Nama
NIM
:201210410311183
Kelas
: Farmasi A
Tanggal praktikum
3 Desember 2015
dan sistem organ yang mana yang paling peka terhadap efek keracunan
tersebut (pra klinik, in vivo)
c. Tahap penelitian farmakodinamik
Untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing-masing sistem
biologis organ tubuh. Dibagi dalam tahap pra klinik, in vivo, dan in vitro.
d. Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses)
e. Tahap pengembangan sediaan (formulasi)
Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan,
dan estetika untuk pemakaian pada manusia.Tata laksana teknologi farmasi
dalam rangka uji klinik yaitu teknologi farmasi tahap awal, pembakuan
(standarisasi): simplisia, ekstrak, sediaan OA, parameter standar mutu: bahan
baku OA, ekstrak, dan sediaan OA.
f. Tahap uji klinik pada manusia
Ada 4 fase yaitu fase 1: dilakukan pada sukarelawan sehat, fase 2: dilakukan
pada kelompok pasien terbatas, fase 3: dilakukan pada pasien dengan jmlh
yang lebih besar dari fase 2, dan fase 4: post marketing survailence, untuk
melihat kemungkinan efek samping yang tidak terkendali saat uji pra klinik
maupun saat uji klinik fase 1-3.
Kapsul adalahbentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul,
keras atau lunakKapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk kesediaan padat,
dimana satu bahan macam obat atau lebih dan / atau bahan inert lainnya yang
dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang
sesuai.Macam-macam kapsul yaitu:
a. Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul), contohnya kapsul
tetrasiklin, kapsul kloramfenikol dan kapsul Sianokobalami.
b. Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsule), contohnya kapsul
minyak ikan dan kapsul vitamin.
Komponen kapsul yaitu zat aktif obat, cangkang kapsul, dan zat tambahan
berupa bahan pengisi contohnya laktosa. Sedangkan untuk obat yang cenderung
mencair diberi bahan pengisi magnesium karbonat, kaolin atau magnesium oksida
atau silikon dioksida serta bahan pelicin (magnesium stearat).
Proses pembuatan Kapsul :
1. Melting
Bahan larutan gelatin 25-30%, bahan dasar couple berupa gelatin
dilarutkan di dalam air panas yang telah di demineralisasi. Bahan
120 mg
120 mg atau lebih
10
7,5
20
15
formula
Fungsi
Penggunaan
Cab-O-Sil
sebagai
Sifat
fisika-
kimia
kelarutan
Rumus empiris
Fungsi
PH
disintegrant.
5,0-7,5
Kerapatan
Titik lebur
260 2700C
Distribusi
partikel
Kelarutan
mudah larut dalam 5% w/v larutan NaOH, praktis tidak larut dalam air,
kompatibilitas
Ultrasonik
timbangan analitik
gelas ukur
tabung reaksi kecil 3 buah
batang pengaduk
tisu
vial 9 buah
densitometer
beker gelas 200 ml
corong
aluminium foil
mortir dan stamper.
Bahan
n-heksana
etil asetat
asam formiat (90:10:1)
standar EPMS 50g
etanol 96%
sampel
cangkang kapsul.
4. Prosedur
4.1 Penetapan Kadar EPMS dalam Kapsul
a. Dibuat 10 kapsul dengan kadar 10 mg EPMS/kapsul. Hitungkebutuhanekstrak
yang harusditimbang, avicel : cab-o-sil (3:1). Berar per kapsul 250 mg
Kadar EPMS dalamekstrakkencurkelompok3 : 63.23%
EPMS 10 kapsul = 10 mg x 10 kapsul = 100 mg
100
Beratekstrak = 63.23 X 100 mg =158 mg
Berateksipien = 250mg - 158mg = 92 mg
Cabosil = x 92mg = 23 mg
Avicel = x 92 mg =69 mg
b. Ditimbang 158 mg sampel, 69mg avicel, dan 23mg Cab-O-Sil.
c. Diaduk avicel dan Cab-O-Sil dalam mortir ad homogen. Dimasukkan sampel
dan aduk ad homogen.
d. Campuran dibagi 3 bagian secara visual sama banyak. Masing-masing
campuran dibagi menjadi 5 bagian.
e. Timbang 3 kapsul kosong lalu rata-rata.
f. Timbang kapsul berisi campuran satu per satu dan hitung persen
penyimpangan masing-masing kapsul. Sesuai dengan ketentuan FI III yaitu:
A
10 %
7.5 %
B
20 %
15 %
Preparasi Sampel
5. Cara Kerja
a. Penentuan panjang gelombang maksimum
dan 365 nm, kemudian di-scan pada panjang gelombang 310 nm. Dari sini
dapat diketahui pada panjang gelombang berapa EPMS memberikan
absorban maksimum.Panjang gelombang maksimum tersebut yang
akan digunakan untuk pengukuran.
b. Penentuan linearitas