Anda di halaman 1dari 86

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PADA KASUS FRAKTUR
CRURIS SINISTRA DI LANTAI I GPS RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


(KIA-N)

INDAH SOLIHATI
1006823293

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN


MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KASUS FRAKTUR
CRURIS SINISTRA DI LANTAI I GPS RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi
Keperawatan

INDAH SOLIHATI
100 6823 293

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama

: Indah Solihati

NPM

: 1006823293

Tanda Tangan :

Tanggal

: 15 Juli 2013

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini (KIA-N) diajukan oleh :


Nama

: Indah Solihati

NPM

: 1006823293

Program Studi

: Ilmu Keperawatan

Judul KIAN

: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan


Masyarakat Perkotaan Pada Kasus Fraktur Cruris
Sinistra di Lantai 1 GPS RSUP Fatmawati

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI
Pembimbing

: Riri Maria S.Kp., MANP

Penguji

: Ns. Sri Sasongkowati, S.Kep.

Ditetapkan di : Depok
Tanggal

: 15 Juli 2013

ii
Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai syarat lulus jenjang
pendidikan Profesi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
(1)Kuntarti S.Kp., M.Biomed. selaku dosen ketua program studi di Fakultas Ilmu
Keperawatan sekaligus koordinator Program Profesi 2012-2013 yang telah
meluangkan waktunya dalam mengurusi segala hal yang berkaitan dengan
pengurusan selama proses praktik profesi saya dan seluruh teman-teman
profesi angkatan 2012;
(2)Riri Maria S.Kp., MANP selaku dosen koordinator mata ajar KIA sekaligus
pembimbing yang telah bersedia membimbing saya dalam penyusunan karya
ilmiah saya, dari mengoreksi proposal, setiap bab dalam laporan KIA, hingga
memberikan arahan dan masukan yang sangat berharga dan bermanfaat bagi
saya;
(3) Ns. Sri Sasongkowati, selaku dosen pembimbing klinik selama berdinas di
Rumah Sakit Fatmawati sekaligus penguji KIA yang telah memberikan banyak
masukan

dan

kritik

yang

sangat

membangun

bagi

perbaikan

dan

penyempurnaan KIA ini;


(4) Keluarga saya yang senantiasa memotivasi dan memberikan dukungan moral,
terutama doa dari suami saya;
(5)Teman-teman FIK UI Profesi angkatan 2012, khususnya teman satu
pembimbing selama proses pembuatan KIA, Irma, Lia, Anis, Yani, Vana,
Dian;
(6) Seluruh perawat ruangan di Gedung Profesor Soelarto RS.Fatmawati, Ibu
Mursanih, Pak Harun, Ibu Sri, Ka Harice, Ibu Widi, Ibu Marif, Ka Rani, Ka
Aini, Ka Yuli, Ka Tita, Ka Elis, Ka Sofyan, Ka Fao, Ka Anas, Ka Endro, Ka

iii
Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Yahya, yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan selama saya
berdinas.

Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan
pengorbanan semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya Ilmiah Akhir
ini dan semoga Karya Ilmiah Akhir ini dapat bermanfaat bagi keilmuan
keperawatan untuk kedepannya.

Depok, Juli 2013

Penulis

iv
Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama

: Indah Solihati

NPM

: 1006823293

Program Studi : Profesi Keperawatan


Fakultas

: Ilmu Keperawatan

Jenis Karya

: Karya Ilmiah Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada
Kasus Fraktur Cruris Sinistra di Lantai 1 GPS RSUP Fatmawati
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di

: Depok

Pada Tanggal : 15 Juli 2013


Yang menyatakan

( Indah Solihati )

v
Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

ABSTRAK
Nama
: Indah Solihati
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul
: Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Pada Kasus Fraktur Cruris Sinistra di GPS Lantai 1 RSUP
Fatmawati

Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan merupakan bagian keperawatan komunitas yang


memfokuskan pelayanan pada penyelesaian masalah kesehatan di perkotaan. Karakteristik
kehidupan masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan, yaitu dalam hal kepadatan
penduduk yang tinggi, jumlah usia produktif yang tnggi, dan mobilitas tinggi masyarakatnya.
Perbedaan karakteristik ini turut mempengaruhi pola aktivitas masyarakatnya, salah satunya dalam
hal pilihan penggunaan kendaraan roda dua untuk efektifitas waktu. Faktor mobilitas yang tinggi
dan ketidakdisplinan pengemudi kendaraan menimbulkan risiko kecelakaan yang berdampak pada
kesehatan, salah satunya ialah fraktur. Selama praktik di lantai 1 GPS RSUP Fatmawati penulis
mengambil kasus fraktur cruris dengan luka terbuka dan mengalami infeksi. Atas dasar tersebut,
penulis menganalisa salah satu tindakan keperawatan yang diberikan pada klien, yaitu perawatan
luka dengan madu.
Kata kunci: masyarakaat perkotaan, kecelakaan lalu lintas, fraktur cruris, dan perawatan luka

Abstract
Urban nursing is part of the community nursing focuses on solving health problems in urban
areas. Different characteristics of urban life with rural communities, namely in terms of high
population density, high number of productive age, and high mobility society. Differences in these
characteristics also influence the activity patterns of its people, one of them is the use of twowheelers options to save the time. High mobility factor and indicipline behaviour increase the risk
of accidents that impact on health, one of which was a fracture. During practice on the 1st floor
Fatmawati GPS authors take cruris fractures with open wounds and infections. Based ont this
case, the author
analyzed wound care with honey as one of nursingimplementation.
Keywords: urban community, traffic accident, fracture cruris, and wound care.

vii

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 5
1.3 Manfaat Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) ....................... .... 9
2.1.1 Pengertiani KKMP ............................................................................ 9
2.1.2 Dimensi KKMP ................................................................................. 10
2.1.2 Aggregat
....................................................................................... 11
2.2 Kecelakaan Lalu Lintas ................................................................................
2.2.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas ..................................................... 11
2.2.2 Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas ..................................................... 12
2.2.3 Dampak Kecelakaan Lalu Lintas ....................................................... 13
2.3 Fraktur Cruris ..........................................................................................
........................................................................................ 14
2.3.1 Definisi
2.3.2 Etiologi
......................................................................................... 14
2.3.3 Manifestasi Klinis .............................................................................. 14
2.3.4 Komplikasi ........................................................................................ 15
2.3.5 Klasifikasi dan Jenis Fraktur .............................................................. 15
2.3.6 Proses penyembuhan luka .................................................................. 17
2.3.7 Penanganan fraktur ............................................................................. 19
2.3.8 Pemeriksaan penunjang...................................................................... 20
2.3.9 Penatalaksanaan medis ....................................................................... 20
2.4 Asuhan keperawatan pre dan post operasi .................................................... 21
2.4.1 Peran Perawat Pre Operasi ................................................................. 21
2.4.2 Peran Perawat Post Operasi................................................................. 25
2.5.Perawatan luka
2.5.1 Pengertian luka...................................................................... ................ 27
2.5.2 Mekanisme terjadi luka........................................................ ................. 28
2.5.3 Penyembuhan luka............................................................... ................. 29
2.5.4 Faktor-faktor yang mempegaruhi luka....................................... ........... 30
2.5.5 Perawatan luka dengan madu.......................................................... ...... 32
viii

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................... 30


3.1 Pengkajian .................................................................................................. 30
3.2 Masalah dan Intervensi Keperawatan .......................................................... 36
3.3 Implementasi dan Evaluasi .......................................................................... 39
BAB 4 PEMBAHASAN .......................................................................................... 44
4.1 Analisis Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan terkait Kasus ....... 44
4.2 Analisis Asuhan Keperawatan Kasus .......................................................... 46
4.3 Analisis Intervensi perawatan luka dengan madu ........................................ 49
BAB 5 PENUTUP..................................................................................................... 55
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 55
5.2 Saran ............................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 58

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fraktur Cruris post OREF ........................

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisa Data l
Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 3 Catatan Perkembangan

ix

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

BAB 1
PENDAHULAN

BAB 1 ini berisi pendahuluan, bab ini akan membahas tentang latar belakang,
tujuan, dan manfaat penulisan. Tujuan penulisan terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus, dan manfaat penulisan dari karya ilimiah akhir ini untuk
pemerintah, rumah sakit, dan institusi pendidikan.
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan di perkotaan yang terjadi pada umumnya berkaitan dengan
faktor lingkungan, perilaku dan akses pelayanan kesehatan serta kependudukan.
Masalah di perkotaan menjadi kompleks karena masyarakat perkotaan memiliki
ciri-ciri yang khusus antara lain individualistik, materialistik, heterogen, kritis,
pendidikan yang tinggi dan mempunyai tuntutan yang tinggi. Pertumbuhan kota
biasanya diikuti oleh industrialisasi, munculnya kawasan industri menimbulkan
derajat pencemaran dan berakibat buruk terhadap lingkungan kehidupan
masyarakat perkotaan ( Depkes RI, 2004 ).

Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian


masyarakat kota ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya
yang berbeda dengan masyarakat pedesaan, dapat dilihat dari: kepadatan
penduduknya, banyak usia produktif, lingkungan hidup, mata pencaharian, corak
kehidupan sosial, stratifikasi sosial, pola interaksi sosial, solidaritas sosial, dan
mobilitas tinggi ( Waluya, 2007 ).

Mobilitas yang tinggi menuntut masyarakat perkotaaan pandai mengatur waktu


untuk dapat memenuhi kebutuhan, hal ini yang membuat masyarakat perkotaan
banyak mempergunakan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi

untuk

kegiatan sehari-harinya sehingga waktunya lebih efektif dan dengan kondisi lalu
lintas yang padat sebagai ciri khas lainnya dari perkotaan, ini sangat membantu
kegiatan masyarakat perkotaan, sehingga dampaknya dapat memicu terjadinya
stres saat mengemudi kendaraan, dan rentan terjadi kecelakaan lalu lintas.
1

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

2
Kecelakaan lalulintas merupakan masalah kesehatan di perkotaan, tuntutan
pekerjaan sehari- hari, membuat setiap orang berpacu dengan waktu. Kesibukan
ini terkadang membuat manusia tidak memperhatikan keadaan dan keselamatan
dirinya. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor sangat signifikan, hal inilah
salahsatu penyebab yang membuat jalanan dipenuhi oleh pengguna kendaraan
tersebut. Tingkat kedisiplinannya pengemudi dalam berkendaraan sangat
bervariasi, beberapa anak remaja seringkali kurang memperhatikan kedisiplinan,
kelompok

remaja

ini

cenderung

untuk

memacu

kendaraannya

tanpa

memperhatikan pengemudi transportasi yang lainnya. Oleh karena itu tidak jarang
ada orang yang dirugikan oleh beberapa orang pengendara motor yang tidak
memperhatikan aturan berkendaraan, sehingga terjadi kecelakaan. Kurangnya
kedisiplinan dalam berkendaraan dapat merugikan pengemudi dan juga dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Berdasarkan data dari penelitian Fatimah, 2012, korban paling banyak mengalami
kecelakaan sepeda motor adalah yang usianya berkisar 16-30 tahun yaitu
sebanyak 38.9%. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 61.1% adalah laki-laki
pengemudi yang mengalami kecelakaan sepeda motor. Kelompok usia 16-30
tahun merupakan kelompok usia produktif dimana tingkat mobilitasnya cenderung
tinggi serta emosinya belum stabil sehingga saat berlalu lintas masih tergesa-gesa
untuk mendahului kendaraan yang lain. Kecelakaan juga terjadi paling banyak
pada tipe jalan lurus, dengan persentasi sebanyak 38.9%. Dengan keadaan jalan
yang baik dan lurus membuat pengendara menggunakan kecepatan lebih tinggi
dibanding ketika berada di kondisi jalan yang berbeda. Pengemudi mempunyai
persepsi bahwa jalan lurus memiliki sedikit hambatan sehingga dengan tingkat
kewaspadaan yang rendah, dapat berakibat saat mengemudikan kendaraan dengan
kecepatan tinggi baik ingin mendahului maupun menyalip kendaraan lainnya.

Kecelakaan di jalan raya masih menjadi masalah serius di negara berkembang dan
negara maju. Angka kematian menurut World Health Organization ( WHO 2004 )
telah mencapai 1.170.649 orang di seluruh dunia. Jumlah ini setara dengan 2,2%
dari seluruh jumlah kematian di dunia dan menempati urutan ke sembilan dari
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

3
sepuluh penyebab kematian. Angka kecelakaan lalu lintas di dunia selalu
meningkat dan pada tahun 2020, diperkirakan kecelakaan lalu lintas akan menjadi
penyebab kematian nomor tiga setelah jantung iskemik dan depresi dengan
proyeksi kecelakaan dari 5,1 juta pada tahun 1990 menjadi 8,4 juta pada tahun
2020. Prosentasi keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan di jalan, sebanyak
70%, oleh karena itu pengendara sepeda motor menjadi korban terbanyak
kecelakaan di jalanan ( Badan Intelijen Nasional, 2013).

Korban kecelakaan lalulintas merupakan angka kejadian tertinggi di Indonesia,


khususnya Jakarta, ketidakdisiplinan dalam melengkapi alat pengaman dan tidak
memperhatikan rambu-rambu lalulintas merupakan salah satu penyebab terjadinya
kecelakaan. Kecelakaan ini dapat menimbulkan trauma, baik secara fisik dan
psikologis. Data kecelakaan lalu lintas selama tahun 2012 yang dilansir Divisi
Humas mabes Polri atas rekap Korps Lalu lintas kepolisian Republik Indonesia (
Korlantas Polri) menyebutkan, terdapat 111.015 kecelakaan

sepeda motor.

Jumlah ini dikatakan menurun bila dibandingkan tahun 2011 yang mencapai
151.591 kali kecelakaan sepeda motor. Masih dari data yang direkap Korlantas,
penyebab kecelakaan lalu lintas jalan khususnya sepeda motor paling banyak
disebabkan oleh faktor human error sebesar 67%. Sedangkan faktor lainnya,
kondisi jalan yang rusak, bergelombang dan unsur lingkungan misalnya hujan
yang mencapai 33%, lalu sisanya seperti kendaraan tak layak jalan 3%. Jumlah
kecelakaan sepeda motor yang meningkat setiap tahunnya akibat kelalaian
manusia, memang menjadi faktor utama terjadinya peningkatan kecelakaan lalu
lintas, setidaknya ada 27.441 orang yang tewas dan banyak juga yang akhirnya
menderita patah tulang/ fraktur ( Korlantas Polri, 2012 ).

