Buku Hivtb PDF
Buku Hivtb PDF
HIV
&
TB
HIV & TB
Penyusun:
Chris W. Green.
Foto Sampul:
Orang yang peduli dengan HIV/AIDS
Lay Out:
Yayasan Surviva Paski, Yogyakarta
Telp: (0274) 415175
Ilustrasi:
Asnar Zacky
ISBN 979-97494-5-X
2006 Yayasan Spiritia
Terbitan Maret 2006
Bila mengutip isi buku ini mohon sebutkan sumbernya
Informasi dalam buku ini berdasarkan pada data dari penelitian terakhir yang
ada pada saat penerbitan. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi
dokter, atau Yayasan Spiritia, pada alamat yang ada di sampul belakang buku ini.
HIV & TB
Daftar Isi
Prakata ................................................................................ 2
Penghargaan .................................................................. 3
Mengapa ada buku mengenai TB untuk Odha?.................. 4
Apakah HIV? Apakah AIDS? ............................................... 5
Bagaimana HIV menular? .............................................. 6
Bagaimana HIV tidak menular? ...................................... 7
Dalam hubungan seks? .................................................. 8
Dan penggunaan narkoba suntikan?.............................. 9
Kesehatan Sistem Kekebalan: Jumlah CD4 ................. 10
Terapi untuk HIV ........................................................... 11
Apakah TB Itu? ................................................................. 12
Dampak TB pada HIV ................................................... 13
Dampak HIV pada TB ................................................... 14
TB penyakit paru, bukan? ............................................. 15
Apakah gejala TB? ....................................................... 16
Bagaimana TB didiagnosis? ......................................... 17
Bagaimana TB diobati? ................................................ 18
Tujuan pengobatan TB ................................................. 19
Pengobatan TB ............................................................. 20
DOT-S ........................................................................... 21
Terapi antiretroviral bersama dengan pengobatan TB . 22
Kepatuhan terhadap terapi ................................................ 24
Pencegahan infeksi TB ..................................................... 25
Vaksinasi terhadap TB .................................................. 26
Untuk menghindari TB aktif .......................................... 27
Mencegah TB aktif di lingkungan kita ............................ 28
Sindrom pemulihan kekebalan .......................................... 29
Mengobati IRIS .............................................................. 30
Layanan kesehatan untuk TB dan HIV ............................... 31
Tes HIV .............................................................................. 32
Sekilas tentang tes HIV ................................................. 32
Apa syarat tes HIV? ...................................................... 33
Prakata
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sering ditemukan di
Indonesia. Penyakit ini, yang disebabkan oleh bakteri, dapat
menyerang berbagai organ dalam tubuh manusia, tetapi terutama
mempengaruhi paru. Menurut badan kesehatan PBB, World Health
Organization (WHO), Indonesia berada dalam urutan ketiga di
dunia dalam jumlah kasus TB. Walaupun sudah lama dilakukan
program pencegahan dan pemberantasan TB oleh Departemen
Kesehatan RI (Depkes), jumlah kasus penyakit TB terus meningkat.
Infeksi ini menular akibat hubungan dengan orang yang mengalami
TB aktif. Lain daripada infeksi HIV, infeksi TB menyebar melalui
udara waktu orang dengan TB yang aktif bersin atau batuk. Yang
paling rentan terhadap penyakit TB adalah orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang kurang sehat, termasuk anak dan orang
yang hidup dengan HIV/AIDS (Odha). Seperti kita ketahui, HIV
menyerang sistem kekebalan tubuh sistem yang seharusnya
melindungi kita dari infeksi lain dengan akibat sistem tersebut
menjadi semakin rusak dan tidak mampu lagi bekerja sebagaimana
mestinya. Beberapa infeksi mengambil kesempatan itu untuk
menimbulkan penyakit pada Odha, dan oleh karena itu, infeksi
tersebut umumnya dikenal sebagai infeksi oportunistik (IO), karena
mengambil opportunity atau kesempatan itu untuk menimbulkan
penyakit.
TB adalah IO yang pada urutan kedua dalam daftar frekuensi IO di
Indonesia, dan juga penyebab kematian tertinggi untuk Odha.
Namun TB pada Odha dapat dicegah dan diobati dengan obat
yang tersedia gratis oleh pemerintah.
