Pendahuluan
MFS 1810
Salahuddin Husein
shddin © 2009
Pendahuluan: Krakatau 1883
1
shddin © 2009
Pendahuluan: Krakatau 1883
shddin © 2009
Pendahuluan: Krakatau 1883
2
shddin © 2008
Ekosfer
shddin © 2008
Planet Bumi: hanya sebuah planet kecil…
3
shddin © 2008
Sistem Planet Bumi
shddin © 2008
Sistem Planet Bumi
4
shddin © 2008
Terbentuknya Tata Surya
(a) ~15 milyar tahun
lalu, nebula
terkondensasi,
(b) kontraksi, rotasi,
(c) Terpipihkan
menjadi piringan,
Matahari di pusat
dan planet-planet di
tepi.
(d) Radiasi Matahari
membersihkan
sebagian gas dan
debu.
(e) Planet
menyempurnakan
pembentukannya.
shddin © 2008
Eagle Nebula
Gambar diambil dan diolah oleh
Hubble Space Telescope
5
shddin © 2008
Terbentuknya Bumi
shddin © 2008
Bumi yang Unik
Bumi: planet yang
sangat hidup,
atmosfer nitrogen
+ oksigen yang
Merkurius: cukup dan air Mars:
planet yang dalam 3 fase yang planet yang
telah mati, melimpah. hampir mati,
terlalu
atmosfer
dekat
CO2 tipis,
dengan Venus: masih
sedikit air
Matahari. hidup, atmosfer
dalam
CO2 tebal
bentuk es.
(rumah kaca
raksasa),
temperatur 500
oC dan tekanan
90x Bumi.
6
shddin © 2008
Penampang Bumi
shddin © 2008
Struktur Dalam Bumi
7
shddin © 2008
Litosfer
shddin © 2008
Ketebalan Kerak dan Prinsip Isostasi
8
shddin © 2008
Ketebalan Kerak dan Prinsip Isostasi
shddin © 2008
Tektonik Lempeng
9
shddin © 2008
Tektonik Lempeng
shddin © 2008
Tektonik Lempeng
10
shddin © 2008
Tektonik Lempeng
shddin © 2008
Tektonik Lempeng
11
shddin © 2008
Siklus Batuan
shddin © 2008
Batuan Beku
(a) (b)
12
shddin © 2008
Batuan Sedimen
(a) (b)
shddin © 2008
Batuan Malihan
(a) (b)
13
shddin © 2008
Tektonik Lempeng dan Siklus Batuan
shddin © 2008
Hidrosfer
Hidrosfer adalah
selubung tipis Bumi
yang sangat penting
untuk kehidupan.
Mengambil energi
dari sinar Matahari,
air bergerak dalam
lingkaran besar dari
samudera ke
atmosfer, melalui
daratan dan kembali
ke samudera.
14
shddin © 2008
Siklus Hidrologi
shddin © 2008
Kecepatan Proses Geologi
15
02. Mineral
MFS 1810
Salahuddin Husein
shddin © 2008
Pendahuluan
1
shddin © 2008
Struktur Atom
shddin © 2008
Ion
• Atom disebut bersifat netral apabila memiliki jumlah proton dan
elektron yang sama.
• Karena letak yang berada di luar dan geraknya yang dinamis
mengorbit inti, elektron berpotensi untuk berpindah-pindah,
sehingga elektron dapat bertambah dan dapat pula berkurang.
• Atom-atom yang kelebihan atau kekurangan elektron disebut
bermuatan listrik. Mereka dinamakan ion.
• Sebuah atom yang kehilangan elektron memiliki muatan positif,
disebut kation.
• Sebuah atom yang memperoleh elektron memiliki muatan
negatif, disebut anion.
2
shddin © 2008
Isotop
shddin © 2008
Tabel Periodik Unsur
3
shddin © 2008
Mineral
• terbentuk alamiah
• senyawa anorganik
• komposisi kimiawi tertentu
• struktur kristal tertentu
• sifat fisik yang konsisten
shddin © 2008
Mineral : Terbentuk Alamiah
4
shddin © 2008
Mineral : Terbentuk Alamiah
Mineral terbentuk oleh atom-
atom yang saling mengikat.
Ada dua jenis ikatan yang
banyak terbentuk di alam:
ikatan ion dan ikatan
kovalen.
shddin © 2008
Mineral : Terbentuk Alamiah
Ikatan kovalen terbentuk
ketika dua atom berbagi
elektron. Ikatan antara silikon
dan oksigen, yang banyak
jenis mineralnya, adalah
terutama terbentuk oleh
ikatan ini.
5
shddin © 2008
Mineral : Terbentuk Alamiah
shddin © 2008
Mineral : Senyawa Anorganik
Organik: dominan C, N, O, H
6
shddin © 2008
Mineral : Komposisi Kimiawi Tertentu
Beberapa mineral sebetulnya adalah kelompok mineral.
Semua anggota kelompok umumnya memiliki jenis struktur yang
sama, sifat fisik yang sama, dan secara kimia saling terkait,
namun mereka juga memiliki perbedaan kimia tertentu.
shddin © 2008
Mineral : Struktur Kristal Tertentu
Gambar mikroskopis
dari permukaan kristal
grafit. Setiap titik
berwarna kuning adalah
atom karbon.
7
shddin © 2008
Mineral : Struktur Kristal Tertentu
shddin © 2008
Mineral : Sifat Fisik yang Konsisten
Identifikasi sifat fisik dipergunakan untuk menentukan jenis
mineral tanpa bantuan peralatan kristalografis atau kimia.
8
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Kekerasan
Skala Mohs
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Belahan
Belahan adalah pecahan yang teratur dan sistematis di sepanjang
bidang yang dapat diperkirakan. Bidang belahan terkontrol secara
kristalografis: mereka berasal dari bidang ikatan lemah dan
struktur kristal.
9
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Belahan
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Belahan
Gambar ini adalah sayatan tipis dari mineral amfibol (amphibole)
berukuran ~1 cm, memperlihatkan dua bidang belahan yang
bertemu pada sudut lancip.
10
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Belahan
Ini adalah contoh berukuran beberapa cm dari mineral yang
sama, amfibol. Tampak bahwa menentukan belahan pada contoh
mineral tidak selalu mudah.
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Belahan
Penting untuk
diperhatikan:
- Jumlah bidang
belahan
- Kualitas belahan
- Sudut belahan
11
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Bentuk Kristal
Kristal seringkali memiliki bentuk tertentu. Contohnya: garnet
(garnet) memiliki bentuk dodekahedra (12 sisi), pirit (pyrite)
memiliki kubik (6 sisi).
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Bentuk Kristal
12
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Bentuk Kristal
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Bentuk Kristal
Sebagian menyebut bentuk
kristalnya sebagai acicular
(seperti jarum), radiating,
prismatic (seperti tongkat),
fibrous (seperti serat), globular
(seperti balon), dan lain-lain…
13
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Bentuk Kristal
Beberapa mineral cenderung tidak memiliki bentuk kristal yang
baik.
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Bentuk Kristal
14
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Bentuk Kristal
Suatu mineral dapat memiliki banyak bentuk kristal, contoh: kalsit
(calcite).
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Bentuk Kristal
Intan : telah dibentuk
(dipotong, dihaluskan,
dipoles).
Intan : original.
15
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Sudut Antar Muka Kristal
Semua kristal kuarsa (quartz), apa pun bentuk dan
ukurannya, memiliki sudut antar muka (interfacial
angles) tertentu dan konstan.
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral : Sudut Antar Muka Kristal
16
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral
Warna : cahaya yang diteruskan dan
yang dipantulkan.
Cerat : warna mineral yang telah
dihancurkan dalam bentuk
bubuk.
Kilap : kenampakan mineral dalam
memantulkan cahaya.
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral
17
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral
18
shddin © 2008
Sifat Fisik Mineral
Mineral seperti sulfur (sulphur) selalu berwarna kuning dan
lembut.
shddin © 2008
Polimorf
Intan (diamond) dan grafit (graphite) terbentuk seluruhnya oleh
karbon, namun keduanya memiliki sifat fisik yang sangat berbeda.
