I. Identitas Pasien
No rekam medik
Nama
Umur
Jenis kelamin
Nama orang tua
Pekerjaan orang tua
Alamat
Agama
Tanggal masuk
:: Bayi U
: 9 hari
: Laki-laki
: Ny. Ulfa
::: Islam
: 30 desember 2013 (jam 08.00)
Keluhan Utama
2.
RPS
3.
4.
5.
6.
Bayi tampak kuning sejak 2 jam yang lalu, kuning terlihat di mata
(sklera), kulit wajah dan leher. Demam (-), mual dan muntah (-), BAK
teratur 2-3x/hari, warna kuning., BAB teratur 2x/hari konsistensi semi
padat, warna kuning, tidak berlendir, tidak berdarah, Aktivitas menyusu
baik.
Pertanyaan yang belum ditanya :
- Riwayat demam sebelumnya?
- Frekuensi dan durasi menyusui? Posisi ibu saat
menyusu? posisi bayi saat menyusui?
- Bagaimana suara tangisan bayi? Aktifitas gerak
bayi?
RPD
: Riwayat kuning sebelumnya disangkal
Riwayat riwayat penyakit pada darah disangkal
RPK
8.
9.
7.
III.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
3. Vital sign
4. Status generalisata
a. Kulit
b. Kepala
- Bentuk
- Rambut
- Lingkar kepala
- Ubun-ubun besar
- Mata
c.
: kuning (+)
: normal
:::: palpebra normal, konjungtiva anemis (-)
Sclera ikterik (+/+)
Telinga
: dalam batas normal
Hidung
: septum deviasi (-), nafas cuping hidung
(-)
Mulut&tenggorokan: Leher
: kuning (+) diseluruh kulit leher
Thorax / dada
- Bentuk
: normal
- Retraksi dinding dada: (-)
- Paru-paru (Pernafasan) :
Ispeksi
: simetris, retraksi (-), gerakan nafas simetris.
Palpasi
: fremitus fokal simetris kanan dan kiri
Perkusi
: sonor
Auskultasi : vesikuler (+), suara tambahan (-)
- Kardiovaskuler
Inspeksi
: iktus cordis tidak terlihat
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
d. Abdomen/perut
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
e. Ekstremitas
5. Status Lokalis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan kimia darah (tgl 30-12-2012)
Yang dinilai
Billirubun direc
Billirubun indirec
Billirubin total
hasil
0,2 mg/dl
13,0 mg/dl
13,2 mg/dl
hasil
0,8 mg/dl
8.5 mg/dl
9,3 mg/dl
: Anemia hemolitik
VI. DIAGNOSIS
VII.PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Non medikamentosa
Tindakan
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Tinjauan pustaka
Definisi
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat
penumpukan bilirubin. Ikterus Neonatorum merupakan fenomena biologis yang
timbul akibat tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa
transisi pada neonatus. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih
tinggi di banding orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah
eritrosit pada neonatus lebih lebih banyak dan usianya lebih pendek1,5,6.
Macam-macam ikterus
Macam- macam ikterus adalah sebagai berikut3,4:
a. Ikterus fisiologis adalah :
-
Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang setelah
sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua.
Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
atau > 10 mg% pada neonatus kerang bulan.
Faktor resiko
a. Faktor Maternal5.
- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani).
- Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh).
- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
- ASI
b. Faktor perinatal5.
- Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis).
- Infeksi (bakteri, virus, protozoa).
c. Factor neonates5.
- Prematuritas.
- Faktor genetic.
- Polisitemia.
- Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol).
- Rendahnya asupan ASI.
- Hipoglikemia.
- Hipoalbuminemia
Etiologi
A. Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena2 :
-
Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan
berumur lebih pendek.
Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil
transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) ->
penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
Polisitemia.
Ibu diabetes.
Asidosis.
Hipoksia/asfiksia.
Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktorfaktor lain. Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin
maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih
lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki
kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir. Faktor yang
berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi
peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit
(pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi
di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik1,2.
B. Ikterus pada bayi mendapat ASI ( Breat milk jaundice )
Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus
yang yang berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu
dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak
ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan
dan frekuensi ditambah1,2.
