Anda di halaman 1dari 17

NAMA

: RAHMI PURNAMA MELATI

NIM

: 240909313

PRODI/SEM

: MUAMALAT/IV

MATA KULIAH : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

BAB 2
Fungsi,Wewenang dan Ketetapan Pemerintah
Pemerintah dalam arti sempit adalah organ/alat perlengkapan Negara yang diserahi tugas
pemerintahan atau melaksanakan undang-undang. Dalam pengetian ini pemerintah hanya
berfungsi sebagai badan eksekutif. Sedang arti luas pemerintah adalah semua badan yang
menyelenggarakan semua kekuasaan legislative dan yudikatif. Jadi, semua pemegang kekuasaan
Negara di dalam Negara (legislative, yudikatif dan eksekutif seperti teori Trias Politika dari
Montesquieu) adalah termasuk pemerintahan dalam artinya yang luas.
A. Fungsi Pemerintahan
a. Fungsi peraturan yang lazim dikenal sebagai fungsi regulasi dalam segala
bentuknya, dimaksudkan sebagai usaha untuk menciptakan kondisi yang tepat
sehingga menjadi kondusif bagi berlangsung aktifitas.
b. Fungsi pelayanan, akan membuahkan keadian dalam masyarakat.
c. Fungsi pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat

dan

pembangunan terciptanya kemakmuran dalam masyarakat.


Ketiga fungsi inilah yang disebut dengan fungsi pemerintah yang ditujukan pada
kepentingan umum (public service)
B. Pejabat dan Jabatan
Pejabat dalah pemerintah dalam konteks orang, sementara jabatan adalah
kedudukan seseorang sehingga ia mempunyai wewenang dalam mengelola pemerintahan.
Dari beberapa kewenangan itu, jelaslah bagi kita peran pemerintah (sebagai
pemegang kebijakan) dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara untuk menciptakan
Negara yang mampu mensejahterakan rakyatnya.

C. Perbuatan Pemerintah Macam-macam Perbuatan Pemerintah


Pemerintah akan ikut campur dalam segala hal dilapangan kehidupan masyarakat.
Dalam konteks perbuatan pemerintah ini, maka pada garis besarnya perbuatan
pemerintah tersebut dibedakan ke dalam dua golongan,yaitu :
1. Rechtshandelingen (golongan perbuatan hukum)
2. Feitelijke handelingen (golongan yang bukan perbuatan hukum)
Perbuatan pemerintah yang termasuk golongan perbuatan hukum dapat berupa :
1. Perbuatan hukum menurut privat (sipil)
2. Perbuatan hukum menurut public
a. Perbuatan hukum menurut Hukum Privat
pertama, pendapat yang menyatakan bahwa administrasi Negara
menjalankan tugas pemerintahan tidak dapat menggunakan hukum Privat.
Pendapat ini dikemukakan oleh prof. Scholten. Alasannya karena sifat hukum
privat itu mengatur hubungan hukum yang merupakan kehendak kedua belah
pihak dan bersifat perorangan, sedangkan HAN merupakan bagian dari hukum
public yang merupakan hukum untuk bolehnya tindakan atas kehendak satu
pihak. Untuk administrasi negara tindakan satu pihak ini mungkin dilakukan
dalam rangka melingungi pentingan umum.
Kedua,pendapat yang menyatakan bahwa administrasi negara dalam
menjalankan tuganya dalam beberapa hal juga menggunakan hukum privat. Tetapi
untuk menyelesaikan satu soal khusus dalam lapangan administrasi negara telah
tersedia peraturan peraturan hukum public, maka administrasi negara harus
menggunakan hukum public itu dan tidak menggunakan hukum privat. Pendapat
ini dikemukakan oleh Prof. Krabbe, Kranenburg Vegting, Donner dan Huart.
b. Perbuatan Hukum menurut Hukum Public
Sementara itu, perbuatan hukum public pemerintah menurut Utrecht
dibagi kedalam duan macam :
1. Perbuatan hukum public bersegi 2 (tweezijdige publiekreclitelijke
handeling)

