Anda di halaman 1dari 10

BRONKITIS

A. PENDAHULUAN
Bronkitis adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir mukosa bronkus
(saluran pernafasan dari trakea hingga saluran nafas di dalam paru-paru). Peradangan
ini mengakibatkan permukaan bronkus membengkak (menebal) sehingga saluran
pernafasan relatif menyempit. Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan
bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi
(istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya penyakit. Bukan berat ringannya
penyakit. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari
hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meskipun ringan, namun adakalanya
sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat dan batuk
berkepanjangan. Kebanyakan bronkitis pada anak yaitu bronkitis akut sedangkan
bronkitis kronik terjadi pada usia dewasa.1

Gambar 1. Anatomi Saluran Nafas3

B. EPIDEMIOLOGI
Bronkitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun. Bronkitis
kronik dapat terjadi pada orang dengan semua umur namun lebih banyak pada orang
diatas 45 tahun. Lebih sering di musim dingin (di daerah non-tropis) atau musim
hujan (didaerah tropis).1
C. ETIOLOGI5
Bronkitis akut dapat disebabkan oleh:
a) Infeksi virus: influenza virus, respiratory syncyrial virus (RSV), adenovirus,
coronavirus, rhino virus, dan lain-lain.
b) Infeksi bakteri: Bordatella pertusis, Bordatella parapertusis, Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumonia, atau bakteri atipik (Mycoplasma
pneumonia, Chlamydia pneumonia, Legionella).
c) Jamur
Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus yakni
sebanyak 90 % sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar <10%. Belum ada bukti yang
meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer bronkitis akut pada
anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh
bakteri, alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas dapat memudahkan
terjadinya bronkitis akut.
Seperti disebutkan sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah virus,
namun organisme pasti penyebab bronkitis akut sampai saat ini belum diketahui,
karena kultur virus dan pemeriksaan serologis jarang dilakukan. Adapun beberapa
virus yang telah diidentifikasi sebagai penyebab bronkitis akut adalah virus virus
yang banyak terdapat di saluran pernafasan bawah yakni influenza B, influenza A,
parainfluenza dan respiratory syncytial virus (RSV). Influenza sendiri merupakan

virus yang timbul sekali dalam setahun dan menyebar secara cepat dalam suatu
populasi.
Gejala yang paling sering akibat infeksi virus influenza diantaranya adalah
lemah, nyeri otot, batuk dan hidung tersumbat.
D. PATOGENESIS
Bronkitis akut terjadi karena adanya respon inflamasi dari membran mukosa
bronkus. Pada anak-anak, bronkitis kronik disebabkan oleh respon endogen, trauma
akut saluran pernafasan, atau paparan alegern atau iritan secara terus-menerus.
Saluran nafas akan dengan cepat merespon dengan bronkospasme dan batuk, diikuti
inflamasi, edema, dan produksi mukus. Apabila terjadi paparan secara kronik
terhadap epitel pernafasan, seperti aspirasi yang rekuren atau infeksi virus berulang,
dapat menyebabkan terjadinya bronkitis kronik pada anak-anak.
Apabila penyakit influenza sudah mengenai hampir seluruh populasi disuatu
daerah, maka gejala batuk serta demam dalam 48 jam pertama merupakan prediktor
kuat seseorang terinfeksi virus influenza. Gejala batuk biasanya lebih berat pada
pasien dengan bronkitis akut akibat infeksi RSV.4
Gejala yang dominan timbul akibat infeksi virus ini adalah hidung
tersumbat, keluar secret encer dari telinga (otorrhea) dan faringitis. Bakteri juga
memerankan perannya pada bronkitis akut, antara lain, Bordetella pertusis,
Bordetella parapertusis, Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma pneumoniae. Pada
kasus eksaserbasi akut bronkitis kronik merupakan suatu kasus yang berbeda dengan
bronkitis akut, karena ketiga bakteri tersebut dapat mendiami saluran pernafasan atas
dan keberadaan mereka dalam sputum dapat berupa suat koloni bakteri dan ini bukan
merupakan tanda infeksi akut.3
Penyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi biasa dari berbagai
penyabab dan biasanya bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. Pada keadaan
normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut muciciliary defence, yaitu
system penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mucus dan siliari. Pada pasien
dengan bronkitis akut, sistem mucociliar defence paru-paru mengalami kerusakan
sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, akan terjadi