Polimorf (polymorphs) adalah material dengan komposisi kimia
yang sama namun berbeda struktur kristalnya.
19
shddin © 2008
Mineral-Mineral Silikat
• Kelompok mineral yang membentuk 95% kerak Bumi adalah
silikat, sehingga mereka merupakan mineral pembentuk batuan
(rock-forming minerals) yang paling penting.
• Beberapa mineral yang paling penting dalam kelompok silikat
adalah:
- Kuarsa (quartz)
- Feldspar (feldspar)
- Mika (mica)
- Amfibol (amphibole)
- Piroksen (pyroxene)
- Olivin (olivine)
- Garnet (garnet)
shddin © 2008
Unsur dan Mineral yang Banyak Dijumpai
20
shddin © 2008
Rock Forming Minerals
shddin © 2008
Mineral-Mineral Silikat
• Bangun paling dasar dari kelompok mineral silikat adalah
tetrahedron silika.
• Setiap tetrahedron dibentuk oleh sebuah atom silikon dikelilingi
oleh empat atom oksigen. Kelompok ini memiliki muatan negatif
-4, sehingga akan membuat ikatan dengan kation.
oxygen atoms
Secara
sistematis
berbentuk
piramida
schematic
silicon atom representation
at center
21
shddin © 2008
Mineral-Mineral Silikat
olivine, garnet
ex g
pl in
tourmaline
ity
m as
shddin © 2008
Mineral-Mineral Silikat : Struktur Piroksen
Setiap tetrahedron silika metal cations (Fe, Mg, Ca)
dalam piroksen saling terikat
satu sama lainnya,
membentuk satu rantai
panjang.
the triangles
represent silica
tetrahedra, viewed
from above
22
shddin © 2008
Mineral-Mineral Silikat : Struktur Amfibol
Jaringan silikat dalam
amfibol dibentuk oleh dua
rantai saling terhubung.
the triangles
represent silica
tetrahedra, viewed
from above
shddin © 2008
Mineral-Mineral Silikat : Struktur Mika
Mika adalah silikat dengan struktur
lembaran. Tetrahedra silikat
bergabung membentuk lembaran 2-D.
metal cations (Fe, Mg, Ca)
interlayer cations (Na, K, H2O)
side view
Masing-masing lembaran
terikat secara lemah oleh
lapisan kation. view from above at silica layer
23
shddin © 2008
Mineral-Mineral Silikat : Silikat Kompleks
Mineral kuarsa (quartz) memiliki bentuk jaring silikat yang paling
kompleks, dimana setiap tetrahedron silika saling terhubungkan
satu dengan lainnya secara rumit.
shddin © 2008
Ferromagnesian Silicates
Common ferromagnesian
silicates:
(a) Olivine
(b) Augite, a pyroxene
group mineral;
(c) Hornblende, an
amphibole
group mineral
(d) Biotite mica.
24
shddin © 2008
Nonferromagnesian Silicates
shddin © 2008
Mineral-Mineral Silikat : Feldspar & Kuarsa
25
shddin © 2008
Mineral-Mineral Silikat : Feldspar & Kuarsa
shddin © 2008
Ragam Kuarsa
(a) colorless quartz
(b) smoky quartz
(c) amethyst
(d) agate
(e) rose quartz
26
shddin © 2008
Mineral-Mineral Silikat : Feldspar
Plagioklas (plagioclase) = Ca,Na feldspar
Feldspar alkali (alkali feldspar) = K, Na feldspar
shddin © 2008
Mineral-Mineral Non-Silikat
Meski mineral-mineral kelompok silikat sangat penting, namun
ada pula mineral-mineral lain yang juga penting dalam
membentuk batuan.
27
shddin © 2008
Mineral Non-Silikat
shddin © 2008
Rock Forming Minerals
28
03. Batuan Beku
MFS 1810
Salahuddin Husein
shddin © 2008
Magma
• Batuan beku (igneous rock;
dari Bahasa Latin: ignis = api)
adalah batuan yang terbentuk
langsung dari pembekuan
magma.
• Magma adalah zat cair-liat-
pijar yang merupakan
senyawa silikat dan ada di
bawah kondisi tekanan dan
suhu tinggi di dalam tubuh
bumi (kerak atau mantel).
1
shddin © 2008
Magma
Kandungan silika
Jenis Magma Kelompok mineral
(%)
Ferromagnesian
Basa (mafic) 45 - 52
silicates
Campuran dari
Intermediate 53 - 65 mineral kelompok
asam dan basa
Non-ferromagnesian
Asam (felsic) > 65
silicates
shddin © 2008
Magma
• Unsur-unsur utama (total 98.03%) penyusun magma:
Oksigen (O-2) 45.20%
Silikon (Si+4) 27.20%
Aluminium (Al+3) 8.00%
Besi (Fe+2,+3) 5.80%
Kalsium (Ca ) +2 5.06%
+2
Magnesium (Mg ) 2.77%
Sodium (Na+1) 2.32%
Potassium (K ) +1 1.68%
• Magma memiliki densitas lebih kecil daripada batuan di
sekitarnya, sehingga magma cenderung naik ke atas menuju
permukaan.
• Sebagian magma mengalir di permukaan sebagai lava,
sebagian lagi dilontarkan dengan kuat ke udara sebagai material
piroklastik (pyroclastic; dari Bahasa Yunani: pyro = api dan
klastos = hancur).
2
shddin © 2008
Magma
• Lava yang keluar di permukaan tercatat memiliki kisaran
temperatur 1000 – 1200 oC. Ketika St. Helens meletus di tahun
1980, material piroklastik yang dilontarkannya memiliki
temperatur sekitar 300 – 420 oC, diukur saat 2 minggu setelah
letusan!
• Magma memiliki sifat viskositas, atau resistensi untuk mengalir,
yang dikontrol oleh kandungan silika. Mineral silika tersusun oleh
jaringan tetrahedra dengan ikatan antar atom yang sangat kuat,
sehingga sulit untuk bersifat mengalir. Semakin asam magma,
semakin banyak mineral silika, semakin kental atau semakin
tinggi viskositasnya. Sebaliknya magma basa; dimana pada
letusan 1783 di Iceland pernah diukur pergerakan magmanya
mencapai jarak 80 km.
shddin © 2008
Deret Reaksi Bowen
• Urutan
kristalisasi dari
mineral-mineral
pembentuk
batuan beku
menyediakan
kunci terhadap
pemahaman
sejarah
pendinginan
magma.
• Asumsi dasar:
semua magma
berasal dari
magma induk
basa.
3
shddin © 2008
Deret Reaksi Bowen
• Dalam deret diskontinyu (discontinuous branch), yang hanya
tersusun oleh mineral ferro-magnesian silicates, satu mineral
berubah menjadi mineral lainnya pada kisaran temperatur
tertentu dengan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma.
• Bila pendinginan berlangsung terlalu cepat dimana mineral yang
telah ada tidak sempat bereaksi seluruhnya dengan sisa
magma, seringkali mineral tersebut memiliki rim (selubung) yang
tersusun oleh mineral yang terbentuk sesudahnya. Misalkan:
olivin dengan rim piroksen.
• Ketika biotit telah mengkristal, pada dasarnya semua besi dan
magnesium di dalam larutan magma telah selesai dipergunakan
untuk membentuk mineral. Berakhir pula deret diskontinyu.
shddin © 2008
Deret Reaksi Bowen
• Demikian pula dengan deret kontinyu (continuous branch), yang
hanya dibangun oleh mineral fledspar plagioklas. Plagioklas
kaya kalsium terbentuk lebih dahulu, untuk kemudian ketika
temperatur turun akan bereaksi dengan sisa larutan magma
membentuk plagioklas yang sedikit kaya sodium. Demikian
seterusnya hingga semua kalsium dan sodium habis
dipergunakan.
• Bila pendinginan terlalu cepat, akan terbentuk zoning pada
plagioklas, dimana plagioklas kaya kalsium dikelilingi plagioklas
kaya sodium.