2. Perbuatan hukum public yang bersegi 1 (eenzijdige publiekreclitelijke


handeling
D. Keputusan
Beschikking (ketetapan) ialah suatu perebuatan hukum public yang bersegi satu
yang dilakukan oleh alat-alat pemerintah berdasarkan suatu kekuasaan istimewa. Jadi
unsur-unsur keputusan atau ketetapan itu adalah :
1. Suatu perbuatan hukum public bersegi Satu
2. Di peroleh dari atau berdasarkan kekuasaan atau wewenang istimewa
3. Terjadinya perubahan dalam lapangan hukum
Keputusan memiliki beberapa unsur, dan unsur ini harus ada agar keputusan
dianggap sah yaitu :
a. Keputusan harus dibuat oleh organ atau badan/pejabat yang berwewenang membuatnya
(bevoegd)
b. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
c. Bersifat konkret, individual dan final
d. Menimbulkan akibat hukum
e. Seseorang atau badan Hukum Perdata
1. Macam-macam Keputusan/Ketetapan
Keputusan dapat pula dibedakan yaitu :
1. Keputusan konstitutif dan deklaratoir
2. Keputusan yang menguntungkan dan yang member beban
3. Keputusan eenmalig dan ketetapan yang permanen
4. Keputusan yang bebas dan terikat

5. Keputusan yang positif dan negative


6. Keputusan Perorangan dan kebendaan
E. Syarat-syarat Pembuatan Ketetapan
a. Syarat formal terdiri dari:
1. Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya
ketetapan dan berhubungan dengan cara dibuatnya ketetapan harus
dipenuhi.
2. Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan
3. Syarat-syarat berhubungan dengan pelaksanaan ketetapan itu harus
dipenuhi
4. Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal-hal yang
menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya ketetapan itu harus
diperhatikan
b. Syarat material terdiri dari
1. Organ pemerintahan yang membuat ketetapan harus berwenang
2. Karena

ketetapan

suatu

pernyataan

kehendak,

kehendak

(wilsverklaring), ketetapan tidak boleh mengandung kekurangankekurangan yuridis (geen juridische gebreken in de wilsvorming) seperti
penipuan (bedrog), paksaan (dwang), atau suap (omkoping) serta
kesesatan (dwaling)
3. Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu
4. Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturanperaturan lain, serta isi dan tujuan ketetapan itu harus sesuai dengan isi
dan tujuan peratutan dasarnya.

F. Kewenangan Pemerintah
Wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan sesuatu tindakan
hukum public atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh
undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.
Kewenagan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan dalam
lapangan hukum public. Namun sesungguhnya terdapat perbedaan diantara keduanya.
Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari
kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang atau legislatifdari kekuasaan eksekutif
atau administratif. Kerenanya,merupakan kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau
kekuasaan terhadap suatu bidangpemerintahan atau urusan pemerintahan tertentuyang
bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai suatu onderdeel (bagian) tertentu saja
dari kewenangan.
a. Wewenang yang bersifat terikat
Wewenang yang bersifat terikat yakni wewenang yang sesuai dengan
aturan dasar yang menentukan waktu dan keadaan wewenang tersebut dapat
dilaksanakan, termasuk rumusan dasar yang mengatur secara rinci syarat-syarat
digunakannya wewenang, syarat tersebut mengikat bagi organ pemerintahan
ketika akan menjalankan wewenangnya dan mewejibkan sesuai dengan aturan
dasar dimaksud ketika wewenang dijalankan.
b. Wewenang bersifat fakultatif
Wewenang fukultatif yakni wewenang yang dimiliki oleh badan atau
pejabat administrasi, namun demikian tidak ada kewajiban atau keharusan
untuk menggunakan wewenang tersebut dan sedikit banyak masih ada pilihan
lain walaupun pilihan tersebut hanya dapat dilakukan dalam hal dan keadaan
tertentu berdasarkan aturan dasarnya.
c. Wewenang bersifat bebas

Wewenang bersifat bebas yakni wewenang badan atau pejabat pemerintah


(administrasi) dapat menggunakan wewenangnya secara bebas untuk
menentukan sendiri mengenai dari isi keputusan yang akan dikeluarkan,
karena peraturan dasarnya member kebebasan kepada penerima wewenang
tersebut.
G. Cara Memperoleh Wewenang Pemerintahan
1. Atribusi
Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan. Dalam tinjauan
hukum tata negara, Atribusi ini ditunjuki dalam wewenang yang dimiliki oleh
organ pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan kewenangan
yang dibentuk oleh pembuat undang-undang. Atribusi ini menunjuk pada
kewenangan asli atas dasar konstitusi (UUD) atau peraturan perundang-undangan.
2. Delegasi
Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah dari satu organ pemerintah
kepada organ pemerintah lainnya
3. Mandat
Wewenang mandat (mandaat bevoegdheid) adalah pelimpahan wewenang yang
pada umumnya dalam hubungan rutin antara bawahan dengan atasan. Ditinjau
dari segi tanggungjawab dan tanggunggugat, maka wewenang mandate
tanggungjawab dan tanggunggugat tetap pada pemberi mandat.
H. Membentuk Peraturan Lewat Pelimpahan Wewenang
Wewenang Atribusi dan Delegasi dalam membuat/membentuk peraturan undangundang timbul karena :
1.

