Anda di halaman 1dari 10

Disampaikan di Masjid al-Muhajirin Pondok Kelapa Jakarta Timur

: .
: : .



Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah.
Pagi ini kita berkumpul di musalla yang kita cintai ini, merapatkan jiwa dan raga,
menadahkan hati untuk cucuran rahmat Ilahi. Pagi ini kita berkumpul, bertakbir, membesarkan nama
Allah, beserta hati yang bersahaja mengucap bahwa hanya Allah Yang Maha Besar, selain-Nya
adalah kecil di hadapanNya. Permasalahan sebesar apapun, menjadi kecil di hadapan keagungan
kekuasaanNya. Musuh yang kuat, menjadi lemah di hadapan kekuatanNya yang tiada berbatas.
Mari bertakbir dengan jiwa, lisan dan raga kita dengan sepenuh hati.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu


Kaum muslimin rahimakumullah,
Ketika di sini kita bertakbir dengan penuh bahagia, kita lupa di tepian dunia yang lain di sana
kesedihan masih mencengkram. Tapi takbir masih menggema di Suriah dan kamp-kamp
pengungsian di Turki dan negara sekitarnya Eropa dengan optimisme atas pertolongan Allah Azza
Wajalla.
Takbir pun masih menggema di Gaza, Palestina, diselingi dentuman bom dan letusan peluru,
terutama di wilayah Masjidil Aqsha yang telah diambil alih paksa oleh Israel laknatullah. Takbir pun
masih terdengar walau mungkin sedikit sayup dari tenda-tenda pengungsian muslim di Burma .
Pekikan takbir pun masih terdengar nyaring di Mesir. Takbir juga masih bergema di Indonesia yang
selalu dibayangi hantu koruptor yang bergentayangan, di tengah kabut asap yang menyapu wilayah
Sumatera Kalimantan, dan kolaborasi antek-antek asing yang hendak menghancurkan budaya,
sistem dan tatanan bangsa. Ya, takbir masih menggema dengan hentakan iman di dada-dada kita.
Kembali kita mengucapkan puji dan syukur kepada Allah swt yang telah begitu banyak memberikan
kenikmatan kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitungnya, karena itu keharusan kita
adalah memanfaatkan segala kenikmatan dari Allah swt untuk mengabdi kepada-Nya sebagai

manifestasi dari rasa syukur itu, salah satunya adalah ibadah berkorban pada hari raya Idul Adha
dan hari tasyrik. Allah swt berfirman:

.
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat
karena Tuhanmu dan berkorbanlah (QS Al Kautsar [108]:1-2).
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw, kepada
keluarga, sahabat-sahabat dan para penerus risalahnya yang terus berjuang untuk tegaknya nilainilai Islam di muka bumi ini hingga hari kiamat nanti.
Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai
saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan
ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Bersamaan dengan ibadah mereka di sana, di sini kita pun
melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah mereka, di sini kita melaksanakan ibadah yang
terkait dengan ibadah haji yaitu puasa hari Arafah, pemotongan hewan qurban setelah shalat idul
Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid selama hari tasyrik. Itu semua dalam rangka
pembuktian totalitas penghambaan kita kepada Allah swt.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Salah satu yang amat kita butuhkan dalam hidup ini adalah mendapatkan figur-figur teladan yang
menjadi acuan dan menginspirasi perubahan besar dalam kehidupan kita. Karena itu, Allah swt
menjadikan Nabi Ibrahim as dan keluarganya sebagai figur teladan sepanjang masa, bahkan tidak
hanya kita yang harus meneladaninya, tapi Nabi Muhammad saw juga harus meneladaninya, Allah
swt berfirman:

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Satu dari sekian banyak keteladanan dari Nabi Ibrahim as dan keluarganya adalah memiliki
kesalehan keluarga yang luar biasa. Kesalehan keluarga artinya adalah keluarga yang bisa berjalan
dengan baik sesuai kaidah agama, harmonis, dan keberadaannya dibuktikan dengan manfaat yang
bisa dirasakan oleh banyak orang.
Oleh karena itu, terwujudnya kesalehan keluarga menjadi sesuatu yang amat penting agar
perjalanan keluarga bisa berlangsung sebagaimana yang diharapkan, sebagai bangunan utama
yang menopang tegaknya peradaban Islam di muka bumi.