4
shddin © 2008
Deret Reaksi Bowen
• Bila kedua deret tersebut telah selesai dan semua besi,
magnesium, kalsium, dan sodium telah habis, idealnya yang
tersisa di dalam larutan magma hanyalah potassium, aluminium,
dan silika.
• Semua unsur sisa tersebut akan bergabung membentuk ortoklas
potassium feldspar (KAlSi3O8).
• Jika tekanan air cukup tinggi, lembaran silika dalam bentuk mika
muskovit akan terbentuk.
• Sisanya, larutan magma didominasi oleh silika dan oksigen,
akan membentuk mineral kuarsa (SiO2).
• Kristalisasi feldspar potassium dan kuarsa bukanlah deret
reaksi, karena mereka terbentuk saling independen.
shddin © 2008
Deret Reaksi Bowen
5
shddin © 2008
Deret Reaksi Bowen
shddin © 2008
Proses Pembentukan Magma
• Secara global, magma muncul di permukaan pada dua zona: (1)
zona pemekaran lempeng samudera, dan (2) zona penunjaman
lempeng samudera.
• Gradien panas bumi (geothermal gradient) bertambah bila
semakin dalam. Nilainya rata-rata 25 oC/km. Sehingga semakin
dalam batuan semakin panas, namun tetap bersifat padat,
karena suhu lelehnya juga meningkat dengan bertambahnya
tekanan.
• Tetapi dibawah zona pemekaran lempeng, temperatur melebihi
suhu leleh, karena tekanan berkurang akibat terbukanya
lempeng.
• Ditambah lagi dengan adanya air laut yang masuk lewat retakan
batuan turut mengurangi suhu leleh di bawah zona pemekaran,
karena air membantu energi panas dalam memecahkan ikatan
kimia dalam mineral.
6
shddin © 2008
Proses Pembentukan Magma
shddin © 2008
Proses Pembentukan Magma di Zona Pemekaran
• Magma yang terbentuk di zona pemekaran bersifat basa (45 –
52 % silika).
• Tetapi batuan mantel atas darimana magma berasal bersifat
ultrabasa (<45 % silika), tersusun terutama oleh mineral-mineral
silika ferromagnesian dan hanya sedikit mineral-mineral silika
non-ferromagnesian.
• Penyebab perubahan komposisi dari batuan induk ultrabasa
menjadi magma basa adalah proses pelelehan sebagian (partial
melting), dimana hanya sebagian batuan induk saja yang
meleleh membentuk magma.
• Partial melting dapat terjadi karena mineral-mineral penyusun
suatu batuan memiliki suhu leleh yang berbeda satu dengan
lainnya.
7
shddin © 2008
Proses Pembentukan Magma di Zona Pemekaran
• Mengacu pada reaksi Bowen, urutan mineral-mineral tersebut
meleleh adalah terbalik dengan urutan kristalisasinya. Sehingga
kuarsa, feldspar potassium, dan plagioklas kaya sodium,
meleleh terlebih dahulu sebelum silika ferromagnesian dan
plagioklas kaya kalsium.
• Sehingga ketika batuan ultrabasa mulai meleleh, mineral-mineral
kaya silika meleleh terlebih dahulu, diikuti oleh yang kurang
kandungan silikanya. Sehingga jika pelelehannya tidak
sempurna, akan terbentuk magma basa yang lebih banyak
kandungan silikanya daripada batuan induknya.
shddin © 2008
Proses Pembentukan Magma di Zona Penunjaman
• Magma yang terbentuk di zona pemekaran bersifat menengah
(53 – 65 % silika) dan asam (>65 % silika), berasal dari batuan
penyusun kerak samudera yang bersifat basa (45 – 52 % silika).
• Perubahan komposisi dari batuan induk basa menjadi magma
menengah dan asam dapat dijelaskan dengan proses pelelehan
sebagian (partial melting).
• Partial melting terjadi ketika lempeng samudera yang menunjam
mencapai kedalaman tertentu dimana temperaturnya cukup
tinggi untuk memulai pelelehan sebagian.
• Air laut yang sebagian terbawa oleh batuan kerak samudera
hingga kedalaman tertentu menjadi terpanaskan dan
mempercepat proses pelelehan dan pembentukan magma.
8
shddin © 2008
Proses Pembentukan Magma di Zona Penunjaman
• Pengayaan kandungan silika bukan hanya karena proses partial
melting pada batuan kerak samudera yang basa, namun juga
terjadi pada batuan sedimen kaya silika yang ikut terseret
bersama-sama penunjaman lempeng samudera.
• Selain itu ketika magma naik menembus kerak benua,
pengayaan (enrichment) karena reaksi magma dengan batuan
sekitar yang kaya silika, semakin menambah asam magma yang
terbentuk.
shddin © 2008
Proses Pembentukan Magma di Zona Penunjaman
9
shddin © 2008
Perubahan Komposisi Magma
• Komposisi magma dapat berubah oleh pengendapan kristal
(crystal settling), suatu proses yang melibatkan pemisahan
mineral oleh pengendapan akibat gaya gravitasi.
• Olivin, mineral silikat feromagnesian pertama terbentuk dan
berat jenis paling besar, cenderung tenggelam ke bagian bawah
magma, membuat magma bagian atas lebih kaya silika, sodium,
dan potassium.
• Observasi pada sill menunjukkan bagian dasarnya memang
lebih banyak mengandung olivin dan piroksin dibandingkan
bagian atas.
• Proses pengendapan kristal ini tidak efektif untuk menghasilkan
magma asam, karena diperkirakan untuk membentuk suatu
volume magma asam dibutuhkan magma basa 10 kali lebih
banyak. Hal ini tidak dijumpai pada tubuh-tubuh batuan intrusi.
shddin © 2008
Perubahan Komposisi Magma
• Komposisi magma juga dapat berubah oleh asimilasi
(assimilation), suatu proses dimana magma bereaksi dengan
batuan di sekitarnya (disebut country rock).
• Bukti adanya asimilasi datang dari inklusi (inclusion), yaitu
fragmen country rock yang masuk ke dalam suatu batuan beku
yang menerobosnya.
• Meski asimilasi betul terjadi, namun proses ini diperkirakan tidak
efektif untuk menghasilkan magma asam, karena proses
asimilasi juga mempercepat dinginnya magma. Sehingga hanya
sedikit saja jumlah batuan sekitar yang dapat berasimilasi dan
merubah komposisi magma.
10
shddin © 2008
Perubahan Komposisi Magma
shddin © 2008
Pembentukan Magma dan Tektonik Lempeng
11
shddin © 2008
Batuan Beku
• Semua batuan beku intrusif dan hampir semua batuan beku
ekstrusif terbentuk ketika mineral mengkristal dari magma.
• Proses kristalisasi melibatkan pembentukan inti kristal
(nucleation) dan pertumbuhannya.
• Atom-atom di dalam magma bergerak secara konstan, namun
ketika pendinginan terjadi beberapa atom bergabung
membentuk kelompok kecil (disebut inti atau nuclei). Dengan
bertambahnya atom yang bergabung dalam urutan yang
tertentu, nuclei akan tumbuh menjadi kristal mineral.
• Dalam pendinginan yang cepat, kecepatan pembentukan nuclei
melampaui kecepatan pertumbuhannya, menghasilkan
kumpulan mineral-mineral berukuran halus.
• Dalam pendinginan yang lambat, kecepatan pertumbuhan nuclei
melampaui kecepatan pembentukannya, menghasilkan mineral-
mineral yang berukuran besar.
shddin © 2008
Tekstur Batuan Beku
Efek kecepatan
pendinginan magma
terhadap
pembentukan dan
pertumbuhan kristal:
(a) pendinginan yang
cepat
menghasilkan
butiran kristal kecil
dan tekstur
afanitik.
(b) pendinginan yang
lambat
menghasilkan
butiran kristal yang
besar dan tekstur
faneritik.
