A. Anamnesis
Status pasien
1
Nama
: An. R
2 Jenis Kelamin
: Perempuan
3 Umur
: 10 tahun
4 BB
: 40 kg
5 Alamat
: Asmil kipan C
6 Agama
: Islam
7 Pekerjann
8 No. RM
:: 492005
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan mata kanan terkena lemparan bola
kasti
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kanan terkena lemparan bola
kasti pagi ini. Mata kanan dirasakan kabur, merah, nyeri, serta berair.
Pasien merasa silau saat melihat cahaya.
3. Riwayat penykit dahulu
3.1 Riwayat penuruanan penglihatan sebelumnya
3.2 Riwayat trauma sebelumnya
C. Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
1. Keadaan Umum
: Kesakitan
2. Kesadaran
: disangkal
: disangkal
STATUS OFTALMOLOGY
OD
YANG
DINILAI
OS
1/60
VISUS
6/6
Spasme (+)
PALPEBRA
Hiperemis (+)
sekret (-)
KONJUNGTIVA
jernih
KORNEA
jernih
BMD
Jernih
Midriasis (+)5mm
RC(-)
PUPIL
+1
TIO
D. Diagnosis
OD Hifema ec trauma tumpul
E. Penatalaksanaan
1. MRS
2. Bed rest duduk (30)
3. Bebat mata kanan
4. Infus RL 15tpm
5. Santagesic inj 3x30 mg
6. Asam traneksamat inj 3x30 mg
7. Ranitidin inj 2x1
F. Prognosis
Prognosis
klinisnya termasuk grade II. Dan setelah dirawat selama 5 hari darah yang
berada di BMD berkurang sedikit demi sedikit.
BAB II
DASAR TEORI
A. Trauma
Trauma mata merupakan penyakit mata gawat darurat, artimya apabila
tidak ditanggulangi segera, maka dalam beberapa jam saja dapat menimbulkan
kerusakan permanen pada mata. Bentuk trauma mata ada beberapa macam,
diantaranya, diantaranya : trauma tumpul, trauma tajam, trauma oleh karena
bahan kimia. Yang memerlukan pertolongan dan perawatan yang berbeda
sesuai bentuk/ jenis dari trauma mata tersebut.
Trauma mata merupakan ruda paksa yang mengenai mata yang dapat
disebabkan oleh benada tajam, tumpul, termis, kimia, listrik, tekanan ataupun
radiasi yang menyebabkan berbagai macam gangguan pada mata.
Menurut penyebabnya, trauma pada mata dibagi atas :
1. Trauma tumpul atau kontusio yang dapat disebabkan oleh benda
tumpul, benturan dan ledakan dimana terjadi pemadatan udara
4
makula
lutea.
3. Etiologi
3.1 Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:
3.1.1 Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat
3.1.2
3.1.3
mata).
Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier,
3.1.4
Gambaran klinis
3.3 Pandangan mata kabur
3.4 Penglihatan sangat menurun
3.5 Kadang kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis
3.6 Pasien mengeluh sakit atau nyeri
3.7 Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme
3.8 Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra
3.9 Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen
3.10
Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan
3.11
Pupil tetap dilatasi (midriasis)
3.12
Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma.
3.13
Kenaikan TIO (glukoma sekunder )
3.14
Sukar melihat dekat
3.15
Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil
3.16
Anisokor pupil
3.17
Penglihatan ganda (iridodialisis)
Patofisiologi
Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan
limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan
tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan
pada sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan
pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan
siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan siliar.
Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin
juga bisa menyebabkan perdarahan pada COA. Trauma tumpul dapat merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek
pembuluh darah iris dan merusak sudut COA. Tetapi dapat juga terjadi secara
spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam
ruang COA, mengotori permukaan dalam kornea. Perdarahan pada bilik mata
depan mengakibatkan teraktivasinya mekanisme hemostasis dan fibrinolisis.
Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan pembentukan
fibrin merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan menghentikan
perdarahan. Bekuan darah ini dapat meluas dari bilik mata depan ke bilik mata
belakang. Bekuan darah ini biasanya berlangsung hingga 4-7 hari. Setelah itu,
fibrinolisis akan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata depan,
maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade
koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin, sehingga bekuan darah yang sudah
terjadi mengalami disolusi. Produk hasil degradasi bekuan darah, bersama
dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik mata depan
menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral. Perdarahan dapat terjadi
segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer. Perdarahan primer
dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul pada
hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebihhebat daripada yang
primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat sedikitnya 5
hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi daribekuan
darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah takmendapat waktu yang
cukup untuk regenerasi kembali.
10
Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel
darah merah melalui sudut COA menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan
diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan
adanya enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema dikeluarkan setelah
terurai dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin
ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi
bewarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya
dapat ditolong dengan keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat
terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. Adanya darah pada bilik
mata depan memiliki beberapa temuan klinis yang berhubungan. Resesi sudut
mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata. Hal ini menunjukkan
terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut mata
dapat terjadi pada 85 % pasien hifema dan berkaitan dengan timbulnya
glaukoma sekunder di kemudian hari. Iritis traumatik, dengan sel-sel radang
pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Padakeadaan ini,
terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan. Perubahan
pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga ruptur
limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada
10 % kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis,
iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn. Kelainan
pada segmen posterior dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema,
perdarahan, dan robekan), dan ruptur koroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat
peningkatan tekanan intraokular.
Trauma Tumpul
Kompresi Bola
Mata
Peregangan
Limbus
Perubahan posisi
iris
11
Perdarahan
HIFEMA
TIK
Robekan pembuluh
darah
- Inflamasi pada iris
Darah bergerak ke
BMD karena gaya
gravitasi
Diagnosis
6.1 Anamnesis
Pada saat anamnesis kasus trauma mata ditanyakan waktu kejadian,
proses terjadi trauma dan benda yang mengenai mata tersebut.
Bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata itu, apakah dari
depan, samping atas, samping bawah, atau dari arah lain dan bagaimana
kecepatannya waktu mengenai mata dan bahan tersebut, apakah terbuat
dari kayu, besi, atau bahan lainnya. Jika kejadian kurang dari satu jam
maka perlu ditanyakan ketajaman penglihatan atau nyeri pada mata
karena berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler akibat
perdarahan sekunder. Apakah trauma tersebut disertai dengan keluarnya
darah, dan apakah pernah mendapatkan pertolongan sebelumnya. Perlu
juga ditanyakan riwayat kesehatan mata sebelum terjadi trauma, apabila
terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan apakah pengurangan
penglihatan ituterjadi sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut.
6.2 Pemeriksaan mata
6.2.1 Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan) : mungkin
terganggu akibat kerusakan kornea, aqueus humor, iris dan
6.2.2
retina.
Lapang pengelihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh
6.2.3
12
sistemik/infeksi.
7.3 USG untk menyingkirkan adanya perdarahan vitreus atau ablasio retina
7.4 Skrining sickle cell
7.5 X-ray
7.6 CT-scan orbita
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering adalah:
8.1 Perdarahan Sekunder
Komplikasi ini sering terjadi pada hari ketiga sampai keenam.
Sedangkan insidensinya sangat bervariasi, antara 10-40 persen.
Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris akibat
traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya.
8.2 Glaukoma Sekunder
Timbulnya glaukoma sekunder pada traumatic hyphaema
disebabkan oleh tersumbatnya trabecular meshwork oleh butirbutir/gumpalan darah. Residensinya 20 persen.
13
kembali
jernih
dalam
waktu
yang
lama
(dua
tahun).
Penatalaksanaan
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila perjalanan penyakit tidak
berjalan demikian maka sebaiknya penderita dirujuk. Walaupun perawatan
penderita hifema traumatik ini masih banyak diperdebatkan, namun pada
dasarnya penatalaksanaan hifema bertujuan untuk :
a) Menghentikan perdarahan.
b) Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.
c) Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat
absorbsi.
d) Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.
e) Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita
dengan traumatik hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar
yaitu perawatan dengan cara konservatif/tanpa operasi, dan perawatan yang
disertai dengan tindakan operasi.
9.1 Perawatan Konservatif/Tanpa Operasi
9.1.1. Tirah baring (bed rest total)
Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan
posisi kepala diangkat (diberi alas bantal) dengan elevasi kepala
30 - 45o (posisi semi fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan
darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita
mengevaluasi jumlah perdarahannya. Bahkan beberapa penelitian
menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi
dari hifema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya
komplikasi
perdarahansekunder.
Istirahat
total
ini
harus
14
akan
mempercepat
absorbsi,tapi
meningkatkan
16
c) Total dengan dengan Tekanan Intra Okular 50 mmHg atau lebih selama
4 hari (untuk mencegah atrofi optic)
d) Hifema total atau hifema yang mengisi lebih dari COA selama 6 hari
dengan tekanan 25 mmHg (untuk mencegah corneal bloodstaining)
e) Hifema mengisi lebih dari COA yang menetap lebih dari 8-9 hari
(untuk mencegah peripheral anterior synechiae)
f) Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun
ukurannya dengan tekanan Intra ocular lebih dari 35 mmHg lebih dari
24 jam. Jika Tekanan Inta Ocular menetap tinggi 50 mmHg atau lebih
selama 4 hari, pembedahan tidak boleh ditunda.
10 Prognosis
Dikatakan bahwa prognosis hifema bergantung pada jumlah darah di
dalam bilik mata depan. Bila darah sedikit di dalam bila mata depan, maka
darah ini akan hilang dan jernih dengan sempurna. Sedangkan bila darah
lebih dari setengah tingginya bilik mata depan, maka prognosis buruk yang
akan disertai dengan beberapa penyulit. Hifema yang penuh di dalam bilik
mata depan akan memberikan prognosis lebih buruk di bandingkan dengan
hifema sebagian.
Pada hifema akibat trauma bila terjadi kemunduran tajam penglihatan
dapat dipikirkan kemungkinan adanya kerusakan langsung pada mata
akibat trauma tersebut, seperti luksasi lensa, ablasi retina dan edema
makula. Hifema sekunder yang terjadi pada hari ke 5-7 sesudah trauma,
biasanya lebih masif dibanding dengan hifema primer dan dapat
memberikan rasa sakit sekali.
17
PEMBAHASAN
Pada pasian diatas dari anamnesis didapatkan bahawa An. R mengeluh
mata kanan terkena bola kasti. Mata kanan merah, kabur, nyeri serta berair serta
silau saat melihat cahaya. Pasien didiagnosis hifema ec trauma tumpul. Pasien
didiagnosis hifema dikarena pada anamnesis didapatkan riwayat trauma tumpul
akibat bola kasti yang mengenai mata kanan. Adanya mata merah, kabur, nyeri,
berair serta silau saat melihat cahaya menunjukan bahwa saat terjadi trauma
tumpul akan ada transfer energi yang kuat sehingga pasien mengalami gejala
seperti diatas.
18
Adanya darah di BMD pada mata kanan menunjukan bahwa telah terjadi
trauma mekanik tumpul pada pasien yang telah merobek pembuluh darah iris.
Yang mengakibatkan darah berkumpul di BMD. Penyerapan darah pada hifema
dikeluarkan dari BMD dalam bentuk sel darah merah
19