pengeluaran mediator inflamasi yang mengakibatkan kelenjar mukus menjadi


hipertrofi dan hyperplasia (ukuran bertamah besar dan jumlah bertambah) sehingga
produksi mukus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan dinding bronkus
meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan
mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkus dan mukus
yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa
aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Mucus yang kental dan
pembesaran bronkus akan menobstruksi jalan nafas terutama selama ekspirasi. Jalan
nafas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari
paru-paru. Pasien mengalami kekurangan O2, jaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2. Kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO, sehingga pasien terlihat sianosis. Pada bronkitis akut akibat
infeksi virus, pasien dapat mengalami reduksi nilai volume ekspirasi paksa dalam 1
detik (FEV1) yang reversible. Sedangkan pada infeksi akut akibat M. pneumoniae
atau C. pneumoniae biasanya mempunyai nilai reduksi FVE1 yang lebih rentan serta
nilai reversibel yang rendah pula.6

Gambar 3. Patogenesis Bronkitis3

E. MANIFESTASI KLINIS1
Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3
minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih,
kuning kehijauan, atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut
ini:
a)
b)
c)
d)
e)

Demam (biasanya ringan)


Sesak nafas, rasa berat bernafas
Bunyi nafas mengi
Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dada
Kadang batuk darah

Gejala bronkitis akut spesifik dan menyerupai gejala infeksi saluran


pernafasan lainnya. Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala-gejala
infeksi saluran respiratori seperti rinitis dan faringitis. Batuk biasanya muncul 3-4
hari setelah rinitis. Batuk pada mulanya kering, dan kemudian seringkali berkembang
menjadi batuk produktif. Kerena anak-anak biasanya tidak membuang lendir tapi
menelannya, maka dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan memuncak.
Pada anak yang lebih besar, keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan
batuk disertai nyeri dada pada keadaan yang lebih berat.
Karena bronkitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat
membaik sendiri. Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam diding serta lumen
saluran respiratori menyebabkan sekresi tampak purulen, karena adanya peningkatan
aktivitas kelenjar mukus dan terjadinya akumulasi sel-sel epitel bersilia. Akan tetapi
karena migrasi leukosit ini merupakan reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan
nafas, maka sputum yang purulen tidak harus menunjukkan adanya superinfeksi
bakteri. Pemeriksaan auskultasi toraks biasanya tidak khas pada stadium awal.
Seiring perkembangan dan progresifitas batuk, dapat terdengar berbagai macam
ronki, suara nafas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suara kombinasi. Hasil

pemeriksaan radiologis biasnya normal atau didapatkan corakan bronkial. Pada


umumnya gejala akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila tanda-tanda klinis menetap
hingga 2-3 minggu, perlu dicugai adanya infeksi kronis. Selain itu dapat pula terjadi
infeksi.
F. DIAGNOSIS4
Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien
mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa adanya sputum.
Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan
adanya demam, gejala rhinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis.
Sejalan dengan perkembangan serta progresifitas batuk, pada auskultasi thoraks dapat
terdengar ronki, wheezing, ekspirasi memanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila
lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk
diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus
ditemukan untuk kepentingan terapi. Hal ini biasa diperlukan pada bronkitis kronis.
Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian besar
penyebabnya adalah virus. Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak
corakan bronkial meningkat.
G. PEMERIKSAAAN LABORATORIUM2,3,4
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri,
sputumnya akan seperti nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan tes Creaktive protein, kultur pernafasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum
agglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri
atau virus. Untuk anak yang diopname dengan kemungkinan infeksi Chlamydia,
mycoplasma, atau infeksi virus saluran pernafasan bawah, lakukan pemeriksaan

sekresi nasofaringeal untuk membantu pemilihan antimikroba yang cocok. Serum Ig


M mungkin dapat membantu. Untuk anak yang diduga mengalami imunodefisiensi,
pengukuran serum immunoglobulin total, subkelas Ig G, dan produksi antibody
spesifik direkomendasikan untuk menegakkan diagnosis.
H. DIAGNOSA BANDING 2,3,4
Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada common cold.
Common cold sendiri merupakan istilah konvensial dari infeksi saluran pernafasan
atas yang ringan, gejalanya terdiri dari adanya sekret dari hidung, bersin, sakit
tenggoronk dan batuk serta bias juga dijumpai demam, nyeri otot dan lemas. Sering
kali common cold dan bronkitis akut memiliki gejala yang sama dan sulit dibedakan.
Batuk pada common cold merupakan akibat dari infeksi saluran pernafasan atas yang
disertai post nasal drip dan pasien biasanya sering demam.
Batuk pada bronkitis akut disebabkan infeksi pada saluran pernafasan bawah
yang dapat didahului oleh infeksi pada saluran pernafasan atas dan sebab itu
mempersulit penegakkan diagnosa penyakit ini. Bronkitis akut juga sulit dibedakan
eksaserbasi akut bronkitis kronik dan asma akut dengan gejala batuk. Dalam suatu
penelitian mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa sebagai suatu
bronkitis akut pada 1/3 pasien yang datang dengan gejala batuk. Oleh karena kedua
penyakit ini memiliki gejala serupa, maka satu-satunya alat diagnostik adalah dengan
mengevaluasi bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu penyakit tersendiri
atau merupakan awal dari penyakit kronik seperti asma. Bronkitis akut merupakan
penyakit saluran pernafasan yang dapat sembuh sendiri dan bila batuk lebih dari 3
minggu maka diagnosis diferential lainnya harus dipikirkan.
I. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak
masalah, tanpa pengobatan apapun. Pada bayi-bayi yang kecil, drainase paru

dipermudah dengan cara sering melakukan pergeseran posisi. Anak yang lebih tua
lebih enak dengan kelembaban tinggi, tetapi tidak ada bukti bahwa ini memperpendek
lama penyakit. Batuk iritatif dan paroksisimal dapat menyebabkan distres berat dan
mengganggu tidur. Walaupun penekan batuk dapat menambah kemungkinan supurasi,
penggunaan penekanan batuk yang bijaksana (termasuk kodein) mungkin memadai
untuk mengurangi gejala. Antihistamin, yang mengeringkan sekresi tidak boleh
digunakan, dan ekspektoran tidak menolong. Antibiotik tidak memperpendek
lamanya penyakit virus atau menurunkan insidens komplikasi bakteri, walaupun pada
kenyataannya penderita dengan episode berulang kadang-kadang dapat membaik
dengan pengobatan demikian, hal ini member kesan bahwa ada beberapa infeksi
bakteri sekunder.1

J. PROGNOSIS6
Perjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat
atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari.
K. KOMPLIKASI6
a. Bronkitis akut yang tidak ditangani cenderung menjadi bronkitis kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan pneumonia.
c. Bronkitis kronik menyebablan mudah terserang infeksi
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasi atau bronkiektasis

DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson, Waldo E. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta :
EGC.1999. h. 1483.
2. Fahy JV, Dickey BF. Review Artikel Airway Mucus Function and
Dysfunction. New England of Jurnal Medicine. Vol 363. No. 23. Dec 2. 2010.
3. Gonzales R, Sande M. Uncomplicated acute bronchitis. Ann Intern Med 2008;
133: 981-991
4. Sidney S. Braman. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis: ACCP EvidenceBased Clinical Practice Guidelines. Chest Journal. 2006; 129;95 s-103s.
5. Melbye H, Kongerud J, Vorland L. Reversible Airflow Limitation in adults
with Respiratory Infection. Eur Respir J. 2009. 1239-1245
6. Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2010.hal
330-332.

10

Anda mungkin juga menyukai