Dalam kaitan ini, paling tidak ada lima pilar kesalehan keluarga yang harus dimiliki oleh setiap
keluarga.
Pilar Pertama, memiliki kemandirian nilai dan berpegang teguh kepada akidah Islam yang lurus.
Keluarga muslim yang saleh berarti memiliki nilai-nilai Islam yang menjadi landasan berkeluarga dan
arah kehidupannya. Suatu keluarga disebut memiliki kesalehan yang kuat manakala berpegang
teguh kepada nilai-nilai Islam dalam menjalani kehidupan meskipun berhadapan dengan kendala
yang berat dan lingkungan sosial kultur yang tidak Islami. Memiliki kemandirian nilai tidak hanya dia
melaksanakan ajaran Islam di lingkup keluarganya, tapi berusaha meluruskan segala yang tidak
Islami di lingkup sosialnya. Kepekaan sosial yang dilandasi Tauhid yang murni adalah tolok ukur
yang sahih bagi keluarga yang saleh.
Keluarga Ibrahim as sukses menanamkan nilai-nilai Tauhid dan syariah kepada istri dan anakanaknya. Namun lebih dari itu, bagi Nabi Ibrahim as siapapun yang menyimpang dari ajaran Allah
harus diluruskan, termasuk orang tuanya sendiri dan masyarakat kebanyakan yang keliru, memilih
jalan kesesatan menyimpang dari Tauhid, sebagaimana firman Allah swt:




Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam
kesesatan yang nyata. (QS Anam [6]:74).
Dalam rangka menanamkan nilai-nilai keislaman yang kokoh di dalam keluarga, Allah swt telah
menggariskan agar orang tua muslim menerapkan sistem pendidikan Rabbaniah bagi diri dan anakanaknya. System pendidikan Rabbani yang holistic itu dirangkum dalam rumusan 3 T
yaitu: Tilawah(menggemakan bacaan ayat-ayat Allah yang tertulis di Al-Quran dan yang terhampar
di alam raya), Talim (mengajarkan nilai-nilai Quran dan Sunnah serta Iptek)
dan Tazkiyah (membentuk karakter diri dengan internalisasi akhlakul karimah dalam laku lampah),
yang tertuang secara tersurat dalam doa Nabi Ibrahim dan Ismail,

Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al
Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah [2]: 129)
Dalam kehidupan kita sekarang ini dengan pengaruh globalisasi yang sedemikian besar, memiliki
kemandirian nilai dan komitmen akidah menjadi perkara yang amat penting, karena sesama anggota
keluarga memang tidak bisa saling mengawasi setiap saat, bahkan tingkat kesibukan yang tinggi
membuat anggota keluarga sulit berkomunikasi meskipun alat-alat komunikasi sudah semakin
canggih.

Diperlukan kontrol yang ketat, muhasabah setiap hari di dalam keluarga kita agar anak-anak
kesayangan kita tidak terpapar oleh virus-virus berbahaya yang menggerogoti akidah dan akhlak
mereka di lingkungan sekolah dan pergaulannya. Jadilah orang tua seperti Nabi Yakub as yang
selalu gelisah dan menyiapkan putra-putranya dengan pertanyaan: Maa Tabuduuna min badi?
apa yang kelak akan kalian ibadahi setelah aku wafat nanti?
Dalam hal ini, Orang tua wajib memantau dan menegakkan sanksi bagi anak-anak yang malas
beribadah shalat 5 waktu, mengajarinya membaca Quran, disamping membimbing mereka belajar
di rumah secara disiplin. Anak-anak kita harus ditanamkan akidah yang kokoh, sehingga bisa
membedakan mana akidah yang sahih berdasarkan Quran dan Sunnah Nabi, dari ajaran yang batil,
sesat dan menyimpang. Apalagi ditengah maraknya perkembangan aliran-aliran sesat di tanah air
kita.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Rakernas tanggal 12-14 Agustus 2014 silam dalam salah satu
rekomendasinya mengingatkan umat Islam Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap
ajaran-ajaran yang menyimpang dari Islam di tengah masyarakat. Secara khusus MUI mengingatkan
bahaya 4 aliran yang berkembang dalam skala nasional yang wajib diwaspadai oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah pusat maupun daerah. Yang kemudian dikukuhkan lagi di forum
Musyawarah Nasional IX MUI di Surabaya tanggal 24-27 Agustus 2015.
Yaitu pertama, aliran Syiah Rafidhah (atau nama samarannya Syiah 12 Imam, mazhab Jafari,
atau mazhab Ahlulbait) yang cukup meresahkan umat karena menyebarkan paham sesat yang
menambahkan Imamah (kepemimpinan) 12 Imam versi Syiah sebagai rukun Iman dan rukun Islam
diluar yang didalilkan oleh Quran dan Sunnah Nabi, meyakini al-Quran saat ini tidak lengkap, tidak
asli karena dirobah oleh para Sahabat Nabi, menyesatkan dan mengkafirkan Sahabat Rasul dan
Khulafa Rasyidun serta umat Islam, bersyahadat kepada 12 Imam versi mereka, menghalalkan
kawin mutah, dan aneka kesesatan lainnya.
Kedua, aliran Ahmadiyah, baik Qadiyan atau Lahore, yang meyakini Mirza Ghulam Ahmad
sebagai nabi baru setelah Rasulullah Muhammad saw.Ketiga, aliran Millah Abraham, yang ingin
mengoplos 3 agama (Yahudi, Kristen dan Islam) menjadi satu. Keempat, aliran Jaringan Islam
Liberal(JIL), yang tersebar di kalangan anak-anak muda di kampus-kampus perguruan tinggi Islam.
Di antara ajaran-ajaran sesat yang mereka sebarkan adalah menyamakan semua agama itu benar,
Islam bukan satu-satunya agama yang benar, mengkritik mushaf Usmani, meragukan otoritas
ulama, syariat Islam sudah kadaluarsa, menolak Perda-Perda Syariah di seluruh Indonesia,
membongkar hukum-hukum Islam yang baku dan pasti seperti perkawinan beda agama dihalalkan,
melegalkan perkawinan sejenis, menyatakan jilbab adalah budaya Arab dan tidak wajib bagi
muslimah, menyokong kepemimpinan orang kafir atas umat Islam, mendukung aneka aliran sesat
dengan dalih perlindungan HAM, menolak UU no.1 PNPS 1965 tentang Larangan Penodaan
Agama. Dan terbaru kini, mereka menuntut agar Pasal 2 dalam UU No.1 tahun 1974 tentang
Perkawinan dihapus, karena dianggap membatasi dan meniadakan hak seseorang untuk kawin
dengan pasangan yang berbeda agama/keyakinan.