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI ( 2007 ) didapatkan sekitar


delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda
dan penyebab yang berbeda, dari hasil survei tim depkes RI didapatkan 25%
penderita fraktur yang mengalami kematian, 45 mengalami cacat fisik, 15%
mengalami stress psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan 10%
mengalami kesembuhan dengan baik.
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

4
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan
jenisnya dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari
yang dapat diabsorpsinya. Faktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung,
gerakan memuntir mendadak, gaya meremuk, dan bahkan kontraksi otot yang
ekstrem. Oleh karena adanya tulang yang patah, jaringan sekitarnya juga akan
terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah
(Brunner & Suddarth, 2002)
Kejadian kecelakaan yang menyebabkan patah tulang atau fraktur dampaknya
sangat merugikan individu itu sendiri maupun keluarganya, karena populasi
pengguna kendaraan bermotor adalah para usia muda, dengan sendirinya mereka
akan menjalani masa perawatan yang panjang di Rumah sakit. Hal ini
menyebabkan remaja tersebut tidak produktif lagi, dan tidak mampu mencari
nafkah untuk keluarganya. Rumah sakit hampir setiap hari menerima pasien yang
mengalami kecelakaan dengan kondisi patah tulang atau fraktur. Trauma secara
fisik ini perlu ditangani dengan cepat agar tidak menimbulkan kerusakan yang
lebih parah ( Brunner & Suddarth, 2002).

RSUP Fatmawati lantai 1 gedung profesor Soelarto merupakan ruang perawatan


bedah tulang/ orthopedi kelas III, juga merupakan pusat rujukan kasus bedah
orthopedi, dengan kapasitas 25 tempat tidur. Sejak tahun 2013 bulan Januari
sampai Mei jumlah pasien yang dirawat dengan kasus fraktur cruris sebanyak 30
kasus. Selama Praktik klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
peminatan KMB dan manajemen selama tujuh minggu, penulis mengobservasi
banyak pasien yang masuk dengan berbagai macam kasus fraktur, dengan agregat/
kelompok usia 16- 30 tahun. Sesuai dengan tingkat produktifitas yang tinggi
pada usia tersebut dan terbanyak adalah jenis kelamin laki laki dengan penyebab
utamanya adalah kecelakaan bermotor. Kasus yang paling banyak selama
mahasiswa praktik adalah patah tulang pada bagian ekstremitas bawah, yaitu
fraktur tibia fibula/ cruris, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus
fraktur Tibia Fibula/ Cruris pada praktik KKMP.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

5
2. Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk menganalisa praktik

KKMP

dengan kasus kelolaan pada klien dengan fraktur Cruris post OREF di ruang GPS
lantai I RSUP Fatmawati.

2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari karya ilmiah ini adalah:
2.2.1 Menganalisa kasus dengan teori KKMP..
2.2.2

Menganalisa kasus berdasarkan teori terkait

2.2.3

Menganalisa intervensi yang diberikan..

3. Manfaat penulisan

3.1 Bagi Pemerintah


Memberikan gambaran tentang tingginya angka kecelakaan di perkotaan, yang
berdampak tidak produktifnya seseorang oleh karena mengalami kecacatan

3.2 Bagi Rumah sakit


Laporan kasus ini bisa dijadikan masukan untuk Rumah sakit, dalam upaya
meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
fraktur.

3.3 Bagi Institusi Pendidikan


Laporan karya ilmiah akhir ini bisa dijadikan bahan refensi bagi mahasiswa
tentang asuhan keperawatan pada fraktur yang dihubungkan dengan masalah
kesehatan perkotaan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Bab 2
Tinjauan Pustaka

Bab 2 berisi tinjauan teori yang terdiri dari enam sub bahasan ynag meliputi
konsep mengenai keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ( KKMP ),
kecelakaan lalu lintas, fraktur cruris, pemyembuhan tulang, penatalaksanaan klien
yang menjalani bedah orthopedi.

Keperawatan Kesehatan Masyarakat perkotaan


2.1 Pengertian KKMP
Keperawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang dalam keperawatan
kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan promotif, preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, dan terpadu.(DepKes RI,
1996).

Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan merupakan bagian keperawatan


komunitas, yang memfokuskan pelayanan terhadap masyarakat di perkotaan
dengan berbagai masalah yang ditimbulkan sebagai dampak urbanisasi, kemajuan
teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat, yang menyebabkan perubahan
pada prilaku sehat masyarakat (Waluya, 200 ).

Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan merupakan bagian keperawatan


komunitas, yang memfokuskan pelayanan terhadap masyarakat di perkotaan
dengan berbagai masalah yang ditimbulkan sebagai dampak urbanisasi, kemajuan
teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat, yang menyebabkan perubahan
pada prilaku sehat masyarakat. Dalam memberikan pelayanan, perawat harus
selalu berlandaskan pada teori dan konsep keperawatan. Teori membantu
memberikan

pengetahuan

untuk

memperbaiki

praktik

dengan

cara

menggambarkan, menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan fenomena


(Marriner, 2001).

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

7
2.2 Dimensi KKMP
Ciri-ciri masyarakat perkotaan yaitu jumlah penduduknya padat, lingkungan
tercemar, udara kotor., mobilitasnya tinggi, pola interaksi diwarnai berbagai
motif, ekonomi, politik, corak kehidupan heterogen, dituntut pandai mengatur
waktu. Lingkungan fisik non agraris, sedikit lahan kosong, lalu lintas padat.
Psikososial; Sulit mendapat pekerjaan, jobless, tidak punya pekerjaan yang tetap,
stress, homeless, kecenderungan perilaku kekerasan, Nilai dan norma yang ada di
kota sudah mulai luntur, serta banyak usia produktif, tapi mudah mendapatkan
perawatan dengan segera (penyakit kronik dan degenetarif).

Untuk dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal pada masyarakat perkotaan
yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosialitatif.
1.Promotif
Intervensi bersifat promosi dilakukan untuk gangguan pada garis pertahanan
fleksibel berupa pendidikan kesehatan dan dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan dengan cara: Penyuluhan kesehatan, Peningkatan gizi, pemeliharaan
kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur,
rekreasi, dan pendidikan seks.

2,Preventif
Intervensi yang bersifat prevensi merupakan gangguan pada garis pertahanan
normal misalnya berupa deteksi dini tumbuh kembang balita dan keluarga serta
untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu,
keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan: Imunisasi, pemeriksaan
kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian
vitamin A, Iodium dan pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan
meyusui.

3.Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan: perawatan orang sakit dirumah, perawatan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

8
orang sakit sebagai tindak lanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu
hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, dan perawatan tali pusat
bayi baru lahir
4.Rehabilitatif
Upaya pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompokkelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik
lainnya melalui kegiatan: Latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain
sebagainya, Fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC
dll
5.Resosialitatif
Resosialitatif merupakan upaya untuk mengemabalikan penderita ke masyarakat
yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS,
kusta dan wanita tuna susila.(Dep Kes, 1996).

2.3 Agregat
Kelompok/ agregat penduduk perkotaan terbanyak adalah usia produktif, salah
satunya adalah remaja, remaja adalah suatu periode transisi antara masa anakkanak dan masa dewasa (12-24 th), merupakan waktu kematangan fisik, kognitif,
sosial, & emosional (WHO). Terbagi atas tiga fase: masa remaja awal (11-14
tahun), masa remaja pertengahan (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-20
tahun). Pada kasus masalah perkotaan terkait dengan salah satu upaya rehabilitatif
yaitu khususnya pada kasus fraktur yang diakibatkan oleh kecelakaan, agregat
yang terlibat adalah pada kelompok usia 16-30 tahun yang merupakan kelompok
usia produktif, yang banyak mengalami kecelakaan lalulintas. Usia produktif
dengan tingkat mobilitas yang tinggi beresiko terjadinya kecelakaan.

2.2 Kecelakaan Lalu Lintas


2.2.1 Pengertian Kecelakaan lalu lintas
Menurut Hobbs (1995) yang dikutip Kartika (2009) mengungkapkan kecelakaan
lalu lintas merupakan kejadian yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya.
Kecelakaan tidak hanya trauma, cedera, ataupun kecacatan tetapi juga kematian.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

9
Kecelakaan lalulintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor
tabrakan dengan kendaraan lainnya yang menyebabkan kerusakan, kadang
kecelakaan ini dapat mengakibatkan luka- luka atau kematian manusia.
Kecelakaan lalu lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun (
WHO, 2004 ).
2.2.2 Penyebab Kecelakaan lalu lintas
Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, pertama faktor
manusia, kedua faktor kendaraan, ketiga faktor jalan, dan keempat faktor cuaca.
Kombinasi dari keempat faktor ini bisa saja terjadi, antar manusia dengan
kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi, kemudian ban pecah dan
akhirnya mengalami kecelakaan.

Tidak tertib dalam berlalu lintas merupakan ketidakdisiplinan pengendara dalam


berkendara yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tidak
tertibnya pengendara itu dapat disebabkan oleh perilaku berkendara yang buruk
dan kesadaran akan berlalu lintas dengan benar yang rendah, seperti melanggar
marka atau rambu lalu lintas, mendahului kendaraan lain melalui jalur kiri, dan
sebagainya. Data menunjukkan lebih dari 90% faktor utama penyebab kecelakaan
lalu lintas adalah manusia, yang sangat berkaitan erat dengan perilaku manusia
dalam tertib dan disiplin berlalu lintas di jalan (Dephub RI, 2008).

1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.
Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu
lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan
terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang
diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.Selain itu manusia sebagai pengguna
jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal ugalan mengendarai kendaraan, tidak
sedikit angka kecelakaan lalulintas diakibatkan karena membawa kendaraan
dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah pengguna
jalan lainnya yang mungkin dapat memancing gairah untuk balapan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

10
2.Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering adalah kelalaian perawatan yang dilakukan
terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan
kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan
pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
3.Faktor jalan dan lainnya
Faktor jalan terkait dengan kecepatan, rencana jalan, geometrik jalan, pagar
pengaman di daerah pegunungan,ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan
kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan
pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda
4. Faktor Cuaca
Hari hujan memengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi
lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena
penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan
mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan. Beberapa faktor
tersebut dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, salahsatunya adalah
mengalami patah tulang/ fraktur, dan yang paling banyak terjadi yaitu pada bagian
tubuh ekstremitas bawah atau atas.
2.2.3 Dampak kecelakaan lalu lintas
Dampak kecelakaan tidak saja mengenai fisik manusia(cidera dan mati) tetapi
menyangkut kerugian ekonomi (costof accident ) yang berhubungan dengan hal
sebagai berikut: biaya perawatan RS (inpatient), perawatan diluar Rumah Sakit
(outpatient), Kecacatan(disability), kematian awal (premature death), kerusakan
material lainnya: kendaraan, rambu-rambu, serta absensi dari pekerjaan.
(yusriani, 2012).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

11
2.3. Fraktur Cruris atau Fraktur Tibia Fibula
2.3.1 Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan
jenisnya dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari
yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung,
gerakan memuntir mendadak, gaya meremuk, dan bahkan kontraksi otot yang
ekstrem. Oleh karena adanya tulang yang patah, jaringan sekitarnya juga akan
terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan sarap dan kerusakan pembuluh darah (
Brunner and Suddarth, 2002)
Fraktur yang terjadi pada tulang tibia dan fibula sering disebut dengan fraktur
cruris. Fraktur tibia fibula sering terjadi berkaitan satu dengan yang lain
(Smeltzer, 2003).

2.3.2. Etiologi
Pukulan langsung
Jatuh dengan kaki fleksi
Gerakan memutir yang keras

2.3.3. Tanda dan gejala


1. Nyeri.
Nyeri dinyatakan langsung setelah terjadi trauma , hal ini disebabkan adanya
spasme ( mengalami peregangan) otot, tekanan dari patahan tulang atau jaringan
sekitarnya

2. Deformitas
Disebabnkan

adanya trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen

tulang ke posisi abnormal, sehingga tulang kehilngan bentuk normalnya


3. Hematoma yang jelas
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari ektravasasi di jaringan
sekitarnya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

12
4.Edema berat.
Biasanya timbul lebih cepat karena cairan serosa terlokalisir pada daerah fraktur
dan terjadi ekstravasasi di sekitar jaringan

2.3.4 Komplikasi
1. Gangguan saraf proneus, klien tidak dapat melakukan dorsofleksi ibu jari dan
gangguan.
2. Sensasi pada sela jari pertama dan kedua.
3. Kerusakan arteri tibialis.
4. Sindrom kompartemen.
5. Hemartrosis dan kerusakan ligament bila fraktur terjadi didekat sendi
6. Komplikasi yang lain :
Malunion: tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya

Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan


kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
Non union : tulang yang tidak menyambung kembali.

2.3.5 Klasifikasi dan jenis fraktur.


Klasifikasi

Fraktur,

menurut

Black

dan

Matassarin

(1993)

yaitu

frakturberdasarkan hubungan dengan dunia luar meliputi :

1.Fraktur tertutup
Yaitu Fraktur ini tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidahk
menonjol atau menembus kulit/ terhubungan dengan dunia luar.

2. Fraktur terbuka
Bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar, dibagi dalam tiga
derajat yaitu :
Derajat I :

Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil


kurang dari 1 cm, luka terbuka bersih, biasanya
diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

13
keluar, benturan otot minimal, biasanya pada fraktur
simple transfersal atau fraktur oblig.
Derajat II :

Luka lebih besar dari 1 cm, dengan kerusakan jaringan


yang luas, dengan fraktur minimal, fraktur simple dengan
minimal cominutif, luka disebabkan karena benturan dari
luar

Derajat III :

Lukanya lebih luas termasuk otot, kulit dan struktur


pembuluh darah dan saraf, kondisi luka kotor, dapat dibagi
menjadi 3
III A : Laserasi jaringan lunak cukup luas dengan
terangkatnya periosteum minimal dan kulit masih
dapat menutup luka, biasanya terjadi pada fraktur
segmental, luka tembak.
III B : Kerusakan jaringan lunak yang luas dengan
terangkatnya periosteum dan terjadi bone expose
yang membutuhkan penutupan jaringan lunak
dengan flap, biasanya terjadi kontaminasi luas
pada luka.
III C : Terjadi cedera pada pembuluh darah yang
membutuhkan repair.

Jenis khusus fraktur, menurut Smeltzer & Bare (2001), yaitu:


Greenstick yaitu fraktur inkomplete dimana salah satu sisi tulang patah
sedangkan sisi lainnya membengkok. Fraktur Greenstick disebabkan oleh
tekanan yang terjadi disepanjang axis tulang.
Transversal yaitu fraktur sepanjang garis tengah tulang, biasanya terjadi
karena penyakit paget, osteomalasia, dan osteogenesis imperfect.
Oblik yaitu fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang dan
terjadi akibat tulang terpelintir dengan keras.
Spiral yaitu fraktur yang terjadi karena tulang terpelintir dengan keras dan
merupakan kelanjutan dari fraktur oblik. Fraktur spiral disertai dengan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

14
kerusakan jaringan sedang. Fraktur ini penyebab utama dari malrotasi
pada fraktur.
Kominutif yaitu fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

Kompresi yaitu fraktur parallel yang terjadi dimulai dari sepanjang axis
tulang dan membuat tulang menjadi tipis hingga berakhir pada perubahan
bentuk dan ukuran tulang.
Patologik yaitu fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, penyakit paget, metastasis tulang, tumor).
Avulsi yaitu tertariknya fragmen tulang dan jaringannya keluar dari
perlekatannya. Fraktur avulse sering terjadi pada tulang anak yang belum
matur.
Impaksi yaitu fraktur yang terjadi karena tekanan keras pada tulang dan
mendorong fragmen tulang yang lebih kecil masuk kefragmen tulang
yang lebih besar.

2.3.6 Proses Penyembuhan Fraktur


Proses penyembuhan fraktur ini secara garis besar dibedakan atas 5 fase, yakni
fase hematom (inflamasi), fase proliferasi, fase kalus, osifikasi dan
remodelling. (Buckley, R.,2004, Buckwater J. A., et al, 2000).
Fase Hematom:
Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di
tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena
terputusnya pasokan darah terjadi hipoksia dan inflamasi yang menginduksi
ekpresi gen dan mempromosikan pembelahan sel dan migrasi menuju tempat
fraktur untuk memulai penyembuhan. Hematom bukan hanya disebabkan oleh
robekan pembuluh darah tetapi juga berperan faktor- faktor inflamasi yang
menimbulkan kondisi pembengkakan lokal. Waktu terjadinya proses ini dimulai
saat fraktur terjadi sampai 2 x 24 jam.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

15
Fase proliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang
fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan
invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari
osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan
proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan
ikat fibrous dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan
melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal
pada tempat patah tulang. Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 3 setelah
terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 8.

Fase Pembentukan Kalus


Merupakan fase lanjutan dari fase hematom dan proliferasi mulai terbentuk
jaringan tulang

yakni jaringan tulang kondrosit yang mulai tumbuh atau

umumnya disebut sebagai jaringan tulang rawan. Fragmen patahan tulang


digabungkan dengan jaringan fibrous, tulang rawan, dan tulang serat matur.
Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan efek secara langsung
berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.

Stadium Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang yang
immature (woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone). Keadaan tulang
ini menjadi lebih kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan debris pada
daerah fraktur dan diikuti osteoblast yang akan mengisi celah di antara fragmen
dengan tulang yang baru. Proses ini berjalan pada minggu ke 3-10 setelah
kecelakaan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

16
Stadium Remodelling.
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan bentuk yang
berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu berbulan-bulan bahkan bertahuntahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang yang terus menerus
lamella yang tebal akan terbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga
medulla akan terbentuk kembali dan diameter tulang kembali pada ukuran semula.
Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk semulanya, terutama pada anakanak. Pada keadaan ini tulang telah sembuh secara klinis dan radiologi.

2.3.7 Penanganan fraktur ( 4 R ) Price, Wilson. 2000) adalah:


Rekognisi
Merupakan suatu tindakan dengan pemeriksaan fisik, radiologi, mengetahui
riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan
Reduksi
Merupakan usaha dan tindakan manipulasi fragmen fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali seperti letaknya semula, alat fiksasi interna yang
digunakan dalam bentuk plat, sekrup, kawat, atau batangan logam, dengan tujuan
untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai terjadi
penyembuhan tulang yang solid
Retensi
Tindakan imobilisasi untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan
kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan tulang. Imobilisasi yang
dilakukan dengan fiksasi interna maupun eksterna
Rehabilitasi
Latihan dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah. Pengembalian bertahap pada aktifitas semula
diusahakan sesuai batasa terapeutik. Biasanya fiksasi interna memungkinkan
mobilisasi lebih awal

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

17
2.3.8 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Rontgen, menentukan lokasi./.luasnya fraktur dan jenis
fraktur
CT Scan tulang, digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
Hitung darah lengkap, hematokrit dan leukosit mungkin meningkat atau
menurun
Arteriogram bila terjadi kerusakan vaskuler

2.3.9 Penatalaksanaan Medik


Penatalaksanaan medik menurut Muttaqin ( 2008) ada 2 yaitu
1. Penatalaksanaan konservatif
Proteksi adalah proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut
dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada
anggota gerak bawah.
Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksterna
hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan Gips atau dengan
macam-macam bidai dari plastik atau metal.
Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan
pembiusan umum dan lokal.
Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
2. Penatalaksanaan pembedahan
Penatalasanaan ini sangat penting diketahui oleh perawat, jika ada keputusan
bahwa klien diindikasikan untuk menjalani pembedahan, perawat mulai berperan
dalam asuhan keperawatan tersebut.
Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

18
Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang yaitu

Open

Reduction and Internal Fixation (ORIF) atau Reduksi terbuka dengan Fiksasi
Internal.
ORIF akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan untuk
memasukan paku, sekrup atau pen kedalam tempat fraktur untuk memfiksasi
bagian-bagian tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering
digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada
orang tua.
Open Reduction and External Fixation (OREF) atau Reduksi Terbuka dengan
Fiksasi Eksternal
Tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal
dapat menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetakrilat (akrilik gigi)
atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain seperti gips.

2.4 Asuhan keperawatan pada persiapan pre dan post operasi ( Baradero,
Mary. 2008)
2.4.1 Pengertian
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan untuk dilakukan tindakan
pembedahan.
2.4.2 Peran perawat persiapan Pre operatif
Pengkajian
Sebelum

operasi

dilaksanakan

pengkajian

meliputi

riwayat

kesehatan,

pemeriksaan fisik, mulai dari status pernapasan, fungsi jantung, fungsi hepar dan
ginjal, fungsi endokrin, dan fungsi imunologi. Pemeriksaan diagnostik dilakukan
seperti Laboratorium ; darah lengkap, analisa gas darah, rontgen, dan status
nutrisi klien pre operasi perlu dikaji guna perbaikan jaringan post operasi,
penyembuhan luka akan di pengaruhi status nutrisi klien.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

19
Perawat berperan memberikan penjelasan persiapan pembedahan yang

dapat

dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun
keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien) :
Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan perasaan sakit, narcosa atau
hasilnya, keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat
mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan
kepada pasien pra bedah, informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya
sebelum operasi Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).
Hal-hal yang rutin sebelum operasi, alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman
ke ruang bedah, ruang pemulihan. Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah
operasi : perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin, perlu kebebasan saluran
nafas, antisipasi pengobatan. Edukasi tentang bernafas dalam dan latihan batuk,
rentang pergerakan sendi
Persiapan Fisiologi
Diet Delapan jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan,
empat jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa)
pada operasi dengan anaesthesi umum. Pada pasien dengan anaesthesi
lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang
sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :
aspirasi, ruangan terkontamonasi, mengganggu jalannya operasi
Pemberian Lavement,Pemberian lavement sebelum operasi dilakukan pada
bedah orthopedi dilakukan pada pagi hari menjelang operasi (4 jam
sebelum operasi ), maksud dari pemberian lavement antara lain mencegah
cidera kolon, memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang
akan dioperasi, mencegah konstipasi, dan mencegah infeksi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

20
Persiapan Kulit, Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut.
Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi/ sore hari
Hasil Pemeriksaan, meliputi hasil laboratorium, foto rontgen, ECG, USG
dan lain-lain.
Persetujuan Operasi / Informed Consent, Izin tertulis dari pasien / keluarga
harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami /
istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat
ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat
izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha
untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang
masih mungkin.
Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post
anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan /
observasi diruang pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien
dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional
posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis
- Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau > 150 160 mmH, diastolik < 50 mmHg
atau > dari 90 mmHg.
- HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

21
- Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
- Meningkatnya kegelisahan pasien
- Tidak BAK + 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
1. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
2. Tanda-tanda vital harus stabil.
3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah
sempurna.
6. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat
dan dilaporkan.
7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk
kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada
unit dimana pasien akan dipindahkan.
9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
Pengangkutan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
- Keadaan penderita serta order dokter.
- Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

22
- Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan
sewaktu-waktu terlihat.
2.4.3 Peran perawat paada Pasien Post Operasi
Fase Post Operatif

Keperawatan postoperatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif.


Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi
pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan
pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu
pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat,amandannyaman. Upaya
yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah
yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat
dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama
perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini,
asuhan keperawatan postoperatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan
itu sendiri
Hal hal yang harus diperhatikan pada pasien post operasi:
Mempertahankan jalan napas, dengan mengatur posisi, memasang OPA
Mempertahankan ventilasi, oksigenisasi; nasal kanul
Mempertahankan sirkulasi darah, dengan pemberian cairan
Observasi

keadaan

umum,

vomitus

dan

drainage

Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan


pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan
mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau
kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan
obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
Balance cairan, harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output
caiaran klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan,

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

23
seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru
menjadi beban bagi jantung
Mempertahanakan

kenyamanan

dan

mencegah

resiko

injury.

Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan


beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang
nyaman dan pasang side railnya.
Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan
Yang tepat, kolaborasi dengan medis terkait dengan nyeri
Tindakan Post Operatif
Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu pasien di
pindahkan keruangperawatan,makahalyangharusperawatlakukan,yaitu : :
Monitor tanda tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage,
tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung
monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan pertama
yang dilakukan di bangsal setelah postoperatif.
Manajemenluka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan
pengangkatan jahitan.
Mobilisasidini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lender.
Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala
Discharge Planning

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

24
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
2.5 Perawatan luka
2.5.1 Pengertian Luka
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera
atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis,
sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan
yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul (Potter &
Perry. 2005) :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ


2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang


melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan
epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis,
lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses
penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

Healing by primary intention


Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena
suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka
berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
Healing by secondary intention

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

25
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan
berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka
dan sekitarnya.
Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan
infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.

klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu:


akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka
waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak
tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa
dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan
kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika
mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan
tanda-tanda infeksi. ( Bobak, K. Jensen. 2005)
Mekanisme Terjadinya Luka

Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi)
Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

26
Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
Luka Bakar (Combustio)

Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :


Clean Wound (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup (misal; Jackson Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi
luka sekitar 1% - 5%.
Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan

dimana

saluran

respirasi,

pencernaan,

genital

atau

perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,


kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

Proses Penyembuhan Luka


Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa
terjadi tumpang tindih (overlap)
Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta
penyebab luka tersebut

Fase penyembuhan luka :


Fase inflamasi :

Hari ke 0-5 Respon segera setelah terjadi injuri,

Pembekuan darah, Untuk mencegah kehilangan darah,

Karakteristik :

tumor, rubor, dolor, color, functio laesa, Fase awal terjadi haemostasis,
Fase akhir terjadi fagositosis, Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi
infeksi
Fase proliferasi or epitelisasi: Hari 3 14, Disebut juga dengan fase
granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka, Luka nampak
merah segar, mengkilat, Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi :

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

27
Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and
hyularonic acid, Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan
penebalan lapisan epidermis pada tepian luka , Epitelisasi terjadi pada
48 jam pertama pada luka insisi
Fase maturasi atau remodelling
Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength),

Terbentuk jaringan

parut (scar tissue),


50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya,
pengurangan secara

Terdapat

bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi

jaringan yang mengalami perbaikan.

Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka


Status Imunologi
Kadar gula darah (impaired white cell function)
Hidrasi (slows metabolism)
Nutriisi
Kadar albumin darah (building blocks for repair, colloid osmotic
pressure oedema)
Suplai oksigen dan vaskularisasi
Nyeri (causes vasoconstriction)

Pemilihan Balutan Luka


Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka
ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D
Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan
lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002),
adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain: (
Dudley ,2000 ).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

28
Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh
netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang
lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
perawatan kering.
Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk
membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi
komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag,
monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Perawatan Luka Bersih


Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan
jaringan juga untuk mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh
bidan di klinik atau rumah sakit biasanya luka yang bersih tanpa
kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya.
Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi
port de entre nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.

Perawatan Luka Basah


Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan
debridemen (pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan
dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat)
Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan
debridement

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

29
Tujuan :
Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan
Perawatan luka dengan madu
Komposisi dan kandungan madu, zat zat makanan yang terdapat dalam madu
sangat kompleks dan diketahui terdapat 181 macam senyawa dalam madu, 3
macam gula sebagai komponen utamanya adalah fruktosa (41%), glukosa (35%)
dan sukrosa (19%) disamping mengandung zat ferment, vitamin, mineral, asam,
asam-asam amino, hormon, zat bakterisidal, dan bahan-bahan aromatik Di dalam
madu terdapat 18 mineral esensial dan 19 mineral non-esensial. Beberapa mineral
penting dalam madu adalah natrium, kalsium, magnesium, tembaga, mangan,
besi, kalium, dan fosfor dengan kadar mendekati komposisi mineral darah
manusia. Sedangkan vitamin dalam madu diantaranya vitamin B1, B2, K, dan C.
Kualitas madu ditentukan antara lain oleh warna, rasa, kekentalan, aroma dan
kadar air. Rasa, aroma dan warna madu sangat ditentukan oleh bunga sumber
nektar yang dikumpulkan lebah pekerja ( Purwati, Endang & Rusfidra, 2008 ).

Energi yang dihasilkan tiap 100 gram madu rata- rata 294-328 kalori. Nilai kalori
1 kg madu setara dengan 50 butir telur, 24 buah pisang, 40 buah jeruk, 5,7 liter
susu,

atau

1,68

kg

daging

(Majalah

Kehutanan

Indonesia,

2002).

Madu dikenal memiliki efek antibakteri spektrum luas serta antifungal. Adapun
yang menjadikan alasan mengapa madu memiliki efek tersebut adalah sebagai
berikut: efekosmotik madu, konsentrasi gula yang tinggi menarik air keluar dari
organisme sehingga membuat organism ini dehidrasi dan menyebabkan sel mati.
Potensi antibacterial pada madu pertama kali ditemukan pada tahun 1892 oleh
Van Ketel. Potensi antibakterial ini sering diasumsikan berkaitan erat dengan efek
osmotik dari kandungan gula yang tinggi pada madu (Green, 1988). Madu
sebagaimana sirup gula yang terlarut mempunyai osmolaritas yang cukup untuk
menghambat pertumbuhan mikroba (Chirife, 1983), tetapi jika digunakan sebagai

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

30
lapisan kontak pada luka, pengenceran oleh eksudat luka mengurangi
osmolaritasnya pada tingkat yang dapat menghentikan kontrol infeksi (Herszage,
1980). Walaupu n demikian, luka yang terinfeksi dengan staphilococcus aureus
cepat dibuat steril oleh madu (Armon, 1980). Madu mempunyai aktivitas
antibacterial tingkat medium untuk mencegah pertumbuhan staphilococcus aureus
jika diencerkan 7-14 kali dari titik dimana osmolaritasnya tidak mampu menjadi
inhibitorlagi(Cooper,1999).

Madu juga menyediakan glukosa untuk leukosit yang esensial untuk pembakaran
respiratori yang menghasilkan hydrogen peroksida sebagaimana senyawa ini
adalah komponen dominan untuk aktivitas antibakteri pada makrofag. Selanjutnya
pembakaran respiratori ini menyediakan substrat juga untuk glikolisis yang
merupakan mekanisme utama dalam produksi energi dalam makrofag, dan hal ini
memungkinkan energi untuk difungsikan bagi pemulihan sel yang rusak. Area
yang mempunyai suplai oksigen yang baik juga menyebabkan produksi eksudat
yangrendah ( Subrahmannyam, 2007 ).
Madu yang dioleskan diatas luka akan menghasilkan zat kental yang memiliki
tekanan osmotik tinggi yang mampu menjadi penghalang invasi bakteri pada luka,
dengan meningkatnya tekanan osmotik pada jaringan luka maka akan membuat
aliran darah menjadi meningkat dan melebar sehingga merangsang pertumbuhan
sel baru dan mempercepat penyembuhan luka. Enzim-enzim yang terkandung di
dalam madu meningkatkan penyembuhan dan pembentukan jaringan. Menurut
Nolan tahun 1999, bahwa sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi
pada perlukaan dan meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses
penyembuhan luka.
Aksi dari hydrogen peroksida, Senyawa ini juga menghambat pertumbuhan
bakteri. Walaupun hidrogen peroksida terdapat pada madu, tetapi senyawa ini
hanyateraktivasiketikamadudiencerkan. Hidrogen peroksida terkenal sebagai agen
antimikroba, pertama kali dikenalkan sebagai antibakteri dan pembersih dalam
praktek klinik (Bunting,2001).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

31
Madu

menciptakan

lingkungan

penyembuhan

yang

lembab.

Hal

ini

memungkinkan sel untuk tumbuh kembali yang ditandai dengan permukaan luka
yang memerah. Kondisi ini dapat mencegah deformitas pada kulit. Jika terbentuk
lapisan luar luka yang kering, sel kulit hanya dapat tumbuh pada luka yang lebih
dalamdaridaerahyanglembabsaja. Madu menyebabkan lapisan luar luka yang
kering (keropeng) dan sel-sel mati terlepas dari permukaan luka, menciptakan
sebuah lingkungan luka yang sehat dimana terjadi pertumbuhan kembali jaringan

Madu menstimulasi pertumbuhan jaringan dalam proses penyembuhan luka.


Madu memicu pembentukan kapiler darah yang baru dan pertumbuhan fibroblast
yang menggantikan jaringan penyambung pad lapisan kulit yang lebih dalam serta
menstimulasi produksi serat kolagen yang memberikan kekuatan pada perbaikan
jaringan. Madu juga memicu pertumbuhan sel epitel yang membentuk kulit baru
menutupi seluruh luka yang sembuh. Madu jug mencegah pembentukan keropeng
dan jaringan parut (keloid), sehingga menghilangkan kebutuhan untuk cangkok
kulit walaupun pada luka yang sangat lebar. (Johnson, 1999 ).

Madu tidak merekat pada dasar jaringan luka sehingga sehingga tidak
menimbulkan sakit pada saat balutan diganti. Kandungan gula yang tinggi pada
madu akan menarik keluar cairan limfe pada luka sehingga dapat yang
mengangkat kotoran keluar dari area luka. Madu mencegah timbulnya bau yang
biasanya ditemukan pada luka yang parah dan ulcer pada kulit. Madu dapat
mencegah timbulnya bau dengan membersihkan infeksi luka dengan lebih cepat
dengan menyediakan lingkungan gula untuk bakteri yang ada. Pada kondisi
lingkungan seperti ini akan terbentuk asam laktat walaupun juga bau
sebagaihasildaridegradasiprotein. .Madu dengan cepat dapat membersihkan
infeksi dari luka. Kemampuan madu ini dangat efektif bahkan untuk strain bakteri
yang resisten terhadap antibiotik. Madu tidak seperti antiseptik atau antibiotik,
madu tidak menyebabkan kerusakan pada proses penyembuhan luka melalui efek
samping (Johnson, 1999 ).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

32
Terjadi perubahan pada luka yaitu sebelum dilakukan perawatan, luka dengan
pus nya banyak setelah dilakukan perawatan luka dengan madu ternyata
mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena Luka yang diolesi dengan madu
dapat menyerap air pada luka karena adanya kemampuan osmosis yang tinggi
dari madu sehingga madu yang sebelumnya kental menjadi encer, memiliki efek
terhadap hidrogen perioksida, meng-absorbsi pus (nanah) sehingga dapat
membersihkan luka. Bersamaan dengan encernya madu, madu pun akan aktif
membasmi kuman, bahwa luka-luka menjadi steril setelah mendapatkan
pengobatan atau perawatan dengan penggunaan madu selama 7-10 hari
Madu menghilangkan nyeri pada luka
Terdapat perubahan untuk nyeri pada luka pada beberapa penelitian, yaitu
sebelum dilakukan perawatan luka terdapat hanya 3 orang yang tidak merasakan
nyeri pada saat dilakukan perawatan luka setelah dilakukan perawatan luka
dengan penggunaan madu terdapat peningkatan jumlah yaitu menjadi 9 orang
yang tidak merasakan nyeri pada saat perawatan luka. Hal ini disebabkan karena
madu menghasilkan viscous yang menjadi barier terhadap hilangnya cairan dan
invasi bakteri sehingga dapat mengurangi iritasi dan nyeri. Menurut Peter Nolan
bahwa madu menyebabkan rasa sakit berkurang dan madu tidak menimbulkan
rasa sakit pada saat penggantian pembalut karena tidak lengket..( Hammad, 2007 )

Madu menghilangkan bau pada Luka


Berdasarkan hasil penelitian perubahan untuk nyeri pada luka yaitu sebelum
dilakukan perawatan luka terdapat hanya 3 orang yang tidak merasakan nyeri pada
saat dilakukan perawatan luka setelah dilakukan perawatan luka dengan
penggunaan madu terdapat peningkatan jumlah yaitu menjadi 9 orang yang tidak
merasakan nyeri pada saat perawatan luka. Hal ini disebabkan karena Luka yang
diolesi dengan madu dapat menyerap air pada luka disebabkan adanya
kemampuan osmosis yang tinggi dari madu sehingga madu yang sebelumnya
kental menjadi encer, memiliki efek terhadap hidrogen perioksida, mengabsorbsi
pus (nanah) sehingga dapat mem-bersihkan luka. Bau pada luka tersebut
disebabkan karena adanya pus sehingga apabila pus itu terabsorbsi maka pus akan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

33
berkurang atau hilang dan bau juga akan berkurang atau hilang. Bersamaan
dengan encernya madu, madu pun akan aktif membasmi kuman. (hammad, 2007 )

Kontraindikasi penggunaan madu dalam perawatan luka; penggunaan madu yang


tidak diindikasikan, penggunaan pada orang yang sensitif, pada luka yang
mengering atau nekrotik karena madu dapat menyebabkan pengeringan yang lebih
lanjut, penggunaan pada inflamsi dan nyeri akut, pada kondisi dimana balutan
tidak dapat diganti dalam waktu tertentu ( Hammad, 2007 ).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

BAB 3
Laporan Kasus Kelolaan Utama
Bab 3 ini merupakan asuhan keperawatan pada kasus kelolaan, yang terdiri dari
data umum, riwayat penyakit, pengkajian, pemeriksaan penunjang, terapi dan
penatalaksanaan medis, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi

3.1 Data Umum


Identitas klien:
1. Nama

: Tn. S

2. Tanggal lahir : 14 Agustus 1983 (30 tahun)


3. No. RM

: 1143171

4. Jenis kelamin : laki-laki


5. Suku Bangsa : Jawa
6. Pendidikan

: SMA

7. Status

: Menikah

8. Tanggal masuk GPS Lantai 1: 2 Mei 2013


9. Sumber infromasi: klien, ayah klien, dan rekam medis
10. Tanggal pengkajian: 17 Juni 2013

3.2 Riwayat Kesehatan


Riwayat penyakit sekarang, klien masuk ke RS tanggal 2 Mei 2013, dengan
diagnosa Fraktur Cruris post OREF. Keluhan utama kaki sebelah kiri yang patah
lukanya terbuka dan tidak bisa digerakan. Klien berharap kakinya yang patah bisa
kembali normal, saat ini klien masuk rumah sakit karena kakinya akan dioperasi
ulang
Riwayat Kesehatan Dahulu, pada tanggal 19 Desember 2012, saat akan bekerja
klien naik sepeda motor, kemudian motornya disalip oleh angkot, akhirnya klien
terjatuh, dan pada saat itu kaki kiri klien terlindas oleh Bis. Kemudian klien
dirawat di lantai 1 GPS RSUP fatmawati, dan telah dilakukan beberapa kali
operasi, terakhir klien terpasang OREF, karena sudah stabil akhirnya klien
diperbolehkan pulang, berselang 2 hari dirumah OREF saat digantung terlepas,

34

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

35
kemudian klien kembali berobat ke Fatmawati dan direncanakan akan dilakukan
operasi kembali. Klien belum pernah menderita sakit apapun kecuali patah tulang.

3.3 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17-5-2013, Pada saat wawancara dengan klien
dan keluarga didapatkan data: Kesadaran klien; Compos mentis, Tanda - tanda
vital: 130/ 90 mmHg, Nadi 76x/ mt, Suhu 36 C, RR 20x/mt, data psikologis
klien tampak cemas dengan kondisi kakinya yang tidak kunjung sembuh, dan
selalu di operasi ulang, menurut klien saat ini sedang menunggu jadwal operasi
ulang. Selama dirawat klien selalu ditemani oleh ayahnya dan bila malam hari
istrinya yang menggantikan menunggu klien. Data biologis, status nutrisi, klien
mengatakan makan sehari 3x, bila bosan dengan makanan RS klien biasanya beli
di kantin RS.

Pengkajian fisik; Breathing: vesikuler, tidak terdengar ronchi/ wheezing, Blood:


tidak ada peningkatan nadi, terdengar bunyi SI dan S2, tidak terdengar bunyi
tambahan, Brain: kepala, rambut hitam ikal, berminyak, mata tidak ikterik, sklera
tidak anemis, telinga, tidak terdapat penumpukan serumen, fungsi pendengaran
baik. Hidung bentuk simetris, tidak terdapat polip, mukosa lembab. Mulut; gigi
lengkap, tidak ada caries, Bladder : urine berwarna kuning, kurang lebih 1500
ml/ hari, : Pola BAK 6-7x/ hari, Bowel : BAB 1x/ hari, Bone : terlihat adanya
fraktur pada tulang tibia fibula, kaki klien tidak bisa digerakan. Pada pengkajian
status lokalis didapatkan data; Look : terlihat ada deformitas, edema, dan luka
terbuka, Feel : nyeri + saat kaki digerakan, Move : gerak kaki klien sebelah
kiri terbatas, klien setiap hari hanya tiduran dan semua aktifitas dilakukan
ditempat tidur, semua kebutuhan klien dibantu oleh ayahnya dan perawat.
Terkadang klien terbangun dari tidurnya karena merasakan nyeri.

3.4 Analisa Data dan diagnosa Keperawatan


Setelah dilakukan pengkajian, penulis mengelompokan data- data klien sehingga
ditemukan

masalah keperawatan, kemudian

dikelompokan menjadi masalah

keperawatan sebelum dan sesudah operasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

36
Klien mengatakan saat ini sedang menunggu jadwal operasi yang ke 6 x, klien
sudah hampir 6 bulan menghadapi kebimbangan karena lukanya tidak semsembuh, klien berharap operasinya ini berhasil, sehingga tidak perlu diulang lagi.
klien sebelumnya telah beberapa kali dlakukan operasi dan operasi yang terakhir
adalah operasi pemasangan OREF. Saat ini klien direncanakan pasang ORIF dan
Skingraft oleh dokter bedah Ortopedi yang berkolaborasi dengan dokter bedah
plastik. Dari data- data tersebut didapatkan diagnosa keperawatan ansietas.
Diagnosa ini timbul sebelum tindakan operasi dan sesudah operasi.

Diagnosa yang kedua yang ditemukan sebelum dan sesudah operasi adalah
hambatan mobilitas fisik, data ini didapatka karena semua aktifitas klien dibantu
oleh keluarga dan perawat kecuali bila klien akan Bab ia akan dibantu ayahnya ke
kamar mandi, aktifitas lain semuanya dilakukan ditempat tidur, juga terlihat
adanya luka terbuka, daerah fraktur dibalut elastis Verban, punggung kaki terlihat
edema. klien tidak bisa melakukan aktifitas karena bila kaki digerakan akan terasa
sakit sekali. Diagnosa ini muncul pada pre dan post operasi

Diagnosa ketiga adalah nyeri, masalah ini ditemukan sebelum dan sesudah
operasi. Klien mengatakan kakinya sakit, terasa berdenyut, skala 4, timbul bila
kaki digerakan, sesudah operasi keluhan nyeri dirasakan pada seluruh tubuh
terutama pada area donor untuk skin graft, dan dirasakan setiap saat, bila pasien
bergerak dengan skala nyeri 7, klien tampak meringis kesakitan terkadang sampai
berteriak

Diagnosa keempat adalah Kerusakan integritas kulit, masalah ini ditemukan


sebelum dan sesudah operasi, data ini didapatkan karena ada luka terbuka dengan
diameter 15x 7 cm, terlihat bone ekspose, tulang tibia terlihat berwarna
kekuningan. Setelah dilakukan operasi, pada hari pertama operasi tampak daerah
skingraft edema, luka tertutup oleh kasa, hanya bagian atas yang tidak ditutup
kasa. Setelah hari kedua daerah skingraft berwarna kehitaman, dan keluar cairan
berwarna kecoklatan dari sisi jahitan penyambung luka.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

37
Diagnosa kelima adalah infeksi, data ini didukung karena terdapatnya pus pada
luka terbuka, setiap hari sebelum dilakukan perawatan luka dengan madu tampak
terdapat rembesan pada kasa yang berwarna hijau kekuningan. Setelah operasi
Hasil laboratorium Leukosit 16.400, suhu klien meningkat 38 C, daerah skin graft
pada hari kedua tampak berwarna kehitaman, keluar cairan dan berbau busuk

Diagnosa yang timbul setelah dilakukan operasi tanggal 20-5-2013, didapatkan


adanya perdarahan pada daerah operasi, klien tampak pucat, tampak kehausan,
dan hasil laboratorium Hemoglobin 7.5 gr/ dl, maka diangkat diagnosa
keperawatan resiko defisit volume cairan

Diagnosa yang timbul setelah operasi pemasangan ORIF dan Skin graf, yaitu
risiko perubahan perfusi jaringan perifer, diagnosa ini diangkat karena terlihat
edema pada telapak kaki, kaki tampak pucat, capillary refil < 3 detik, pulsasi
dorsalis pedis tidak teraba, terasa baal. Klien bila diperiksa status sensorik tidak
berespon terhadap rangsangan.

Terdapat 7 diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. S, dan diagnosa yang
muncul sebelum dan sesudah operasi yaitu Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan rangka/ nyeri, nyeri berhubungan dengan spasme otot, infeksi
berhubungan dengan fraktur terbuka dan prosedur invasif, kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan fraktur terbuka dan ansietas berhubungan dengan
prosedur invasif. nyeri. Diagnosa keperawatan yang muncul setelah operasi
adalah, resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan, dan resiko
gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan interupsi aliran
darah, edema berlebihan

3.5 Perencanaan dan Implementasi keperawatan


Penulis melakukan perencanaan dan implementasi keperawatan terkait masalah
keperawatan yang ditemukan pada klien Tn S. Implementasi dilakukan dari
tanggal 17- 5-2013 sampai dengan 24 mei 2013. Implementasi yang dilakuka
adalah sebelum dan sesudah operasi. Tindakan keperawatan yang diberikan sesuai

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

38
diagnosa yang ditemukan, yaitu ansietas, hambatan mobilitas fisik, nyeri,
kerusakan integritas kulit, infeksi, dan resiko defisit volume cairan, serta resiko
gangguan perfusi jaringan perifer

1.Ansietas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan ansietas klien berkurang/
tidak ada, implementasi yang dilakukan adalah memberi kesempatan kepada
klien untuk mengekspresikan perasaannya, mendengarkan keluhan pasien dan
memberikan respon positif, ikut melibatkan keluarga untuk memberi dukungan
pada klien, memberikan penjelasan kepada klien tentang pre op teaching. Hal ini
dilakukan untuk memberikan ketenangan. Selain itu penulis mengajarkan klien
untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam dan distraksi dengan
mendengarkan musik atau berdzikir, dengan tujuan untuk mengurangi ansietas
klien.

2.Hambatan mobilitas fisik


Klien diharapkan dapat secara maksimal mampu dalam melakukan mobilitas
fisik. Penulis melatih rentang pergerakan sendi secara pasif/aktif, pada area yang
sehat mengajarkan rentang pergerakan aktif. Penulis juga menjelaskan tentang
manfaat pergerakan yaitu untuk melancarkan sirkulasi darah sehingga edema
pada telapak kaku klien bisa berkurang atau hilang, dan mencegah decubitus,
karena klien terlihat hanya tiduran dengan posisi terlentang setiap saat. Keluarga
diberi motivasi untuk ikut terlibat dalam kegiatan aktifitas klien sehari- hari.

3.Nyeri
Diagnosa ini diharapkan klien nyerinya terkontrol atau berkurang, Implementasi
yang dilakukan adalah mengkaji nyeri secara komprehensif, dengan menanyakan
keluhan nyeri, waktu munculnya nyeri, skala nyeri, dan lokasi nyeri, sehingga
bisa diketahui perkembangan adanya ketidaknyamanan pada klien dan perawat
bisa mengetahui implementasi apa yang dilakukan terhadap klien. mengajarkan
kepada klien tehnik napas dalam, dan memberikan informasi kepada klien untuk
melapor bila nyerinya bertambah hebat. Melakukan kolaborasi dengan tim medis

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

39
dalam pemberian obat analgetik, setelah operasi klien sangat kesakitan sekali dan
mendapatkan terapi Ketorolak 3x 30 mg diberikan secara intra vena.

4.Kerusakan integritas kulit


Setelah dilakukan implementasi keperawatan diharapkan proses penyembuhan
luka sesuai dengan waktunya. Adapun hal yang dilakukan penulis yaitu mengkaji
kondisi luka, melakukan perawatan luka dengan memakai madu setiap pagi dan
sore hari dengan tehnik steril. Klien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi untuk membantu proses pemulihan luka.

5.Infeksi
Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi,
implementasi yang diberikan pada klien Tn.S adalah selalu melakukan tindakan
five moment dan melakukan perawatan luka pada pagi dan sore hari dengan
berprinsip steril dalam melakukan tindakan, dan larutan yang dipergunakan untuk
membersihkan luka dengan mempergunakan Nacl 0.9 %, setelah bersih kemudian
dilakukan kompres kasa dengan madu yang telah dicampur dengan Nacl 0.9 %
pada area luka. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
antibiotik Ceftriaxone 2x 1 gr injeksi.

6. Resiko defisit volume cairan


Klien diharapkan tidak mengalami kurang volume cairan, tanda vital klien
normal. Implementasi yang dilakukan adalah mengukur tanda vital: tekanan
darah, nadi, suhu dan respirasi, dan melakuka pengkajian tanda perdarahan pada
area luka post operasi, melakukan pemeriksaan fisik, serta melakukan kolaborasi
pemeriksaan laboratorium Darah lengkap untuk melihat kadar hemoglobin.
Setelah diketahui kadar hemoglobin klien menurun dilakukan kolaborasi dengan
tim medis, klien diberikan transfusi sebanyak 500 ml.

7. Resiko gangguan perfusi jaringan perifer


Hasil yang diharapkan tidak terjadi gangguan perfusi jaringan perifer, dimana
klien menunjukkan akral hangat, sianosis dan pucat pada area distal tidak ada

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

40
CRT < 3 detik, pulsasi dorsalis pedis teraba. Implementasi yang dilakukan pada
klien klien setiap hari adalah mengukur tanda vital, pemantauan sirkulasi jaringan
perifer: suhu, acral, melakukan palpasi Dorsalis pedis, menilai kapiler Refill,
melakukan elevasi 20 derajat untuk memperlancar aliran balik vena sehingga
dapat mengurangi edema, balutan tidak terlalu kencang, dan melakukan RPS
pada bagian distal.

3.6 Evaluasi
Penulis melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang diberikan pada
klien;

Pada masalah ansietas klien sebelum dilakukan operasi kilen meminta perawat
mendoakan klien, klien berharap operasi memberikan hasil sesuai yang
diharapkan klien.

Pada kasus hambatan mobilitas fisik, klien diajarkan latihan pergerakan sendi,
ketika dianjurkan untuk mobilisasi mengangkat badannya klien terlihat kesakitan
hal ini yang membuat klien kurang berkeinginan untuk mobilisasi, kemudian
ditempat tidur klien dipasang Monkey Bar, supaya klien bisa berpengangan
tangan, akhirnya secara bertahap klien dapat melakukan mobilisasi

Nyeri,
Dalam mengatasi nyeri klien Tn S. dengan kasus post operasi pasang ORIF dan
skingraft, sudah diajarkan tehnik relaksasi napas dalam, tapi pada saat kesakitan,
klien selalu lupa untuk melakukannya dan harus selalu dimotivasi. Keluarga
sangat berperan penting dalam memberikan motivasi kepada anaknya untuk
melakukan tehnik napas dalam untuk mengatasi nyeri.

Kerusakan integritas kulit


Setelah dilakukan operasi masalah kerusakan integritas kulit masih belum
teratasi, karena setelah dua hari skingraft, kulit yang didonorkan tidak
menyambung, kulit donor terlihat kehitaman. Kolaborasi dengan dokter bedah

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

41
plastik, akhirnya donor skingraft diangkat, kulit daerah fraktur terlihat kuning
dan klien akan direncanakan dioperasi ulang untuk tindakan skingraft

Infeksi
Masalah keperawatan infeksi pada kasus ini belum teratasi, luka klien terbuka,
pada area tulang bagian bawah ORIF selalu keluar cairan kecoklatan, dan
beberapa hari kemudian keluar pus berwarna kekuningan, setelah dilakukan
perawatan luka dengan madu dua kali perhari, keadaan luka membaik,terlihat
pertumbuhan granulasi yang cepat, luka berwarna kemerahan dan klien akan
diulang untuk skingraft kembali

Resiko defisit volume cairan


Setelah dilakukan

operasi dan dilakukan skingaraft, kondisi klien terlihat

menurun, klien terlihat pucat, terlihat darah keluar dari area post operasi dan area
skingraft, kemudian dilakukan kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium darah
lengkap hasilnya didapatkan HB klien menurun7.6 mg/dl. klien kemudian dapat
transfusi 500 ml. Setelah diintervensi masalah ini tidak terjadi/ teratasi

Resiko gangguan perfusi jaringan perifer


Masalah gangguan perfusi jarngan perifer tidak terjadi, setelah di skin graft area
donor edema di tungkai bawah, kemudian setelah diimplementasi dengan di aff
donor edema berkurang dan klien direncanakan dioperasi ulang.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Bab 4.
Analisis Situasi

Bab ini akan menjelaskan tentang pembahasan

kasus berdasarkan data yang

ditemukan pada klien kelolaan dan teori yang terkait, serta analisa masalah
kesehatan perkotaan, kasus, intervensi yang penulis lakukan.

4.1Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep


kasus terkait
Pembahasan ini akan menjelaskan kaitan antara masalah kesehatan perkotaan
dengan kasus fraktur cruris. Pada kasus kelolaan ini didapatkan data Tn S adalah
penduduk Jakarta yang merupakan populasi wilayah perkotaan, saat ini usianya
31 tahun yang merupakan usia produktif, menurut data dari Korlantas RI bahwa,
pada usia 16- 30 tahun yang paling banyak mengalami kecelakaan lalu lintas.
Sebelum terjadi kecelakaan klien bekerja sebagai karyawan swasta. Setiap pagi
bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Tingkat mobilitas yang tinggi
setiap penduduk perkotaan menyebabkan setiap orang berpacu dengan waktu, hal
inilah yang potensial menyebabkan terjadinya kasus kecelakaan di jalan raya.
Beberapa faktor yang menimbulkan terjadinya kecelakaan, yaitu faktor dari
manusianya sendiri, bisa karena tergesa- gesa, atau ketidakdisiplinan dalam
berkendara, kondisi kendaraan itu sendiri yang tidak layak pakai, karena tidak
dilakukan pemeriksaan kendaraan secara kontinyu, kondisi jalan raya sangat
berperan penting, bila kondisi jalan yang berlubang- lubang potensial seseorang
terjatuh dan bisa terlindas oleh kendaraan di belakangnya ( Fatimah, 2012 ).

Pada kasus yang ditemukan pada Tn S, kondisi jalan yang muluspun bisa
menyebabkan terjadi kecelakaan khususnya para pengguna kendaraan bermotor
roda dua, sehingga akan memacu kendaraan nya dengan kecepatan tinggi karena
tidak ada hambatan dijalan. Faktor cuaca sangat berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan, jalan menjadi licin, kondisi jalan yang berlubang tidak kelihatan
karena tergenang oleh air hujan. Beberapa pihak terkait dengan kasus terjadinya
kecelakaan harus meningkatkan kinerjanya, baik itu Kepolisian, petugas jalan
42

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

43

raya, kepedulian individu untuk selalu mengecek kendaraannya dan kedisiplinan


dalam berkendara di jalan.

Menurut penelitian Fatimah 2012 dikatakan bahwa kecelakaan lalulintas yang


paling banyak terjadi adalah pada pengguna kendaraan bermotor roda dua, hal ini
terjadi karena masyarakat perkotaan berpacu dengan waktu dalam menjalankan
rutinitas pekerjaannnya sehingga kendaraan bermotor roda dualah sebagai pilihan
utamanya, disamping itu efisiensi waktu menjadi pertimbangan. Pada kasus Tn S
dimana saat dia berkendaraan sepeda motor, terjatuh dari motornya karena disalip
motor lain yang mengakibatkan dia terjatuh dan kakinya tergilas bis yang tidak
mampu secara mendadak mengerem. Tidak tertib dalam berlalu lintas merupakan
ketidakdisiplinan pengendara dalam berkendara yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tidak tertibnya pengendara itu dapat disebabkan
oleh perilaku berkendara yang buruk dan kesadaran akan berlalu lintas dengan
benar yang rendah.

Dampak dari kecelakaan yang menimpa Tn S, menimbulkan patah tulang/ fraktur;


fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan
jenisnya dan luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gerakan
memuntir mendadak, gaya meremuk, dan bahkan kontraksi otot yang ekstrem.
Oleh karena adanya tulang yang patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh,
mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, ruptur tendon, kerusakan sarap dan kerusakan pembuluh darah ( Brunner
and Suddarth, 2002). Pada kasus Tn S, ia mengalami pukulan langsung sehingga
tulangnya pecah dan jaringan sekitarnya rusak.
Dengan mengalami kecelakaan ini berakibat menurunnya produktifitas seseorang
dikarenakan harus menjalani perawatan di rumahsakit, klien tidak dapat bekerja
kembali hal ini dapat mengganggu ekonomi rumah tangga. Sebagai seorang lakilaki tentu saja bisa hal ini bisa menimbulkan penurunan kepercayaan dirinya
karena perubahan pada anggota tubuhnya, yang dampaknya bisa menimbulkan
kecemasa pada klien.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

44

Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintas bisa berakibat kematian atau
adanya kecacatan. Upaya pemulihan (rehabilitasi) terhadap pasien yang
mengalami kacacatan ini, diharapkan keluarga berperan penting untuk peduli
terhadap kasus kasus yang umumnya terjadi di wilayah perkotaan khususnya
kasus kecelakaan, sehingga bila anggota keluarga yang tertimpa musibah mereka
dapat mengenal masalah yang ada sampai masyarakat mampu mempergunakan
fasilitas yang telah tersedia, dan diharapkan tercapai tingkat kemandirian dalam
menangani masalah kesehatan di perkotaan.

4.2Analisis kasus terkait dengan konsep dan penelitian terkait

Pada kasus kecelakaan yang menimpa Tn. S, yang mengalami patah tulang/
fraktur Tibia Fibula terbuka atau disebut juga fraktur cruris, dimana lukanya
tampak Kominutif yaitu fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.(
Smeltzer & Bare (2001). Klien Tn S. sudah beberapa kali dilakukan intervensi
tindakan pembedahan dengan kondisi luka termasuk kategori derajat III B,
kerusakan jaringan lunak yang luas dengan terangkatnya periosteum dan terjadi
bone expose yang membutuhkan penutupan jaringan lunak dengan flap, biasanya
terjadi kontaminasi luas pada luka.
Pada tanggal 19 Desember 2012 setelah kakinya terlindas ban bis klien dibawa ke
IGD RSUP Fatmawati kemudian dilakukan penanganan fraktur mulai dari
rekognisi dengan dilakukan rontgen pada area fraktur, untuk melihat kondisi
tulangnya. Tindakan pemasangan flat untuk mempertahankan fragmen tulang,
dan penanganan reduksi dengan dilakukan pemasangan OREF ( Open Reduction
and Eksternal Fixation ). Karena klien sudah stabil akhirnya klien dipulangkan
hanya berselang dua hari dirumah tindakan reduksi dengan OREF nya terlepas
dari ikatannya karena faktor ketidaktahuan keluarga dalam perawatan lanjutan
dirumah, kemudian klien kembali ke rumah sakit dan direncanakan akan
dilakukan reduksi dengan memasang ORIF ( Open Reduction and Internal
Fixation ). Tindakan ORIF ini akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan
pembedahan untuk memasukan paku, sekrup atau pen kedalam tempat fraktur

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

45

untuk memfiksasi bagian-bagian tulang pada fraktur secara bersamaan dan klien
juga akan dilakukan skin graf, untuk menutup lukanya yang terbuka.
Kejadian terlepas nya OREF sangat mempengaruhi tingkat penyembuhan tulang
yaitu pada fase pembentukan kalus, dimana fase ini terganggu yang seharusnya
mulai terbentuk jaringan tulang yakni jaringan tulang kondrosit yang mulai
tumbuh atau umumnya disebut sebagai jaringan tulang rawan. Fragmen patahan
tulang digabungkan dengan jaringan fibrous, tulang rawan, dan tulang serat matur
itu tidak maksimal. Pada stadium konsolidasi yang seharusnya terjadi aktifitas
osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang yang immature (woven
bone) diubah menjadi mature (lamellar bone), akhirnya kondisi tulang nya
menjadi kurang kuat. Pada akhirnya stadium remodeling pun

proses

pembentukan dan penyerapan tulang terganggu ((Buckley, R.,2004, Buckwater J.


A., et al,2000).

Tanggal 17-5-2013 penulis melakukan pengkajian dan melihat langsung kondisi


lukanya, kondisi luka pada saat itu sangat memprihatinkan tulang tibia terekspose
berwarna kekuningan, luka dengan diameter 15x7 cm, klien dan keluarga
berharap akan segera dilakukan operasi untuk menyambung tulang yang patah dan
menutup kulit yang terbuka. Pada kasus kelolaan Tn S proses dengan fraktur
Cruris terbuka sinistra, penulis melihat terjadi komplikasi non union yaitu tulang
klien yang tidak menyambung kembali, tidak sesuai dengan proses penyembuhan
tulang, begitupun dengan proses penyembuhan kulit sangat lama, oleh karena
vaskularisasi sekitar area fraktur terganggu. Pada kasus Tn S, penyembuhan
lukanya sangat lambat, biasanya disertai dengan adanya infeksi (Delayed primary
healing (tertiary healing), diperlukan penutupan luka secara manual.

Dari hasil pengkajian itu penulis menemukan tujuh masalah keperawatan, yaitu
ansietas, hambatan mobilitas fisik, nyeri, kerusakan integritas kulit, infeksi, dan
resiko defisit volume cairan, serta resiko gangguan perfusi jaringan perifer. Pada
masalah ansietas, hal ini terjadi karena klien berharap kakinya sembuh seperti
sediakala sehingga dia mampu beraktifitas lagi dan bekerja untuk memperbaiki
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

46

ekonomi keluarganya. Tindakan yang saat ini telah dilakukan pada Tn S yaitu
reduksi dengan fiksasi internal ( ORIF, open reduction and internal fixation ).

Masalah keperawatan pada Tn S, yaitu hambatan mobilitas fisik, dikarenakan


adanya keterbatan pada klien, dimana klien tidak mampu menggunakan anggota
tubuhnya untuk melakukan aktifitas sehari- hari. Setelah dilakukan operasi skala
nyeri klien 7, seluruh tubuh klien terasa sakit semua karena pada tindakan operasi
skin graf ada area tubuh klien yang diambil ( donor ) dan pada area fraktur tibia
fibula klien terpasang ORIF dan terdapat skin graf, dengan posisi immobilisasi.

Masalah keperawatan nyeri ditemukan pada Tn S, dinyatakan langsung setelah


terjadi trauma, hal ini disebabkan adanya spasme ( mengalami peregangan) otot,
tekanan dari patahan tulang atau jaringan sekitarnya. Nyeri merupakan
pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan, dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (
Nanda 2012 ).

Masalah keperawatan kerusakan integritas kulit, dimana terdapat kerusakan pada


lapisan epidermis dan dermis, pada kasus Tn S terjadi Delayed primary healing
(tertiary healing) penyembuhan luka berlangsung lambat, kondisi luka klien
termasuk dalam kategori luka kronis.

Masalah keperawatan infeksi yang terjadi pada Tn S, infeksi merupakan invasi


tubuh oleh mikroorganisme yang menyebabkan sakit. Penyakit akan timbul jika
mikroorganisme berbiak dan menimbulkan perubahan pada jaringan normal (
Potter & Perry 2005). Tanda yang ditemukan pada klien kelolaan adalah adanya
pus, nyeri pada luka bekas operasi.

Masalah risiko defisit volume cairan, diagnosis ini merupakan kehilangan cairan
saja tanpa perubahan kadar elektrolit tubuh ( Nanda, 2012). Pada kasus Tn S,
setelah prosedur tindakan operasi klien mengalami perdarahan kurang lebih 50 ml
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

47

setiap mengganti alas luka klien dan ini berlangsung sekitar 3 hari. Saat
pengkajian perhari klien terlihat pucat, nadi meningkat 96 x/ mt, CRT < 3 detik,
klien mengeluh haus, kemudian dilakukan tindakan kolaborasi dengan koreksi
tranfusi 500 ml.

Masalah keperawatan pada risiko gangguan perfusi jaringan perifer, merupakan


penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman nutrisi ke jaringan
pada tingkat kapiler ( Nanda, 2012 ). Pada kasus Tn S yaitu adanya fraktur Cruris
menyebabkan terjadinya sindrom kompartemen yang merupakan komplikasi dari
fraktur hal ini disebabkan karena luka terbuka yang dalam dan berlangsung lama
serta adanya edema sehingga menghambat aliran darah ke area distal. Setelah
edemanya teratasi pada kasus Tn S, akral di area distal hangat.

4.3 Analisa salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait

Dengan adanya masalah ini maka penulis melakukan intervensi perawatan luka
dengan madu yang sudah dilakukan di lantai 1 GPS RSUP Fatmawati. Dari hasil
beberapa penelitian yang dilakukan oleh Hammad Ali, 2012, bahwa madu yang
dioleskan diatas luka akan menghasilkan zat kental yang memiliki tekanan
osmotik tinggi yang mampu menjadi penghalang invasi bakteri pada luka, dengan
meningkatnya tekanan osmotik pada jaringan luka maka akan membuat aliran
darah menjadi meningkat dan melebar sehingga merangsang pertumbuhan sel
baru dan mempercepat penyembuhan luka.
Menurut Winarno Keadaan luka yang banyak pus nya seperti yang terjadi pada
Tn S

setelah dilakukan perawatan luka dengan madu ternyata mengalami

penurunan, hal ini disebabkan karena Luka yang diolesi dengan madu dapat
menyerap air pada luka disebabkan adanya kemampuan osmosis yang tinggi dari
madu sehingga madu yang sebelumnya kental menjadi encer, memiliki efek
terhadap hidrogen perioksida, meng-absorbsi pus (nanah) sehingga dapat
membersihkan luka. Enzim-enzim yang terkandung di dalam madu meningkatkan
penyembuhan dan pembentukan jaringan. Menurut Nolan bahwa sifat antibakteri
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

48

dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan meningkatkan


sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan luka. Selain itu menurut
Winarno bahwa Madu terbukti dapat mempercepat pembentukan jaringanjaringan yang halus pada pengobatan luka infeksi.
Pada kasus kelolaan ini, setelah klien dilakukan skingraft, dua hari kemudian luka
kehitaman dan tercium bau busuk, akhirnya skingraft di lepas dan klien dilakukan
perawatan luka dengan madu, madu ini memiliki efek terhadap hidrogen
perioksida, mengabsorbsi pus (nanah) sehingga dapat mem-bersihkan luka.
Karena bau pada luka tersebut disebabkan karena adanya pus sehingga apabila pus
itu terabsorbsi maka pus akan berkurang atau hilang dan bau juga akan berkurang
atau hilang. Bersamaan dengan encernya madu, madu pun akan aktif membasmi
kuman, madu yang dioleskan diatas luka akan menghasilkan zat kental yang
memiliki tekanan osmotik tinggi, dengan meningkat-nya tekanan osmotik pada
jaringan luka maka akan membuat aliran darah menjadi meningkat dan melebar
sehingga distribusi aliran darah kebagian luka menjadi lancar. Menurut Nolan
bahwa sifat anti bakteri dari madu salah satunya meningkatkan sirkulasi yang
berpengaruh pada proses penyembuhan luka.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

BAB 5
PENUTUP

Bab 5 merupakan kesimpulan dan saran yang dikelola penulis selama menganalisa
kasus di lantai 1 GPS RSUP Fatmawati
5.1 kesimpulan
Penulisan karya ilmiah yang dilakukan di lantai 1 GPS RSUP Fatmawati dalam
praktik KKMP pada kasus fraktur cruris sinistra, dapat disimpulkan bahwa:
1.Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
terjadi di perkotaan. Kecelakaan ini terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor
seperti faktor manusia, faktor kendaraan,

kondisi jalan, serta faktor cuaca. .

Dampaknya dapat menyebabkan kerugian baik secara fisik, waktu, dan material.
Hal ini terjadi pada Tn S.

2.Diagnosa keperawatan yang dialami Tn S pada pre operasi antara lain cemas,
hambatan mobilitas fisik, nyeri, gangguan integritas kulit, Infeksi. Sementara itu,
pada kondisi postoperasi klien mengalami cemas, nyeri, hambatan mobilitas fisik,
gangguan integritas kulit, infeksi, risiko defisit volume cairan, dan risiko
gangguan perfusi jaringan perifer.

3.Kondisi gangguan integritas kulit, dan infeksi yang dialami klien dapat diatasi
dengan perawatan luka dengan menggunakan madu.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengutarakan saran yang bisa
dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan asuham keperawatan, yaitu;
Pemerintah
Membuat aturan bagi pengguna kendaraan bermotor roda dua, untuk
mengurangi tingginya kejadian kecelakaan lalu lintas.
Rumah Sakit

49

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

50

Memberika pelatihan yang terbaru untuk menambah ketrampilan dan


pengetahuan perawat sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan,
khususnya perawatan luka.
Institusi pendidikan
Diadakan penelitian lebih lanjut tentang perawatan luka dengan
menggunakan madu.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas teori dan praktik.
Jakarta: EGC.
Baradero, Mary. (2008). Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.
Badan Inteligen Negara. (2013). Kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh
terbesar

ketiga.

Diunduh

dari

http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintasmenjadi-pembunuh-terbesar-ketiga
Black, J. M & Matassin, E. (1997). Medical surgical nursing: Clinal management
of continuity of care. (5th editon). Philadelphia: Wb sounders company

Buckley, R.. Buckwater J. A., et al (2000). General principle of fraktur care.


Departemen of surgery, Division of orthopaedi university of calgary. Canada

Cooper RA, Molan PC, Harding KG.( 1999). Antibacterial activity of honey
against strains of Staphylococcus aureus from infected wounds. J R Soc
Med
Carpenito, L. J. (2000). Buku saku: Diagnosa Keperawatan. (Edisi 8).
Jakarta:EGC
Doengoes, M. E, Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (1999). Rencana asuhan
keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. (Edisi 3). Jakarta: EGC
Dainur. (1999). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya Medika.
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S.( 2000 ). Pedoman Tindakan Medik dan
Bedah. Jakarta: EGC.

Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 . Jakarta:


EGC
Fatima, maria (2012). hubungan penggunaan helm dengan kejadian cedera
kepala pada korban kecelakaan sepeda motor di RSUD Sleman
Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

50

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

51

Hammad, Said, (2007) Terapi Madu. Jakarta; Pustaka Iiman. .

Jull A B, ( 2008 ). Honey as a topical treatment for wounds. Journal wounds


care. doi : 10.1136/ebn.12.2.53
Jull A , Walker n, Parag v, et al ( 2008).Randomized clinical trial of honey;
impregnated derssing for venous leg ulcers. doi: 10. 1136/ebn. 11.3.87
Johnson, Mary Ann. (1999). Honey as medicine - Australia produces a world's
first. Diunduh dari http://www.sdearthtimes.com/et0100/et0100s17.html
Korlantas Polri. (2012). Kecelakaan lalu lintas. Diunduh dari
www.dpr.go.id/id/berita/komisi5/2013/mar/15/5351/kecelakaan-lalu-lintastinggi,-indonesia
Nurachmah, Elly. 2000 . Buku Saku Prosedur Keperwatan medikal-bedah. Jakarta
: EGC.
Notoatmojo. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka cipta
Price, S. A & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-prose
penyakit. (Edisi 6). (Volume 2). Jakarta: EGC
Purwati, Endang dan Rusfidra. (2008). MADU; Manfaat, Khasiat dan
Keajaibannya. Makalah. http://rusfidra.multiply.com/journal/item/68/Madu
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Rasjad, C. (2007). Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: Yarsif watampone
Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2007) Brunner & Suddarth: Textbook of medical
surgical nursing. (10th Edition). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers
Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah:
Brunner & Suddarth. (Edisi 8). (Volume 1 dan 3). Jakarta: EGC.
Wilkinson, Ahern, ( 2012 ). Diagnosis keperawatan, edisi 10, Jakarta. EGC
Yusriani(2013).epidemiologi-kecelakaan, diunduh dari www.slideshare.net/yusry/
epidemiologi-kecelakaan.

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1
Analisis Data
1. Pre post Operasi Fraktur cruris
Data
DO:

Masalah
Keperawatan

Ansietas
Klien banyak bertanya mengenai operasinya
Klien akan menjalani operasi pasang ORIF dan skin
graf tanggal 20 Mei 2013

DS:

Klien dan keluarga berharap dengan operasi yang


sekarang hasilnya bagus keadaan kaki kanannya akan
sembuh
Klien mengatakan ingin cepat dioperasi kakinya

DO:
Klien hanya berbaring dan duduk di tempat tidur
ADL dibantu keluarga
Tampak kaki sebelah kiri klien fraktur
Terlihat luka terbuka
DS:
Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

Hambatan
mobilitas fisik

kakinya

Klien mengatakan tidak bisa menggerakan kakinya


yang patah

DO:
Wajah meringis bahkan berteriak ketika nyeri
TD 110/ 80 mmHg, Nadi 88x /mt
DS:
Klien mengatakan kakinya sakit bila digerakan,
berdenyut, pada kaki sebelah kiri, skala nyeri 4-5

DO:
Tampak luka terbuka
Luka terdapat drainage
Hasil lab 10 Mei 2013, leukosit =16.000/l
(meningkat)
Luka post op tampak tertutup kasa 35 cm,
Klien menjalani operasi enam kali: debridement,
OREF, ORIF, dan skin graf

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Nyeri

Infeksi

DS:

Klien mengatakan kakinya sakit bila digerakan

DO:
Luka tampak terbuka
Kondisi luka terinfeksi
Luka diamater 11 x 7 cm

Kerusakan
integritas kulit

DS:

Klien mengatakan lukanya kelihatan

2. Post Operasi pasang ORIF dan skin graf

Data

DO:
Luka tampak terbuka
Kondisi luka terinfeksi
Luka diamater 11 x 7 cm

Masalah
Keperawatan

Risiko defisit
volume cairan

DS:

Klien mengatakan lukanya kelihatan

DO:

Edema
CRT > 3 dtk
Pulsasi dorsalis pedis
Acral dingin

DS:

Klien mengatakan kakinya tidak berasa


Kakinya bengkak

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Risiko gangguan
perfusi jaringan
perifer

Lampiran 2

Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
Keperawatan

Tujuan

Ansietas b/d prosedur


pembedahan

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 2x24 jam, ansietas
berkurang ditandai dengan klien
tampak rileks dan melaporkan
ansietas menurun sampai dapat
ditangani

Hambatan mobilitas
fisik b/d nyeri dan
ketidaknyamanan

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3x24 jam, klien
dapat meningkatkan atau
mempertahankan mobilitas pada
tingkat paling tinggi yang
mungkin

Intervensi

Rasional

Dorong ekspresi ketakutan/masalah

Mendefinisikan masalah dan pengaruh


pilihan intervensi

Beri penjelasan mengenai penyakit,


prosedur pembedahan, komplikasi
pasca pembedahan

Memberikan informasi tentang apa yang


diharapkan membantu pasien atau orang
terdekat menerima situasi lebih efektif

Memberikan informasi untuk


mempersiapkan hal-hal yang harus
dilakukan sebelum pembedahan
Membantu memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan relaksasi, dan dapat
meningkatkan koping

Beri penjelasan mengenai persiapan


prosedur operasi

Dorong menggunakan manajemen


stres, seperti teknik relaksasi napas
dalam

Berikan aktivitas yang


disesuaikan dengan pasien
Anjurkan klien untuk melakukan
latihan pergerakan sendi
Kaji adanya edema, eritema pada
luka post op. Anjurkan klien
untuk melakukan latihan pada
ekstremitas bawah
Berikan obat untuk
menghilangkan nyeri
Bantu/ dorong perawatan diri/
kebersihan

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Imobilitas yang dipaksakan dapat


memperbesar kegelisahan
Mencegah komplikasi imobilisasi

Stimulasi sirkulasi vena menurunkan


keadaan vena yang statis

Mengurangi nyeri yang menyebabkan


hambatan mobilitas
Meningkatkan control pasien dalam
situasi, meningkatkan kesehatan diri l

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b/d spasme
otot, gerakan fragmen
tulang.

Tujuan

Intervensi

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3x24 jam, nyeri
hilang atau terkontrol ditandai
dengan tanda-tanda vital dalam
batas normal, klien mampu
melakukan dan
mendemonstrasikan teknik
relaksasi

Kerusakan integritas
kulit
berhubungan dengan
fraktur terbuka,
prosedur invasif

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3 x 24 jam
kerusakan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : Penyembuhan
luka sesuai dengan waktunya
Menunjukan regerasi jaringan
Granulasi +
Bau Pus-

Kaji adanya keluhan nyeri, catat


lokasi, lamanya serangan, faktor
yang mencetus/ memperberat.
Minta pasien untuk menetapkan
pada skala 0-10
Pertahankan tirah baring

Batasi aktivitas sesuai kebutuhan


Tinggikan dan dukung
Menurunkan
ekstremitas
keluhan
yang
nyeri
terkena
pada klien
Dorong dan ajarkan klien
melakukan teknik relaksasi napas
dalam
Berikan analgesik sesuai indikasi

kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan,


kelabu atau pucat, untuk
Berikan perawatan luka yang tepat

Tinggikan area graf, immobilisasi area bila


diindikasikan

Pertahankan balutan diatas area graf baru

Evaluasi warna sisi graf dan donor

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Rasional

Membantu menentukan pilihan intervensi dan


memberikan dasar untuk perbandingan dan
evaluasi terhadap nyeri

Menghilangkan spasme otot


Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan
edema, mengurangi nyeri

Menurunkan nyeri dan atau spasme otot

menginformasikan tentang sirkulasi kulit

Menyiapkan jaringan untuk penanaman graf

Menurunkan edema, gerakan jaringan dibawah


graf dapat mengubah posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal

Area ditutup dengan kasa tembus pandang untuk


menghilangkan robekan dari epitel baru/
melindungi jaringan baru

Mengevaluasi keefektifan sirkulasi dan


mengidentifikasi terjadinya komplikasi

Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d prosedur
pembedahan

Tujuan

Intervensi

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3x24 jam infeksi
tidak terjadi ditandai dengan
tidak ada tanda-tanda infeksi
pada luka post op, suhu tubuh
normal 36,5-37,5C, dan leukosit
dalam batas normal

Resiko defisit volume


cairan tubuh b/d
perdarahan

setelah di lakukan tindakan


keperawatan 1x 24 jam tidak
terjadi perdarahan
Kriteria hasil:
Anemis
Perdarahan tidak ada
Lab Hb normal; 11-14 mg/dl

Observasi tanda-tanda infeksi dan


peradangan
Tingkatkan upaya pencegahan infeksi
dengan mencuci tangan five moment
Pertahankan teknik aseptik pada prosedur
invasif
Pantau suhu dan hasil lab
Lakukan perawatan luka dengan teknik
steril
Kolaborasi pemberian antibiotik

Rasional

Pasien mungkin dapat mengalami infeksi


nosokomial
Mencegah perpindahan mikroorganisme

Mencegah infeksi silang

Menunjukkan tanda-tanda infeksi


Mencegah timbulnya infeksi

Menurunkan inflamasi

Observasi tanda vital, pengisian kapiler


dan kekuatan nadi perifer

Memberikan pedoman untuk penggantuian


cairan

Perkirakan drainage luka dan


kehilangan yang tak nampak

Kehilangan cairan akan mempengaruhi


sirkulasi

Kolaborasi: penggantian cairan intra


vena

Resusitasi cairan menggantikan kehilangan


cairan

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Diagnosa
Keperawatan
Resiko perubahan
perfusi jaringan b.d
penurunan interupsi
aliran darah, edema
berlebihan

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam, resiko
perubahan perfusi jaringan
tidak terjadi
Kriteri hasil : Terabanya nadi,
kulit hangat, TTV dalam batas
normal, CRT < 3 detik,
penyembuhan luka tepat waktu

Intervensi

Rasional

Evaluasi adanya/ kualitas perifer distal


terhadap cedera melalui palpasi.
Bandingkan dgn yang tidak sakit

Kaji aliran kapiler, warna kulit dan


kehangatan distal pd fraktur.

Perhatikan perubahan fungsi motor/


sensori. Minta pasien untuk
melokalisasi nyeri/ ketidaknyamanan.

Sumber: Doenges (1999) dan Nanda (2012)

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Penurunan/ tdk adanya nadi dpt


menggambarkan cedera vaskuler dan
perlunya evaluasi medik segera terhadap
status sirkulasi.
Kembalinya warna harus cepat (3-5 dtk).
Warna kulit putih menunjukkan gangguan
arterial. Sianosis diduga ada gangguan vena.
Gangguan perasaan kebas, kesemutan,
peningkatan/ penyebaran nyeri terjadi bila
sirkulasi pd saraf tdk adekuat atau saraf
rusak.

Lampiran 3
CATATAN PERKEMBANGAN PRE OPERASI
Tanggal
17 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan

Implementasi

Ansietas b/d
prosedur
pembedahan

Hambatan
mobilitas
fisik b/d
luka terbuka

Ealuasi

Mendorong klien mengekspresikan


perasannya
Memberikan informasi kepada klien
mengenai jadwal operasi klien tanggal 10
Mei 2013
Memberikan informasi kepada klien
mengenai operasi yang akan dijalani
Memberikan informasi kepada klien
mengenai prosedur persiapan operasi
Menganjurkan klien melakukan teknik
relaksasi napas

S:

Mengkaji kekuatan otot


Melatih RPS aktif pada bagian tubuh yang
sehat dan RPS pasif pada bagian yang
sakit
Menganjurkan klien untuk sering
menggerakkan telapak dan jari kaki
kirinya

S:
Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan
O:
Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian
tubuh yang sehat
Kekuatan otot 5555 5555
5555 1111
A: hambatan mobilitas fisik
P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki
kanan

Klien mengatakan berharap operasinya hasilnya


bagus
Klien mengatakan kecemasannya berkurang
setelah berbagi informsi
O: Ekspresi tegang
A; ansietas
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN PRE OP


Tanggal
17 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b/d spasme
otot, gerakan
fragmen tulang,
post op ORIF dan
skin graf

Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka, prosedur
invasif

Implementasi

Menanyakan keluhan nyeri pada klien


Melakukan elevasi kaki pada bagian yang
sakit dengan bantal
Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
Memberikan ketorolac 1 ampul

Ealuasi
S

Klien mengatakan skala nyeri 4 pada kaki kanan


Klien mengatakan nyeri berkurang setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam dan
pemberian ketorolac

O:
Klien terlihat kesakitan
Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan
relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac
A: nyeri akut
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika
nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari

kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, S ; klien mengatakan lukanya bengkak
kelabu atau pucat, untuk
O;
Berikan perawatan luka yang tepat
tampak luka di kaki kiri
Luka terlihat nekrotik
Tinggikan area graf, immobilisasi area bila
Luka ada pus
diindikasikan
A; Kerusakan integritas kulit
Pertahankan balutan diatas area graf baru
P; Lakukan perawatan luka pagi dan sore
Evaluasi warna sisi graf dan donor

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN PRE OP


Tanggal

Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d
adanya luka
terbuka dan
prosedur invasif

Implementasi

Memantau balutan klien


Melakukan perawatan luka dengan teknik
steril
Memantau suhu klien
Kolaborasi memberikan Ceftriaxone 2x1
gr

Ealuasi
S: klien mengatakan nyeri pada kakinya
O:
Luka post op bengkak,
Suhu 37 C
Luka tampak ditutup kasa
A; infeksi
P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua
kali per hari

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN PRE OP


Tanggal
18 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Ansietas b/d
prosedur
pembedahan