Tidak dapat bekerja cepat dan mengatur segala sesuatu pada tingkat yang rinci

2.

Adanya tuntutan dari para pelaksana untuk melayani kebutuhan dengan cepat
berdasarkan aturan-aturan hukum tertentu.

Dalam suatu struktur organisasi lembaga negara, umumnya yang terjadi adalah
pelimpahan wewenang.
Bentuk pelimpahan penandatanganan adalah :
1.

Pelimpahan wewenang dengan menggunakan istilah atas nama (a.n)

2.

Pelimpahan wewenang dengan menggunakan istilah untuk beliau (u.b)

3.

Pelimpahan wewenang dengan dengan menggunakan istilah atas perintah beliau


(apb.) dan atas perintah (ap.)

I. Perizinan
Dispensi ialah keputusan administrasi yang membebaskan suatu perbuatan dari
kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut.
Konsensi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar
dimana kepentingan umum berlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi
tugas pemerintah, tetapi oleh pemerintah diberi hak penyelenggaraannya kepada
onsesionaris (pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah.
Sementara

lisensi

adalah

suatu

izin

yang

memberikan

hak

untuk

menyelenggarakan suatu perusahaan. Lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin


yang memperkenankan seseorang untuk menjalankan suatu perusahaan dengan izin
khusus atau istimewa.
Jika dibandingkan antara izin dengan konsesi, pengertiannya tidak jauh berbeda,
sehingga istilah ini digunakan secara bersama-sama. Tidak ada perbedaan yuridis yang
membedakan keduanya. Meskipun antara izin dan konsesi relative sama, tetapi
sesungguhnya terdapat perbedaan karakter hukum. Dimana izin adalah perbuatan hukum
bersegi satu yang dilakukan pemerintah sedangkan konsesi perbuatan hukum bersegi dua,
karena melibatkan dua pihak.

Bab 3
Hukum Kepegawaian
A. Pengertian
Hukum kepegawaian yang dipelajari dalam Hukum Administrasi Negara adalah
hukum yang berlaku bagi pegawai yang bekerja pada administrasi negara sebagai
pegawai negeri bukan pegawai yang bekerja di instansi swasta.
Pegawai negeri merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi
masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata. Oleh karena itu
pegawai negeri mempunyai peranan yang sangat penting sebagai roda pelayan negara.
Dimana tugas yang paling penting yang harus diketahui adalah melayani masyarakat
dalam bidang yang menjadi tanggungjawab nya.
Pengangkatan pegawai negeri bukanlah kontrak istimewa tetapi perbuatan hukum
yang besegi satu yang dilakukan pemerintah.
B. Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian PNS
Dalam peraturan pemerintah No.9 Tahun 2003 tentang Wewenang pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian PNS telah diatur pejabat yang berwenang mengangkat,
memindahkan dan memberhentikan PNS.
Sementara itu, untuk pejabat Pembina kepegawaian pusat diberikan wewenang
untuk mengangkat, memindahkan dan memberhentikan PNS dengan beberapa ketentuan
yang jelas untuk kenaikan pangkat PNS pusat dan PNS yang diperbantukan di
lingkungannya untuk Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan Pembina
Tingkat I golongan ruang IV/b
C. Jabatan Pegawai Negeri Sipil
Jabatan karier ini terdiri dari dua macam:

a.

Jabatan Struktural adalah jabatan manajerial yang secara tegas ada dalam struktur
Organisasi, seperti Direktur Jendral, Inspektur Jendral, Kepala Dinas, Kepala Biro
dan lain-lain

b.

Jabatan Fungsional adalah jabatan keahlian yang tidak atau tidak jelas disebut atau
digambarkan dalam Struktur Organisasi, tetapi jabatan itu harus ada karena
fungsinya yang memungkinkan kelancaran.

D. Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri


Adapun unsur-unsur penilaian antara lain :
a. Kesetiaan

e. Kejujuran

b. Prestasi kerja

f. Kerjasama

c. Tanggung jawab

g. Prakarsa

d. Ketaatan

h. Kepemimpinan

Unsur-unsur yang ada tersebut menjadi penilaian oleh pejabat penilaian yaitu
atasan langsung PNS yang dinilai dengan ketentuan serendah-rendahnya kepada urusan
atau pejabat lain yang setingkat dengan itu kecuali dipilih oleh Menteri, Jaksa Agung, dll.
Atasan pejabat penilaian berkewajiban memeriksa DP3 yang disampaikan
kepadanya, baik dan keberatan maupun tidak dari PNS yang dinilai. PNS yang merasa
keberatan atas penilaian sebagaimana tertuang dalam DP3 baik secara keseluruhan atau
sebagian, dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai alas an-alasan kepada
atasan pejabat penilaian tesebut. Keberatan tersebut ditulis dalam DP3 pada ruang yang
telah disediakan.
E. Cuti Pegawai Negeri Sipil
Cuti adalah hak Pegawai Negeri Sipil oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat
diberikan untuk kepentingan pribadi PNS yang mempunyai alas an yang penting dan
mendesak. Menurut peraturan pemerintah No.24 Tahun 1976 tentang cuti Pegawai Negeri
menjelaskan bahwa cuti baru bias diambil jika telah bekerja sekurang-kurangnya 1 (satu)

tahun secara terus menerus. Cuti ini disebut dengan cuti tahunan yang lamanya 12 (dua
belas hari kerja).
Cuti Pegawai negeri Sipil terdiri dari:
1. Cuti Tahunan
2. Cuti Besar
3. Cuti Sakit
4. Cuti Bersalin
5. Cuti dalam tanggungan Negara
6. Cuti karena alasan penting
7. Cuti diluar tanggungan Negara.

F. Pemberhentian
Pemberhentian terhadap PNS dapat dilakukan karena beberapa alas an yaitu :
1. Pemberhentian karena permintaan sendiri
2. Pemberhentian karena mencapai batas usia pension
3. Pemberhentian karena penyederhanaan organisasi
4. Pemberhentian karena melakukan pelanggaran/tindak pidana
5. Pemberhentian karena tidak cakap jasmani atau rohani
6. Pemberhentian karena meninggalkan tugas
7. Pemberhentian karena meninggal dunia (hilang)
Pegawai Negeri dapat diberhentikan dengan hormat maupun dengan tidak dengan
tidak dengan hormat.

G. Pensiun Pegawai Negeri Sipil, Janda/Duda


Pensiun adalah jaminan dan sebagai balas jasa terhadap Pegawai Negeri Sipil
yang telah bertahun tahun mengabdi dirinya kepada negara. Dasar pension yang dapat
dipakai untuk menentukan besarnya pensiun pokok, ialah gaji pokok terakhir sebulan
yang berhak diterima oleh pegawai yang berkepentingan berdasarkan peraturan gaji yang
berlaku baginya.
Pemberian pensiun pegawai, pensiun janda/duda, dan pensiun janda ditetapkan
oleh pejabat yang berhak memberhentikan pegawai yang bersangkutan, dibawah
pengawasan dan koordinasi Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
H. Peradilan Kepegawaian
Penyelesaian sengketa dibidang kepegawaian dilakukan melalui peradilan untuk
itu sebagai bagian dari peradilan Tata Usaha negara yang dimaksud dalam UU no.14
tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman.
Badan pertimbangan kepegawaian berada langsung dan bertanggung jawab
kepada presiden. Tugasnya memeriksa dan mengambil keputusan mengenai keberatan,
memberikan pertimbangan kepada presiden mengenai usul penjatuhan hukuman disiplin
pemberhentian dengan normal.
Susunan Organisasi Badan Pertimbangan Kepegawaian
-

Anggota

Sekretaris dipimpin oleh Sekretaris Badan Pertimbangan Kepegawaian.

Bab 4
Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik
Salah satu parameter untuk menilai apakah tindakan pemerintah sejalan dengan
prinsip-prinsip hukum dan demokrasi yaitu dengan menggunakan asas-asas pemerintahan
yang layak.
Asas-asas Umum pemerintahan yang layak (AAUPL) pada awalnya hanya
dimaksudkan sebagai sarana perlindungan hukum (rechtsbescherming) dan bahkan
dijadikan sebagai instrument untuk peningkatan perlindungan hukum. Dan akhirnya,
dijadikan sebagai dasar penilaian dalam peradilan dalam upaya administrasi disamping
diposisikan sebagai norma hukum tidak tertulis.
Asas-asas yang disebutkan dalam UU No.28 tahun 1999 tersebut dapat dilihat
pada pasal 3 yaitu :
1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggara negara.
2. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
3. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan
cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif
4. Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak pribadi,
golongan dan rahasia negara.
5. Asas proporsionalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara

6. Asas profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
7. Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

A. Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik atau Layak


Adapun asas-asas yang dimaksud adalah :
1. Asas kepastian hukum (principle of legal security; rechtszekerheidsbeginsel)
2. Asas

keseimbangan

principle

of

legal

proportionality;

avenredigheidsbeginsel )
3. Asas kesamaan (principle of equality; gelijkheinsbeginsel)
4. Asas kecermatan (principle of legal carefulness; zorgvuldigheidsbeginsel)
5. Asas motivasi pada setiap keputusan pemerintah (principle of motivation;
motiveringsbeginsel)
6. Asas tidak menyalahgunakan kewenangan (principle of non misuse of
competence;verbod van detournement de pouvoir)
7. Asas permainan yang wajar (principle of fair play; fair play beginsel)
8. Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prhohibition of
arbitrariness; redelijkgeidsbeginsel of vervod van willekeur)
9. Asas menganggapi harapan yang wajar (principle of meeting raised
expectation; opgewerkte verwachtingen)

10. Asas peniadaan akibat keputusan yang batal (principle of undoing the
consequences of an annulled decision; herstelbeginsel)
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup atau cara hidup pribadi (principle of
protecting the personal way of life; bescherming van de persoonlijke
levenssfeer)
Sementara itu menurut Koentjoro Purbopranoto dan SF Marbun dikutip
Ridwan HR, AAUPL tersebut adalah :
1. Asas Kepastian Hukum
2. Asas Keseimbangan
3. Asas Kesamaan dalam Mengambil Keputusan
4. Asas Bertindak Cermat atau Asas Kecermatan
5. Asas Motivasi untuk Setiap Keputusan
6. Asas tidak Mencampuradukan Kewenangan
7. Asas Permainan yang Layak
8. Asas Keadilan dan Kewajaran
9. Asas Kepercayaan dan Menanggapi Pengharapan yang Wajar
10. Asas Meniadakan Akibat suatu Keputusan yang Batal
11. Asas Perlindungan atas Pandangan atau Cara Hidup Pribadi
12. Asas Kebijaksanaan
13. Asas penyelenggaraan Kepentingan Umum

Bab 5
Peradilan Administrasi
A. Peradilan Administrasi
Pejabat

administrasi

negara

mempunyai

kewenangan

yang

luas

dalam

melaksanakan urusan Pemerintahan (eksekutif). Di Indonesia, pengadilan Administrasi


negara dikenal dengan sebutan : Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) sebagaimana
diatur dalam UU No.5 Tahun 1986 Jo UU No.9 Tahun 2004. Berdasarkan pasal 24 ayat
(3) Amandemen ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan 10 november 2001 Jo
Pasal 10 ayat (2) UU No.4 Tahun 2004 Tentang kekuasaan Kehakiman dikenal 4
lingkungan lembaga peradilan, yaitu : Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan
militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara. Tiap-tiap lembaga ini mempunyai kewenangan
dan fungsi masing-masing, sehingga lembaga-lembaga peradilan ini mempunyai
kompetensi absolut yang berbeda satu dengan lainnya.
Fungsi Kontrol yuridis PTUN bertujuan disamping untuk memberikan
perlindungan hukum bagi masyarakat dan pejabat Administrasi Negara itu sendiri, juga
sebagai lembaga penegakan hukum administrasi negara yang bercita-cita untuk
mewujudkan suatu pemerintahan yang baik dan berwibawa (good governance).
B. Perlindungan Hukum
Akibat diberikannya kekuasaan yang besar kepada negara untuk mengurus negara
dan mensejahterakan warga negaranya, tentu saja warga negara membutuhkan adanya
jaminan perlindungan hukum yang cukup terhadap kekuasaan negara tersebut. Hal ini
disebabkan kekuasaan negara yang begitu besar akan menyebabkan pemaksaan atas
nama UU. Untuk mewujudkan perlindungan tersebut, dibutuhkan suatu media atau
institusi keadilan, yang dapat digunakan sebagai akses bagi masyarakat untuk
mendapatkan rasa keadilan tersebut. Lembaga pengadilan ini pada masa peradaban
hukum modern, secara simbolik telah menjadi wujud dari pemberlakuan hukum dan
keadilan secara nyata.