12
shddin © 2008
Tekstur Batuan Beku
Aphanitic,
tekstur
butiran halus
dimana
mineral terlalu
kecil untuk
dilihat mata
telanjang
tanpa kaca
pembesar.
shddin © 2008
Tekstur Batuan Beku
13
shddin © 2008
Tekstur Batuan Beku
Porphyritic,
tersusun oleh
mineral-mineral
dengan
berbagai
ukuran, dengan
mineral
berukuran besar
yang disebut
kristal sulung
(phenocryst)
dikelilingi
mineral
berukuran kecil
yang disebut
massa dasar
(ground mass).
shddin © 2008
Tekstur Batuan Beku
14
shddin © 2008
Tekstur Batuan Beku
Tekstur
vesikular
(vesicular
texture)
terbentuk ketika
magma
mengandung
sejumlah gas
dan uap air
yang
terperangkap
ketika
pendinginan
magma
berlangsung.
shddin © 2008
Tekstur Batuan Beku
15
shddin © 2008
Klasifikasi Batuan Beku
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
• Peridotit
diduga
merupakan
batuan
penyusun
mantel
atas.
• Lava
ultrabasa
paling
muda
berumur
2.5 milyar
tahun.
Batuan ultra basa: peridotite, tersusun sebagian besar oleh
mineral olivine dan pyroxene.
16
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Basalt
17
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Porphyritic Basalt
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
18
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Gabbro
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
19
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Porphyritic Andesite
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
20
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Diorite
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Porphyritic Diorite
21
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Rhyolite
22
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Granite
23
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Porphyritic Granite
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
24
shddin © 2008
Klasifikasi Batuan Beku Lainnya
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Obsidian
25
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Obsidian
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Pumice
26
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Pumice
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Scoria
27
shddin © 2008
Contoh Batuan Beku
Tuff
shddin © 2008
Klasifikasi Batuan Beku
Berdasarkan atas letak membekunya magma:
1. Batuan beku dalam (intrusive igneous rocks) Æ concordant vs
discordant
2. Batuan beku luar (extrusive igneous rocks)
28
shddin © 2008
Klasifikasi Batuan Beku
Sill
Dike
29
04. Proses Sedimentasi
dan Batuan Sedimen
MFS 1810
Salahuddin Husein
shddin © 2008
Terbentuknya Batuan Sedimen
Proses terbentuknya
batuan sedimen dari
batuan yang telah ada
sebelumnya. Material
yang berasal dari proses
pelapukan kimiawi dan
mekanis,
ditransportasikan dalam
bentuk larutan dan
padat, dan diendapkan
sebagai sedimen, yang
kemudian terlitifikasi
menjadi batuan
sedimen.
1
shddin © 2008
Pelapukan
Pelapukan
(weathering) adalah
proses hancurnya
fisik batuan
(disintegrasi) dan
perubahan kimiawi
(dekomposisi)
batuan dan mineral
pada atau di dekat
permukaan bumi.
shddin © 2008
Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis terjadi bila gaya-gaya fisika memecahkan material batuan
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dengan masih mempertahankan
komposisi kimia batuan induknya.
Proses pelapukan mekanis meliputi:
1. Pembekuan es (frost action)
2. Pelepasan tekanan (pressure release)
3. Pemuaian dan penyusutan panas (thermal expansion and contraction)
4. Pertumbuhan kristal garam (salt crystal growth)
5. Aktifitas organisme
2
shddin © 2008
Pelapukan Mekanis akibat Pembekuan Es
shddin © 2008
Pelapukan Mekanis akibat Pelepasan Tekanan
3
shddin © 2008
Pelapukan Mekanis akibat Pemuaian dan Penyusutan
Batuan merupakan konduktor panas yang jelek, sehingga bila terkena panas
permukaan batuan akan lebih memuai daripada bagian dalamnya,
mengakibatkan permukaan batuan mengalami keretakan.
shddin © 2008
Pelapukan Mekanis akibat Kristal Garam
4
shddin © 2008
Pelapukan Mekanis akibat Organisme
Jamur
Akar pepohonan
shddin © 2008
Pelapukan Kimiwi
Pelapukan kimiwai terjadi ketika material batuan mengalami perubahan
komposisi (dekomposisi) oleh reaksi kimiawi.
Umumnya ada 3 proses pelapukan kimiawi:
1. Solusi
contoh: CaCO3 + H2O + CO2 Æ Ca+2 + 2HCO3-
Kalsit Air Karbon ion ion
dioksida kalsium bikarbonat
2. Oksidasi
contoh: 4Fe + 3O2 Æ 2Fe2O3
Besi Oksigen Oksida besi (Hematit)
3. Hidrolisa
contoh: 2KAlSi3O8 + 2H+ + 2HCO3- + H2O Æ
Ortoklas ion ion air
hidrogen bikarbonat
Al2Si2O5(OH)4 + 2K+ + 2HCO3- + 4SiO2
Lempung ion ion silika
(Kaolin) potassium bikarbonat
5
shddin © 2008
Pelapukan Kimia akibat Solusi
Ketika pelarutan (solusi) terjadi, ion-ion suatu materi terpisah dalam suatu
cairan, dan material padat menjadi larut. Air merupakan pelarut yang efektif
karena bentuk molekulnya yang asimetris, mempunyai muatan listrik positif
pada ujung atom hidrogen dan muatan listrik negatif pada ujung oksigen.
Diagram dibawah menunjukkan proses pelarutan (disolusi) sodium khlorida
(NaCl) di dalam air.
shddin © 2008
Faktor Pengontrol Tingkat Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi bekerja pada permukaan batuan, dimana prosesnya
berjalan dari luar ke arah dalam. Beberapa faktor yang mengontrol tingkat
kecepatan pelapukan kimiawi adalah:
1. Ukuran partikel
2. Iklim
3. Jenis material induk
6
shddin © 2008
Ukuran Partikel dan Tingkat Pelapukan
shddin © 2008
Iklim dan Tingkat Pelapukan
7
shddin © 2008
Material Induk dan Tingkat Pelapukan
shddin © 2008
Pelapukan Membola
(a) Pelapukan membola terjadi ketika tubuh batuan terbelah-belah oleh bidang
kekar dan mengalami proses pelapukan kimia.
(b) Proses pelapukan kimia tersebut berjalan paling intensif pada bagian sudut
dan tepi bongkah.
(c) Ketika suatu bongkah telah terlapukkan menjadi bola, seluruh
permukaannya akan mengalami proses perlapukan dengan intensitas yang
sama dan tidak akan ada lagi perubahan bentuk; yang berubah hanyalah
ukuran bolanya saja yang terus mengecil.
8
shddin © 2008
Tanah
Tebal dan tipisnya tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Jenis batuan induk (komposisi mineral batuan induk)
2. Relief topografi permukaan bumi
3. Iklim
4. Organisme
5. Waktu
shddin © 2008
Ketebalan Tanah
Dikontrol oleh jenis batuan induk; Dikontrol oleh relief topografi; lereng
granit lebih mudah lapuk perbukitan yang curam tidak akan
dibandingkan dengan kuarsit, mampu menahan tanahnya dari
sehingga tanahnya pun lebih tebal. gerakan massa, sehingga tanahnya
pun lebih tipis, bila dibandingkan
dengan dataran.
9
shddin © 2008
Ketebalan Tanah
Diagram pembentukan tanah sebagai fungsi dari iklim dan tumbuhan; proses
tersebut berlangsung intensif bila curah hujan dan suhu relatif tinggi.
shddin © 2008
Terbentuknya Batuan Sedimen
Proses terbentuknya
batuan sedimen dari
batuan yang telah ada
sebelumnya. Material
yang berasal dari proses
pelapukan kimiawi dan
mekanis,
ditransportasikan dalam
bentuk larutan dan
padat, dan diendapkan
sebagai sedimen, yang
kemudian terlitifikasi
menjadi batuan
sedimen.
10
shddin © 2008
Butiran Sedimen
Butiran (partikel) sedimen dibedakan
berdasarkan ukurannya.
Skala Wentworth paling banyak dipergunakan:
shddin © 2008
Transportasi Sedimen
Butiran partikel sedimen dipindahkan oleh agen transportasi sedimen:
1. Air
2. Angin
3. Glasial
11
shddin © 2008
Transportasi Sedimen
• Semakin jauh jarak transportasi, semakin kecil ukuran partikel sedimen dan
semakin halus permukaan partikel tersebut (well-rounded).
• Semakin tinggi dan lama durasi kerja energi agen transportasi, semakin
seragam/tersortasi ukuran butiran sedimen (well-sorted).
shddin © 2008
Proses Litifikasi
Proses litifikasi adalah proses perubahan sedimen menjadi batuan sedimen.
12
shddin © 2008
Proses Litifikasi
shddin © 2008
Klasifikasi Batuan Sedimen
13
shddin © 2008
Klasifikasi Batuan Sedimen
Batuan sedimen detrital tersusun oleh detritus (partikel padat dari batuan yang
telah ada sebelumnya). Detritus sering pula disebut dengan nama klastika
(yang berarti partikel), sehingga jenis batuannya diidentifikasi memiliki tekstur
klastik.
Batuan sedimen kimiawi berasal dari senyawa terlarut hasil dari pelapukan
kimiawi, dimana aktifitas kimiawi anorganik maupun organik mengekstraksi
senyawa tersebut dan merubahnya menjadi mineral padat.
Batuan sedimen kimiawi yang dihasilkan oleh aktifitas organisme lazim disebut
sebagai batuan sedimen bio-kimiawi.
shddin © 2008
Contoh Batuan Sedimen
Konglomerat
Breksi
14
shddin © 2008
Contoh Batuan Sedimen
Batupasir
Batulempung
shddin © 2008
Contoh Batuan Sedimen
Ooid
Batu kapur
Coquina
Batugamping
15
shddin © 2008
Contoh Batuan Sedimen
Batu gipsum
shddin © 2008
Contoh Struktur Sedimen
16
shddin © 2008
Contoh Struktur Sedimen
Mud cracks
shddin © 2008
Fosil dalam Batuan Sedimen
Fosil Pepatung
Fosil Trilobita
17
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi
Hampir semua sedimen bergerak dari pegunungan menuju lautan, sehingga
lingkungan sedimentasi dapat dibedakan menjadi 3 kelompok: daratan,
pesisir/transisi, dan laut.
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Glasial
Glasier dapat membawa bongkah batuan besar, kerakal, pasir, dan lumpur bersama-
sama dengan es. Material-material tersebut sebenarnya diendapkan di tepi glasier
ketika es mencair (A) . Sedimen yang dihasilkan umumnya tidak terpilah dan tidak
berlapis, dengan butiran sedimen berbentuk runcing-runcing yang terendapkan diatas
batuan dasar yang tergerus dan terpoleskan (B). Sungai yang kemudian terbentuk dari
cairan es dapat bekerja memilah endapan glasial dan mengendapkannya disekitar
tubuh glasier sebagai endapan yang terpilah dan berlapis.
18
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Kipas Aluvial
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Eolian
Angin adalah agen pemilah butiran sedimen yang sangat efektif. Lempung dan debu
dibawa dalam jarak puluhan atau ratusan kilometer sebelum diendapkan. Pasir dipilah
dan ditransportasikan dekat dengan permukaan tanah. Gravel tidak dapat dibawa
secara efektif oleh angin. Proses utama di lingkungan ini adalah pergerakan gumuk
pasir (A). Pasir ditiup melintasi gumuk dan diendapkan di sebaliknya, membentuk
struktur silang-siur dengan arah kemiringan mengikuti arah angin (B).
19
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Eolian
Parangtritis, DIY
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Sungai
Sungai merupakan saluran transportasi dimana material hasil erosi dibawa dari daratan
menuju lautan. Sebelum mencapai lautan, hampir semua sungai berkelok-kelok di
sepanjang dataran (A) dan mengendapkan sebagian besar sedimen. Pada lingkungan
ini, sedimentasi terjadi di dasar sungai, pada gosong sungai, dan pada dataran limpas
banjir. Endapan sungai umumnya dicirikan oleh tubuh channel pasir atau gravel yang
memotong perlapisan horisontal lanau dan lempung (B).
20
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Delta
Salah satu lingkungan sedimentasi terbesar terjadi ketika aliran sungai memasuki
lautan dan mengendapkan sebagian besar sedimennya pada lingkungan delta.
Umumnya delta sangat kompleks dan tersusun dari banyak lingkungan pengendapan
lainnya, seperti pantai, gosong laut, laguna, rawa, sungai, dan danau (A). Karena delta
merupakan gabungan dari lingkungan darat dan laut, banyak jenis sedimen yang
dihasilkannya dengan didominasi oleh pasir, lanau dan lempung (B).
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Pantai
Banyak sedimen terakumulasi di daerah pertemuan darat dan laut, yang biasa disebut
daerah transisi. Dalam lingkungan pesisir ini, hadir pula banyak sub-lingkungan
sedimentasi seperti pantai, gosong, laguna, dan dataran pasang-surut, masing-masing
dengan ciri tersendiri. Ketika gelombang bekerja dengan kuat, lumpur terbawa jauh dan
hanya pasir serta kerikil saja yang diendapkan sebagai pantai atau gosong (A).
Umumnya endapan pantai berciri terpilah dengan baik, berbentuk bundar, dan
umumnya berlapis dalam perlapisan yang miring landai (B).
21
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Laguna
Gosong laut dan terumbu karang dapat mengisolasi sebagian perairan pesisir,
membentuk laguna. Karena laguna terlindungi dari energi gelombang yang tinggi,
airnya relatif tenang (A). Sedimen berukuran halus, kaya akan bahan organik,
terendapkan sebagai lumpur hitam atau batubara. Bila laguna terisi penuh sedimen,
maka rawa akan berkembang. Pergerakan turun dan naiknya air laut dapat menggeser
posisi gosong penghalang, sehingga endapan batubara hadir berselang-seling dengan
endapan pasir (B).
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Dataran Pasang-surut
Lingkungan dataran pasang-surut sangat unik, karena terbentuk dari saling pergantian
dari lingkungan laut dangkal dan daratan (A). Energi arus pasang-surut tidak begitu
kuat, sedimen yang mampu dibawa umumnya lumpur dan pasir, serta struktur ripple
hadir di atas permukaan yang luas. Struktur mud crack umumnya terbentuk ketika air
surut. Endapan dataran pasang-surut dicirikan oleh tumpukan lumpur dan pasir dalam
lapisan horisontal (B) serta memiliki banyak struktur ripple dan mud crack.
22
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Terumbu
Terumbu karang adalah struktur dinding padat dari kalsium karbonat yang disusun oleh
kerangka binatang laut, umumnya koral. Bentuknya berupa dinding dengan lereng yang
terjal menghadap laut lepas (A). Gelombang dapat memecahkan sebagian dari dinding
tersebut dan bongkahnya terkumpul di kaki dinding. Penurunan dasar laut secara
perlahan menyebabkan terumbu dapat tumbuh mencapai ketebalan lebih dari 1000 m
(B). Karena terumbu memiliki toleransi ekologis yang terbatas (koral memerlukan
lingkungan laut dangkal yang hangat), endapan terumbu adalah indikator lingkungan
purba yang baik.
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Terumbu
Parangtritis, DIY
Baron, DIY
23
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Laut Dangkal
Laut dangkal membatasi semua daratan (A) dan sedimen yang terendapkan sangat
tergantung pada kondisi lokal, seperti iklim, energi gelombang, sirkulasi air, dan suhu.
Bila suplai sedimen dari daratan cukup, pasir dan lumpur akan terendapkan. Bila
sedimen daratan tidak banyak, batugamping akan berkembang. Endapan laut dangkal
dicirikan oleh perselingan batupasir, batulempung dan batugamping yang tipis-tipis (B).
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Laut Dalam
Di lingkungan laut dalam, pengendapan sebagian besar disebabkan oleh arus turbit,
yang dicirikan oleh endapan dengan struktur perlapisan gradasi. Endapan lainnya
adalah lumpur berwarna merah atau coklat yang diendapkan dari suspensi di air laut
yang membawa banyak lumpur dan organisme mikroskopis.
24
shddin © 2008
Lingkungan Sedimentasi Laut Dalam
Pergerakan arus turbidit pada lereng laut dalam dapat dipicu oleh longsor atau
gempabumi. Sedimen bergerak dalam suspensi, dan ketika arus melemah, material
berbutir kasar diendapkan pertama dan diikuti oleh material berbutir halus. Lumpur
perlahan-lahan terendapkan ketika arus telah berhenti. Satu kali proses tersebut akan
menghasilkan struktur gradasi lapisan.
shddin © 2008
Siklus Naik-Turun Air Laut
Lautan berkembang ke arah daratan. Garis pantai ditandai oleh
endapan pasir yang berubah menjadi lumpur dan karbonat ke
arah laut.
25
shddin © 2008
Interpretasi Lingkungan Sedimentasi
26
05. Metamorfisme dan
Batuan Metamorf
MFS 1810
Salahuddin Husein
shddin © 2008
Pendahuluan
Batuan metamorfik adalah batuan yang telah berubah karena
bertambahnya tekanan dan temperatur (Katili dan Marks, 1963;
hal. 90).
1
shddin © 2008
Agen Metamorfisme
shddin © 2008
Faktor Tekanan
(a) Tekanan litostatis berlaku
seragam ke segala arah di kerak
bumi yang disebabkan oleh berat
pembebanan batuan diatasnya.
Sehingga, tekanan bertambah
seiring kedalaman.
2
shddin © 2008
Faktor Tekanan
Selain tekanan litostatis, batuan
juga mengalami stress
diferensial (directed pressure)
akibat proses deformasi batuan
selama pembentukan
pegunungan.
Granit
Ketika tekanan diterima secara
non-homogen, satu dimensi
akan menerima stress lebih
besar dari yang lain.
Gneiss
shddin © 2008
Faktor Tekanan
Rekristalisasi mineral
dalam stress diferensial
selalu berhubungan
dengan minimalisasi
energi dan pertumbuhan
yang tegaklurus terhadap
arah stress maksimum.
3
shddin © 2008
Faktor Tekanan
• Mineral pada batuan
granit mengkristal
dari larutan magma
tanpa dipengaruhi
oleh tekanan. Kristal
mineral tumbuh
bebas ke segala
arah.
• Mineral mika pada
batuan gneiss
tumbuh tegak lurus
terhadap arah stress
maksimum. Granit
termetamorfosa dan
mengembangkan
foliasi menjadi
gneiss.
shddin © 2008
Faktor Tekanan
Tekanan diferensial
bersifat tidak merata
ke segala arah,
menyebabkan batuan
mengalami distorsi,
seperti garnet
terpuntir pada gambar
di samping.
4
shddin © 2008
Faktor Temperatur
Panas merupakan agen metamorfisme yang penting karena
fungsinya untuk meningkatkan kecepatan reaksi kimia yang akan
menghasilkan mineral baru.
shddin © 2008
Faktor Fluida
Dalam proses metamorfisme, fluida berupa air (H2O) hampir
selalu hadir dalam jumlah bervariasi diantara butiran mineral atau
di lubang pori bebatuan. Fluida tersebut, yang umumnya
mengandung ion terlarut, mempercepat proses metamorfisme
dengan cara meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
5
shddin © 2008
Faktor Fluida
Reaksi air dengan batuan sekitar juga bisa membentuk mineral
baru dalam kondisi tekanan dan temperatur tertentu, seperti:
shddin © 2008
Jenis Metamorfisme
Dikenal 3 jenis metamorfisme:
1. Metamorfisme kontak, dimana panas magmatik dan fluida
sangat berperan,
2. Metamorfisme dinamik, yang dihasilkan oleh tekanan tinggi
selama deformasi batuan, dan
3. Metamorfisme regional, umumnya terbentuk pada daerah yang
luas dan terkait dengan proses pembentukan pegunungan.
6
shddin © 2008
Metamorfisme Kontak
Metamorfisme kontak berlangsung ketika suatu tubuh magma
merubah batuan yang telah ada disekelilingnya.
shddin © 2008
Metamorfisme Kontak
7
shddin © 2008
Metamorfisme Dinamik
Metamorfisme dinamik terjadi akibat pergerakan patahan dimana
batuan terkena tekanan diferensial yang tinggi di sepanjang zona
patahan.
Batuan hasil metamorfisme dinamik adalah milonit, bersifat keras,
padat, berbutir halus dan dicirikan oleh laminasi tipis.
Sayatan tipis
Foto singkapan
shddin © 2008
Metamorfisme Regional
Hampir sebagian besar batuan metamorf dihasilkan oleh proses
jenis ini, yang umumnya terjadi di sepanjang batas lempeng
konvergen.
Proses ini membentuk gradasi intensitas metamorfisme dari
daerah yang terkena tekanan dan temperatur tinggi menuju
daerah yang hanya terkena tekanan dan temperatur rendah.
Tingkatan metamorfisme tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan
mineral indeks.
Contohnya:
Mineral indeks dalam proses metamorfisme pada batuan yang
kaya-lempung:
klorit Æ biotit Æ garnet Æ staurolit Æ kyanit Æ silimanit
(200OC) (>500OC)
8
shddin © 2008
Metamorfisme Regional
shddin © 2008
Metamorfisme Regional
Kurva keseimbangan Al2SiO5
Andalusit
Kyanit
Silimanit
9
shddin © 2008
Metamorfisme Regional
shddin © 2008
Klasifikasi Batuan Metamorf
10
shddin © 2008
Klasifikasi Batuan Metamorf
Nama batuan metamorf dapat mengacu pada protolith (batuan
asal) atau pada tingkatan metamorfisme.
Mineral baru yang lebih besar dari mineral sekitarnya disebut
porfiroblas (porphyroblasts).
shddin © 2008
Klasifikasi Batuan Metamorf
11
shddin © 2008
Klasifikasi Batuan Metamorf
Muskovit
Garnet
Biotit
Kuarsa
shddin © 2008
Tekstur Batuan Metamorf
12
shddin © 2008
Contoh Batuan Metamorf
shddin © 2008
Contoh Batuan Metamorf
13
shddin © 2008
Contoh Batuan Metamorf
shddin © 2008
Metamorfisme Progresif pada Shale
shale slate
schist phyllite
14
shddin © 2008
Transisi dari Shale menjadi Slate
Kedua batuan berbutir sangat halus. Metamorfisme dan deformasi
menyebabkan mineral lempung rekristalisasi menjadi mika dan
reorientasi dalam bidang planar membentuk slaty cleavage.
shale slate
1 mm 1 mm
shddin © 2008
Slaty Cleavage
15
shddin © 2008
Transisi dari Slate menjadi Phyllite
Mika terus rekristalisasi dan tumbuh membesar (meski belum
tampak tanpa alat bantu visual). Tekstur batuan menjadi tidak
planar sempurna. Phyllite dalam contoh setangan tampak
bergelombang dan bercahaya.
slate phyllite
1 mm 1 mm
shddin © 2008
Transisi dari Phyllite menjadi Schist
Proses rekristalisasi membuat mika, kuarsa dan feldspar
berukuran cukup besar untuk tampak dalam contoh setangan.
Batuan terfoliasi sangat kuat karena dominasi mika dan umumnya
memiliki porfiroblas garnet dan silika alumina.
phyllite schist
1 mm 1 mm
16
shddin © 2008
Transisi dari Schists menjadi Gneiss
Pada tekanan dan temperatur yang tinggi, mika mulai berubah
dan membentuk mineral garnet, feldspar dan silika alumina.
Proses tersebut dipengaruhi pula oleh perbedaan mekanika
antara mika dan kuarsa + feldspar yang menghasilkan pita-pita
gneiss.
schist gneiss
1 mm 1 cm
shddin © 2008
Metamorfisme Progresif pada Shale
17
shddin © 2008
Protolith
shddin © 2008
Batugamping vs Marmer
Hampir semua batugamping berwarna suram sedangkan marmer
cerah dengan beberapa cerat warna.
Warna suram pada batugamping berasal dari material klastik
(lempung) pengotor dan material organik. Proses metamorfisme
menghilangkan material organik (sebagai volatil), mencerahkan
warna batuan, dan lempung terkristalisasi menjadi mineral baru
dengan pola cerat.
18
shddin © 2008
Batupasir vs Kuarsit
Mengapa kuarsit lebih keras daripada batupasir?