Demikian pula pengokohan akhlakul karimah, supaya keluarga kita menjauhi kemaksiatan dan
siaran-siaran televisi yang pertontonkan pornografi, pornoaksi, kekerasan, keculasan, gaya hidup
hedonisme dan konsumtif. Jangan biarkan anak-anak kita ikut arus berpacaran dan berhubungan
dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Jangan pernah menjadi orang tua yang senang
berbuat dosa lalu menularkan virus maksiat kepada putra-putrinya, Rasulullah saw bersabda: Tiga
golongan yang Allah haramkan mereka itu masuk sorga, yaitu peminum khamr (miras), orang yang
durhaka kepada orang tuanya, dan orang yang berbuat dayuts, yaitu orang yang menanamkan
perbuatan dosa dan maksiat pada keluarganya (HR. NasaI dari Ibnu Umar RA).
Hasil yang dipetik dari kokohnya akidah dan syariah di tengah keluarga kita, sebagai bentuk
kaderisasi keimanan, adalah tersambungkannya jalinan kasih keluarga hingga akhirat kelak,
berkumpul di dalam jannah-Nya, amiin. Sesuai firman Allah swt:

(At-Thuur: 21). dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.

(Al-Mumin: 8). Ya Tuhan Kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga Adn yang telah Engkau
janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri
mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana,
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Jamaah Sekalian Yang Dimuliakan Allah swt.
Pilar Kedua yang harus dimiliki keluarga muslim agar memiliki kesalehan yang baik adalah
kemandirian ekonomi. Setiap manusia membutuhkan makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal,
berkendaraan dan sebagainya hingga pengembangan diri. Untuk memenuhi semua itu, dibutuhkan
dana dalam jumlah yang cukup dan didapatkan dengan cara yang halal. Karena itu, setiap keluarga,
khususnya bapak atau suami harus mampu mengembangkan keluarganya untuk memiliki
kemandirian dibidang ekonomi.
Dalam ibadah haji, selain ada Thawaf yang melambangkan kedekatan kepada Allah swt, ada ibadah
yang namanya Sai yang secara harfiyah berarti usaha, yakni usaha untuk memenuhi segala yang
diubutuhkan dan harus dicapai. Siti Hajar berusaha mencari apa yang bisa dikonsumsi untuk Ismail
putranya, dengan berjalan dan berlari dari bukit Shafa ke Marwa. Karenanya berusaha secara halal
sangat mulia dan mengemis sangat hina, apalagi mencuri dan korupsi untuk menafkahi keluarga,

naudzu billahi min dzalik. Ayah yang menafkahi keluarganya dari harta, uang dan sumber-sumber
ekonomi yang haram, jelas-jelas menjadi ayah pendurhaka kepada Allah, Rasul, dan keluarganya.
Rasulullah saw bersabda:


, , ,
,
.
Seseorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas dibawanya ke pasar
untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik dari
seseorang yang meminta-minta kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak (HR. Bukhari dan
Muslim).
Rasul saw bersabda,
Setiap daging yang tumbuh karena (memakan) harta haram tidak akan masuk syurga, sebab api neraka lebih
berhak untuk menjilatnya(HR. Ahmad dari Jabir bin Abdillah). Pendidikan anti-korupsi memang harus diawali dari
lingkungan keluarga, dengan menerapkan nafkah yang halal buat keluarga. Sehingga kelak bangsa kita terbebas dari
jeratan korupsi, agar kemakmuran dapat dinikmati seluruh rakyat tanpa kecuali.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Hadirin Yang Dirahmati Allah swt.
Ketiga, pilar yang harus dimiliki menuju kesalehan keluarga adalah ketahanan menghadapi goncangan
keluarga. Kehidupan keluarga tidak lepas dari berbagai goncangan yang bisa membahayakan keluarga. Ada konflik
suami-isteri, ketidakharmonisan antara menantu dengan mertua bahkan dengan orang tuanya sendiri, hubungan
orang tua dengan anak atau sebaliknya yang tidak menyenangkan, campur tangan keluarga besar dalam
menghadapi persoalan keluarga sampai pengaruh tetangga atau masyarakat sekitar yang tidak selalu baik dalam
perjalanan keluarga.
Kunci utama untuk memperkokoh kesalehan keluarga dalam situasi seperti ini adalah konsolidasi suami isteri dan
orang tua dengan anak. Ketika ada hal-hal yang kurang menyenangkan dari isteri atau sebaliknya isteri terhadap
suami, maka seseorang harus berpikir dan belajar untuk tetap berinteraksi secara baik, begitu pula antara orang tua
dengan anak dan anak dengan orang tua. Disinilah pentingnya untuk memperlakukan keluarga dengan baik
sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

Sebaik-baik kamu adalah yang yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik terhadap
keluargaku (HR. Ibnu Asakir).
Dalam kaitan dengan keluarga Nabi Ibrahim as, salah satu yang amat penting untuk kita ambil sebagai pelajaran
adalah terbangunnya suasana dialogis dalam pendidikan keluarga, sehingga meskipun Nabi Ibrahim as sudah
meyakini adanya perintah menyembelih anaknya Ismail dan ini tinggal dilaksanakan, tapi ternyata Nabi Ibrahim
berdialog dengan Ismail, bahkan meminta pendapatnya. Sementara Ismail dengan akhlaknya yang mulia, hasil
pendidikan Rabbani ayahnya, mengemukakan pendapat yang mengagumkan sebagaimana diceritakan di dalam Al
Quran:



Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia
menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar.( QS Ash Shaffat [37]:100-102)
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dirahmati Allah swt.
Pilar Keempat yang harus dimiliki agar keluarga memiliki kesalehan adalah keuletan dan ketangguhan dalam
memainkan peran sosial. Kesalehan seorang muslim tidak hanya bersifat pribadi dalam arti ia menjadi baik hanya
untuk kepentingan diri dan keluarganya, tapi keshalehannya juga harus ditunjukkan dalam bentuk keshalehan sosial.
Hal ini karena di dalam Islam ada dua hubungan yang harus dijalin, yakni hubungan vertikal kepada Allah swt yang
biasa disebut dengan hablum minallah dan hubungan horizontal kepada sesama manusia dan sekitarnya yang
disebut denganhablum minannas.
Kehidupan masyarakat kita, baik dalam skala kecil maupun besar menghadapi begitu banyak persoalan yang
menuntut pemecahan dan jalan keluar. Karena itu, keluarga seharusnya bisa memainkan peran sosial di masyarakat
sehingga keberadaannya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak dan ini akan membuatnya menjadi
keluarga terbaik, Rasulullah saw bersabda:

Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhai dari Jabir ra).
Karena itu, keberadaan kita seharusnya bukan hanya bisa menyumbang persoalan, tapi seharusnya menjadi
bagian dari solusi atau jalan keluar dari berbagai persoalan hidup, sehingga harus kita lakukan apa yang disukai
Allah swt. Lebih rinci, Rasulullah saw bersabda:


:
Amal yang paling dicintai Allah Taala adalah: rasa gembira yang engkau resapkan ke dalam hati muslim atau
memecahkan suatu masalah darinya atau membayarkan utangnya atau mengusir rasa laparnya (HR. Ibnu Abi Dunya
dan Thabrani).
Dengan peran sosial yang besar itulah, maka kita akan menjadi bahan pembicaraan yang baik setelah wafat, karena
itu, Nabi Ibrahim as berharap demikian, beliau berdoa:
. .