Derajat
Daerah Ikterus
Perkiraan
Ikterus
Kadar
Bilirubin
5,0 mg%
II
9,0 mg%
III
11,4 mg%
IV
12,4 mg%
16,0 mg%
Bilirubin Serum
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis
ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum
bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat
meningkatkan morbiditas neonatus. Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin
total. Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar
bilirubin total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2 minggu2.
b. Bilirubinometer Transkutan
Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan
prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang
gelombang 450 nm. Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit
neonatus yang sedang diperiksa. Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu
menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai
menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh
pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan
untuk diagnosis2.
c. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO
Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini
menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi
bilirubin serum yang rendah. Beberapa metode digunakan untuk mencoba
mengukur kadar bilirubin bebas. Salahsatunya dengan metode oksidaseperoksidase. Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi
3) Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan
kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning).
Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai
faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu
pertama kehidupannya. Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak
praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
B. Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO)4
1) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.
2) Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5
kg, lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
3) Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan
hemoglobin, tentukan golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs :
a. Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi
sinar, hentikan terapi sinar.
b. Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai
dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar
c. Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan
penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di
keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan.
d. Tentukan diagnosis banding
C. Mencegah terjadinya kern-ikterus2
Dalam hal ini yang penting adalah pengamatan yang ketat dan cermat
perubahan peningkatan kadar bilirubin bayi baru lahir, khususnya ikterus yang
kemungkinan besar menjadi patologis
a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
b. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau
> 10 mg% pada neonatus kerang bulan
c. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari.
D. Mengatasi hiperbilirubinemia2,6.
a. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fitoterapi
b. Tranfusi darah tukar, dengan indikasi :
1.
Pada semua keadaan dengan
kadar bilirubin indirek 20 mg
%.
2.
Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3 1 mg% per
jam.
3.
Anemia berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.
4.
Kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan Uji Coomb direk positif.
Bilirubin
< 5 mg%
5-9 mg%
< 24 jam
24.26jam
Pemberian makanan dini
Terapi sinar bila Kalori cukup
49.72jam
>72 jam
hemolisis
10-14 mg% Transfusi tukar* Terapi sinar
bila hemolisis
15-19 mg% Transfusi tukar*
sinar+
>20 mg%
Transfusi tukar+
Tabel. Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar
Ket : a. Sebelum dan sesudah transfusi tukar beri terapi sinar
b. (+) Bila tidak berhasil transfusi tukar
c. Bilirubin < 5 mg% selalu observasi
d. Bilirubin > 5 mg% penyebab ikterus perlu diselidiki
prognosis
Hiperbilirubinemia baru akan berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek
telah melalui sawar darah otak. Pada keadaan ini penderita mungkin menderita
kernikterus atau ensefalopati biliaris. Gejala ensefalopati biliaris ini dapat segera
terlihat pada masa neonatus atau baru tampak setelah beberapa lama kemudian.
Pada masa neonatus gejala mungkin sangat ringan dan hanya memperlihatkan
gangguan minum, latergi dan hipotonia. Selanjutnya bayi mungkin kejang, spastik
dan ditemukan epistotonus. Pada stadium lanjut mungkin didapatkan adanya
atetosis disertai gangguan pendengaran dan retardasi mental di hari kemudian2.
Dengan memperhatikan hal di atas, maka sebaiknya pada semua penderita
hiperbilirubinemia dilakukan pemeriksaan berkala, baik dalam hal pertumbuhan
fisis dan motorik, ataupun perkembangan mental serta ketajaman
pendengarannya2.
Daftar pustaka
1. http://emedicine.medscape.com/article/974786-overview#showall
2. Abdurachman Sukadi, Ali Usman, Syarief Hidayat Efendi. 2002. Ikterus
Neonatorum. Perinatologi. Bandung. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak
FKUP/RSHS. 64-84.
3. Kementerian kesehatan RI, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal
Esensial. 2010
4. WHO, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman
Bagi Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. 2009
5. Tazami R, Mustarim, Syah S. Gambaran Faktor Risiko Ikterus
Neonatorum pada Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher
Jambi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi, 2013:
6. Puspitosari R, Sumarno, Susatia B. Pengaruh Paparan Sinar Matahari Pagi
Terhadap Penurunan Tanda Ikterus Pada Ikterus Neonatorum Fisiologis,
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang: 2013.