Locus of control memberikan mahasiswa pendorong untuk
lebih berusaha dan meningkatkan kemampuan yang berada
dalam diri dalam pencapaian prestasi. Seseorang melakukan
usaha karena adanya kemauan untuk berhasil. Adanya kemauan
atau motivasi dalam diri yang baik pada mahasiswa dalam
belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan adanya
usaha untuk belajar lebih baik dan giat mahasiswa harus
meningkatkan
usahanya

dan

percaya

akan

sendiri dalam proses

kemampuan,
belajar.

Locus

minat

dan

of control

bertujuan untuk melihat persepsi individu apakah percaya


bahwa mereka dapat mengontrol peristiwa-peristiwa yang
mempengaruhi mereka.
Locus of control yang baik adalah internal locus of control.
mahasiswa dengan internal locus of control akan berusaha
untuk mencapai prestasi yang tinggi. Semakin tinggi internal

78

locus of control individu, semakin tinggi prestasi belajar


seseorang. Sehingga internal locus of control individu harus
ditingkatkan kembali dengan melakukan pelatihan atribusi.
Dimana

pelatihan

atribusi

bertujuan

untuk

meningkatkan

kembali persepsi individu agar dapat mengontrol peristiwaperistiwa yang terjadi pada individu sendiri. Menurut Kelly
(dalam Richards 2010), teori atribusi berpusat pada pertanyaan
tentang bagaimana seseorang mengatribusikan penyebab suatu
perilaku orang lain maupun diri mereka. Hal ini didukung oleh
penelitian Grantz (2006), yang membuktikan bahwa pelatihan
atribusi dapat meningkatkan internal locus of control siswa
untuk mencapai kesuksesaan dalam belajar.

6.4

Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis

menemukan

beberapa

keterbatasan penelitian sehingga penelitian ini dirasa belum


sempurna, adapun keterbatasan yaitu :
1) Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional
yang mana pendekatan, observasi dan pengumpulan data
sekaligus

dilakukan

pada

satu

approach).
2) Kelemahan

desain

penelitian

waktu

cross

(point

sectional

time
:

1)

Dibutuhkan subjek penelitian yang relatif besar atau


banyak, dengan asumsi variabel bebas berpengaruh cukup
banyak. 2) Tidak dapat menggambarkan perkembangan

79

penyakit secara akurat. 3) Tidak valid meramalkan suatu


kecenderungan. 4) kesimpulan korelasi faktor resiko
dengan faktor efek paling lemah bila dibandingkan dengan
rancangan penelitian analitik yang lainnya.
3) Instrument dan alat ukur yang digunakan
kuesioner
kelemahan

berupa

lembar

kuesioner

ini

skala
adalah

likert.

adalah

Beberapa

pertanyaan

dapat

diinterpretasikan berbeda oleh setiap responden dan hal


ini

memungkinkan

untuk

mendapat

jawaban

yang

subjektif dari responden.


6.5

Implikasi untuk Keperawatan


Sebelum menjadi perawat profesional,

mahasiswa

keperawatan harus mempunyai landasan teori dan skill sebelum


melakukan tindakan keperawatan hal ini bisa didapatkan saat
berada dibangku perkuliahan. Oleh karena itu,

mahasiswa

harus meningkatkan kemampuan, minat dan usaha sendiri


dalam belajar agar tidak bergantung kepada keberuntungan,
nasib dan orang lain untuk meraih prestasi. Dorongan belajar
mahasiswa berhubungan sekali dengan kepribadian dalam
mengontrol diri. Dengan memupuk kontrol diri yang baik dari
bangku perkuliahan diharapkan mampu membentuk mahasiswa
keperawatan akan menjadi perawat profesional yang mampu
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sebagai
prestasi dari seorang perawat profesional.
1) Peran Individu / Mahasiswa

80

Individu

berperan

penting

dalam

meningkatkan

kemampuan diri sendiri untuk memperoleh prestasi yang


maksimal,

karena

tidak

selamanya

orang

lain

dan

keberuntungan dapat membantu dalam meraih prestasi.


Yakni dengan lebih mengasah kemampuan dan minat
dalam pembelajaran serta meningkatkan usaha untuk
meraih prestasi akademik yang lebih baik.

81

2) Peran Institusi / Pengajar


Mampu menanamkan kepada peserta didik (mahasiswa),
dalam hal ini khususnya mahasiswa keperawatan tentang
pentingnya

penggendalian

diri

sendiri

dalam

meningkatkan motivasi dalam belajar. Serta membantu


mahasiswa untuk meraih prestasi yang lebih baik dengan
mengadakan bimbingan belajar secara berkala. Tidak
hanya melakukan bimbingan secara akademik, peran
pembimbing akademik di kampus harus tinggi untuk
meningkatkan

dan

mengubah

pengendalian

diri

mahasiswa untuk memperoleh motivasi berprstasi yang


tinggi, karena dari hasil penelitian masih ada mahasiswa
yang memiliki pengendalian diri eksternal locus of control
yang

mengakibatkan

motivasi

berprestasi

mahasiswa

rendah. Peran pembimbing akademik sebagai pengganti


orangtua untuk membimbing anak didiknya. Selain itu
pembimbing

mengadakan

bimbingan

secara

berkala,

pembimbing juga dapat mengadakan pertemuan dengan


orangtua peserta didik untuk mendiskusikan prestasi
peserta didik sehingga orangtua dapat membantu peserta
didik untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik.
Besarnya internal locus of control akan menjadikan
motivasi berprestasi semakin tinggi dan meningkatkan
prestasi para mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai