INDAH SOLIHATI
1006823293
UNIVERSITAS INDONESIA
INDAH SOLIHATI
100 6823 293
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Indah Solihati
NPM
: 1006823293
Tanda Tangan :
Tanggal
: 15 Juli 2013
HALAMAN PENGESAHAN
: Indah Solihati
NPM
: 1006823293
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Judul KIAN
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
Penguji
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 15 Juli 2013
ii
Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai syarat lulus jenjang
pendidikan Profesi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
(1)Kuntarti S.Kp., M.Biomed. selaku dosen ketua program studi di Fakultas Ilmu
Keperawatan sekaligus koordinator Program Profesi 2012-2013 yang telah
meluangkan waktunya dalam mengurusi segala hal yang berkaitan dengan
pengurusan selama proses praktik profesi saya dan seluruh teman-teman
profesi angkatan 2012;
(2)Riri Maria S.Kp., MANP selaku dosen koordinator mata ajar KIA sekaligus
pembimbing yang telah bersedia membimbing saya dalam penyusunan karya
ilmiah saya, dari mengoreksi proposal, setiap bab dalam laporan KIA, hingga
memberikan arahan dan masukan yang sangat berharga dan bermanfaat bagi
saya;
(3) Ns. Sri Sasongkowati, selaku dosen pembimbing klinik selama berdinas di
Rumah Sakit Fatmawati sekaligus penguji KIA yang telah memberikan banyak
masukan
dan
kritik
yang
sangat
membangun
bagi
perbaikan
dan
iii
Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013
Yahya, yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan selama saya
berdinas.
Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan
pengorbanan semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya Ilmiah Akhir
ini dan semoga Karya Ilmiah Akhir ini dapat bermanfaat bagi keilmuan
keperawatan untuk kedepannya.
Penulis
iv
Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013
Nama
: Indah Solihati
NPM
: 1006823293
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
Dibuat di
: Depok
( Indah Solihati )
v
Analisis praktik ..., Indah Solihati, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Indah Solihati
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul
: Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Pada Kasus Fraktur Cruris Sinistra di GPS Lantai 1 RSUP
Fatmawati
Abstract
Urban nursing is part of the community nursing focuses on solving health problems in urban
areas. Different characteristics of urban life with rural communities, namely in terms of high
population density, high number of productive age, and high mobility society. Differences in these
characteristics also influence the activity patterns of its people, one of them is the use of twowheelers options to save the time. High mobility factor and indicipline behaviour increase the risk
of accidents that impact on health, one of which was a fracture. During practice on the 1st floor
Fatmawati GPS authors take cruris fractures with open wounds and infections. Based ont this
case, the author
analyzed wound care with honey as one of nursingimplementation.
Keywords: urban community, traffic accident, fracture cruris, and wound care.
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisa Data l
Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 3 Catatan Perkembangan
ix
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULAN
BAB 1 ini berisi pendahuluan, bab ini akan membahas tentang latar belakang,
tujuan, dan manfaat penulisan. Tujuan penulisan terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus, dan manfaat penulisan dari karya ilimiah akhir ini untuk
pemerintah, rumah sakit, dan institusi pendidikan.
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan di perkotaan yang terjadi pada umumnya berkaitan dengan
faktor lingkungan, perilaku dan akses pelayanan kesehatan serta kependudukan.
Masalah di perkotaan menjadi kompleks karena masyarakat perkotaan memiliki
ciri-ciri yang khusus antara lain individualistik, materialistik, heterogen, kritis,
pendidikan yang tinggi dan mempunyai tuntutan yang tinggi. Pertumbuhan kota
biasanya diikuti oleh industrialisasi, munculnya kawasan industri menimbulkan
derajat pencemaran dan berakibat buruk terhadap lingkungan kehidupan
masyarakat perkotaan ( Depkes RI, 2004 ).
untuk
kegiatan sehari-harinya sehingga waktunya lebih efektif dan dengan kondisi lalu
lintas yang padat sebagai ciri khas lainnya dari perkotaan, ini sangat membantu
kegiatan masyarakat perkotaan, sehingga dampaknya dapat memicu terjadinya
stres saat mengemudi kendaraan, dan rentan terjadi kecelakaan lalu lintas.
1
Universitas Indonesia
2
Kecelakaan lalulintas merupakan masalah kesehatan di perkotaan, tuntutan
pekerjaan sehari- hari, membuat setiap orang berpacu dengan waktu. Kesibukan
ini terkadang membuat manusia tidak memperhatikan keadaan dan keselamatan
dirinya. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor sangat signifikan, hal inilah
salahsatu penyebab yang membuat jalanan dipenuhi oleh pengguna kendaraan
tersebut. Tingkat kedisiplinannya pengemudi dalam berkendaraan sangat
bervariasi, beberapa anak remaja seringkali kurang memperhatikan kedisiplinan,
kelompok
remaja
ini
cenderung
untuk
memacu
kendaraannya
tanpa
memperhatikan pengemudi transportasi yang lainnya. Oleh karena itu tidak jarang
ada orang yang dirugikan oleh beberapa orang pengendara motor yang tidak
memperhatikan aturan berkendaraan, sehingga terjadi kecelakaan. Kurangnya
kedisiplinan dalam berkendaraan dapat merugikan pengemudi dan juga dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan data dari penelitian Fatimah, 2012, korban paling banyak mengalami
kecelakaan sepeda motor adalah yang usianya berkisar 16-30 tahun yaitu
sebanyak 38.9%. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 61.1% adalah laki-laki
pengemudi yang mengalami kecelakaan sepeda motor. Kelompok usia 16-30
tahun merupakan kelompok usia produktif dimana tingkat mobilitasnya cenderung
tinggi serta emosinya belum stabil sehingga saat berlalu lintas masih tergesa-gesa
untuk mendahului kendaraan yang lain. Kecelakaan juga terjadi paling banyak
pada tipe jalan lurus, dengan persentasi sebanyak 38.9%. Dengan keadaan jalan
yang baik dan lurus membuat pengendara menggunakan kecepatan lebih tinggi
dibanding ketika berada di kondisi jalan yang berbeda. Pengemudi mempunyai
persepsi bahwa jalan lurus memiliki sedikit hambatan sehingga dengan tingkat
kewaspadaan yang rendah, dapat berakibat saat mengemudikan kendaraan dengan
kecepatan tinggi baik ingin mendahului maupun menyalip kendaraan lainnya.
Kecelakaan di jalan raya masih menjadi masalah serius di negara berkembang dan
negara maju. Angka kematian menurut World Health Organization ( WHO 2004 )
telah mencapai 1.170.649 orang di seluruh dunia. Jumlah ini setara dengan 2,2%
dari seluruh jumlah kematian di dunia dan menempati urutan ke sembilan dari
Universitas Indonesia
3
sepuluh penyebab kematian. Angka kecelakaan lalu lintas di dunia selalu
meningkat dan pada tahun 2020, diperkirakan kecelakaan lalu lintas akan menjadi
penyebab kematian nomor tiga setelah jantung iskemik dan depresi dengan
proyeksi kecelakaan dari 5,1 juta pada tahun 1990 menjadi 8,4 juta pada tahun
2020. Prosentasi keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan di jalan, sebanyak
70%, oleh karena itu pengendara sepeda motor menjadi korban terbanyak
kecelakaan di jalanan ( Badan Intelijen Nasional, 2013).
sepeda motor.
Jumlah ini dikatakan menurun bila dibandingkan tahun 2011 yang mencapai
151.591 kali kecelakaan sepeda motor. Masih dari data yang direkap Korlantas,
penyebab kecelakaan lalu lintas jalan khususnya sepeda motor paling banyak
disebabkan oleh faktor human error sebesar 67%. Sedangkan faktor lainnya,
kondisi jalan yang rusak, bergelombang dan unsur lingkungan misalnya hujan
yang mencapai 33%, lalu sisanya seperti kendaraan tak layak jalan 3%. Jumlah
kecelakaan sepeda motor yang meningkat setiap tahunnya akibat kelalaian
manusia, memang menjadi faktor utama terjadinya peningkatan kecelakaan lalu
lintas, setidaknya ada 27.441 orang yang tewas dan banyak juga yang akhirnya
menderita patah tulang/ fraktur ( Korlantas Polri, 2012 ).
4
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan
jenisnya dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari
yang dapat diabsorpsinya. Faktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung,
gerakan memuntir mendadak, gaya meremuk, dan bahkan kontraksi otot yang
ekstrem. Oleh karena adanya tulang yang patah, jaringan sekitarnya juga akan
terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah
(Brunner & Suddarth, 2002)
Kejadian kecelakaan yang menyebabkan patah tulang atau fraktur dampaknya
sangat merugikan individu itu sendiri maupun keluarganya, karena populasi
pengguna kendaraan bermotor adalah para usia muda, dengan sendirinya mereka
akan menjalani masa perawatan yang panjang di Rumah sakit. Hal ini
menyebabkan remaja tersebut tidak produktif lagi, dan tidak mampu mencari
nafkah untuk keluarganya. Rumah sakit hampir setiap hari menerima pasien yang
mengalami kecelakaan dengan kondisi patah tulang atau fraktur. Trauma secara
fisik ini perlu ditangani dengan cepat agar tidak menimbulkan kerusakan yang
lebih parah ( Brunner & Suddarth, 2002).
Universitas Indonesia
5
2. Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk menganalisa praktik
KKMP
dengan kasus kelolaan pada klien dengan fraktur Cruris post OREF di ruang GPS
lantai I RSUP Fatmawati.
2.2.3
3. Manfaat penulisan
Universitas Indonesia
Bab 2
Tinjauan Pustaka
Bab 2 berisi tinjauan teori yang terdiri dari enam sub bahasan ynag meliputi
konsep mengenai keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ( KKMP ),
kecelakaan lalu lintas, fraktur cruris, pemyembuhan tulang, penatalaksanaan klien
yang menjalani bedah orthopedi.
pengetahuan
untuk
memperbaiki
praktik
dengan
cara
Universitas Indonesia
7
2.2 Dimensi KKMP
Ciri-ciri masyarakat perkotaan yaitu jumlah penduduknya padat, lingkungan
tercemar, udara kotor., mobilitasnya tinggi, pola interaksi diwarnai berbagai
motif, ekonomi, politik, corak kehidupan heterogen, dituntut pandai mengatur
waktu. Lingkungan fisik non agraris, sedikit lahan kosong, lalu lintas padat.
Psikososial; Sulit mendapat pekerjaan, jobless, tidak punya pekerjaan yang tetap,
stress, homeless, kecenderungan perilaku kekerasan, Nilai dan norma yang ada di
kota sudah mulai luntur, serta banyak usia produktif, tapi mudah mendapatkan
perawatan dengan segera (penyakit kronik dan degenetarif).
Untuk dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal pada masyarakat perkotaan
yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosialitatif.
1.Promotif
Intervensi bersifat promosi dilakukan untuk gangguan pada garis pertahanan
fleksibel berupa pendidikan kesehatan dan dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan dengan cara: Penyuluhan kesehatan, Peningkatan gizi, pemeliharaan
kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur,
rekreasi, dan pendidikan seks.
2,Preventif
Intervensi yang bersifat prevensi merupakan gangguan pada garis pertahanan
normal misalnya berupa deteksi dini tumbuh kembang balita dan keluarga serta
untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu,
keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan: Imunisasi, pemeriksaan
kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian
vitamin A, Iodium dan pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan
meyusui.
3.Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan: perawatan orang sakit dirumah, perawatan
Universitas Indonesia
8
orang sakit sebagai tindak lanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu
hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, dan perawatan tali pusat
bayi baru lahir
4.Rehabilitatif
Upaya pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompokkelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik
lainnya melalui kegiatan: Latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain
sebagainya, Fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC
dll
5.Resosialitatif
Resosialitatif merupakan upaya untuk mengemabalikan penderita ke masyarakat
yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS,
kusta dan wanita tuna susila.(Dep Kes, 1996).
2.3 Agregat
Kelompok/ agregat penduduk perkotaan terbanyak adalah usia produktif, salah
satunya adalah remaja, remaja adalah suatu periode transisi antara masa anakkanak dan masa dewasa (12-24 th), merupakan waktu kematangan fisik, kognitif,
sosial, & emosional (WHO). Terbagi atas tiga fase: masa remaja awal (11-14
tahun), masa remaja pertengahan (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-20
tahun). Pada kasus masalah perkotaan terkait dengan salah satu upaya rehabilitatif
yaitu khususnya pada kasus fraktur yang diakibatkan oleh kecelakaan, agregat
yang terlibat adalah pada kelompok usia 16-30 tahun yang merupakan kelompok
usia produktif, yang banyak mengalami kecelakaan lalulintas. Usia produktif
dengan tingkat mobilitas yang tinggi beresiko terjadinya kecelakaan.
Universitas Indonesia
9
Kecelakaan lalulintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor
tabrakan dengan kendaraan lainnya yang menyebabkan kerusakan, kadang
kecelakaan ini dapat mengakibatkan luka- luka atau kematian manusia.
Kecelakaan lalu lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun (
WHO, 2004 ).
2.2.2 Penyebab Kecelakaan lalu lintas
Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, pertama faktor
manusia, kedua faktor kendaraan, ketiga faktor jalan, dan keempat faktor cuaca.
Kombinasi dari keempat faktor ini bisa saja terjadi, antar manusia dengan
kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi, kemudian ban pecah dan
akhirnya mengalami kecelakaan.
1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.
Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu
lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan
terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang
diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.Selain itu manusia sebagai pengguna
jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal ugalan mengendarai kendaraan, tidak
sedikit angka kecelakaan lalulintas diakibatkan karena membawa kendaraan
dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah pengguna
jalan lainnya yang mungkin dapat memancing gairah untuk balapan.
Universitas Indonesia
10
2.Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering adalah kelalaian perawatan yang dilakukan
terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan
kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan
pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
3.Faktor jalan dan lainnya
Faktor jalan terkait dengan kecepatan, rencana jalan, geometrik jalan, pagar
pengaman di daerah pegunungan,ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan
kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan
pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda
4. Faktor Cuaca
Hari hujan memengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi
lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena
penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan
mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan. Beberapa faktor
tersebut dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, salahsatunya adalah
mengalami patah tulang/ fraktur, dan yang paling banyak terjadi yaitu pada bagian
tubuh ekstremitas bawah atau atas.
2.2.3 Dampak kecelakaan lalu lintas
Dampak kecelakaan tidak saja mengenai fisik manusia(cidera dan mati) tetapi
menyangkut kerugian ekonomi (costof accident ) yang berhubungan dengan hal
sebagai berikut: biaya perawatan RS (inpatient), perawatan diluar Rumah Sakit
(outpatient), Kecacatan(disability), kematian awal (premature death), kerusakan
material lainnya: kendaraan, rambu-rambu, serta absensi dari pekerjaan.
(yusriani, 2012).
Universitas Indonesia
11
2.3. Fraktur Cruris atau Fraktur Tibia Fibula
2.3.1 Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan
jenisnya dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari
yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung,
gerakan memuntir mendadak, gaya meremuk, dan bahkan kontraksi otot yang
ekstrem. Oleh karena adanya tulang yang patah, jaringan sekitarnya juga akan
terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan sarap dan kerusakan pembuluh darah (
Brunner and Suddarth, 2002)
Fraktur yang terjadi pada tulang tibia dan fibula sering disebut dengan fraktur
cruris. Fraktur tibia fibula sering terjadi berkaitan satu dengan yang lain
(Smeltzer, 2003).
2.3.2. Etiologi
Pukulan langsung
Jatuh dengan kaki fleksi
Gerakan memutir yang keras
2. Deformitas
Disebabnkan
Universitas Indonesia
12
4.Edema berat.
Biasanya timbul lebih cepat karena cairan serosa terlokalisir pada daerah fraktur
dan terjadi ekstravasasi di sekitar jaringan
2.3.4 Komplikasi
1. Gangguan saraf proneus, klien tidak dapat melakukan dorsofleksi ibu jari dan
gangguan.
2. Sensasi pada sela jari pertama dan kedua.
3. Kerusakan arteri tibialis.
4. Sindrom kompartemen.
5. Hemartrosis dan kerusakan ligament bila fraktur terjadi didekat sendi
6. Komplikasi yang lain :
Malunion: tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya
Fraktur,
menurut
Black
dan
Matassarin
(1993)
yaitu
1.Fraktur tertutup
Yaitu Fraktur ini tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidahk
menonjol atau menembus kulit/ terhubungan dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka
Bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar, dibagi dalam tiga
derajat yaitu :
Derajat I :
Universitas Indonesia
13
keluar, benturan otot minimal, biasanya pada fraktur
simple transfersal atau fraktur oblig.
Derajat II :
Derajat III :
Universitas Indonesia
14
kerusakan jaringan sedang. Fraktur ini penyebab utama dari malrotasi
pada fraktur.
Kominutif yaitu fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
Kompresi yaitu fraktur parallel yang terjadi dimulai dari sepanjang axis
tulang dan membuat tulang menjadi tipis hingga berakhir pada perubahan
bentuk dan ukuran tulang.
Patologik yaitu fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, penyakit paget, metastasis tulang, tumor).
Avulsi yaitu tertariknya fragmen tulang dan jaringannya keluar dari
perlekatannya. Fraktur avulse sering terjadi pada tulang anak yang belum
matur.
Impaksi yaitu fraktur yang terjadi karena tekanan keras pada tulang dan
mendorong fragmen tulang yang lebih kecil masuk kefragmen tulang
yang lebih besar.
Universitas Indonesia
15
Fase proliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang
fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan
invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari
osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan
proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan
ikat fibrous dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan
melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal
pada tempat patah tulang. Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 3 setelah
terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 8.
Stadium Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang yang
immature (woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone). Keadaan tulang
ini menjadi lebih kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan debris pada
daerah fraktur dan diikuti osteoblast yang akan mengisi celah di antara fragmen
dengan tulang yang baru. Proses ini berjalan pada minggu ke 3-10 setelah
kecelakaan.
Universitas Indonesia
16
Stadium Remodelling.
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan bentuk yang
berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu berbulan-bulan bahkan bertahuntahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang yang terus menerus
lamella yang tebal akan terbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga
medulla akan terbentuk kembali dan diameter tulang kembali pada ukuran semula.
Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk semulanya, terutama pada anakanak. Pada keadaan ini tulang telah sembuh secara klinis dan radiologi.
Universitas Indonesia
17
2.3.8 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Rontgen, menentukan lokasi./.luasnya fraktur dan jenis
fraktur
CT Scan tulang, digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
Hitung darah lengkap, hematokrit dan leukosit mungkin meningkat atau
menurun
Arteriogram bila terjadi kerusakan vaskuler
Universitas Indonesia
18
Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang yaitu
Open
Reduction and Internal Fixation (ORIF) atau Reduksi terbuka dengan Fiksasi
Internal.
ORIF akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan untuk
memasukan paku, sekrup atau pen kedalam tempat fraktur untuk memfiksasi
bagian-bagian tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering
digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada
orang tua.
Open Reduction and External Fixation (OREF) atau Reduksi Terbuka dengan
Fiksasi Eksternal
Tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal
dapat menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetakrilat (akrilik gigi)
atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain seperti gips.
2.4 Asuhan keperawatan pada persiapan pre dan post operasi ( Baradero,
Mary. 2008)
2.4.1 Pengertian
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan untuk dilakukan tindakan
pembedahan.
2.4.2 Peran perawat persiapan Pre operatif
Pengkajian
Sebelum
operasi
dilaksanakan
pengkajian
meliputi
riwayat
kesehatan,
pemeriksaan fisik, mulai dari status pernapasan, fungsi jantung, fungsi hepar dan
ginjal, fungsi endokrin, dan fungsi imunologi. Pemeriksaan diagnostik dilakukan
seperti Laboratorium ; darah lengkap, analisa gas darah, rontgen, dan status
nutrisi klien pre operasi perlu dikaji guna perbaikan jaringan post operasi,
penyembuhan luka akan di pengaruhi status nutrisi klien.
Universitas Indonesia
19
Perawat berperan memberikan penjelasan persiapan pembedahan yang
dapat
dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun
keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien) :
Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan perasaan sakit, narcosa atau
hasilnya, keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat
mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan
kepada pasien pra bedah, informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya
sebelum operasi Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).
Hal-hal yang rutin sebelum operasi, alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman
ke ruang bedah, ruang pemulihan. Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah
operasi : perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin, perlu kebebasan saluran
nafas, antisipasi pengobatan. Edukasi tentang bernafas dalam dan latihan batuk,
rentang pergerakan sendi
Persiapan Fisiologi
Diet Delapan jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan,
empat jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa)
pada operasi dengan anaesthesi umum. Pada pasien dengan anaesthesi
lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang
sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :
aspirasi, ruangan terkontamonasi, mengganggu jalannya operasi
Pemberian Lavement,Pemberian lavement sebelum operasi dilakukan pada
bedah orthopedi dilakukan pada pagi hari menjelang operasi (4 jam
sebelum operasi ), maksud dari pemberian lavement antara lain mencegah
cidera kolon, memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang
akan dioperasi, mencegah konstipasi, dan mencegah infeksi.
Universitas Indonesia
20
Persiapan Kulit, Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut.
Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi/ sore hari
Hasil Pemeriksaan, meliputi hasil laboratorium, foto rontgen, ECG, USG
dan lain-lain.
Persetujuan Operasi / Informed Consent, Izin tertulis dari pasien / keluarga
harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami /
istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat
ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat
izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha
untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang
masih mungkin.
Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post
anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan /
observasi diruang pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien
dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional
posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis
- Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau > 150 160 mmH, diastolik < 50 mmHg
atau > dari 90 mmHg.
- HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
Universitas Indonesia
21
- Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
- Meningkatnya kegelisahan pasien
- Tidak BAK + 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
1. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
2. Tanda-tanda vital harus stabil.
3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah
sempurna.
6. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat
dan dilaporkan.
7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk
kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada
unit dimana pasien akan dipindahkan.
9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
Pengangkutan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
- Keadaan penderita serta order dokter.
- Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
Universitas Indonesia
22
- Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan
sewaktu-waktu terlihat.
2.4.3 Peran perawat paada Pasien Post Operasi
Fase Post Operatif
keadaan
umum,
vomitus
dan
drainage
Universitas Indonesia
23
seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru
menjadi beban bagi jantung
Mempertahanakan
kenyamanan
dan
mencegah
resiko
injury.
Universitas Indonesia
24
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
2.5 Perawatan luka
2.5.1 Pengertian Luka
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera
atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis,
sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan
yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul (Potter &
Perry. 2005) :
Universitas Indonesia
25
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan
berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka
dan sekitarnya.
Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan
infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.
Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi)
Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
Universitas Indonesia
26
Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
Luka Bakar (Combustio)
dimana
saluran
respirasi,
pencernaan,
genital
atau
Karakteristik :
tumor, rubor, dolor, color, functio laesa, Fase awal terjadi haemostasis,
Fase akhir terjadi fagositosis, Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi
infeksi
Fase proliferasi or epitelisasi: Hari 3 14, Disebut juga dengan fase
granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka, Luka nampak
merah segar, mengkilat, Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi :
Universitas Indonesia
27
Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and
hyularonic acid, Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan
penebalan lapisan epidermis pada tepian luka , Epitelisasi terjadi pada
48 jam pertama pada luka insisi
Fase maturasi atau remodelling
Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength),
Terbentuk jaringan
Terdapat
Universitas Indonesia
28
Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh
netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang
lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
perawatan kering.
Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk
membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi
komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag,
monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Universitas Indonesia
29
Tujuan :
Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan
Perawatan luka dengan madu
Komposisi dan kandungan madu, zat zat makanan yang terdapat dalam madu
sangat kompleks dan diketahui terdapat 181 macam senyawa dalam madu, 3
macam gula sebagai komponen utamanya adalah fruktosa (41%), glukosa (35%)
dan sukrosa (19%) disamping mengandung zat ferment, vitamin, mineral, asam,
asam-asam amino, hormon, zat bakterisidal, dan bahan-bahan aromatik Di dalam
madu terdapat 18 mineral esensial dan 19 mineral non-esensial. Beberapa mineral
penting dalam madu adalah natrium, kalsium, magnesium, tembaga, mangan,
besi, kalium, dan fosfor dengan kadar mendekati komposisi mineral darah
manusia. Sedangkan vitamin dalam madu diantaranya vitamin B1, B2, K, dan C.
Kualitas madu ditentukan antara lain oleh warna, rasa, kekentalan, aroma dan
kadar air. Rasa, aroma dan warna madu sangat ditentukan oleh bunga sumber
nektar yang dikumpulkan lebah pekerja ( Purwati, Endang & Rusfidra, 2008 ).
Energi yang dihasilkan tiap 100 gram madu rata- rata 294-328 kalori. Nilai kalori
1 kg madu setara dengan 50 butir telur, 24 buah pisang, 40 buah jeruk, 5,7 liter
susu,
atau
1,68
kg
daging
(Majalah
Kehutanan
Indonesia,
2002).
Madu dikenal memiliki efek antibakteri spektrum luas serta antifungal. Adapun
yang menjadikan alasan mengapa madu memiliki efek tersebut adalah sebagai
berikut: efekosmotik madu, konsentrasi gula yang tinggi menarik air keluar dari
organisme sehingga membuat organism ini dehidrasi dan menyebabkan sel mati.
Potensi antibacterial pada madu pertama kali ditemukan pada tahun 1892 oleh
Van Ketel. Potensi antibakterial ini sering diasumsikan berkaitan erat dengan efek
osmotik dari kandungan gula yang tinggi pada madu (Green, 1988). Madu
sebagaimana sirup gula yang terlarut mempunyai osmolaritas yang cukup untuk
menghambat pertumbuhan mikroba (Chirife, 1983), tetapi jika digunakan sebagai
Universitas Indonesia
30
lapisan kontak pada luka, pengenceran oleh eksudat luka mengurangi
osmolaritasnya pada tingkat yang dapat menghentikan kontrol infeksi (Herszage,
1980). Walaupu n demikian, luka yang terinfeksi dengan staphilococcus aureus
cepat dibuat steril oleh madu (Armon, 1980). Madu mempunyai aktivitas
antibacterial tingkat medium untuk mencegah pertumbuhan staphilococcus aureus
jika diencerkan 7-14 kali dari titik dimana osmolaritasnya tidak mampu menjadi
inhibitorlagi(Cooper,1999).
Madu juga menyediakan glukosa untuk leukosit yang esensial untuk pembakaran
respiratori yang menghasilkan hydrogen peroksida sebagaimana senyawa ini
adalah komponen dominan untuk aktivitas antibakteri pada makrofag. Selanjutnya
pembakaran respiratori ini menyediakan substrat juga untuk glikolisis yang
merupakan mekanisme utama dalam produksi energi dalam makrofag, dan hal ini
memungkinkan energi untuk difungsikan bagi pemulihan sel yang rusak. Area
yang mempunyai suplai oksigen yang baik juga menyebabkan produksi eksudat
yangrendah ( Subrahmannyam, 2007 ).
Madu yang dioleskan diatas luka akan menghasilkan zat kental yang memiliki
tekanan osmotik tinggi yang mampu menjadi penghalang invasi bakteri pada luka,
dengan meningkatnya tekanan osmotik pada jaringan luka maka akan membuat
aliran darah menjadi meningkat dan melebar sehingga merangsang pertumbuhan
sel baru dan mempercepat penyembuhan luka. Enzim-enzim yang terkandung di
dalam madu meningkatkan penyembuhan dan pembentukan jaringan. Menurut
Nolan tahun 1999, bahwa sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi
pada perlukaan dan meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses
penyembuhan luka.
Aksi dari hydrogen peroksida, Senyawa ini juga menghambat pertumbuhan
bakteri. Walaupun hidrogen peroksida terdapat pada madu, tetapi senyawa ini
hanyateraktivasiketikamadudiencerkan. Hidrogen peroksida terkenal sebagai agen
antimikroba, pertama kali dikenalkan sebagai antibakteri dan pembersih dalam
praktek klinik (Bunting,2001).
Universitas Indonesia
31
Madu
menciptakan
lingkungan
penyembuhan
yang
lembab.
Hal
ini
memungkinkan sel untuk tumbuh kembali yang ditandai dengan permukaan luka
yang memerah. Kondisi ini dapat mencegah deformitas pada kulit. Jika terbentuk
lapisan luar luka yang kering, sel kulit hanya dapat tumbuh pada luka yang lebih
dalamdaridaerahyanglembabsaja. Madu menyebabkan lapisan luar luka yang
kering (keropeng) dan sel-sel mati terlepas dari permukaan luka, menciptakan
sebuah lingkungan luka yang sehat dimana terjadi pertumbuhan kembali jaringan
Madu tidak merekat pada dasar jaringan luka sehingga sehingga tidak
menimbulkan sakit pada saat balutan diganti. Kandungan gula yang tinggi pada
madu akan menarik keluar cairan limfe pada luka sehingga dapat yang
mengangkat kotoran keluar dari area luka. Madu mencegah timbulnya bau yang
biasanya ditemukan pada luka yang parah dan ulcer pada kulit. Madu dapat
mencegah timbulnya bau dengan membersihkan infeksi luka dengan lebih cepat
dengan menyediakan lingkungan gula untuk bakteri yang ada. Pada kondisi
lingkungan seperti ini akan terbentuk asam laktat walaupun juga bau
sebagaihasildaridegradasiprotein. .Madu dengan cepat dapat membersihkan
infeksi dari luka. Kemampuan madu ini dangat efektif bahkan untuk strain bakteri
yang resisten terhadap antibiotik. Madu tidak seperti antiseptik atau antibiotik,
madu tidak menyebabkan kerusakan pada proses penyembuhan luka melalui efek
samping (Johnson, 1999 ).
Universitas Indonesia
32
Terjadi perubahan pada luka yaitu sebelum dilakukan perawatan, luka dengan
pus nya banyak setelah dilakukan perawatan luka dengan madu ternyata
mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena Luka yang diolesi dengan madu
dapat menyerap air pada luka karena adanya kemampuan osmosis yang tinggi
dari madu sehingga madu yang sebelumnya kental menjadi encer, memiliki efek
terhadap hidrogen perioksida, meng-absorbsi pus (nanah) sehingga dapat
membersihkan luka. Bersamaan dengan encernya madu, madu pun akan aktif
membasmi kuman, bahwa luka-luka menjadi steril setelah mendapatkan
pengobatan atau perawatan dengan penggunaan madu selama 7-10 hari
Madu menghilangkan nyeri pada luka
Terdapat perubahan untuk nyeri pada luka pada beberapa penelitian, yaitu
sebelum dilakukan perawatan luka terdapat hanya 3 orang yang tidak merasakan
nyeri pada saat dilakukan perawatan luka setelah dilakukan perawatan luka
dengan penggunaan madu terdapat peningkatan jumlah yaitu menjadi 9 orang
yang tidak merasakan nyeri pada saat perawatan luka. Hal ini disebabkan karena
madu menghasilkan viscous yang menjadi barier terhadap hilangnya cairan dan
invasi bakteri sehingga dapat mengurangi iritasi dan nyeri. Menurut Peter Nolan
bahwa madu menyebabkan rasa sakit berkurang dan madu tidak menimbulkan
rasa sakit pada saat penggantian pembalut karena tidak lengket..( Hammad, 2007 )
Universitas Indonesia
33
berkurang atau hilang dan bau juga akan berkurang atau hilang. Bersamaan
dengan encernya madu, madu pun akan aktif membasmi kuman. (hammad, 2007 )
Universitas Indonesia
BAB 3
Laporan Kasus Kelolaan Utama
Bab 3 ini merupakan asuhan keperawatan pada kasus kelolaan, yang terdiri dari
data umum, riwayat penyakit, pengkajian, pemeriksaan penunjang, terapi dan
penatalaksanaan medis, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi
: Tn. S
: 1143171
: SMA
7. Status
: Menikah
34
Universitas Indonesia
35
kemudian klien kembali berobat ke Fatmawati dan direncanakan akan dilakukan
operasi kembali. Klien belum pernah menderita sakit apapun kecuali patah tulang.
3.3 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17-5-2013, Pada saat wawancara dengan klien
dan keluarga didapatkan data: Kesadaran klien; Compos mentis, Tanda - tanda
vital: 130/ 90 mmHg, Nadi 76x/ mt, Suhu 36 C, RR 20x/mt, data psikologis
klien tampak cemas dengan kondisi kakinya yang tidak kunjung sembuh, dan
selalu di operasi ulang, menurut klien saat ini sedang menunggu jadwal operasi
ulang. Selama dirawat klien selalu ditemani oleh ayahnya dan bila malam hari
istrinya yang menggantikan menunggu klien. Data biologis, status nutrisi, klien
mengatakan makan sehari 3x, bila bosan dengan makanan RS klien biasanya beli
di kantin RS.
Universitas Indonesia
36
Klien mengatakan saat ini sedang menunggu jadwal operasi yang ke 6 x, klien
sudah hampir 6 bulan menghadapi kebimbangan karena lukanya tidak semsembuh, klien berharap operasinya ini berhasil, sehingga tidak perlu diulang lagi.
klien sebelumnya telah beberapa kali dlakukan operasi dan operasi yang terakhir
adalah operasi pemasangan OREF. Saat ini klien direncanakan pasang ORIF dan
Skingraft oleh dokter bedah Ortopedi yang berkolaborasi dengan dokter bedah
plastik. Dari data- data tersebut didapatkan diagnosa keperawatan ansietas.
Diagnosa ini timbul sebelum tindakan operasi dan sesudah operasi.
Diagnosa yang kedua yang ditemukan sebelum dan sesudah operasi adalah
hambatan mobilitas fisik, data ini didapatka karena semua aktifitas klien dibantu
oleh keluarga dan perawat kecuali bila klien akan Bab ia akan dibantu ayahnya ke
kamar mandi, aktifitas lain semuanya dilakukan ditempat tidur, juga terlihat
adanya luka terbuka, daerah fraktur dibalut elastis Verban, punggung kaki terlihat
edema. klien tidak bisa melakukan aktifitas karena bila kaki digerakan akan terasa
sakit sekali. Diagnosa ini muncul pada pre dan post operasi
Diagnosa ketiga adalah nyeri, masalah ini ditemukan sebelum dan sesudah
operasi. Klien mengatakan kakinya sakit, terasa berdenyut, skala 4, timbul bila
kaki digerakan, sesudah operasi keluhan nyeri dirasakan pada seluruh tubuh
terutama pada area donor untuk skin graft, dan dirasakan setiap saat, bila pasien
bergerak dengan skala nyeri 7, klien tampak meringis kesakitan terkadang sampai
berteriak
Universitas Indonesia
37
Diagnosa kelima adalah infeksi, data ini didukung karena terdapatnya pus pada
luka terbuka, setiap hari sebelum dilakukan perawatan luka dengan madu tampak
terdapat rembesan pada kasa yang berwarna hijau kekuningan. Setelah operasi
Hasil laboratorium Leukosit 16.400, suhu klien meningkat 38 C, daerah skin graft
pada hari kedua tampak berwarna kehitaman, keluar cairan dan berbau busuk
Diagnosa yang timbul setelah operasi pemasangan ORIF dan Skin graf, yaitu
risiko perubahan perfusi jaringan perifer, diagnosa ini diangkat karena terlihat
edema pada telapak kaki, kaki tampak pucat, capillary refil < 3 detik, pulsasi
dorsalis pedis tidak teraba, terasa baal. Klien bila diperiksa status sensorik tidak
berespon terhadap rangsangan.
Terdapat 7 diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. S, dan diagnosa yang
muncul sebelum dan sesudah operasi yaitu Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan rangka/ nyeri, nyeri berhubungan dengan spasme otot, infeksi
berhubungan dengan fraktur terbuka dan prosedur invasif, kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan fraktur terbuka dan ansietas berhubungan dengan
prosedur invasif. nyeri. Diagnosa keperawatan yang muncul setelah operasi
adalah, resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan, dan resiko
gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan interupsi aliran
darah, edema berlebihan
Universitas Indonesia
38
diagnosa yang ditemukan, yaitu ansietas, hambatan mobilitas fisik, nyeri,
kerusakan integritas kulit, infeksi, dan resiko defisit volume cairan, serta resiko
gangguan perfusi jaringan perifer
1.Ansietas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan ansietas klien berkurang/
tidak ada, implementasi yang dilakukan adalah memberi kesempatan kepada
klien untuk mengekspresikan perasaannya, mendengarkan keluhan pasien dan
memberikan respon positif, ikut melibatkan keluarga untuk memberi dukungan
pada klien, memberikan penjelasan kepada klien tentang pre op teaching. Hal ini
dilakukan untuk memberikan ketenangan. Selain itu penulis mengajarkan klien
untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam dan distraksi dengan
mendengarkan musik atau berdzikir, dengan tujuan untuk mengurangi ansietas
klien.
3.Nyeri
Diagnosa ini diharapkan klien nyerinya terkontrol atau berkurang, Implementasi
yang dilakukan adalah mengkaji nyeri secara komprehensif, dengan menanyakan
keluhan nyeri, waktu munculnya nyeri, skala nyeri, dan lokasi nyeri, sehingga
bisa diketahui perkembangan adanya ketidaknyamanan pada klien dan perawat
bisa mengetahui implementasi apa yang dilakukan terhadap klien. mengajarkan
kepada klien tehnik napas dalam, dan memberikan informasi kepada klien untuk
melapor bila nyerinya bertambah hebat. Melakukan kolaborasi dengan tim medis
Universitas Indonesia
39
dalam pemberian obat analgetik, setelah operasi klien sangat kesakitan sekali dan
mendapatkan terapi Ketorolak 3x 30 mg diberikan secara intra vena.
5.Infeksi
Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi,
implementasi yang diberikan pada klien Tn.S adalah selalu melakukan tindakan
five moment dan melakukan perawatan luka pada pagi dan sore hari dengan
berprinsip steril dalam melakukan tindakan, dan larutan yang dipergunakan untuk
membersihkan luka dengan mempergunakan Nacl 0.9 %, setelah bersih kemudian
dilakukan kompres kasa dengan madu yang telah dicampur dengan Nacl 0.9 %
pada area luka. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
antibiotik Ceftriaxone 2x 1 gr injeksi.
Universitas Indonesia
40
CRT < 3 detik, pulsasi dorsalis pedis teraba. Implementasi yang dilakukan pada
klien klien setiap hari adalah mengukur tanda vital, pemantauan sirkulasi jaringan
perifer: suhu, acral, melakukan palpasi Dorsalis pedis, menilai kapiler Refill,
melakukan elevasi 20 derajat untuk memperlancar aliran balik vena sehingga
dapat mengurangi edema, balutan tidak terlalu kencang, dan melakukan RPS
pada bagian distal.
3.6 Evaluasi
Penulis melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang diberikan pada
klien;
Pada masalah ansietas klien sebelum dilakukan operasi kilen meminta perawat
mendoakan klien, klien berharap operasi memberikan hasil sesuai yang
diharapkan klien.
Pada kasus hambatan mobilitas fisik, klien diajarkan latihan pergerakan sendi,
ketika dianjurkan untuk mobilisasi mengangkat badannya klien terlihat kesakitan
hal ini yang membuat klien kurang berkeinginan untuk mobilisasi, kemudian
ditempat tidur klien dipasang Monkey Bar, supaya klien bisa berpengangan
tangan, akhirnya secara bertahap klien dapat melakukan mobilisasi
Nyeri,
Dalam mengatasi nyeri klien Tn S. dengan kasus post operasi pasang ORIF dan
skingraft, sudah diajarkan tehnik relaksasi napas dalam, tapi pada saat kesakitan,
klien selalu lupa untuk melakukannya dan harus selalu dimotivasi. Keluarga
sangat berperan penting dalam memberikan motivasi kepada anaknya untuk
melakukan tehnik napas dalam untuk mengatasi nyeri.
Universitas Indonesia
41
plastik, akhirnya donor skingraft diangkat, kulit daerah fraktur terlihat kuning
dan klien akan direncanakan dioperasi ulang untuk tindakan skingraft
Infeksi
Masalah keperawatan infeksi pada kasus ini belum teratasi, luka klien terbuka,
pada area tulang bagian bawah ORIF selalu keluar cairan kecoklatan, dan
beberapa hari kemudian keluar pus berwarna kekuningan, setelah dilakukan
perawatan luka dengan madu dua kali perhari, keadaan luka membaik,terlihat
pertumbuhan granulasi yang cepat, luka berwarna kemerahan dan klien akan
diulang untuk skingraft kembali
menurun, klien terlihat pucat, terlihat darah keluar dari area post operasi dan area
skingraft, kemudian dilakukan kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium darah
lengkap hasilnya didapatkan HB klien menurun7.6 mg/dl. klien kemudian dapat
transfusi 500 ml. Setelah diintervensi masalah ini tidak terjadi/ teratasi
Universitas Indonesia
Bab 4.
Analisis Situasi
ditemukan pada klien kelolaan dan teori yang terkait, serta analisa masalah
kesehatan perkotaan, kasus, intervensi yang penulis lakukan.
Pada kasus yang ditemukan pada Tn S, kondisi jalan yang muluspun bisa
menyebabkan terjadi kecelakaan khususnya para pengguna kendaraan bermotor
roda dua, sehingga akan memacu kendaraan nya dengan kecepatan tinggi karena
tidak ada hambatan dijalan. Faktor cuaca sangat berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan, jalan menjadi licin, kondisi jalan yang berlubang tidak kelihatan
karena tergenang oleh air hujan. Beberapa pihak terkait dengan kasus terjadinya
kecelakaan harus meningkatkan kinerjanya, baik itu Kepolisian, petugas jalan
42
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
44
Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintas bisa berakibat kematian atau
adanya kecacatan. Upaya pemulihan (rehabilitasi) terhadap pasien yang
mengalami kacacatan ini, diharapkan keluarga berperan penting untuk peduli
terhadap kasus kasus yang umumnya terjadi di wilayah perkotaan khususnya
kasus kecelakaan, sehingga bila anggota keluarga yang tertimpa musibah mereka
dapat mengenal masalah yang ada sampai masyarakat mampu mempergunakan
fasilitas yang telah tersedia, dan diharapkan tercapai tingkat kemandirian dalam
menangani masalah kesehatan di perkotaan.
Pada kasus kecelakaan yang menimpa Tn. S, yang mengalami patah tulang/
fraktur Tibia Fibula terbuka atau disebut juga fraktur cruris, dimana lukanya
tampak Kominutif yaitu fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.(
Smeltzer & Bare (2001). Klien Tn S. sudah beberapa kali dilakukan intervensi
tindakan pembedahan dengan kondisi luka termasuk kategori derajat III B,
kerusakan jaringan lunak yang luas dengan terangkatnya periosteum dan terjadi
bone expose yang membutuhkan penutupan jaringan lunak dengan flap, biasanya
terjadi kontaminasi luas pada luka.
Pada tanggal 19 Desember 2012 setelah kakinya terlindas ban bis klien dibawa ke
IGD RSUP Fatmawati kemudian dilakukan penanganan fraktur mulai dari
rekognisi dengan dilakukan rontgen pada area fraktur, untuk melihat kondisi
tulangnya. Tindakan pemasangan flat untuk mempertahankan fragmen tulang,
dan penanganan reduksi dengan dilakukan pemasangan OREF ( Open Reduction
and Eksternal Fixation ). Karena klien sudah stabil akhirnya klien dipulangkan
hanya berselang dua hari dirumah tindakan reduksi dengan OREF nya terlepas
dari ikatannya karena faktor ketidaktahuan keluarga dalam perawatan lanjutan
dirumah, kemudian klien kembali ke rumah sakit dan direncanakan akan
dilakukan reduksi dengan memasang ORIF ( Open Reduction and Internal
Fixation ). Tindakan ORIF ini akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan
pembedahan untuk memasukan paku, sekrup atau pen kedalam tempat fraktur
Universitas Indonesia
45
untuk memfiksasi bagian-bagian tulang pada fraktur secara bersamaan dan klien
juga akan dilakukan skin graf, untuk menutup lukanya yang terbuka.
Kejadian terlepas nya OREF sangat mempengaruhi tingkat penyembuhan tulang
yaitu pada fase pembentukan kalus, dimana fase ini terganggu yang seharusnya
mulai terbentuk jaringan tulang yakni jaringan tulang kondrosit yang mulai
tumbuh atau umumnya disebut sebagai jaringan tulang rawan. Fragmen patahan
tulang digabungkan dengan jaringan fibrous, tulang rawan, dan tulang serat matur
itu tidak maksimal. Pada stadium konsolidasi yang seharusnya terjadi aktifitas
osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang yang immature (woven
bone) diubah menjadi mature (lamellar bone), akhirnya kondisi tulang nya
menjadi kurang kuat. Pada akhirnya stadium remodeling pun
proses
Dari hasil pengkajian itu penulis menemukan tujuh masalah keperawatan, yaitu
ansietas, hambatan mobilitas fisik, nyeri, kerusakan integritas kulit, infeksi, dan
resiko defisit volume cairan, serta resiko gangguan perfusi jaringan perifer. Pada
masalah ansietas, hal ini terjadi karena klien berharap kakinya sembuh seperti
sediakala sehingga dia mampu beraktifitas lagi dan bekerja untuk memperbaiki
Universitas Indonesia
46
ekonomi keluarganya. Tindakan yang saat ini telah dilakukan pada Tn S yaitu
reduksi dengan fiksasi internal ( ORIF, open reduction and internal fixation ).
Masalah risiko defisit volume cairan, diagnosis ini merupakan kehilangan cairan
saja tanpa perubahan kadar elektrolit tubuh ( Nanda, 2012). Pada kasus Tn S,
setelah prosedur tindakan operasi klien mengalami perdarahan kurang lebih 50 ml
Universitas Indonesia
47
setiap mengganti alas luka klien dan ini berlangsung sekitar 3 hari. Saat
pengkajian perhari klien terlihat pucat, nadi meningkat 96 x/ mt, CRT < 3 detik,
klien mengeluh haus, kemudian dilakukan tindakan kolaborasi dengan koreksi
tranfusi 500 ml.
4.3 Analisa salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait
Dengan adanya masalah ini maka penulis melakukan intervensi perawatan luka
dengan madu yang sudah dilakukan di lantai 1 GPS RSUP Fatmawati. Dari hasil
beberapa penelitian yang dilakukan oleh Hammad Ali, 2012, bahwa madu yang
dioleskan diatas luka akan menghasilkan zat kental yang memiliki tekanan
osmotik tinggi yang mampu menjadi penghalang invasi bakteri pada luka, dengan
meningkatnya tekanan osmotik pada jaringan luka maka akan membuat aliran
darah menjadi meningkat dan melebar sehingga merangsang pertumbuhan sel
baru dan mempercepat penyembuhan luka.
Menurut Winarno Keadaan luka yang banyak pus nya seperti yang terjadi pada
Tn S
penurunan, hal ini disebabkan karena Luka yang diolesi dengan madu dapat
menyerap air pada luka disebabkan adanya kemampuan osmosis yang tinggi dari
madu sehingga madu yang sebelumnya kental menjadi encer, memiliki efek
terhadap hidrogen perioksida, meng-absorbsi pus (nanah) sehingga dapat
membersihkan luka. Enzim-enzim yang terkandung di dalam madu meningkatkan
penyembuhan dan pembentukan jaringan. Menurut Nolan bahwa sifat antibakteri
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
Bab 5 merupakan kesimpulan dan saran yang dikelola penulis selama menganalisa
kasus di lantai 1 GPS RSUP Fatmawati
5.1 kesimpulan
Penulisan karya ilmiah yang dilakukan di lantai 1 GPS RSUP Fatmawati dalam
praktik KKMP pada kasus fraktur cruris sinistra, dapat disimpulkan bahwa:
1.Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
terjadi di perkotaan. Kecelakaan ini terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor
seperti faktor manusia, faktor kendaraan,
Dampaknya dapat menyebabkan kerugian baik secara fisik, waktu, dan material.
Hal ini terjadi pada Tn S.
2.Diagnosa keperawatan yang dialami Tn S pada pre operasi antara lain cemas,
hambatan mobilitas fisik, nyeri, gangguan integritas kulit, Infeksi. Sementara itu,
pada kondisi postoperasi klien mengalami cemas, nyeri, hambatan mobilitas fisik,
gangguan integritas kulit, infeksi, risiko defisit volume cairan, dan risiko
gangguan perfusi jaringan perifer.
3.Kondisi gangguan integritas kulit, dan infeksi yang dialami klien dapat diatasi
dengan perawatan luka dengan menggunakan madu.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengutarakan saran yang bisa
dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan asuham keperawatan, yaitu;
Pemerintah
Membuat aturan bagi pengguna kendaraan bermotor roda dua, untuk
mengurangi tingginya kejadian kecelakaan lalu lintas.
Rumah Sakit
49
Universitas Indonesia
50
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas teori dan praktik.
Jakarta: EGC.
Baradero, Mary. (2008). Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.
Badan Inteligen Negara. (2013). Kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh
terbesar
ketiga.
Diunduh
dari
http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintasmenjadi-pembunuh-terbesar-ketiga
Black, J. M & Matassin, E. (1997). Medical surgical nursing: Clinal management
of continuity of care. (5th editon). Philadelphia: Wb sounders company
Cooper RA, Molan PC, Harding KG.( 1999). Antibacterial activity of honey
against strains of Staphylococcus aureus from infected wounds. J R Soc
Med
Carpenito, L. J. (2000). Buku saku: Diagnosa Keperawatan. (Edisi 8).
Jakarta:EGC
Doengoes, M. E, Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (1999). Rencana asuhan
keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. (Edisi 3). Jakarta: EGC
Dainur. (1999). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya Medika.
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S.( 2000 ). Pedoman Tindakan Medik dan
Bedah. Jakarta: EGC.
50
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Analisis Data
1. Pre post Operasi Fraktur cruris
Data
DO:
Masalah
Keperawatan
Ansietas
Klien banyak bertanya mengenai operasinya
Klien akan menjalani operasi pasang ORIF dan skin
graf tanggal 20 Mei 2013
DS:
DO:
Klien hanya berbaring dan duduk di tempat tidur
ADL dibantu keluarga
Tampak kaki sebelah kiri klien fraktur
Terlihat luka terbuka
DS:
Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
Hambatan
mobilitas fisik
kakinya
DO:
Wajah meringis bahkan berteriak ketika nyeri
TD 110/ 80 mmHg, Nadi 88x /mt
DS:
Klien mengatakan kakinya sakit bila digerakan,
berdenyut, pada kaki sebelah kiri, skala nyeri 4-5
DO:
Tampak luka terbuka
Luka terdapat drainage
Hasil lab 10 Mei 2013, leukosit =16.000/l
(meningkat)
Luka post op tampak tertutup kasa 35 cm,
Klien menjalani operasi enam kali: debridement,
OREF, ORIF, dan skin graf
Nyeri
Infeksi
DS:
DO:
Luka tampak terbuka
Kondisi luka terinfeksi
Luka diamater 11 x 7 cm
Kerusakan
integritas kulit
DS:
Data
DO:
Luka tampak terbuka
Kondisi luka terinfeksi
Luka diamater 11 x 7 cm
Masalah
Keperawatan
Risiko defisit
volume cairan
DS:
DO:
Edema
CRT > 3 dtk
Pulsasi dorsalis pedis
Acral dingin
DS:
Risiko gangguan
perfusi jaringan
perifer
Lampiran 2
Tujuan
Hambatan mobilitas
fisik b/d nyeri dan
ketidaknyamanan
Intervensi
Rasional
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b/d spasme
otot, gerakan fragmen
tulang.
Tujuan
Intervensi
Kerusakan integritas
kulit
berhubungan dengan
fraktur terbuka,
prosedur invasif
Rasional
Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d prosedur
pembedahan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Menurunkan inflamasi
Diagnosa
Keperawatan
Resiko perubahan
perfusi jaringan b.d
penurunan interupsi
aliran darah, edema
berlebihan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam, resiko
perubahan perfusi jaringan
tidak terjadi
Kriteri hasil : Terabanya nadi,
kulit hangat, TTV dalam batas
normal, CRT < 3 detik,
penyembuhan luka tepat waktu
Intervensi
Rasional
Lampiran 3
CATATAN PERKEMBANGAN PRE OPERASI
Tanggal
17 Mei
2013
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Ansietas b/d
prosedur
pembedahan
Hambatan
mobilitas
fisik b/d
luka terbuka
Ealuasi
S:
S:
Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan
O:
Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian
tubuh yang sehat
Kekuatan otot 5555 5555
5555 1111
A: hambatan mobilitas fisik
P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki
kanan
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b/d spasme
otot, gerakan
fragmen tulang,
post op ORIF dan
skin graf
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka, prosedur
invasif
Implementasi
Ealuasi
S
O:
Klien terlihat kesakitan
Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan
relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac
A: nyeri akut
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika
nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari
kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, S ; klien mengatakan lukanya bengkak
kelabu atau pucat, untuk
O;
Berikan perawatan luka yang tepat
tampak luka di kaki kiri
Luka terlihat nekrotik
Tinggikan area graf, immobilisasi area bila
Luka ada pus
diindikasikan
A; Kerusakan integritas kulit
Pertahankan balutan diatas area graf baru
P; Lakukan perawatan luka pagi dan sore
Evaluasi warna sisi graf dan donor
Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d
adanya luka
terbuka dan
prosedur invasif
Implementasi
Ealuasi
S: klien mengatakan nyeri pada kakinya
O:
Luka post op bengkak,
Suhu 37 C
Luka tampak ditutup kasa
A; infeksi
P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua
kali per hari
Diagnosa
Keperawatan
Ansietas b/d
prosedur
pembedahan
Implementasi
Hambatan
mobilitas
fisik b/d
luka terbuka
Ealuasi
S:
S:
Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan
O:
Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian
tubuh yang sehat
Kekuatan otot 5555 5555
5555 1111
A: hambatan mobilitas fisik
P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki
kanan
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b/d spasme
otot, gerakan
fragmen tulang,
post op ORIF dan
skin graf
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka, prosedur
invasif
Implementasi
Ealuasi
S
O:
Klien terlihat kesakitan
Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan
relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac
A: nyeri akut
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri,
kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari
kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, S ; klien mengatakan lukanya bengkak
kelabu atau pucat, untuk
O;
Berikan perawatan luka yang tepat
tampak luka di kaki kiri
Luka terlihat nekrotik
Tinggikan area graf, immobilisasi area bila
Luka ada pus
diindikasikan
A; Kerusakan integritas kulit
P; Lakukan perawatan luka pagi dan sore dengan
Pertahankan balutan diatas area graf baru
menggunakan madu
Evaluasi warna sisi graf dan donor
Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d
adanya luka
terbuka dan
prosedur invasif
Implementasi
Ealuasi
S: klien mengatakan nyeri pada kakinya
O:
Luka post op bengkak,
Suhu 37 C
Luka tampak ditutup kasa
A; infeksi
P: Lakukan perawatan luka 2x per hari, pemberian
antibiotic dua kali per hari
Tanggal
22 Mei
2013
Diagnosa
Keperawatan
Ansietas b/d
prosedur
pembedahan
Implementasi
Hambatan
mobilitas
fisik b/d
luka terbuka
Ealuasi
S:
O:
A;
P:
S:
Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan
O:
Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian
tubuh yang sehat
Kekuatan otot 5555 5555
5555 1111
A: hambatan mobilitas fisik
P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki
kanan
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
22 Mei
2013
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b/d spasme
otot, gerakan
fragmen tulang,
post op ORIF dan
skin graf
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka, prosedur
invasif
Implementasi
Ealuasi
S
O:
Klien terlihat kesakitan
Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan
relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac
A: nyeri akut
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri,
kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari
kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, S ; klien mengatakan lukanya bengkak
kelabu atau pucat, untuk
O;
Berikan perawatan luka yang tepat
tampak luka di kaki kiri
Luka terlihat nekrotik
Tinggikan area graf, immobilisasi area bila
Luka ada pus
diindikasikan
A; Kerusakan integritas kulit
P; Lakukan perawatan luka pagi dan sore
Pertahankan balutan diatas area graf baru
Evaluasi warna sisi graf dan donor
Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d
adanya luka
terbuka dan
prosedur invasif
Risiko defisit
volume cairan
Implementasi
Ealuasi
Diagnosa
Keperawatan
Risiko gangguan
perfusi jaringan
perifer
Implementasi
Ealuasi
S:
O;
Edema
Pulsasi dorsalis pedis
CRT > 3 detik
A: Risiko gangguan perfusi jaringan perifer
P;
Lakukan elevasi kaki
Kaji pulsasi dorsalis pedis, CRT, warna kulit
Tanggal
23 Mei
2013
Diagnosa
Keperawatan
Ansietas b/d
prosedur
pembedahan
Implementasi
Hambatan
mobilitas
fisik b/d
luka terbuka
Ealuasi
S:
S:
Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan
O:
Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian
tubuh yang sehat
Kekuatan otot 5555 5555
5555 1111
A: hambatan mobilitas fisik
P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak
kaki kanan
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
23 Mei
2013
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka, prosedur
invasif
Ealuasi
S
O:
Klien terlihat kesakitan
Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan
relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac
A: nyeri akut
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri,
kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari
kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, S ; klien mengatakan lukanya bengkak
kelabu atau pucat, untuk
O;
Berikan perawatan luka yang tepat
tampak luka di kaki kiri
Luka terlihat kehitaman
Tinggikan area graf, immobilisasi area bila
diindikasikan
A; Kerusakan integritas kulit
P; Lakukan perawatan luka pagi dan sore
Pertahankan balutan diatas area graf baru
Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d
adanya luka
terbuka dan
prosedur invasif
Risiko defisit
volume cairan
Implementasi
Ealuasi
S: klien mengatakan nyeri pada kakinya
O:
Luka post op bengkak,
Luka tampak kehitaman
A; infeksi
P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua
kali per hari, kolaborasi af area donor
S; klien mengatakan haus
O:
tampak perdarahan 50 ml setiap penggantian
alas luka
HB 7,5 gr/ dl
Conjungtiva anemis
CRT < 3 detik
Diagnosa
Keperawatan
Risiko gangguan
perfusi jaringan
perifer
Implementasi
Evaluasi adanya/ kualitas perifer distal
terhadap cedera melalui palpasi.
Bandingkan dgn yang tidak sakit
Kaji aliran kapiler, warna kulit dan
kehangatan distal pd fraktur.
Perhatikan perubahan fungsi motor/
sensori. Minta pasien untuk
melokalisasi nyeri/ ketidaknyamanan.
Ealuasi
S:
O;
Edema
Pulsasi dorsalis pedis
CRT > 3 detik
A: Risiko gangguan perfusi jaringan perifer
P;
Lakukan elevasi kaki
Kaji pulsasi dorsalis pedis
Tanggal
24 Mei
2013
Diagnosa
Keperawatan
Ansietas b/d
prosedur
pembedahan
Implementasi
Hambatan
mobilitas
fisik b/d
luka terbuka
Ealuasi
S:
S:
Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan
O:
Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian
tubuh yang sehat
Kekuatan otot 5555 5555
5555 1111
A: hambatan mobilitas fisik
P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak
kaki kanan
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan fraktur
terbuka, prosedur
invasif
Ealuasi
S
O:
Klien terlihat kesakitan
Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan
relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac
A: nyeri akut
P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika
nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari
kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, S ; klien mengatakan lukanya bengkak
kelabu atau pucat, untuk
O;
Berikan perawatan luka yang tepat
tampak luka di kaki kiri
luka terbuka (post area donor kehitaman)
Tinggikan area graf, immobilisasi area bila
telah di aff
diindikasikan
A; Kerusakan integritas kulit
Pertahankan balutan diatas area graf baru
P; Lakukan perawatan luka pagi dan sore
Diagnosa
Keperawatan
Infeksi b/d
adanya luka
terbuka dan
prosedur invasif
Risiko defisit
volume cairan
Implementasi
Evaluasi
S: klien mengatakan nyeri pada kakinya
O:
Luka post skin graf telah diaff
A; infeksi
P: Lakukan perawatan luka pagi dan sore,
pemberian antibiotic dua kali per hari,
S; Sekarang darahnya tidak keluar lagi
O:
Lab HB 10.7 gr/dl
Perdarahan tidak ada
A: masalah tidak terjadi
P: Stop intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Risiko gangguan
perfusi jaringan
perifer
Implementasi
Ealuasi
S:
A:
P;
Edema berkurang
Acral hangat
Masalah tidak terjadi