Salah satu lembaga peradilan di Indonesia adalah PTUN (Pengadilan Tata Usaha
Negara). PTUN ini mendapat tugas khusus, yakni sebagai salah satu badan peradilan,
yang member akses keadilan bagi pencari keadilan di bidang Tata Usaha Negara. PTUN
lahir berdasarkan UU No.5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dan baru
efektif 5 (lima) tahun kemudian atau tepatnya tahun 1991

C. Birokrasi dan TUN


Pengadilan Administrasi Negara (PTUN) melakukan control yuridis terhadap
perbuatan hukum public badan atau pejabat administrasi negara. Kaitannya dengan
prinsip-prinsip dalam good governance pada dasarnya menjadi pedoman bagi pejabat
administrasi negara dalam melaksanakan urusan pemerintahan yaitu mencegah terjadinya
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), menciptakan birokrasi yang semakin baik,
transparan dan efisien serta membangun prinsip-prinsip yang lebih demokratis, objektif
dan professional dalam rangka menjalankan roda pemerintahan menuju terciptanya
keadilan dan kepastian hukum dalam masyarakat.
Dari beragam tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pejabat birokrasi atau
Badan Tata Usaha Negara, hanya tindakan hukum Tata Usaha Negara yang bersifat
Ektern, public, sepihak, individual, dan konkrit saja yang dapat menjadi objek sengketa.
Tindakan yang demikianlah yang dimaksud sebagai keputusan yang dapat disengketakan
menurut Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Peratun). Sedangkan
tindakan-tindakan material dan tindakan hukum lainnya, apabila disengketakan akan
termasuk dalam kewenangan Badan Peradilan Hukum.
Adapun yang dikategorikan sebagai pejabat birokrasi atau pejabat Tata Usaha
Negara berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang- undang Nomor 5 tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara adalah apa saja dan siapa sajaberdasarkan peraturan
Perundang-undangan melaksanakan suatu bidang urusan pemerintahan.
Apabila fungsi yang dijalankan adalah urusan Pemerintahan, maka oleh UndangUndang peradilan Tata Usaha Negara dianggap sebagai badan atau pejabat Tata Usaha

Negara/pejabat Birokrasi. Oleh karena itu, suatu badan Hukum Perdata, misalnya
Perseroan Terbatas (PT) atau yayasan dapat dianggap sebagai Badan atau Pejabat
Birokrasi, jika kepada Badan hukum tersebut diserahi tugas menjalankan urusan
pemerintahan (indroharto, 1991:64). Akibatnya, apabila keputusan-keputusan pejabat
birokrasi di sengketakan keabsahannya, maka sengketa tersebut termasuk dalam
kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara.
D. Pelanggaran Hukum
Secara umum Kelaziman pelanggaran hukum oleh pemerintah itu menurut Felix A.
Nigro dapat dikategorikan dalam 9 bentuk pelanggaran yaitu: (a) Ketidakjujuran
(dishonesty); (b) Berperilaku tidak etis (unethical behavior); (c) Mengesampingkan
Hukum (overidding the law); (d) Memperlakukan pegawai secara tidak patut (unfair
treatment of employees); (e) Melanggar prosedur hukum (violation of procedural due
process); (f) Tidak menjalin kerjasama yang baik dengan pihak Legislatif (failure to
respect legislative intent); (g) Pemborosan dalam penggunaan Sumber Daya (gress
inefficiency); (h) Menutup-nutupi kesalahan yang dilakukan oleh Aparatur (Covering up
mistake); (i) Kegagalan untuk melakukan inisiatif dan terobosan yang positif (failure to
show inisiative).
E. Sengketa Tata Usaha Negara
Sengketa disini adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara
antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat Tata Usaha Negara
sebagai akibat dari dikeluarkannya suatu keputusan Tata Usaha Negara yang dianggap
melanggar hak orang atau Badan Hukum Perdata tersebut. Oleh karena itu, sengketa
diluar ini, tidak dalam kapasitas PTUN, sehingga jelas disini bahwa peradilan Tata Usaha
Negara diadakan dalam rangkamemberikan perlindungan hukum kepada rakyat yang
dirugikan akibat suatu keputusan Tata Usaha Negara.

Anda mungkin juga menyukai