HIV & TB
Penghargaan
Penulis mengucapkan beribu terima kasih kepada Dr. Carmelia
Basri (Ibu Mel), Kepala Subdit TB, Direktorat Pemberantasan
Penyakit Menular, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI,
dan Ibu Dita, Staf Ibu Mel, yang membuat banyak usulan dan
koreksi pada draft pertama; kepada Lusiana Aprilawati yang juga
memberi usulan untuk koreksi; pada Eleonora Jimenez, Public
Health Watch, Open Society Institute (OSI), yang menyediakan dana
untuk menerbitkan buku ini (dan atas kesabarannya setelah proyek
telat pada jadwalnya); dan kepada ratusan orang yang hidup dengan
HIV/AIDS di Indonesia yang memberi masukan dan umpan balik,
serta memberi semangat pada penulis.
Namun, walaupun kami mendapatkan banyak bantuan dan
dukungan dari begitu banyak pihak, kami sendiri tetap bertanggung
jawab penuh atas semua isi buku ini, termasuk semua kesalahan
yang mungkin secara tidak sengaja ditemukan dalam teks.
HIV & TB
Darah
Air mani (cairan, bukan sperma)
Cairan vagina
Air susu ibu (ASI)
HIV & TB
Bersentuhan
Berciuman, bersalaman dan berpelukan
Peralatan makan dan minum
Penggunaan kamar mandi
Berenang di kolam renang
Gigitan nyamuk
Tinggal serumah bersama Odha
HIV & TB
10
HIV & TB
11
12
Apakah TB Itu?
TB adalah infeksi dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Lebih dari
11 juta Odha di dunia terinfeksi TB, 2,5 juta di antaranya di Asia
Tenggara. Berbeda dengan HIV, infeksi TB sangat mudah menular
melalui udara. Bila seorang dengan TB yang aktif bersin atau batuk,
kuman keluar dan dapat terhirup ke dalam saluran pernapasan
orang yang dekat. Kuman TB juga dapat bertahan di udara selama
beberapa jam, walaupun kuman ini cepat mati kalau kena sinar
matahari. Bakteri TB juga dapat menempel pada permukaan,
seperti meja. Jadi bila kita menyentuh permukaan yang tercemar
dengan TB dan terus memakai tangan untuk makan tanpa cuci
tangan, bakteri itu juga dapat masuk ke tubuh kita.
TB tidak menular melalui makanan, air, berhubungan seks, transfusi
darah atau pun gigitan nyamuk/serangga lain.
Seorang yang terinfeksi TB belum tentu sakit TB. Setelah masuk ke
paru, bakteri TB umumnya ditahan dalam paru (bukan diberantas)
oleh sistem kekebalan tubuh, yang memenjarakannya di belakang
tembok yang disebut sebagai tuberkel. Tuberkel ini dapat menjadi
kurang kuat, membiarkan bakteri lolos dan menjadi aktif. Hal ini
terjadi karena sistem kekebalan tubuh tidak cukup kuat untuk tetap
menahannya.
Risiko TB menjadi aktif adalah lebih tinggi segera setelah kita
terinfeksi TB, dan menurun dengan waktu. Bayi dan anak muda
mempunyai risiko lebih tinggi mengembangkan penyakit
dibandingkan orang yang lebih tua, karena sistem kekebalan
tubuhnya masih belum matang.
Bila tidak diobati, 50 persen orang bukan Odha dengan TB aktif
akan meninggal dunia dalam lima tahun, 25 persen akan sembuh
sendiri dan sisa 25 persen akan tetap sakit dengan TB menular.
Namun Odha dengan TB aktif yang tidak diobati lebih mungkin
meninggal dalam waktu yang lebih singkat.
HIV & TB
13
14
HIV & TB
15
16
HIV & TB
Bagaimana TB didiagnosis?
Diagnosis TB aktif dapat menjadi sangat sulit. Ada tes kulit, yang
dikenal sebagai PPD. Hasil tes kulit ini tergantung pada tanggapan
sistem kekebalan, dan sering tidak berhasil bila jumlah CD4 di
bawah 200. Lagi pula, karena kebanyakan orang di Indonesia
pernah terpajan TB, tes ini jarang dipakai. Oleh karena ini, diagnosis
TB pada orang dewasa dilakukan melalui pemeriksaan dahak
dengan mikroskop untuk menentukan ada/tiada bakteri TB
berbentuk batang yang khas dikenal sebagai batang tahan asam
(BTA).
Bila dokter ingin melakukan pemeriksaan ini, kita diminta
menyediakan tiga contoh dahak: satu diambil pada kunjungan
pertama pada klinik, satu lagi diambil oleh kita sendiri di rumah
pada pagi esok hari, dan yang ketiga saat mengunjungi klinik pada
hari itu. Tiga contoh dahak ini diperiksa dengan mikroskop. Bila
bakteri TB dilihat, hasilnya disebut sebagai BTA+ (batang tahan
asam positif). Tes ini hanya berlaku untuk TB paru.
Bila hasilnya BTA negatif, dokter mungkin minta kita melakukan Xray paru. Namun hasil X-ray sering sulit ditafsirkan, terutama pada
Odha.
Sebagai cara lain untuk meyakinkan apakah dahak mengandung TB,
bakteri dapat dibiakkan dalam laboratorium. Namun tindakan ini
membutuhkan beberapa minggu, dan hasil juga sering negatif palsu
(hasilnya negatif walaupun yang bersangkutan sebenarnya terinfeksi
TB).
17
18
Bagaimana TB diobati?
Bila orang dengan TB aktif hanya diobati dengan satu jenis obat,
bakteri TB di tubuhnya dapat menjadi kebal atau resistan terhadap
obat tersebut. Dan bila kuman TB kita menjadi resistan, obat
tersebut tidak bekerja lagi terhadap kuman di tubuh kita.
Untuk menghindari timbulnya resistansi itu, TB harus diobati
dengan kombinasi beberapa obat, yang disebut sebagai terapi antiTB. Ada lima pilihan obat yang biasanya dipakai di Indonesia untuk
mengobati TB:
h
h
h
h
h
HIV & TB
Tujuan pengobatan TB
Berbeda dengan HIV, TB dapat disembuhkan. Bakteri TB dapat
diberantas secara keseluruhan dari tubuh dengan pemberian obat
anti-TB (OAT) sesuai dengan prosedur baku. Oleh karena itu,
pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan TB. Tetapi dari sisi
kesehatan masyarakat, tujuan yang tidak kalah penting adalah untuk
mengurangi sumber infeksi agar penularan TB juga dapat dikurangi.
Bila program TB diterapkan dengan baik, ada harapan jumlah kasus
TB dapat dikurangi secara bermakna, sehingga lambat laun TB
dapat diberantas dari negara kita dan dunia ini.
Selain itu, pengobatan TB juga jelas bertujuan mengurangi kematian
akibat TB, dan untuk mencegah infeksinya kambuh.
19
20
Pengobatan TB
Ada tiga kategori pengobatan TB, dan kategori dipilih untuk kita
berdasarkan beberapa kriteria, dengan pengobatan lebih manjur/
lebih lama diberikan pada orang dengan TB kambuh atau setelah
pengobatan yang gagal. Namun kebanyakan kasus, baik TB paru
maupun di luar paru, diobati dengan kategori 1.
Pengobatan kategori ini dilakukan dengan dua tahap atau fase: pada
fase intensif, kita harus minum empat jenis OAT selama sedikitnya
dua bulan untuk mengubah infeksi menjadi tidak aktif dan tidak
dapat menular lagi. Pengobatan pada fase intensif ini bisanya diberi
kode yang berikut:
2HRZE (dua bulan isoniazid + rifampisin + pirazinamid +
etambutol, sekali sehari)
Setelah fase ini berhasil, yang dibuktikan oleh pemeriksaan dahak
dengan mikroskop, pengobatan masuk fase lanjutan dengan hanya
dua jenis OAT dipakai tiga kali seminggu untuk empat bulan
berikut. Pengobatan pada fase lanjutan ini diberi kode yang berikut:
4H3R3 (empat bulan isoniazid + rifampisin, tiga kali seminggu)
Kategori 2 adalah pengobatan yang lebih manjur dan lama untuk
pasien kambuh atau setelah pengobatan kategori 1 gagal, atau pun
yang drop out (berhenti pengobatan sebelum selesai). Kategori 3
dipakai pasien BTA negatif dan dianggap sakit ringan, termasuk
beberapa jenis TB luar paru; pengobatan ini hanya memakai tiga
jenis obat pada fase intensif, tetapi jangka waktu tetap sama dengan
kategori 1.
Bila pengobatan awal gagal, terutama karena kurang kepatuhan
terhadap obat, bakteri dapat menjadi resistan (kebal) terhadap
beberapa jenis obat anti-TB. TB ini disebut sebagai MDR (multidrug
resistant, atau resistan terhadap beberapa obat). MDR TB juga dapat
ditularkan kepada orang lain. MDR-TB ini sangat sulit diobati, dan
sering memakai obat jenis lain. Saat ini belum jelas apakah MDR-TB
adalah masalah besar di Indonesia.
HIV & TB
DOT-S
Penggunaan obat yang benar sesuai dengan jadwal (kepatuhan)
sangat penting untuk menghindari timbulnya jenis TB yang resistan.