Implementasi

Hambatan
mobilitas
fisik b/d
luka terbuka

Mendorong klien mengekspresikan


perasannya
Memberikan informasi kepada klien
mengenai jadwal operasi klien tanggal 10
Mei 2013
Memberikan informasi kepada klien
mengenai operasi yang akan dijalani
Memberikan informasi kepada klien
mengenai prosedur persiapan operasi
Menganjurkan klien melakukan teknik
relaksasi napas
Mengkaji kekuatan otot
Melatih RPS aktif pada bagian tubuh yang
sehat dan RPS pasif pada bagian yang
sakit
Menganjurkan klien untuk sering
menggerakkan telapak dan jari kaki
kanannya

Ealuasi
S:

Klien mengatakan berharap operasinya hasilnya


bagus
Klien mengatakan kecemasannya berkurang
setelah berbagi informsi
O: Ekspresi tegang
A; ansietas
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam

S:
Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan
O:
Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian
tubuh yang sehat
Kekuatan otot 5555 5555
5555 1111
A: hambatan mobilitas fisik
P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki
kanan

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN PRE OP


Tanggal
18 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b/d spasme
otot, gerakan
fragmen tulang,
post op ORIF dan
skin graf

Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka, prosedur
invasif

Implementasi

Menanyakan keluhan nyeri pada klien


Melakukan elevasi kaki pada bagian yang
sakit dengan bantal
Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
Memberikan ketorolac 1 ampul

Ealuasi
S

Klien mengatakan skala nyeri 4 pada kaki kanan


Klien mengatakan nyeri berkurang setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam dan
pemberian ketorolac

O:
Klien terlihat kesakitan
Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan
relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac
A: nyeri akut
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri,
kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari

kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, S ; klien mengatakan lukanya bengkak
kelabu atau pucat, untuk
O;
Berikan perawatan luka yang tepat
tampak luka di kaki kiri
Luka terlihat nekrotik
Tinggikan area graf, immobilisasi area bila
Luka ada pus
diindikasikan
A; Kerusakan integritas kulit
P; Lakukan perawatan luka pagi dan sore dengan
Pertahankan balutan diatas area graf baru
menggunakan madu
Evaluasi warna sisi graf dan donor

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN PRE OP


Tanggal
18 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d
adanya luka
terbuka dan
prosedur invasif

Implementasi

Memantau balutan klien


Melakukan perawatan luka dengan teknik
steril
Memantau suhu klien
Kolaborasi memberikan Ceftriaxone 2x1
gr

Ealuasi
S: klien mengatakan nyeri pada kakinya
O:
Luka post op bengkak,
Suhu 37 C
Luka tampak ditutup kasa
A; infeksi
P: Lakukan perawatan luka 2x per hari, pemberian
antibiotic dua kali per hari

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN POST OP

Tanggal
22 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Ansietas b/d
prosedur
pembedahan

Implementasi

Hambatan
mobilitas
fisik b/d
luka terbuka

Mendorong klien mengekspresikan


perasannya
Memberikan informasi kepada klien
mengenai jadwal operasi klien tanggal 10
Mei 2013
Memberikan informasi kepada klien
mengenai operasi yang akan dijalani
Memberikan informasi kepada klien
mengenai prosedur persiapan operasi
Menganjurkan klien melakukan teknik
relaksasi napas
Mengkaji kekuatan otot
Melatih RPS aktif pada bagian tubuh yang
sehat dan RPS pasif pada bagian yang
sakit
Menganjurkan klien untuk sering
menggerakkan telapak dan jari kaki
kanannya

Ealuasi
S:

O:
A;
P:

Klien mengatakan berharap operasinya hasilnya


bagus
Klien mengatakan kecemasannya berkurang
setelah berbagi informsi
Ekspresi tegang
ansietas
anjurkan teknik relaksasi napas dalam

S:
Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan
O:
Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian
tubuh yang sehat
Kekuatan otot 5555 5555
5555 1111
A: hambatan mobilitas fisik
P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki
kanan

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
22 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b/d spasme
otot, gerakan
fragmen tulang,
post op ORIF dan
skin graf

Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka, prosedur
invasif

Implementasi

Menanyakan keluhan nyeri pada klien


Melakukan elevasi kaki pada bagian yang
sakit dengan bantal
Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
Memberikan ketorolac 1 ampul

Ealuasi
S

Klien mengatakan skala nyeri 4 pada kaki kanan


Klien mengatakan nyeri berkurang setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam dan
pemberian ketorolac

O:
Klien terlihat kesakitan
Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan
relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac
A: nyeri akut
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri,
kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari

kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, S ; klien mengatakan lukanya bengkak
kelabu atau pucat, untuk
O;
Berikan perawatan luka yang tepat
tampak luka di kaki kiri
Luka terlihat nekrotik
Tinggikan area graf, immobilisasi area bila
Luka ada pus
diindikasikan
A; Kerusakan integritas kulit
P; Lakukan perawatan luka pagi dan sore
Pertahankan balutan diatas area graf baru
Evaluasi warna sisi graf dan donor

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN POST OP


Tanggal
22 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d
adanya luka
terbuka dan
prosedur invasif

Risiko defisit
volume cairan

Implementasi

Ealuasi

Memantau balutan klien


Melakukan perawatan luka dengan teknik
steril
Memantau suhu klien
Kolaborasi memberikan Ceftriaxone 2x1
gr

S: klien mengatakan nyeri pada kakinya


O:
Luka post op bengkak,
Suhu 37 C
Luka tampak ditutup kasa
A; infeksi
P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua
kali per hari

Observasi tanda vital, pengisian kapiler


dan kekuatan nadi perifer

S; klien mengatakan haus


O:
tampak perdarahan 50 ml setiap penggantian
alas luka
HB 7,5 gr/ dl
Conjungtiva anemis
CRT < 3 detik

Perkirakan drainage luka dan


kehilangan yang tak nampak
Kolaborasi: penggantian cairan intra
vena

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN POST OP


Tanggal
22 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Risiko gangguan
perfusi jaringan
perifer

Implementasi

Ealuasi

Evaluasi adanya/ kualitas perifer distal terhadap


cedera melalui palpasi. Bandingkan dgn yang
tidak sakit

S:

Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan


distal pd fraktur.

O;

Perhatikan perubahan fungsi motor/ sensori.


Minta pasien untuk melokalisasi nyeri/
ketidaknyamanan.

Klien mengatakan kaki nya baal


Klien mengatakan kakinya bengkak

Edema
Pulsasi dorsalis pedis
CRT > 3 detik
A: Risiko gangguan perfusi jaringan perifer
P;
Lakukan elevasi kaki
Kaji pulsasi dorsalis pedis, CRT, warna kulit

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN POST OP

Tanggal
23 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Ansietas b/d
prosedur
pembedahan

Implementasi

Hambatan
mobilitas
fisik b/d
luka terbuka

Mendorong klien mengekspresikan


perasannya
Memberikan informasi kepada klien
mengenai jadwal operasi klien tanggal 10
Mei 2013
Memberikan informasi kepada klien
mengenai operasi yang akan dijalani
Memberikan informasi kepada klien
mengenai prosedur persiapan operasi
Menganjurkan klien melakukan teknik
relaksasi napas
Mengkaji kekuatan otot
Melatih RPS aktif pada bagian tubuh yang
sehat dan RPS pasif pada bagian yang
sakit
Menganjurkan klien untuk sering
menggerakkan telapak dan jari kaki
kanannya

Ealuasi
S:

Klien mengatakan berharap operasinya hasilnya


bagus
Klien mengatakan kecemasannya berkurang
setelah berbagi informsi
O: Ekspresi tegang
A; ansietas
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam

S:
Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan
O:
Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian
tubuh yang sehat
Kekuatan otot 5555 5555
5555 1111
A: hambatan mobilitas fisik
P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak
kaki kanan

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
23 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan

Implementasi

Nyeri b/d spasme


otot, gerakan
fragmen tulang,
post op ORIF dan
skin graf

Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka, prosedur
invasif

Menanyakan keluhan nyeri pada klien


Melakukan elevasi kaki pada bagian yang
sakit dengan bantal
Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
Memberikan ketorolac 1 ampul

Ealuasi
S

Klien mengatakan skala nyeri 4 pada kaki kanan


Klien mengatakan nyeri berkurang setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam dan
pemberian ketorolac

O:
Klien terlihat kesakitan
Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan
relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac
A: nyeri akut
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri,
kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari
kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, S ; klien mengatakan lukanya bengkak
kelabu atau pucat, untuk
O;
Berikan perawatan luka yang tepat
tampak luka di kaki kiri
Luka terlihat kehitaman
Tinggikan area graf, immobilisasi area bila
diindikasikan
A; Kerusakan integritas kulit
P; Lakukan perawatan luka pagi dan sore
Pertahankan balutan diatas area graf baru

Evaluasi warna sisi graf dan donor

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN POST OP


Tanggal
23 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d
adanya luka
terbuka dan
prosedur invasif

Risiko defisit
volume cairan

Implementasi

Memantau balutan klien


Melakukan perawatan luka dengan teknik
steril
Memantau suhu klien
Kolaborasi memberikan Ceftriaxone 2x1
gr

Observasi tanda vital, pengisian kapiler


dan kekuatan nadi perifer
Perkirakan drainage luka dan
kehilangan yang tak nampak
Kolaborasi: penggantian cairan intra
vena

Ealuasi
S: klien mengatakan nyeri pada kakinya
O:
Luka post op bengkak,
Luka tampak kehitaman
A; infeksi
P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua
kali per hari, kolaborasi af area donor
S; klien mengatakan haus
O:
tampak perdarahan 50 ml setiap penggantian
alas luka
HB 7,5 gr/ dl
Conjungtiva anemis
CRT < 3 detik

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN POST OP


Tanggal
23 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Risiko gangguan
perfusi jaringan
perifer

Implementasi
Evaluasi adanya/ kualitas perifer distal
terhadap cedera melalui palpasi.
Bandingkan dgn yang tidak sakit
Kaji aliran kapiler, warna kulit dan
kehangatan distal pd fraktur.
Perhatikan perubahan fungsi motor/
sensori. Minta pasien untuk
melokalisasi nyeri/ ketidaknyamanan.

Ealuasi
S:

Klien mengatakan kaki nya baal


Klien mengatakan kakinya bengkak

O;
Edema
Pulsasi dorsalis pedis
CRT > 3 detik
A: Risiko gangguan perfusi jaringan perifer
P;
Lakukan elevasi kaki
Kaji pulsasi dorsalis pedis

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN POST OP

Tanggal
24 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Ansietas b/d
prosedur
pembedahan

Implementasi

Hambatan
mobilitas
fisik b/d
luka terbuka

Mendorong klien mengekspresikan


perasannya
Memberikan informasi kepada klien
mengenai jadwal operasi klien tanggal 10
Mei 2013
Memberikan informasi kepada klien
mengenai operasi yang akan dijalani
Memberikan informasi kepada klien
mengenai prosedur persiapan operasi
Menganjurkan klien melakukan teknik
relaksasi napas
Mengkaji kekuatan otot
Melatih RPS aktif pada bagian tubuh yang
sehat dan RPS pasif pada bagian yang
sakit
Menganjurkan klien untuk sering
menggerakkan telapak dan jari kaki
kirinya

Ealuasi
S:

Klien mengatakan berharap operasinya hasilnya


bagus
Klien mengatakan kecemasannya berkurang
setelah berbagi informsi
O: Ekspresi tegang
A; ansietas
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam

S:
Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan
O:
Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian
tubuh yang sehat
Kekuatan otot 5555 5555
5555 1111
A: hambatan mobilitas fisik
P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak
kaki kanan

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN POST OP


Tanggal
24 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan

Implementasi

Nyeri b/d spasme


otot, gerakan
fragmen tulang,
post op ORIF dan
skin graf

Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka, prosedur
invasif

Menanyakan keluhan nyeri pada klien


Melakukan elevasi kaki pada bagian yang
sakit dengan bantal
Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
Memberikan ketorolac 1 ampul

Ealuasi
S

Klien mengatakan skala nyeri 4 pada kaki kanan


Klien mengatakan nyeri berkurang setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam dan
pemberian ketorolac

O:
Klien terlihat kesakitan
Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan
relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac
A: nyeri akut
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika
nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari
kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, S ; klien mengatakan lukanya bengkak
kelabu atau pucat, untuk
O;
Berikan perawatan luka yang tepat
tampak luka di kaki kiri
luka terbuka (post area donor kehitaman)
Tinggikan area graf, immobilisasi area bila
telah di aff
diindikasikan
A; Kerusakan integritas kulit
Pertahankan balutan diatas area graf baru
P; Lakukan perawatan luka pagi dan sore

Evaluasi warna sisi graf dan donor

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN POST OP


Tanggal
24 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d
adanya luka
terbuka dan
prosedur invasif

Risiko defisit
volume cairan

Implementasi

Memantau balutan klien


Melakukan perawatan luka dengan teknik
steril
Memantau suhu klien
Kolaborasi memberikan Ceftriaxone 2x1
gr
Observasi tanda vital, pengisian kapiler
dan kekuatan nadi perifer
Perkirakan drainage luka dan
kehilangan yang tak nampak
Kolaborasi: penggantian cairan intra
vena

Evaluasi
S: klien mengatakan nyeri pada kakinya
O:
Luka post skin graf telah diaff

A; infeksi
P: Lakukan perawatan luka pagi dan sore,
pemberian antibiotic dua kali per hari,
S; Sekarang darahnya tidak keluar lagi
O:
Lab HB 10.7 gr/dl
Perdarahan tidak ada
A: masalah tidak terjadi
P: Stop intervensi

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

CATATAN PERKEMBANGAN POST OP


Tanggal
24 Mei
2013

Diagnosa
Keperawatan
Risiko gangguan
perfusi jaringan
perifer

Implementasi

Ealuasi

Evaluasi adanya/ kualitas perifer distal


terhadap cedera melalui palpasi.
Bandingkan dgn yang tidak sakit

S:

Kaji aliran kapiler, warna kulit dan


kehangatan distal pd fraktur.

A:
P;

Perhatikan perubahan fungsi motor/


sensori. Minta pasien untuk
melokalisasi nyeri/ ketidaknyamanan.

Edema berkurang
Acral hangat
Masalah tidak terjadi

Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013

Lakukan elevasi kaki


Kaji pulsasi dorsalis pedis

Anda mungkin juga menyukai