Batupasir Kuarsit
shddin © 2008
Batupasir vs Kuarsit
Butiran dalam batupasir direkatkan
oleh semen, yang biasanya lemah.
Ketika terkena proses
metamorfisme, yang pertama
hilang adalah semen.
19
shddin © 2008
Preservasi Struktur Protolith
meta-shale
meta-sandstone
shddin © 2008
Metakonglomerat
20
shddin © 2008
Metakonglomerat
shddin © 2008
Protolith Batuan Beku
• Pada metamorfisme derajat rendah, gelas dan feldspar dalam
batuan volkanik akan rekristalisasi menjadi klorit (mika hijau),
dimana batuan yang dihasilkan disebut greenstone.
• Pada metamorfisme derajat menengah hingga tinggi, batuan
beku basa (ekstrusif dan intrusif) menghasilkan batuan metamorf
berbutir kasar yang disebut sebagai amfibolit (amphibolite).
• Amfibolit sebetulnya adalah gneiss yang didominasi oleh mineral
amfibol. Pada derajat tinggi, amfibolit juga mengandung garnet.
• Batuan beku menengah dan asam yang berbutir kasar akan
rekristalisasi membentuk gneiss, yang teksturnya mirip dengan
gneiss produk metamorfisme tingkat tinggi dari shale.
21
shddin © 2008
Greenstone
Plagioklas feldspar (p) – sebelumnya kaya Ca namun
rekristalisasi menjadi kaya Na – dalam matriks (m) klorit, mineral
mika Mg yang berukuran lempung.
Formasi Catoctin,
Virginia,
~570 Myr old
basaltic lava.
shddin © 2008
Amfibolit
Greenstone yang mengalami metamorfisme pada tingkatan lebih
tinggi akan menjadi amfibolit.
22
shddin © 2008
Protolith Batuan Beku di Zona Subduksi
Zona subduksi adalah tempat eksklusif untuk mendapatkan
metamorfisme tekanan tinggi dalam temperatur rendah. Batuan
beku basalt yang menyusun kerak samudera akan berubah
pertama menjadi sekis biru, kemudian menjadi eklogit (berbutir
kasar tersusun oleh piroksen (jade) dan garnet).
shddin © 2008
Urat Kuarsa
Seperti pada pelapukan kimiawi, reaksi metamorfisme seringkali
menghasilkan kelebihan Si. Silika tersebut bergerak sebagai
fluida melalui batuan hingga mendingin dan membentuk urat
(veins) yang tersusun oleh kuarsa.
23
shddin © 2008
Korundum
Gneiss dari protolith kaya alumina
dapat mengandung mineral
korundum (Al2O3).
Korundum berwarna merah
disebut rubi, bila berwarna biru
disebut safir. Selain sebagai
batumulia, mineral ini berfungsi
sebagai amplas (penghalus)
shddin © 2008
Migmatit
24
shddin © 2008
Migmatit
shddin © 2008
Fasies Metamorfisme
25
shddin © 2008
Fasies Metamorfisme
shddin © 2008
Metamorfisme dan Tektonika Lempeng
26
06. Waktu Geologi dan
Geokronologi
MFS 1810
Salahuddin Husein
shddin © 2008
Pendahuluan
1
shddin © 2008
Pendahuluan
• Konsep waktu (yang benar) ditemukan di Edinburgh pada
dekade 1770-an oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh
James Hutton.
shddin © 2008
Pendahuluan
• Penemuan Hutton dkk memperlihatkan bahwa waktu terentang
sangat jauh melebihi manusia mampu bayangkan. Penemuan
tersebut merubah cara pandang manusia terhadap Bumi, planet,
bintang, dan juga terhadap kehadiran manusia itu sendiri.
2
shddin © 2008
Konsep-Konsep tentang Waktu Geologi
• Pendapat paling dominan sebelum abad ke-18 dimiliki oleh
kelompok gereja berdasarkan kajian tekstual terhadap alkitab,
mereka menyatakan umur Bumi tidak lebih tua dari 6.000 tahun.
Penciptaan Bumi dan segala isinya dalam waktu sedemikian
singkat dipercaya melibatkan proses katastropis. Pendapat ini
lazim disebut sebagai teori penciptaan.
shddin © 2008
Konsep-Konsep tentang Waktu Geologi
• Upaya ilmiah untuk menentukan umur Bumi telah dilakukan oleh
beberapa ilmuwan. Georges Louis de Buffon (1707-1788)
menyatakan Bumi mendingin perlahan-lahan dari suatu bola
panas. Dengan membuat percobaan laboratorium dengan
beberapa bola besi berbagai diameter dan dibiarkan dingin
mengikuti temperatur kamar, de Buffon melakukan ekstrapolasi
terhadap diameter Bumi sesungguhnya dan menentukan usia
Bumi sekitar 75.000 tahun.
3
shddin © 2008
Konsep-Konsep tentang Waktu Geologi
• John Joly, seorang geolog Irlandia, pada abad ke-19 berasumsi
bahwa air laut pada mulanya bersifat tawar namun kemudian
menjadi asin akibat mineral garam yang dibawa oleh sungai.
Dengan menghitung volume seluruh airlaut yang ada di Bumi,
dia menentukan waktu 90 juta tahun untuk lautan mencapai
kadar salinitas saat ini, yang kemudian dianggap sebagai umur
Bumi.
shddin © 2008
Konsep-Konsep tentang Waktu Geologi
• Pada tahun 1830, Charles Lyell, seorang murid James Hutton,
menerbitkan buku “Principles of Geology”. Konsep keseragaman
menjadi diterima secara luas oleh kalangan ilmuwan dan usia
Bumi yang sangat tua diterima oleh masyarakat. Kelak, buku
tersebut juga sangat mempengaruhi teori evolusi yang
dikembangkan oleh Charles Darwin pada tahun 1859.
4
shddin © 2008
Konsep-Konsep tentang Waktu Geologi
shddin © 2008
Pendekatan Waktu Geologi
Para geolog menggunakan dua pendekatan berbeda untuk
menentukan waktu geologi, yaitu:
1. Penanggalan relatif (relative dating) yang menempatkan
berbagai peristiwa geologi dalam urutan kronologis
berdasarkan posisinya dalam rekaman data geologi.
2. Penanggalan mutlak (absolute dating) menggunakan berbagai
teknik dan hasilnya dinyatakan dalam angka tahun sebelum
sekarang. Yang paling lazim adalah penanggalan radiometrik
dengan menggunakan unsur-unsur radioaktif di dalam
batuan.
5
shddin © 2008
Penanggalan Relatif
Sebelum berkembangnya teknik penanggalan radiometrik, para
geologi tidak memiliki cara untuk menentukan umur mutlak dan
hanya berpegang kepada metode penanggalan relatif.
shddin © 2008
Penanggalan Relatif
1. Prinsip superposition (Nicolas Steno, 1638-1686): dalam suatu
urutan batuan sedimen yang belum terganggu, batuan yang
paling tua diendapkan paling bawah sedangkan batuan yang
paling muda diendapkan paling atas.
6
shddin © 2008
Penanggalan Relatif
4. Prinsip cross-cutting relationship (James Hutton, 1726-1797):
intrusi batuan beku atau patahan harus lebih muda daripada
batuan yang diintrusi atau yang terpatahkan.
shddin © 2008
Principles of Cross-cutting Relationship and Inclusions
(a) Aliran lava (lapisan 4)
membakar lapisan
dibawahnya, dan lapisan 5
mengandung inklusi dari
aliran lava, sehingga
lapisan 4 lebih muda dari
lapisan 3 namun lebih tua
dari lapisan 5 dan 6.
7
shddin © 2008
Principles of Cross-cutting Relationship and Inclusions
shddin © 2008
Principle of Faunal Succession
William Smith
mempergunakan fosil
untuk mengidentifikasi
perlapisan yang sama
umurnya dari
berbagai lokasi
terpisah, kelak
metode ini dikenal
sebagai prinsip faunal
succession.