Agar meyakinkan kepatuhan, terutama pada fase lanjutan setelah kita
merasa sembuh, WHO menerapkan strategi DOT-S (Directly
Observed Therapy-Short course atau pengobatan dengan pengawasan
langsung). Pengawasan ini dilakukan oleh pengawas menelan obat
atau PMO, yang bertugas untuk mendampingi pasien dalam
menjalani pengobatan sampai tuntas. PMO dapat anggota keluarga
atau petugas kesehatan yang mudah terjangkau oleh pasien TB.
Tujuan DOT-S adalah:
21
22
Usulan
Mulai OAT.
Mulai ART segera setelah tidak
ada keluhan dengan OAT
Mulai OAT.
Mempertimbangkan ART
setelah selesai fase intensif
OAT
Mulai OAT.
Mempertimbangkan ART
setelah terapi TB selesai
HIV & TB
23
24
HIV & TB
Pencegahan infeksi TB
Kebanyakan orang di Indonesia telah terpajan oleh TB, dengan
akibat hampir semua Odha sudah mempunyai bakteri TB di dalam
tubuhnya. Hal ini berarti mereka rentan terhadap penyakit TB yang
aktif. Oleh karena itu, upaya untuk mencegah sering tidak ada arti.
Namun bila kita tidak pernah terinfeksi atau kita sembuh dari TB
sebagai hasil dari terapi anti-TB atau profilaksis (lihat halaman 27),
sebaiknya kita menghindari infeksi TB.
Namun sekali lagi, karena TB betapa umum di Indonesia, dan
cukup banyak orang mengalami TB aktif (sering yang belum
didiagnosis), pencegahan infeksi sulit. Bila ternyata kita (misalnya)
berjalan dalam angkutan kota yang padat bersama dengan orang
yang TB aktif, kita sangat rentan terhadap infeksi.
Walaupun begitu, sebaiknya kita coba menjauhkan diri dari orang
dengan TB aktif. Sayangnya, penggunaan masker sebetulnya tidak
akan melindungi kita bila kita dekat dengan seorang dengan TB
aktif; orang dengan TB aktif itu yang harus memakai masker.
Bila kita mengetahui dirinya pernah dekat dengan seorang dengan
TB aktif, misalnya berumah tangga bersama, sebaiknya kita
mempertimbangkan penggunaan profilaksis, seperti dibahas pada
halaman 27.
25
26
Vaksinasi terhadap TB
Ada vaksin terhadap TB. Namanya BCG, diberikan dengan suntikan
di bawah kulit. Namun vaksin ini tampaknya hanya efektif pada
anak yang baru lahir, untuk mencegah penyakit TB yang berat,
termasuk meningitis TB, pada usia kanak-kanak. BCG tidak
mempunyai dampak dalam mengurangi jumlah kasus TB pada
orang dewasa. Saat ini belum ada vaksin terhadap TB yang efektif
untuk orang dewasa.
Belum jelas apakah BCG tetap efektif pada anak dengan HIV. Di
negara dengan prevalensi TB yang tinggi (termasuk Indonesia),
WHO mengusulkan BCG diberikan pada semua anak kecuali yang
mempunyai gejala penyakit HIV/AIDS.
HIV & TB
27
28
HIV & TB
29
30
Mengobati IRIS
IRIS dapat sangat mengesalkan Odha, keluarga, perawat dan kita.
Setelah kita bersusah payah untuk mengobati Odha, ternyata
kesehatannya mulai memburuk lagi, sehingga dapat menyebabkan
kematian. Yang penting ART diteruskan. Gejala dapat diobati, dan
bila berat, pasien dapat diberi kortikosteroid. Kalau disebabkan oleh
IO lain, mungkin IO ini harus diobati bila belum. Penting kita
mengerti bahwa IRIS dapat terjadi, dan membedakannya dari
kegagalan terapi akibat ketidakpatuhan.
IRIS lebih mungkin terjadi bila jumlah CD4 cepat naik dari tingkat
yang sangat rendah sebuah keadaan yang sering terjadi setelah TB
diobati. Karena CD4 juga akan naik setelah kita mulai ART, hal ini
adalah alasan lagi untuk tidak mulai ART sekaligus dengan
pengobatan TB.
HIV & TB
31
32
Tes HIV
Karena infeksi TB semakin berhubungan dengan infeksi HIV,
petugas kesehatan yang menangani kasus TB sebaiknya juga
mengambil sikap curiga apakah pasien juga terinfeksi HIV. Bila
pasien pernah berperilaku berisiko (seperti didaftarkan pada
halaman 6), dia sebaiknya dirujukkan pada layanan tes HIV. Layanan
ini sering disebut sebagai voluntary counselling and testing (VCT) atau tes
secara sukarela yang dilakukan berdasarkan informasi yang lengkap
dan tepat.
HIV & TB
33