*
.

Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan
jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orangorang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan (QS. Asy-Syuara [26]: 8385)
Bahkan prestasi Nabi Ibrahim dan keluarganya yang terbesar adalah mewariskan konsep ketauhidan yang murni
kepada anak cucunya dan masyarakat dunia sehingga terwujud ummat muslim yang patuh kepada hukum Allah,
sesuai harapan dan doa beliau. Allah merekamnya,


Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak
cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat
ibadat haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Baqarah [2]: 128)

Yang terakhir atau kelima diantara pilar kesalehan keluarga adalah mampu menyelesaikan problema yang dihadapi.
Menjalani kehidupan keluarga seringkali berhadapan dengan berbagai problema, jangankan kehidupan keluarga,
kehidupan pribadi saja tidak pernah sepi dari persoalan. Kadangkala satu persoalan belum bisa dipecahkan namun
sudah muncul lagi persoalan berikut yang bisa jadi lebih berat. Dalam situasi menghadapi problema hidup, sangat
penting bagi insan keluarga untuk terus mengokohkan ketaqwaan kepada Allah swt sebab dalam kamus kehidupan
orang bertaqwa tidak ada istilah jalan buntu dalam arti persoalan tidak bisa dipecahkan, Allah swt berfirman:
.
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya (QS At Thalaq [65]:2-3).
Selain itu pula, keluarga muslim yang saleh, setelah berusaha maksimal dalam menyelesaikan problem hidup,
tetap berserah diri dengan total dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tawakkal adalah salah satu kunci
kesuksesan keluarga muslim,

dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu. (QS. At-Thalaq [65]: 3)
Kehidupan masyarakat kita sekarang dengan tantangan yang sedemikian berat menuntut kehadiran keluarga yang
memiliki kesalehan yang baik sehingga diharapkan akan lahir masyarakat dengan kesalehan yang baik karena
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dan bangsa.
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa pupuk kesadaran diri kita untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT, dimanapun dan
kapanpun, baik dalam lingkup keluarga kita, masyarakat kita dan bangsa kita secara luas. Karena ketakwaan hamba
kepada Allah adalah tujuan utama disyariatkannya ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan berkurban. Bukankah Allah
menyatakan tujuan kita berpuasa adalah agar kita bertakwa (Qs. Al-Baqarah: 183)? Demikian pula ibadah qurban
tidak akan diterima Allah kecuali dari orang-orang yang bertakwa kepadanya innama yataqabbalullahu minal
muttaqin (Qs. Al-Maidah: 27), lan yanalallaha luhumuha wa la dimauha wa lakin yanaluhu attaqwa
minkum (bukanlah daging dan darah hewan-hewan kurban itu yang sampai kepada Allah, melainkan ketakwaan kita
yang dipandang oleh-Nya, Qs. Al-Hajj: 37).
Akhirnya, marilah kita akhiri ibadah shalat Idul Adha pada hari ini dengan berdoa:







Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami
untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah
kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan
bagi kami dari segala kejahatan.


.



Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat
kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan
yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami
kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi
kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia
ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak
mengasihi kami.

Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami orang tua yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu
Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat
Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, muminin dan muminat, baik yang masih hidup maupun
yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.

Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sai yang diterima, dosa yang diampuni,
perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian
.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan
hindarkanlah kami dari azab neraka.
Wa Shallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa ala Aalihi wa Shahbihi wa sallam.. wal hamdu lillahi Rabbi
al-Alamiin.
Khutbah Kedua:

) ) ) )(3) ) ) )(4) ) ) ) ) ) ) )
)
)

)


) )
) )
)
)
)

) )



)


)
)
)
)
)
).
)

)
)


)

)


)

)
)

)


)


)
)

)
)
)
)
)






)

) )




)
)
)
)
) )
)



)
).


)
)

)

)
)
)


)


) )
)
)
) )
)

)
)
) )
)
)
)


) ) )

)

)

)


)
) )
)
)
)

)
).


)
)
)
)
)
)
)
)



) ) ) )

)
)
) )

)

)
)
)



)
) )
)
)





) )
)


)
)
) )
)
) )
)
)


)
)

)


)





)
)


)


)
)
)


)
)
)
)




)
)

)

)

) )

)
) )
)
)
)
)

)
)
)
)


)


) ) ) )


) )
)

)
)
) )


)
)
)
)
)
).
)
)
)




) )

)

) )



)



)
). ) ) ) )
) )





)
) ). )
)
)


)
) ) )
)
).


)


)
) !)
) )

)
)
)


)


)

) )

) )

)

Anda mungkin juga menyukai