8
shddin © 2008
Ketidakselarasan
shddin © 2008
Ketidakselarasan
• Waktu geologis bersifat menerus/kontinyu, namun informasi
dimana waktu tersebut didapatkan berasal dari rekaman batuan
yang bersifat tidak menerus/diskontinyu.
9
shddin © 2008
Ketidakselarasan
shddin © 2008
Ketidakselarasan
Terdapat 3 jenis ketidakselarasan:
1. Disconformity (antara 2 unit batuan sedimen yang paralel)
2. Angular unconformity (antara 2 unit batuan sedimen yang
menyudut)
3. Nonconformity (antara batuan kristalin dan batuan sedimen)
10
shddin © 2008
Disconformity
shddin © 2008
Angular Unconformity
11
shddin © 2008
Nonconformity
shddin © 2008
Menerapkan Prinsip Penanggalan Relatif
12
shddin © 2008
Menerapkan Prinsip Penanggalan Relatif
shddin © 2008
Korelasi
13
shddin © 2008
Penanggalan Mutlak
• Pada tahun 1896, Henri Bacquerel (1852-1908) menemukan
unsur radioaktif di alam.
shddin © 2008
Penanggalan Mutlak
• Prinsip dasar metode ini adalah menggunakan peluruhan
radioaktif dari isotop unsur beberapa mineral yang terdapat
didalam batuan, yang tingkat kecepatan peluruhan telah
diketahui dalam satuan waktu-paruh (half-life), yaitu jumlah
waktu yang diperlukan untuk merubah separuh inti isotop,
dengan cara membandingkan jumlah atom unsur yang tersisa
(parent isotope) dengan atom unsur yang dihasilkan oleh proses
peluruhan tersebut (daughter isotope).
14
shddin © 2008
Isotop
Sebuah atom karbon memiliki nomer atom 6 dan nomer massa
atom 12, 13, atau 14, tergantung pada jumlah neutron didalam
intinya.
shddin © 2008
Jenis-jenis Peluruhan Radioaktif
15
shddin © 2008
Peluruhan Radioaktif
shddin © 2008
Waktu Paruh
(A) Hampir semua proses
peluruhan alamiah berjalan
secara linear. Jika ½ pasir
luruh dalam waktu 1 jam,
maka seluruhnya akan
habis dalam waktu 2 jam.
(B) Peluruhan radioaktif
berjalan secara
eksponensial. Jika ½-nya
meluruh dalam waktu 1 jam,
maka ½ dari sisanya (atau
¼) akan meluruh dalam 2
jam. Proses ini
diekspresikan dengan istilah
waktu paruh (half-life),
dalam contoh ini adalah 1
jam.
16
shddin © 2008
Waktu Paruh
shddin © 2008
Waktu Paruh
17
shddin © 2008
Ketidakpastian dalam Penanggalan Radioaktif
• Penanggalan radioaktif yang paling akurat umumnya pada
batuan beku, karena mineral hasil kristalisasi magma hanya
mengandung isotop induk saja, sedangkan isotop anak jika telah
terbentuk tidak akan masuk kedalam sistem kristal karena
perbedaan ukuran.
shddin © 2008
Ketidakpastian dalam Penanggalan Radioaktif
• Penanggalan radioaktif pada batuan sedimen tidak dapat
dilakukan, karena yang terukur hanyalah waktu terbentuknay
mineral, bukan waktu berlangsungnya sedimentasi.
Pengecualian berlaku pada mineral glaukonit, suatu mineral
berwarna hijau yang mengandung isotop potassium 40 yang
akan meluruh menjadi argon 40. Glaukonit terbentuk di
lingkungan laut hasil reaksi kimia dengan mineral lempung
selama proses diagenesa ketika litifikasi.
18
shddin © 2008
Ketidakpastian dalam Penanggalan Radioaktif
Umur mutlak
batuan sedimen
dapat diperkirakan
dari penanggalan
mutlak batuan
beku yang ada
didekatnya.
shddin © 2008
Ketidakpastian dalam Penanggalan Radioaktif
• Penanggalan radioaktif pada batuan metamorf harus dilakukan
dengan sangat berhati-hati. Panas yang terjadi selama
metamorfisme umumnya menyebabkan isotop anak keluar dari
sistem yang ada. Bila semua isotop anak keluar dan yang tersisa
hanya isotop induk, maka rasio yang terukur kemudian adalah
cerminan waktu metamorfisme, bukan waktu kristalisasi mineral.
Namun bila tidak semua isotop anak keluar selama
metamorfisme, maka hasil penanggalan akan menjadi tidak
akurat.
19
shddin © 2008
Ketidakpastian dalam Penanggalan Radioaktif
• Untuk menjamin penanggalan radiometrik yang akurat, maka
sampel harus:
- segar
- tidak lapuk
- tidak pernah terkena tekanan dan temperatur tinggi
- selalu lakukan uji silang dengan isotop lainnya (misal uranium
235/timbal 207 dengan uranium 238/timbal 206; hasil rasio
keduanya harus mendekati).
shddin © 2008
Ketidakpastian dalam Penanggalan Radioaktif
Pengaruh metamorfisme
terhadap akurasi penanggalan
radioaktif:
(a) Mineral ketika terkristal
pada 700 jtl.
(b) Mineral ketika 400 jtl.
(c) Proses metamorfisme
pada 350 jtl menyebabkan
seluruh isotop anak keluar
dari mineral.
(d) Penanggalan pada saat ini
hanya mendapatkan umur
metamorfisme, bukan
umur kristalisasi.
20
shddin © 2008
Penanggalan Jejak Fisi (Fission Track)
• Pemancaran partikel atom dari peluruhan uranium dalam suatu
mineral dapat menyebabkan rusaknya struktur kristal yang ada.
Dampak kerusakan akan tampak sebagai jejak mikroskopis
linear yang hanya tampak apabila mineral dikenai asam
hidrofluorik.
• Metode ini efektif untuk kisaran 40.000 hingga 1,5 juta tahun.
shddin © 2008
Penanggalan Jejak Fisi (Fission Track)
Jejak fisi
(panjangnya
16 µm) dalam
kristal apatit
dari batuan
beku.
21
shddin © 2008
Penanggalan Radiokarbon
• Karbon memiliki 3 isotop,
yaitu karbon 12, 13 dan
14. Hanya karbon 14 yang
bersifat radioaktif.
• Penanggalan radiokarbon
berdasarkan rasio karbon
14 terhadap karbon 12
dan umumnya
dipergunakan untuk sisa-
sisa makhluk hidup.
shddin © 2008
Penanggalan Radiokarbon
22
shddin © 2008
Penanggalan Cincin Pohon (Tree-Ring Dating)
• Usia sebuah pohon dapat ditentukan dengan menghitung jumlah
cincin pertumbuhan yang ada pada pokok pohon bagian bawah.
Setiap cincin mencerminkan masa pertumbuhan satu tahun.
Perbedaan lebar setiap cincin dapat dipergunakan sebagai kunci
untuk mencocokkan usia pertumbuhan dari berbagai pohon.
shddin © 2008
Penanggalan Cincin Pohon (Tree-Ring Dating)
23
shddin © 2008
Skala Waktu Geologi
shddin © 2008
Beberapa Bukti Pendukung
• Pertanyaan tentang umur Bumi sesungguhnya juga pertanyaan
tentang usia Matahari dan benda-benda angkasa lainnya,
karena diyakini semuanya terbentuk bersamaan dari material
debu jagad semesta.
24
shddin © 2008
Beberapa Bukti Pendukung
• Material tertua di Bumi adalah butiran zircon dari Australia Barat
yang berumur 4,4 milyar tahun lalu.
shddin © 2008
Mineral Tertua Planet Bumi
25
shddin © 2008
Batuan Tertua Planet Bumi
shddin © 2008
Skala Waktu Geologi
Namun bagaimana
memahami dan
mengapresiasi
skala waktu
milyaran tahun
tersebut kedalam
perspektif
manusiawi kita?
Salah satunya
adalah dengan
mempergunakan
jam tangan geologi
ini. Kehadiran kita
hanyalah 17 detik
terakhir saja…
26
shddin © 2008
Sejarah Bumi (Kita adalah Penghuni Terakhir?)
27